14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Unsur Nilai-Nilai Istiqomah Dalam Pendidikan Karakter 1. Pengertian Nilai-Nilai Istiqomah
Istiomah adalah segala perkataan dan perbuatan manusia yang sesuai dengan apa yang terkandung dalam Al-Qur’an dan assunnah” 23Istiqomah yang menjadikan sebagai suatu tujuan jalan dan obat utama untuk segala macam penyakit dan permasalahan. Makna istiqomah merujuk kepada mereka yang menjalankan ketaatan kepadanya dan konsisten dengan sunnah nabinya.
Pengertian tersebut di atas dapat di simpulkan bahwa, nilai-nilai istiqomah adalah proses komitmen seseorang yang tidak dapat terukur di sertai dengan upaya sadar, terus menerus, konsisten, berkesinambungan, komprehensif, tunduk dalam sebuah ketetapan pada hukum yang tertera dalam Al-Qur’an maupun assunah, dan menjaga segala aspek yang berhubungan dengan aspek (aqidah, ibadah, muamalah, akhlak, fiqih,) serta menjauhi bahayanya syirik, baik syirik kecil maupun syirik besar. Hal ini dapat di praktekkan dalam kehidupan sehari- hari sebagai insan yang menjadi teladan bagi insan yang lainnya.
2. Tujuan Nilai-Nilai Istiqomah Dalam Pendidikan Karakter
Tujuan penanaman nilai Istiqomah dalam pendidikan karakter di antaranya adalah :
23 Hasyim bin abdullah Asy-syu’ail , kiat cerdas meraih istiqomah (Surabaya : Pustaka Elba,
a. Mempersiapkan diri sebagai manusia insan kamil (seutuhnya). Pada Surat Al- Baqarah ayat : 124
ََلاَقََاماَمَإَ َساَنلَلَ َكَلَعاَجًَََنَإََلاَقََنَهَمَتَأَفََتاَمَلَكَبََهَب َرََمٍَها َرَبَإَىَلَتَباََذَإَو َ َ َ ََ ََ َ َ ََ َ َ ََ ََ َ َ َ َ َ ََ َ ََ َ َ ََ َ َ َ َ َ ََ َ َ َ َ َ ََ َ َ َ َ ََ َ َ َ َ َََ َ َ َََ َ َ َ
ََمَلاَظلاَيَدَهَعََلاَنٌَََلاََلاَقًََتٌَ ََرَذَنَم َو َ َ ََ َ ََََ َ َ َ َ َ َ َ ََ َ َ َ َ َََ َ َ َ َََ َ َ Artinya :Dan (Ingatlah), ketika Ibrahim diuji Rabb-nya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”. Ibrahim berkata: “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku.” Allah berfirman: Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang zhalim. (Qs. Al
baqarah : 124 ) 24
Dalam kalimat perintah dan larangan di atas adalah insan kami, mengandung beberapa pengertian pokok yaitu :
1. sosok ibrahim nabiyullah merupakan qudwah (contoh ) sebagai insan kamil, manusia seutuhnya. arti dari kalimat larangan dan perintah di atas menunjukkan bahwa, ibrahim ketika di uji karena keimanannya tersebut dapat mempertahankan segala perintahnya, menjauhi larangannya dengan melakukan sebuah komitmen dalam
menjaga amalan dan mengaplikasikan amalan secara
berkesinambungan.
2. Insan kamil dalam arti mengetahui dua cara melalui penjelasan dalam Al-Qur‟an dan assunnah melalui figur nyata hasil didikan islam, maka kita sebagai manusia tidak akan terbimbing pada jalan yang di gariskan oleh Islam, kemudian tidak akan menjadi muslim hakiki dan masyarakat tidak akan menjadi masyarakat islam yang sesungguhnya.
24
Uraian tersebut di atas sangat jelas bahwa, insan kamil ( manusia seutuhnya ) merupakan orang-orang yang terbina sebagaimana yang di inginkan oleh Al-Qur‟an dan hadist, Mereka inilah wujud nyata dari insan kamil Islam, Karena manusia yang sempurna menurut Islam bukan sekedar ide atau khayalan yang tidak akan pernah kita jumpai dan hanya
merupakan hasil imajinasi atau idealisme semata. 25
b. Membentuk Pribadi Muslim Melalui Nilai Istiqomah
Pribadi muslim yang harus di bentuk melalui nilai istiqomah merupakan prasyarat untuk Menjadikan anak didik pribadi yang soleh dan harus di lakukan
dengan ikhtiar yang sungguh sungguh.26 di lakukan dengan ikhtiar disini
maksudnya adalah masukan mentah yang berupa anak didik harus di didik dalam sistem pembelajaran yang baik, berada dalam lingkup yang Islami.
Membentuk pemahaman tentang nilai-nilai Istiqomah dalam Pendidikan karakter Berkenaan dengan konstruksi teoretis ilmu pendidikan Islam berdasarkan paradigma islam, ada beberapa langkah penting yang harus di lalui sebagai berikut :
1. Mengidentiikasi ayat-ayat yang telah di jaring melalui ke dalam teknik beberapa kategori tertentu, ayat ayat yang berhasil di identifikasi tersebut tetap di berlakukan sebagai data, bukan sebagai doktrin ideologi.
