234
MECHATRONIC AND ROBOTIC
ANALISIS KESTABILAN ROBOT SEPAKBOLA BERODA DALAM
MENGEJAR BOLA DENGAN METODE INVERSE KINEMATIC
Muhamad Hafizh Islami Sidiq1, Amperawan2, Yudi Wijanarko3
1Jurusan Teknik Elektro Program Studi Sarjana Terapan Teknik Elektro
Konsentrasi Mekatronika Politeknik Negeri Sriwijaya
[email protected], [email protected], [email protected]
ABSTRACT
With the increasing widespread and widespread technological insight today, it has opened up opportunities for robot technology to keep trying to innovate. One of them is the innovation of robot applications into the world of sports such as football. A soccer robot has the exact same concept as a human being to be able to follow or pursue a ball object. However, the obstacle that often arises is how to design a soccer robot in order to move with the right steps to pursue and follow wherever the position of the object is located. To be able to realize it, then in this research is designed a wheeled soccer robot equipped with camera sensor to capture the point of position of the ball in the angle x, y and Ρ² and equipped with 3 wheel or 3 wheel holonomic system. As a determinant of the direction of movement to be pursued during the pursuit of a spherical object kinematic inverse method used to produce the right rotation speed wheel, right and left rhythm is appropriate for the step taken by the robot to be stable and not deviate. This research shows that by applying kinematic inverse method in wheeled soccer robot can give the speed of every motor that is accurate.
Keywords: 3 wheel holonomic, ball detection, encoder, inverse kinematic
ABSTRAK
Dengan semakin marak dan luasnya wawasan teknologi sekarang ini, telah membuka peluang bagi teknologi robot untuk terus mencoba melakukan inovasi baru. Salah satunya adalah inovasi aplikasi robot ke dalam dunia olahraga seperti sepak bola. Sebuah robot sepak bola memiliki konsep yang sama persis layaknya seorang manusia untuk dapat mengikuti atau mengejar objek bola. Namun, kendala yang sering muncul adalah bagaimana merancang sebuah robot sepak bola agar dapat bergerak dengan langkah yang tepat untuk mengejar dan mengikuti dimanapun posisi objek bola tersebut berada. Untuk dapat merealisasikan hal tersebut, maka pada penelitian kali ini dirancanglah sebuah robot sepak bola beroda yang dilengkapi dengan sensor kamera untuk menangkap titik sudut posisi bola x, y dan Ρ² serta dilengkapi sistem 3 roda atau 3 wheel holonomic. Sebagai penentu arah gerakan yang akan ditempuh selama mengejar objek bola digunakan metode inverse kinematic untuk menghasilkan nilai kecepatan putar roda kanan, kiri dan belakang yang sesuai agar langkah yang ditempuh robot menjadi stabil dan tidak menyimpang. Penelitian ini menunjukkan dengan diterapkannya metode inverse kinematic pada robot sepak bola beroda dapat memberikan kecepatan tempuh tiap motor yang akurat.
235
PENDAHULUAN
Aplikasi robot sekarang ini telah berkembang sangat pesat dan mulai memasuki era dunia baru. Pada dunia yang baru ini, banyak sekali aplikasi robot mulai diterapkan pada berbagai macam bidang ilmu dalam kehidupan sehari β hari. Seperti dalam bidang ilmu olahraga, kesehatan, sosial budaya dan lain sebagainya. Salah satunya yaitu sedang marak diteliti dan dikembangkan akhir β akhir ini adalah robot sepak bola dalam dunia olahraga.
Penelitian mengenai robot sepak bola terus berlangsung hingga saat ini. Hampir semua negara di dunia melakukan penelitian tentang robot sepak bola, termasuk Indonesia. Walaupun tergolong baru di Indonesia, penelitian mengenai robot ini menjadi sangat diperhatikan oleh para penggiat ilmu dibidang teknologi, sehingga banyak penggiat ilmu berinovasi dan melakukan kolaborasi lintas jurusan dengan tujuan menghasilkan sebuah robot sepak bola yang dapat memainkan bola layaknya manusia. Walaupun demikian, untuk dapat membuatnya diperlukan suatu desain khusus dan metode yang tepat untuk dapat bergerak mengikuti dan mengejar layaknya seperti robot sepak bola.
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengenai robot sepak bola antara lain : Robot pengikut bola dengan sistem pendeteksi target berdasarkan pengenalan pola dan warna (Jana Utama, Deden Riki, 2017). Penelitian ini
menjelaskan tentang pendeteksian bola
menggunakan kamera, yang kemudian hasil tangkapan gambar akan diproses oleh GUI untuk diolah citra. Hasil data ini akan dikirimkan ke mikrokontroler Arduino untuk menggerakkan aktuator robot bergerak mengikuti dimanapun target bola.
Implementasi sistem gerak holonomic pada robot sepak bola beroda 2017 (Muliady, G. Arisandy, 2017) dengan hasil penelitian menunjukkan keterbatasan pergerakan yang tidak efisien dapat diatasi menggunakan sistem gerak holonomic berupa mecanum drive dengan 5 arah (kiri, kanan, maju, mundur dan diagonal) tanpa mengubah oritentasi robot.
Dynamical models for omni β directional robots with 3 and 4 wheels (H. Oliveira, A.Sousa, A. Moreira
et al., 2008) dengan penjelasan memodelkan suatu robot omni 3 dan 4 roda dengan menggunakan persamaan kinematic dan dynamic agar gerakannya lebih terarah.
3 wheel holonomic merupakan satu dari berbagai
macam desain tata letak roda pada mobile robot. Desain jenis ini menggunakan 3 roda sebagai penggeraknya. Desain 3 wheel holonomic
membentuk roda seperti 3 sisi segitiga sama sisi
dengan sudut antar motornya yaitu 120ΒΊ. Desain ini dipilih karena robot membutuhkan kecepatan dan ketepatan untuk bergerak bebas kesegala arah. Salah satu mobile robot yang menggunakan desain jenis 3 wheel holonomic adalah robot sepak bola beroda.
Robot sepak bola beroda membutuhkan strategi untuk melakukan pergerakan yang efisien agar dapat menyerang dengan cepat dan mencetak gol sehingga dapat memenangkan pertandingan. Karena efisiensi pergerakan robot sangat penting pada robot sepak bola beroda, penulis bermaksud menerapkan metode inverse kinematic pada robot sepak bola beroda sebagai penentu arah gerak robot agar gerakan yang dilakukan oleh 3 wheel holonomic pada robot ini menjadi lebih efisien.
Metode Inverse Kinematic
Kinematika merupakan pembelajaran tentang perpindahan tanpa memperhatikan gaya, torsi, maupun moment yang menyebabkan pergerakan. Kinematik pada robot dapat dihitung berdasarkan struktur mekaniknya.
Gambar 1. 3 Wheel Holonomic
Sumber: Dynamical Models for Omni-directional Robots with 3 and 4 Wheels/researchgate.net
Model sebuah robot omnidirectional pada suatu lokasi (x, y, ΞΈ) dapat ditulis dengan vx(t) = dx(t)/dt, vy(t) = dy(t)/dt, dan Ο(t) = dΞΈ(t)/dt. Persamaan 1 di bawah ini menunjukan transformasi dari kecepatan linear vx dan vy pada frame koordinat bumi ke kecepatan linear v dan vn pada frame koordinat robot [3]. XR =
[
π£(π‘)
π£π(π‘)
Ο(t)
]
; X0 =[
π£π₯(π‘)
π£π¦(π‘)
Ο(t)
]
XR =[
βπ ππ (π(π‘)) πππ (π(π‘)) 0
πππ (π(π‘))
π ππ (π(π‘)) 0
0
0
1
] .
X0Persamaan 1. Transformasi dari kecepatan linear Vx dan Vy pada frame koordinat robot
Kecepatan roda v0, v1, dan v2 bergantung dengan
kecepatan robot v, vn, Ο seperti pada persamaan 2 [3].