2. Mencari pesan normatif ayat-ayat Al-Qur‟an melalui transendensi makna tekstual dari penafsiran-penafsiran kontekstual berikut berupa historisnya.
25 Murtadha Muthahari., Manusia seutuhnya (study kritis berbagai pandangan filosofis ), (pustaka
hidayah) hal. 4
26 Ahmad Munjin Nasih dkk, Pendidikan Agama Islam (metode dan teknik pembelajaran,
3. Melakukan korespondensi antara fakta sosial yang ada dengan hasil perumusan pesan normatif Al-Qur‟an yang telah di angkat dari
penafsiran kontekstual dan berupa historisnya. 27
c. Metode Penanaman Nilai- Nilai Istiqomah Melalui Pendidikan Karakter Metode yang di gunakan dalam penanaman nilai-nilai Istiqomah melalui pendidikan antara lain : pembiasaan dan akhlak dalam kehidupan sehari hari. Penjelasan dari beberapa metode yang di gunakan dalam pendekatan penerapan nilai- nilai istiqomah melalui pendidikan yaitu :
1. Metode pembiasaan yaitu memberikan penanaman nilai istiqomah berupa nilai normatif di dalam Al-Qur‟an. Disini seorang anak diberikan gambaran pemahaman berbagai kondisi nyata di lingkungan di sekitarnya.
Sabda Nabi SAW :
Jika seorang muslim atau orang mukmin berwudhu, lalu dia membasuh mukanya, niscaya keluar dari mukanya setiap kesalahan yang di lihat oleh kedua matanya seiring dengan mengalirnya air atau tetesan air yang terakhir, kemudian jika dia membasuh kedua tangannya seiring dengan mengalirnya atau tetesan air yang terakhir, sehingga dia selesai (berwudhu) dalam keadaan
Firmannya Azzawajalla, Tatannazzalul alaihimul malaikatu “ maka malaikat akan turun kepada mereka „ Mujahid Assudi, Zaid Bin Aslam dan putranya mengatakan, yakni saat kematian tiba para malaikat akan turun seraya mengatakan wala takhofu “ janganlah kalian takut “ Mujahid Ikrimah, dan zaid bin Aslam mengatakan, yakni, dari apa yang mereka hadapi dari perkara akhirat. Wala
27 M. Sirozi Kasinyo Harto dkk, Arah baru studi Islam di Indonesia ,Teori dan metodelogi (
tahzanu “ janganlah kamu bersedih. “ atas apa yang telah kalian tinggalkan di dunia, baik anak, keluarga, harta, ataupun hutang,
karena kami akan menggantinya untuk kalian. 28
Dalam Hadist Rasulullah SAW terdapat banyak Petunjuk tentang metode pengajaran, baik mengenai prinsipnya maupun bentuk metodenya. Misalnya di dalam hadist yang di riwayatkan oleh Bukhori di bawah ini
“Diriwayatkan bahwa Abdullah Ibnu Mas‟ud biasa mengajari orang-orang pada setiap hari kamis. Kemudian seseorang berkata kepadanya” wahai ayah Abdurrahman, sungguh Aku lebih suka apabila anda mengajari kami setiap hari.” Dia menjawab, “ aku tidak berbuat demikian karena aku khawatir membuat kalian bosan, dan karenanya aku memperhatikan waktu dalam menasehati kalian sebagaimana Nabi SAW memperhatikan waktu dalam menasehati kami karena khawatir
membuat kami bosan. “ (HR. Bukhori). 29
d. Memahami, Mengenalkan Karakter Seorang Manusia Terhadap Allah dan Ciptaan Allah SWT.
Maulawi, dalam Diwan Matsnawi-nya, telah mensyiarkan sebuah hadist Rasul saw tentang tentang tiga kelompok makhluk Allah SWT.
Telah datang dalam hadist bahwa khallaq majid telah menciptakan makhluk alam dalam tiga golongan :
1. Pertama, di ciptakan dari akal, ilmu dan kemurahan hati, mereka adalah malaikat yang tidak tau apa- apa kecuali sujud. Dalam unsurnya tak terdapat nafsu dan sifat rakus, mereka adalah nur mutlak yang hidup dengan isyq ilahi
2. Kedua, di ciptakan kosong dari ilmu, mereka adalah hewan yang puas hanya dengan rumput, tidak mengharap kecuali kandang dan ilalang, mereka tidak mengenal kemuliaan maupun kekejian
3. Ketiga, adalah anak adam, manusia separuhnya dari malaikat dan separuhnya lagi dari hewan, unsur mana yang menang dan dapat
menguasai yang lain, ia akan menjadi unsur yang menang itu. 30
28 Imam Ibnu Katsir , Tafsir Ibnu Katsir, insan kamil (Solo : 2015) hal. 113-114
29 Ahmad Munjin Nasih dkk, Pendidikan Agama Islam (Metode dan teknik pembelajaran ). Jakarta
: Cetakan pertama 2009., hal. 37
30
Metode pengenalan makhluk Allah di atas, ada perbedaan antara manusia, malaikat, dan hewan terletak pada susunan unsur dzatnya, sebagaimana di sebut dalam Al-Qur‟an surah Al- Insan ayat 2-3.