236
[
π£
0(π‘)
π£
1(π‘)
π£
2(t)
] = [
βπ ππ (π/3) πππ (π/3) π
0
β1
π
π ππ (π/3)
πππ (π/3) π
] . [
π£(π‘)
π£π(π‘)
Ο(t)
]
Persamaan 2. Kecepatan masing β masing roda
Kecepatan masing-masing roda disimbolkan dengan v0 sebagai roda kiri, v1 sebagai roda belakang, dan v2 sebagai roda kanan. Kecepatan roda yang telah didapat kemudian diterapkan pada masing-masing roda. Untuk mendapatkan kecepatan robot setelah bergerak, digunakan persamaan 3 [3]
.
π£(π‘) = (
β3
3
) . (π£
2(π‘) β π£
0(π‘))
π£π(π‘) = (
1
3
) . (π£
2(π‘) + π£
0(π‘)) β (
2
3
) . π£
1(π‘)
Ο(π‘) = (
1
(3. π)
) . (π£
0(π‘) + π£
1(π‘) + π£
2(π‘))
Persamaan 3. Kecepatan robot setelah bergerak
Hall Effect Encoder
Hall Effect Encoder merupakan perangkat yang
digunakan untuk mengkonversi posisi sudut yang dihasilkan oleh perputaran motor menjadi kode
digital. Perangkat ini sering digunakan dibidang
robotika untuk mengetahui putaran motor yang terjadi dalam satuan waktu tertentu. Encoder jenis ini menggunakan medan magnet untuk pembacaan putaran pada motor dc. Hasil pembacaan yang didapat dari penggunaan hall effect encoder ini tidak jauh berbeda dengan hasil pembacaan dengan
encoder jenis lain.
Gambar 2. Hall Effect Encoder Timing Diagram Sumber: Datasheet PG 45/brontoseno.com
BTS 7960
Driver motor merupakan komponen yang
digunakan untuk menggerakkan sebuah motor.
Driver motor DC ini dapat mengeluarkan arus hingga
43A, dengan memiliki fungsi kontrol kecepatan motor dengan menggunakan PWM hingga 25 kHz. Tegangan sumber DC yang dapat diberikan antara 5.5V-27V DC, sedangkan tegangan input level antara 3.3V-5V.
Gambar 3. BTS 7960
Sumber: instructables.com Motor DC
Motor arus searah (motor DC) adalah aktuator yang dapat mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanis. Didalam sebuah motor DC terdapat lilitan kawat. Lilitan ini berfungsi sebagai pemberi gaya pada rotor. Saat motor dc diberi tegangan, lilitan akan dialiri arus. Arus listrik yang mengalir pada suatu kawat yang ditekuk akan menghasilkan gaya yang berlawanan pada masing-masing ujung tekukannya. Gaya ini membuat rotor berputar terhadap stator. Rotor yang terhubung dengan shaft berputar terus menerus selama ada arus yang cukup untuk memberikan efek medan magnet pada rotor. Hal ini terjadi berulang kali sehingga shaft berputar dan membuat motor bekerja.
Gambar 4. Brushed Motor DC Sumber: pinterest.com
METODE
Penelitian pada robot soccer ini bertujuan untuk mencari dan mengikuti objek bola yang banyak diaplikasikan pada kontes robot sepak bola beroda di lapangan. Pada robot soccer ini dalam mencari keberadaan bola digunakan beberapa tahapan pengujian agar robot dapat mengejar dan mengikuti bola dengan tepat. Adapun tahapan tersebut dapat terlihat pada blok diagram berikut.
237
Gambar 5. Blok Diagram Pengambilan dan Pengujian Data
Berdasarkan blok diagram di atas, pengambilan data gambar berupa objek bola menggunakan kamera dengan lensa 270o. Kamera juga dilengkapi
dengan sebuah cermin cembung yang berguna untuk memperluas jangkauan objek gambar yang akan ditangkap. Setelah objek gambar berupa bola didapat, gambar akan dikonversikan ke dalam bentuk nilai koordinat. Nilai koordinat disini dalam bentuk x, y dan Ρ². Titik koordinat ini kemudian akan dikonversikan ke kecepatan motor pada roda robot dengan menggunakan metode inverse kinematic. Kecepatan motor pada roda robot ini sangat mempengaruhi terhadap gerak robot dalam mengejar dan mengikuti objek bola.
Untuk menentukan perancangan sistem
keseluruhan robot diperlukan sebuah diagram aliran untuk mengetahui sistem kerja robot soccer dalam mengejar bola seperti pada gambar di bawah ini.
Gambar 6. Flowchart
ANALISA DAN PEMBAHASAN
Hasil dari penelitian ini adalah pengujian dilakukan di arena ukuran 250 x 300 cm. Pengujian dilakukan pada 3 posisi bola yang berbeda dimana robot berada dalam posisi sudut (0,0). Adapun beberapa pengujian terlihat seperti pada gambar berikut.
238
Gambar 8. Posisi Bola Berada Pada Titik (4,-3)
Gambar 9. Posisi Bola Berada Pada Titik (2,-4)
Setelah kamera menangkap objek bola, titik
koordinat bola tersebut akan langsung
dikonversikan oleh mikrokontroler Arduino ke kecepatan motor pada 3 roda robot (kiri, kanan dan belakang). Adapun konversi titik koordinat ke kecepatan motor roda robot terlihat pada beberapa tampilan Arduino berikut.
Gambar 10. Tampilan Kecepatan Motor Pada Titik Bola (4,0)
Adapun untuk mengkonversikan titik koordinat bola ke 3 kecepatan motor (V0, V1, V2) robot yaitu
dengan metode Inverse Kinematic yang dilakukan seperti pada perhitungan di bawah ini,
[
π£(π‘)
π£π(π‘)
Ο(t)
] = [
βπ ππ (0) πππ (0) 0
πππ (0)
π ππ (0) 0
0
0
1
] x [
4
0
0
]
[
π£(π‘)
π£π(π‘)
Ο(t)
] = [
4
0
0
]
[
π£
0(π‘)
π£
1(π‘)
π£
2(t)
] = [
βπ ππ (π/3) πππ (π/3) 0.2
0
β1
0.2
π ππ (π/3)
πππ (π/3) 0.2
] . [
4
0
0
]
[ π£0(π‘) π£1(π‘) π£2(t)] = [ β3.464 0 3.464 ]Terlihat bahwa kecepatan motor roda kiri adalah V0 = -3,4 m/s, roda kanan V2 = 3,4 m/s dan motor
belakang V1 = 0 m/s untuk menempuh posisi bola di
titik (4,0). Kedua roda kiri dan kanan mengalami kecepatan yang sama dikarenakan posisi objek bola yang berada di depan sehingga tidak diperlukan roda belakang untuk berputar. Pada Arduino, perubahan yang terjadi pada tampilan data di gambar 10 menunjukkan adanya proses penstabilan kecepatan roda. Dimana saat kecepatan akan distabilkan maka pada roda kiri dan kanan akan mengalami bouncing dari 21,05 dan -21,05 m/s ke 0 m/s. Ini dikarenakan rentang kecepatan yang dapat mengimbangi roda tersebut adalah 0 m/s begitu pula dengan nilai PWM dari masing β masing roda akan terus mengalami bouncing sampai dengan robot berhenti saat mencapai objek bola.
Gambar 11. Robot Mencapai Bola Pada Titik Koordinat (4,0) Dengan Kecepatan Konversi Inverse Kinematic
239
Gambar 12. Tampilan Kecepatan Motor Pada Titik Bola (4,-3)
Dengan inverse kinematic :
[
π£(π‘)
π£π(π‘)
Ο(t)
] = [
πππ (0)
π ππ (0) 0
βπ ππ (0) πππ (0) 0
0
0
1
] x [
β3
4
0
]
[
π£(π‘)
π£π(π‘)
Ο(t)
] = [
4
β3
0
]
[
π£
0(π‘)
π£
1(π‘)
π£
2(t)
] = [
βπ ππ (π/3) πππ (π/3) 0.2
0
β1
0.2
π ππ (π/3)
πππ (π/3) 0.2
] . [
4
β3
0
]
[
π£
0(π‘)
π£
1(π‘)
π£
2(t)
] = [
β4.964
3
1.964
]
Terlihat bahwa kecepatan motor roda kiri adalah V0 = -4,9 m/s, roda kanan V2 = 1,9 m/s dan motor
belakang V1 = 3 m/s untuk menempuh posisi bola di
titik (4,-3). Pengstabilan kecepatan kali ini terjadi pada 3 roda (kiri, kanan dan belakang) karena dalam menempuh posisi bola, robot bergerak secara diagonal sehingga kecepatandan kestabilan roda belakang lebih besar dari roda kiri dan kanan.