“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang kami hendak mengujinya ( dengan perintah dan larangan ), karena itu kami jadikan dia mendengar dan melihat. Sesungguhnya kami telah menunjukinya jalan yang lurus, ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir. (QS. Al- Insan : 2-3 )31
Ayat di atas menjelaskan penciptaan manusia dari nutfah (sperma) yang di dalamnya terdapat banyak campuran, yakni pada diri manusia tertimbun serangkaian potensi. Kemudian ia akan sampai pada satu fase atau tahapan dimana manusia tersebut akan di uji. Tidak seperti halnya dengan makhluk lain yang Allah ciptakan, mereka tidak layak mendapatkan sebuah ujian seperti manusia pada kodratnya layak di berikan ujian, pada dasarnya makhluk Allah yang lain di ciptakan tidak untuk di uji. Makhluk Allah (insan) manusia sebagai insan kamil, tentu senantiasa di berikan ujian dan cobaan hidup sesuai porsi maupun kualitas pada masing-masing individu, seperti seorang Rasul, Nabi- nabi Allah, para sahabat, pengikut sahahat, dan tabiut tabiin.
Komitmen sebagai insan kamil dalam penanaman nilai istiqomah . komitmen ini akan menjadi metode dalam perjalanan setiap manusia menuju gelar manusia seutuhnya dan sebenar benarnya dalam mewakilkan manusia yang lainnya di muka bumi ini. Komitmen secara keseluruhan di katakan sempurna apabila manusia secara sadar di berikan contoh pada setiap tahapan melalui pembiasaan di sertai dengan tindakan normatif yang di lakukan oleh orang tua dan pendidik dengan bekerjasama saling berperan.
31
3. Unsur Nilai-Nilai Istiqomah
a. Sabar
Sabar adalah sebuah pilar atas kebahagian seorang yang menghambakan dirinya kepada Allah dengan rasa sabar untuk menjadikan seorang hamba supaya terjaga dari kemaksiatan, konsisten menjalankan
ketaatan, serta tabah dalam menghadapi berbagai macam cobaan. 32
Sabar menurut Syaikh Muhammad bin salih Al Utsaimin R.a adalah meneguhkan diri dalam menjalankan ketaatan kepada Allah, menahannya dari segala perbuatan maksiat kepada Allah, serta menjaga
dari perasaan dan sikap marah dalam menghadapi takdir Allah.33
b. Keteguhan hati
Keteguhan hati adalah ridha terhadap berbagai macam bencana (bala) kecuali sabar, keteguhan hati ini mereka tetap pada permintaan akan keridhaan Allah setelah mereka melihat puncak kenikmatan dan keutaman dari keteguhan hati bahwa puncak dari segala tujuan adalah
terangkatnya hijab (penghalang) antara hamba dan Allah. 34
Keteguhan hati yaitu seorang hamba yang hatinya disibukkan dengan kecintaan dan kerinduan kepada Allah, ia tidak akan pernah merasakan sakit atas ujian serta musibah yang ditakdirkan Allah kepada dirinya, akan tetapi seorang hamba yang diberi Allah ujian atau musibah tetap meneguhkan hatinya dengan menyibukkan hati karena sebab kecintaan dan kerinduan
kepada Allah yakni kesibukan yang paling mulia. 35
32 Abu Muslih Ari Wahyudi, Hakikat Sabar, ( Jabar jatinangor : Pustaka Elposowiy, 2008) hal. 1. 33 Ibid, hal. 1.
34 Sa’id Hawa, Tazkiyatun Nafs, (Jakarta : Pena Pundi Aksara, 2005 ) Hal.404. 35
c. Keberanian
Keberanian ini adalah bentuk dari tawakkal seseorang karena kekuatannya dalam menghadapi sesuatu, kemudian mampu menegakkan kebenaran tanpa ada rasa takut (khouf) kecuali ketakutan hanya kepada Allah semata, Oleh karena itu keberanian melalui tawakkal tidak akan pernah terwujud kecuali diringi dengan kekuatan hati dan keyakinan
terhadap wujud pertolongan Allah. 36
d. Penyucian diri (Tazkiyatun Nafs)
Penyujian diri atau Tazkiyatun Nafs adalah ketika hati dan jiwa memerlukan ikatan janji setiap saat agar tetap senantiasa melakukan penetapan syarat (Musyarathah), maka langkah yang diambil dalam penyucian jiwa ini selalu muraqabah (awasan) serta memperhatikannya dengan mata yang tajam ketika melakukan perbuatan, karena seandainya jiwa dibiarkan, maka ia akan melampaui batas dan rusak, sebagaimana ihsan (kebaikan) yang ada pada diri manusia adalah ia beribadah kepada Allah seolah-olah ia melihat Allah,
penyucian jiwalah yang akan meraih keberuntungan. 37
4. Syarat-Syarat Istiqomah
a. Mengenal Allah (Ma‟rifatullah) Rasulullah Saw bersabda :
“Siapa yang mengenal dirinya, pasti mengenal Tuhannya”. Al-Qur‟an al- karim memberikan penilaian istimewa untuk manusia dari semua
makhluk di alam ini. 38 dalam surah Fushilat ayat 53 Allah berfirman :
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) kami di segenap ufuq (afaq : alam materi ) dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur‟an itu benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup ( bagi kamu ) bahwa sesungguhnya
dia menyaksikan segala sesuatu”. (QS. Al-Insan : 53) 39
36 Ibid, hal. 354. 37 Ibid, hal. 148 38 Qs, Fushilat : 53 39 Qs. Al-Insan : 53
Melalui ayat di atas ini, surah Al-Insan memberikan penegasan bahwa Al-Qur‟an telah membedakan antara afaq yang berarti alam materi dan anfus yang berarti diri manusia. Dan dari ayat inilah, literatul mengenal istilah “ ayat afaqi dan ayat anfusi” atau yang biasa disebut dengan masail afaqi dan masail anfusi. Penegasan dalam arti dari keduanya menggambarkan bahwa sebagai insan kamil yaitu harus seimbang dalam muamalah, antara hubungan manusia dengan Allah, Hubungan manusia dengan manusia, karena keduanya terdapat jarak, amalan dengan hati ada jarak, amalan dengan Allah ada jarak. untuk mengenal unsur kemanusiaannya sebagai manusia yang insani dan haqiqi, maka seharusnya nilai-nilai atas dasar prinsip ruhaniyah berdasarkan ayat di atas surah Al- Insan tersebut adalah terinternalisasi pada diri manusia dengan melibatkan hati di dalam jiwa insani.
b. Mengenal Rasulullah (Ma‟rifaturrasul)
Seorang muslim merasakan di lubuk hatinya yang paling dalam kewajiban beradab dengan sempurna terhadap Rasulullah SAW. Demikian itu karena sebab berikut :
1. Sesungguhnya Allah telah mewajibkan atas setiap muslim laki
laki maupun perempuan untuk beradab kepada beliau SAW. 40
sebagaimana di tegaskan di dalam firman Allah SWT.
“hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian meninggikan suara kalian melebihi suara nabi, dan janganlah kalian berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kalian terhadap sebagian yang lain, supaya (pahala) amalan kalian terhadap sebagian kalian tidak terhapus
sedangkan tidak menyadarinya. “ (Al- Hujurat : 2) 41
40 Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jasa’iri , KITAB : Minhajul Muslim, Konsep hidup ideal dalam
islam , hal. 145.
41
a. Sesungguhnya Allah SWT telah mewajibkan atas orang-orang
mukmin untuk menaati dan mencintainya. Firman Allah SWT. 42
“Hai orang-orang beriman, taatilah Allah dan Taatilah Rasul.
“ (Muhammad : 33) 43
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan di timpa cobaan dan adab yang pedih.” (An-Nur : 7 )44
Penjelasan kutipan dari beberapa ayat di atas bahwa, apabila ia wajib menaatinya dan di haramkan menyelisihinya, maka itu menuntut dirinya beradab terhadapnya di dalam segala kondisi.
b. Sesungguhnya Allah telah menjadikan beliau sebagai Al-hakim (Pemutus segala perkara), lalu Allah menjadikan beliau sebagai imam (pemimpin ) dan al- hakim
c. Sesungguhnya Allah telah mewajibkan untuk mencintainya,
berdasarkan penuturan beliau SAW. 45
Maksud dari tujuan hadist di atas adalah barangsiapa yang wajib di cintai, maka wajib pula beradab dan bersopan santun kepadanya, beliau seorang Rasul yang di utus oleh Allah sebagai pioner penggerak sampai akhir hayat, sebagai qudwah teladan bagi umat seluruh muka bumi, pengibar panji Allah dengan kalimah Laa Ilaa Haa ilallah. Beliau adalah nabiyullah pemimpin umat seluruh alam, karena beliaulah islam ini tegak di muka bumi. Wajib bagi kita semua sebagai hamba Allah menaati Rasul, perintahnya dan senantia bersalawat
42 Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jasa’iri , KITAB : Minhajul Muslim, Konsep hidup ideal dalam
islam , hal. 146
43 Qs : Muhammad : 33 44 Qs. An-Nur : 7
45 Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jasa’iri , KITAB : Minhajul Muslim, Konsep hidup ideal dalam
untuknya. Oleh karena itu ketetapan atas dasar hukum Allah melalui perantara nabi dan Rasul Allah wajib di Imani baik secara dahir ( tampak ) maupun batin.