Bouncing yang terjadi pada kecepatan roda 21,05,
-21,05 dan 21,43 m/s ke 0 m/s karena kecepatan selanjutnya yang dapat mengimbangi roda terhadap roda lainnya hanya 0 m/s.
Gambar 13. Robot Mencapai Bola Pada Titik Koordinat (4,-3) Dengan Kecepatan Konversi Inverse Kinematic
Gambar 12. Tampilan Kecepatan Motor Pada Titik Bola (2, -4)
Dengan inverse kinematic :
[
π£(π‘)
π£π(π‘)
Ο(t)
] = [
πππ (0)
π ππ (0) 0
βπ ππ (0) πππ (0) 0
0
0
1
] x [
β4
2
0
]
[
π£(π‘)
π£π(π‘)
Ο(t)
] = [
2
β4
0
]
[
π£
0(π‘)
π£
1(π‘)
π£
2(t)
] = [
βπ ππ (π/3) πππ (π/3) 0.2
0
β1
0.2
π ππ (π/3)
πππ (π/3) 0.2
] . [
2
β4
0
]
[
π£
0(π‘)
π£
1(π‘)
π£
2(t)
] = [
β3.732
4
β0.268
]
Terlihat bahwa kecepatan motor roda kiri adalah V0 = -3,7 m/s, roda kanan V2 = -0,2 m/s dan motor
240
titik (2,-4). Kecepatan yang dibutuhkan dan bounceyang terjadi saat kecepatan distabilkan pada ketiga roda sama seperti pada pengujian sebelumnya dimana kecepatan roda belakang dan kestabilan yang dibutuhkan lebih besar dari roda kiri dan kanan.
Gambar 11. Robot Mencapai Bola Pada Titik Koordinat (2,-4) Dengan Kecepatan Konversi Inverse Kinematic
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil beberapa pengujian, perubahan data yang terjadi merupakan bagian dari proses penstabilan kecepatan. Hal ini dapat terjadi dikarenakan nilai yang terbaca oleh encoder pada motor akan membaca kecepatan motor yang lebih dari kecepatan sesungguhnya. Pembacaan nilai dari encoder dapat dibandingkan dengan melihat data yang ditampilkan seperti pada contoh gambar tampilan melalui Arduino.
Perbandingan antara nilai encoder yang ditampilkan dari Arduino dengan perhitungan inverse kinematic tidak terlalu sama persis dan akurat dikarenakan pembacaan dari sensor encoder yang masih terdapat error.
Untuk pengembangan robot soccer beroda berikutnya, penulis memberikan saran untuk pemilihan encoder yang lebih baik dari segi pembacaan data dan langsung terhubung dengan roda agar nilai yang didapat lebih akurat.
REFERENSI
A. S. ConceiΓ§Γ£o, A. P. Moreira, and P. J. Costa, βTrajectory tracking for Omni-Directional mobile robots based on restrictions of the motorβs velocities,β in IFAC Proceedings
Volumes (IFAC-PapersOnline), 2006, vol. 8,
no. PART 1.
F. Ribeiro, I. Moutinho, P. Silva, C. Fraga, and N. Pereira, βControlling Omni-directional Wheels of a MSL RoboCup Autonomous Mobile Robot,β in Scientific Meeting of the Portuguese
Robotics Open, 2004.
F. Tajti, G. Szayer, B. KovΓ‘cs, and P. Korondi, βRobot base with holonomic drive,β in IFAC
Proceedings Volumes (IFAC-PapersOnline),
2014, vol. 19, pp. 5715β5720.
H. P. Oliveira, A. J. Sousa, A. P. Moreira, and P. J. Costa, βDynamical Models for Omni-directional Robots with 3 and 4 Wheels,β Proc. 5th Int.
Conf. Informatics Control. Autom. Robot., no.
May, pp. 189β196, 2008.
I. I. Incze, A. Negrea, M. Imecs, and C. SzabΓ³, βIncremental Encoder Based Position and Speed Identification: Modeling and Simulation,β Acta Univ. Sapientiae Electr.