d. Apa yang Allah istimewakan untuk beliau berupa keindahan jasad dan Akhlak, dan apa yang Allah anugerahkan kepadanya berupa kesempurnaan jiwa dan dat, beliau adalah makhluk yang paling tampan dan sempurna secara mutlak. Yang demikian itu wajib bagi kita
untuk menaati perintah Rasul Allah. 46
Beberapa faktor yang mengharuskan kita sebagai umat beliau Rasulullah SAW, beradab dan mengimani. Oleh karena itu, Ada tata cara beradab beserta bentuk yang seharusnya kita ketahui sebagai umat yang mengimani Rasulullah. beradab terhadap beliau SAW dapat di lakukam dengan hal-hal berikut ini :
a) Menaatinya,mengikuti jejaknya, dan mengimplemantasikan segenap langkah-langkahnya di dalam seluruh aktivitas kita, baik dalam urusan dunia maupun agama.
b) Mengutamakan kecintaan kepadanya, menghormatinya dan mengagungkannya melebihi kecintaann, penghormatan, dan pengagungan kepada makhluk laiinya.
c) Mencintai orang yang beliau cintai, memusuhi orang yang beliau musuhi, ridha terhadap apa saja yang menjadi keridhaannya dan marah terhadap apa saja yang menyebabkan kemarahannya.
d) Mengagungkan dan memuliakan namanya ketika di sebut,
bershalawat dan salam kepadanya, menghormatinya,
menjunjung tinggi akhlak dan keutamaannya.
e) Membenarkan setiap apa yang beliau kabarkan, baik di dalam urusan dunia, agama maupun perkara ghaib di dalam kehidupan dunia dan akhirat.
f) Menghidupkan sunnahnya, menerapkan syariatnya menyebarkan dakwahnya dan menunaikan wasiatnya.
g) Merendahkan suara di sisi kuburnya dan di dalam masjidnya bagi orang yang Allah muliakan untuk menjiarahinya, memuliakannya dengan berdiri di sisi kuburnya Rasulullah Saw. h) Mencintai orang-orang yang shalih, membela dan menolong
mereka dengan kecintaannya, dan membenci orang orang yang
berbuat fasik dan memusuhi mereka dengan kebenciannya.47
Inilah beberapa fenomena beradab terhadap beliau Saw. Seorang muslim selalu berupaya semaksimal mungkin untuk melaksanakan dan menjaganya dengan sempurna, karena kesempurnaan dan kebahagiaannya bergantung kepadanya. Seorang abdi (hamba), semoga Allah senantiasa memberikan taufik kepada kita semua, sebagai pengikut Rasul dan barisan Rasul terdepan, dan sebagai abdi termasuk pengikut, penolong dan menjadi dari pada golongan beliau Rasulullah SAW.
47
c. Ma‟rifatul Insan (Mengenal Manusia)
Salah satu unsur pada diri manusia yang berada di luar dimensi alam materi yang biasa di sebut selama ini, yaitu nilai-nilai insani
atau dengan kata lain kemanusiaan manusia.48 Hal itu di sebabkan
karena unsur kemanusiaan manusia, yang memberi kepribadian dan karakter bagi manusia , memiliki sifat yang khusus.
1. Unsur tersebut walaupun berhubungan dengan alam ini, tidak mempunyai kesesuaian dengan konstruksi fisik manusia, tidak dapat di rasa dan di raba. Atau dengan kata lain, unsur tersebut maknawiyyat, bukan maddiyat.
2. Nilai- nilai insaniyah, keutamaan dan kpribadian manusia ini tidak tercipta bersamaan dengan lahirnya manusia kedunia ini, tetapi manusia itu sendiri yang menciptakannya.
Imam Ali bin Musa ar-Ridha a.s. berkata :
“Tidak akan di ketahui apa yang ada di alam ma‟na (ghaib) kecuali melalui apa yang ada dalam diri manusia.”
Manusia adalah suatu hakekat yang lepas dan berpisah dari tempat asalnya. Manusia datang ke alam ini untuk melaksanakan sebuah risalah, perpisahan dengan tempat asal inilah yang menjadikan ia merasa asing, menahan rindu, dan derita. Manusia ingin kembali ke asalnya, kembali kepada Allah SWT. Seperti halnya Nabi Adam AS dan ibunda Hawa terusir dari syurga, Allah turunkan ke bumi, kemudian
manusia ingin segera kembali ke syurga yang telah di janjikan. 49
48 Murtadha Muthhari, Manusia Seutuhnya. (study kritis berbagai pandangan Filosofis ). Sadra
Pres
49
Derita manusia adalah derita tuhan yang kemudian berakhir derita perpisahan, dan derita kerinduan untuk kembali ke Rabbul Alamin. Manusia memiliki kedudukan, seberapapun tingginya kedudukan manusia di dunia ini, ia tidak akan pernah sampai pada mas‟syuqnya (kekasihnya).
d. Manusia mencari kesempurnaan yang mutlak
Manusia mempunyai sifat selalu menginginkan dan mendambakan sesuatu yang tidak di milikinya. Manusia akan berusaha dengan caranya tersebut untuk mendapatkannya, namun, setelah berhasil memperolehnya, manusia akan merasa bosan dan mengabaikannya. Manusia adalah maujud yang tidak dapat selamanya mencintai sesuatu yang terbatas, tidak dan selalu bersama sesuatu yang fana, tidak dapat selalu bertahan dengan sesuatu yang terikat oleh ruang dan waktu.
Manusia adalah maujud yang mencintai dan selalu mencari kesempurnaan yang mutlak, bukan yang nisbi (relatif) artinya, manusia mencintai dzat yang maha tinggi dan sempurna. Siapa saja yang mengingkari tuhan, pada hakikatnya mencari mencari dan mencintai tuhan, mereka adalah manusia yang fitrahnya mendorong untuk mencari kesempurnaan yang mutlak, hanya jalan yang mereka lintasi merupakan jalan yang salah dan tersesat.
Penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa, mengenai ma‟rifatul insan di atas dapat di simpulkan bahwa, sebagai manusia seharusnya menjadi pemimpin bagi manusia yang lainnya, dari sudut pandang akidah, ibadah muamalah, akhlak. Manusia sebagai insan wajib
memenuhi haq Allah, bijak dalam menghadapi segala hukum Allah yang termaktub dalam Al-Qur‟an dan Al-Hadist. Manusia disini siap dalam berbagai macam ujian, anugrah Allah yang datang, kenikmatan dalam kesyukuran, serta istiqomah yang sifatnya berkelanjutan dalam urusan muamalah.
e. Jihad An- Nafs
Manusia menurut Murthadha Mutthahari dalam bukunya yang berjudul “ Manusia seutuhnya” menyatakan bahwa, kita sebagai manusia diperintahkan untuk melakukan jihad an nafs, akan tetapi perintah ini tidak mutlak seperti yang di yakini oleh sebagian para „urafa‟. Perintah untuk memerangi nafs ketika hendak memenuhi kebutuhan untuk makan, minum, berpakaian, bertempat tinggal, menyalurkan gairah seksual, bersenang-senang, berekreasi, dan sebagainya.
Manusia di perintahkan memerangi nafs ketika manusia tersebut mulai menampakkan kekejian-kekejian batin yang terpendam dan mulai menguasai kita untuk bersikap hasud, dengki, rakus, tamak, dendam, takabbur, bangga diri, bukhl, sebagaimana dalam firmannya memerintahkan kita sebagai hamba Allah untuk memerangi nafs jenis yang di katakan ammarah bissu‟.
5. Pendidikan Karakter
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara. 50
Secara umum dan sangat mendasar Drikara mengatakan bahwa pendidikan adalah memanusiakan manusia muda. Pengangkatan manusia muda ke taraf intansi itulah yang menjelma dalam semua perbuatan mendidik. Dengan singkat, intisari dari pendidikan adalah pemanusian manusia muda51.
Karakter berasal dari bahasa yunani charassein dan kharax yang maknanya tools for making atau to engrave yang artinya mengukir, kata ini mulai banyak di gunakan kembali dalam bahasa prancis “carakter” sebelum akhirnya menjadi bahasa Indonesia menjadi “karakter”. 52
Karakater merupakan perilaku yang ditunjukkan oleh seseorang dalam kehidupan sehari-hari yang mempunyai kecenderungan kearah positif maupun negatif. Dalam pendidikan tentu saja karakter positif yang ingin ditanamkan dalam diri para peserta didik. Peserta didik yang berkarakter inilah yang selalu diharapakan oleh semua pihak. Menurut pandangan Suharjana dalam Darmiyati Zuchdi 2011 yang dimaksud karakter adalah sebuah cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menjadi ciri khas seseorang yang menjadi kebiasaan yang ditampilkan dalam kehidupan bermasyarakat.
50
Depdiknas. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, (Jakarta : Depdiknas 2003)
51 syamsyu yusuf , L.N, Pedagogik pendidikan dasar Bandung : SPS UPI, 2007) hal. 19 52 Alfat Jhon, Membangun karakter Tangguh, Mempersiapkan Generasi Anti kecurangan
6. Unsur –Unsur Pendidikan Karakter
Unsur dalam pendidikan karakter secara psikologis manusia dan sosial, pendidikan karakter memiliki beberapa unsur yang berkaitan dengan terbentuknya pendidikan karakter. Unsur tersebut menunjukkan bagaimana karakter individu atau perorangan, unsur tersebut diantaranya :
a. Sikap
Sikap menurut akhlak Islam adalah tata krama bergaul dengan orang lain supaya menghormati nilai keindahan, spirit keindahan, jiwa yang lembut, serta menjaga kedisiplinan, kebersihan, dan menghindar dari perasaan yang sensitif, kemudian menjaga kesucian jiwa yang mampu memahami suatu kesalahan dalam memperkirakan terjadinya penyebab sebuah kesalahan apapun bentuk penyebabnya. 53
Sikap yang dimaksud dari pengertian tersebut bahwa, sikap seseorang merupakan bagian dari karakter, sikap akan menunjukkan secara otomatis karakter seseorang akan kepribadiannya dari sikap yang dimiliki dalam menentukan baik buruknya seseorang bersikap.
b. Emosional
Emosi dalam perspektif Al-Qur’an menurut kamus munawwir memiliki makna penderitaan, perasaan, sentiment atau nafsu terhadap adanya perasaan serta kondisi hati, disini emosi yang dimaksud Al-Qur’an adalah gambaran manusia mengenai suatu peristiwa- peristiwa yang terjadi dari berbagai peristiwa emosional yang termasuk beberapa emosi yang dirasakan manusia, seperti takut, marah, cinta, senang,
53
antipasti dan malu. 54 sebagaimana berikut dijelaskan emosi yang di isyaratkan dalam Al-qur’an
1. Takut
Emosi takut merupakan emosi yang terpenting dalam kehidupan manusia, sebab ketakutan akan membantu manusia untuk lebih berhati-hati terhadap segala bahaya yang mengancam, hal itu akan membantu manusia dalam menjaga kelangsungan hidupnya, emosi takut manusia dalam Al-Qur’an mempunya cakupan yang luas, ketakutan ini tidak hanya menggambarkan ketakutan yang ada didunia melainkan ketakutan diakhirat. 55
Sebagaimana firman Allah dalam surah Al baqarah berbunyi : “ Dan kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampailah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (QS. Al-Baqarah : 155)56
2. Konsep Diri
Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan, konsep ini bukan merupakan faktor bawaan, meliankan berkembang dari pengalaman yang terus menerus, dasar dari konsep diri individu ditanamkan pada saat-saat dini kehidupan anak menjadi dasar yang mempengaruhi tingkah laku untuk kehidupan selanjutnya. 57
54
Muhammad Utsman Najati, psikologi Dalam Al-Qur‟an, ( Bandung : CV Pustaka setia,2005 Cet. 1) hal. 2.
55 Ibid. hal 2.
56 QS. AL-Baqarah : 155. 57
Berdasarkan pengertian diatas, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa konsep diri adalah pengalaman yang dimiliki seseorang karena terjadinya sebuah interaksi yang berkembang dalam bentuk pengalaman yang dilakukan secara berkesinambungan.
3. Proses Pembententukan karakter
Proses Pendidikan karakter yang pertama adalah pengenalan dari mengenalkan kebiasaan dan pemahaman cara berpikir dan perilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerja bersama sebagai keluarga, masyarakat, dan bernegara dan membantu mereka untuk membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan, oleh karena itu Karakter yang menjadi acuan seperti yang terdapat Enam jenis karakter yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Trustworthiness, bentuk karakter yang membuat seseorang menjadi: berintegritas, jujur, dan loyal
b. Fairness, bentuk karakter yang membuat seseorang memiliki pemikiran terbuka serta tidak suka memanfaatkan orang lain. c. Caring, bentuk karakter yang membuat seseorang memiliki
sikap peduli dan perhatian terhadap orang lain maupun kondisi sosial lingkungan sekitar.
d. Respect, bentuk karakter yang membuat seseorang selalu menghargai dan menghormati orang lain.
e. Citizenship, bentuk karakter yang membuat seseorang sadar hukum dan peraturan serta peduli terhadap lingkungan alam.
f. Responsibility, bentuk karakter yang membuat seseorang bertanggung jawab, disiplin, dan selalu melakukan sesuatu dengan sebaik mungkin. 58
7. Surah Luqman
Surah Luqman adalah surah yang didalamya terdapat 34 ayat, surah Luqman disebut sebagai surah makkiyah karena turunnya dimekkah. surah luqman ini berisi tentang kisah Luqman A.s yang bergelar Al-Hakim, karena Luqman oleh Allah diberi kelebihan anugrah berupa hikmah, dalam surah Luqman menceritakan bagaimana sosok Luqman A.s, akan tetapi Luqman bukanlah seorang nabi, melainkan ia adalah hamba yang dijaga, dipelihara, dilindungi dan dicintai oleh Allah, oleh karenanya Allah mengabadikannya dalam Al-Qur’an bahwa Luqman seorang yang sangat mulia , ia menunjukkan sebagai hamba yang cinta kepada tuhannya, sebagaimana yang termaktub pada surah Luqman didalamnya, Luqman merupakan seorang pendidik yang bertanggung jawab, kemudian teladan dalam setiap perilakunya. 59
Sebab nuzul atau turunnya surah Luqman ini sebagaimana riwayat, adapun sebab nuzul (turunnya) beberapa ayat didalamnya, diantaranya:
a. Sebab Nuzul yang pertama (QS. Luqman 31 :6)
Diriwayatkan oleh Jubair dari Ibnu Abbas bahwasanya ayat ini turun berkenaan dengan seorang Quraisy yang bernama Nadhar Bin Harits. Ia selalu menghalang-halangi orang-orang yang akan mengikuti ajakan Rasulullah untuk memeluk Islam. Ketika orang-orang hendak memenuhi seruan Rasulullah, dia menyuruh para biduan untuk menghibur dan melayani mereka dengan minuman dan makanan. Dengan demikian . mereka pula berpaling dari Islam. Lalu, turunlah ayat ini sebagai ancaman bagi orang-orang yang demikian. (Lubabun Nuqul : 153) 60
58
Wanda Chrisiana. 2005 Upaya Penerapan Pendidikan : Karakter Studi Kasus dijurusan Teknik Uk.Petra .Surabaya : Jurnal Teknik Industri. Vol.7 . No 1 : 83-90.
59 QS. Surah Luqman, Al-Qur‟an dan terjemah (Jakarta : Departemen Agama, 2007),hal 411-414. 60 QS. Surah Luqman : 6 , (Asbabun Nuzul) Al-Qur‟an dan Terjemah (Jakarta : Departemen
b. Sebab Nuzul (turunnya) yang kedua ( QS.Luqman, 31 : 13)
Ketika Rasulullah menyampaikan ayat ke 28 surah Al- An’am, yang mengisahkan penyesalan orang-orang musyrik akibat kemusyrikannya, para sahabat merasa kesulitan untuk menghindarkan keimanan dan kedzaliman. Kemudian, Rasulullah membacakan ayat yang baru turun ini yang mengisahkan cara Luqman mengantisipasi putranya agar tidak syirik. 61
c. Sebab Nuzul (turunnya) yang ketiga (QS. Luqman 31 :27)
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari ikrimah bahwa ketika segolongan ahli kitab bertanya tentang roh, kemudian mereka mendapat jawaban bahwa ilmu manusia itu sangat sedikit, sebagaimana pada ayat ke- 85 Surah Al-Isra’. Maka, mereka mengatakan bahwa mereka memiliki ilmu yang banyak kerena mereka telah mendapatkan Taurat, dan siapa yang mendapat Taurat, niscaya dia mendapatkan ilmu yang banyak . maka dari itu, turunlah ayat ini yang menegaskan bahwa ilmu Allah tidak terhingga. ( Lubabun Nuqul :154)62
d. Sebab Nuzul (Turunnya ) yang keempat ( QS. Luqman 31 :34)
Diriwayatkan dari ibnu Jarir dan Ibnu Hatim dari Mujahid bahwa ketika itu Rasulullah ditanya oleh seorang Arab Badui, Harits Bin Amir, tentang jenis kelamin bayi yang akan dilahirkan oleh istrinya, waktu turun hujan, dan tentang waktu kematian yang tiba. Lalu, turunlah ayat ini yang menjelaskan bahwa Allah semata yang mengetahui lima hal , pertama, datangnya kiamat, kedua, turunnya hujan, ketiga, mengetahui jenis kandungan, keempat, apa yang dilakukan hamba-hambanya, dan yang kelima, waktu dan tempat kematian makhluk-makhluknya (Lubabun Nuqul :154)63
8. Tafsir Al-Azhar (Surah Luqman )
Tafsir Al-Azhar mengenai surah Luqman ini memberikan pembahasan terkait dengan beberapa nilai istiqomah didalamnya, nilai istiqomah pada surah Luqman tersebut terdiri dari tiga pokok hal inti nilai istiqomah yakini, nilai istiqomah dalam pendidikan Akhlak (sikap), Nilai
61 QS. Surah Luqman : 13 , (Asbabun Nuzul) Al-Qur‟an dan Terjemah (Jakarta : Departemen
Agama, 2007), hal. 412.
62 QS. Surah Luqman : 27, (Asbabun Nuzul) Al-Qur‟an dan Terjemah (Jakarta : Departemen
Agama, 2007), hal. 413.
63 QS. Surah Luqman :34, (Asbabun Nuzul) Al-Qur‟an dan Terjemah (Jakarta : Departemen
Istiqomah dalam Aqidah (keyakinan), dan yang terakhir nilai Istiqomah dalam ibadah (spiritual), kemudian yang menjadi dasar dalam surah Lukman ini berkenaan dengan kisah sosok yang mulia, seorang hamba yang dijaga oleh Allah, dipelihara dan mempunyai Akhlak yang baik, serta baik perangainya, ia adalah Luqman A.S, sebagaimana Allah mengabadikan dalam surah yang disebut makkiyah atau surah yang turunnya dimekkah. 64
9. Prof. Dr. Hamka
Prof Dr. Hamka adalah seorang ulama kontemporer yang terkenal, beliau adalah salah satu pewaris negri yang meninggalkan banyak karya, terutama Tafsir Al-Azhar yang diselesaikan dalam penjara selama dua tahun, beliau adalah seorang pelopor gerakan Islah (Tajdid) diminangkabau serta salah satu tokoh utama dari gerakan pembaruan yang membawa reformasi Islam dari kalangan muda, banyak sekali yang beliau geluti selain menjadi ahli Tafsir dalam syarah (penjelasannya), karena pendidikan ayahnya Hamka banyak bermulazamah kepada tokoh-tokoh besar terutama didikan dari ayahnya Dr.H. Abdul Karim Amrullah. 65
64 Prof. Dr. Hamka, Tafsir Al –Azhar, (Jakarta : penerbit Panjimas ,1982). Hal. 5567-5574. 65