POLA KOMUNIKASI DIASPORA
JAWA DALAM BERINTERAKSI
ANTARETNIS DI BALI
Ni Luh Nyoman Seri Malini,
Ni Made Dhanawaty,
Ida Bagus Putra Yadnya,
OUTLINE
1. Pengantar
2. Rasionalisasi Penelitian : a. Isu mengenai
Diaspora dan kontak bahasa, b. Urgensi
Penelitian, c. Roadmap Penelitian, d. Tujuan
Penelitian
3. Gambaran Umum Wilayah Penelitian
4. Methodologi Penelitian
5. Hasil Penelitian
6 . Penutup/ Referensi
13-16 Agustus 2018 Kongres Internasional Masyarakat Linguistik
PENGANTAR
• Bagian dari penelitian skema P2GB dengan judul “Model
Akomodasi Linguistik Dan Sosial Komunitas Diaspora Di
Bali”
• Tim peneliti :
• Ucapan terimakasih :
Universitas Udayana melalui LPPM yang telah mendanai
penelitian ini dengan dana PNBP
Tenaga Lapangan ( Mahasiswa S1/S2 di Fakultas Ilmu
Tim
Keahlian
Ida Bagus Putra Yadnya
Applied Linguistik/ Budaya
Ni Luh Nyoman Seri Malini
Sosiolinguistik
Ni Made Dhanawati
Dialektologi
RASIONALISASI
kebhinekaan
harmoni
integrasi
konvergensi
linguistik
konvergensi
sosial
disharmoni
disintegrasi
divergensi
13-16 Agustus 2018 Kongres Internasional Masyarakat Linguistik
Isu Diaspora...
Terminologi : diaspora dalam bahasa Yunani kuno äéáóðïñÜ berarti penyebaran
atau penaburan benih. Istilah ini kemudian digunakan untuk merujuk kepada
bangsa atau penduduk etnis.
Menurut Vertovec diaspora menyangkut tiga hal, yaitu:
1). Proses penyebaran,
2). masyarakat yang tinggal bagian asing,
3) tempat atau ruang geografis di mana mereka tinggal di diaspora.
Secara sosiologis dan antropologis masyarakat diasporik mengalami : pola
perubahan akibat interaksi dan adaptasi dengan masyarakat lokal.
Pola perubahan seputar migrasi dan status minoritas biasanya meliputi:
organisasi dan mobilisasi, politik pengakuan, posisi dan aturan tentang wanita,
regenerasi, etnis dan pluralisme agama, identitas dan kemasyarakatan, praktik
ritual, respasialisasi, jaringan: horisontal-vertikal, kesadaran identitas keagamaan
global, lokalitas vs universalitas, reorientasi pengabdian, dan lintasan
(trajectories).6
Secara lebih luas, Steven Vertovec diaspora sebagai bentuk sosial, jenis
Ciri-ciri umum diaspora
Hubungan sosial yang direkatkan oleh ikatan sejarah dan geografi, sehingga
secara umum diaspora dilihat sebagai:
a)
akibat dari migrasi sukarela atau terpaksa dari satu lokasi rumah,
setidaknya dua negara,
b)
kesadaran mempertahankan identitas kolektif yang sering berkelanjutan
dengan mengacu pada ‘mitos etnis’ suatu asal, pengalaman sejarah, dan
beberapa jenis geografis,
c)
melembagakan jaringan pertukaran dan komunikasi yang melampaui
negara-negara teritorial dan menciptakan organisasi-organisasi komunal
baru di tempat-tempat pemukiman,
d)
mempertahankan berbagai hubungan eksplisit dan implisit dengan
kampung halaman mereka,
e)
membangun solidaritas dengan anggota co-etnis di negara-negara lain,
f)
ketidakmampuan atau keengganan untuk sepenuhnya diterima oleh
tuan rumah masyarakat sehingga memupuk perasaan keterasingan,
penolakan, keunggulan, atau jenis perbedaan lainnya
13-16 Agustus 2018 Kongres Internasional Masyarakat Linguistik
Beberapa Isu Diaspora di Indonesia
1. Program transmigrasi pemerintah
a. Tujuan untuk mensejahtrakan masyarakat dan
pemerataan pembangunan, memperkokoh persatuaan
dan kesatuan bangsa
b. Transmigrasi sebagai mobilitas kebudayaan. Diaspora
tidak lagi sebagai sekumpulan manusia beserta
karakterisktik geografisnya, tetapi sebagai manusia yang
memiliki sistem nilai, sosial dan kebudayaan material
c. Perkembangan diaspora sebagai proses perpindahan
sumber daya sosial budaya (social cultural resources)
2. Penolakan diaspora oleh masyarakat lokal di Papua (JPPN, 5
Maret 2010)
3. Pencanangan semangat kebhinekaan dan Pancasila oleh
pemerintah.
Isu Kontak bahasa dan Akomodasi Bahasa
(1)
• Menurut Giles dan Coupland (1991:61) perubahan perilaku
linguistik dapat terjadi karena (a) seorang penutur berusaha
menyesuaikan diri dengan kemampuan bahasa lawan tuturnya
karena ingin berkomunikasi dengan mereka dan (b) seorang
penutur sama sekali tidak berusaha untuk menyesuaikan tuturnya
dengan kepentingan lawan tuturnya dan justru dengan sengaja
membuat tuturannya sama sekali tidak serupa dengan lawan
tuturnya.
• Giles dan Coupland (1991:61) menggunakan istilah convergence
(konvergensi) dan divergence (divergensi). Convergence
(konvergensi) mengacu kepada proses apabila terdapat dua atau
lebih penutur yang mengganti atau mengubah tuturannya untuk
menyesuaikan dengan lawan tuturnya. Divergence (divergensi)
mengacu kepada cara seseorang yang mempertahankan
tuturannya, baik verbal maupun non-verbalnya agar dapat
membedakan dirinya dengan penutur lain.
13-16 Agustus 2018 Kongres Internasional Masyarakat Linguistik
Isu Kontak bahasa dan Akomodasi Bahasa
(2)
• Mahsun (2006) menemukan bahwa adaptasi linguistik yang
terdapat pada komunitas berbeda bahasa. Untuk
komunitas Sumbawa dalam hubungannya dengan
komunitas Sasak, adaptasi yang sangat intens terlihat pada
serapan pada tataran bunyi, leksikon, dan gramatika.
Bahkan, sampai pada tataran pragmatik, seperti terlihat
pada bentuk adaptasi linguistik yang berwujud campur
kode dan alih kode.
• Yadnya, dkk. (2010) melakukan penelitian untuk
mendeskripsikan situasi kebahasaan yang mengitari
pertumbuhan bahasa daerah asal transmigran di daerah
transmigrasi dan menggambarkan pola-pola komunikasi
interaktif yang dilakukan etnis Bali dengan etnis non-Bali
(Jawa dan Lampung) di daerah transmigrasi Lampung.
• Malini (2011) menemukan bahwa karakteristik
kebahasaan yang dituturkan transmigran Bali di daerah
transmigrasi Lampung ditandai oleh (1) degradasi
penguasaan leksikal transmigran Bali di kalangan
generasi muda (2) adanya interferensi pada tataran
fonologis gramatikal pada tuturan transmigran Bali (3)
terjadinya campur kode dan alih kode di antara bahasa
Bali, bahasa Jawa, dan bahasa Indonesia yang cukup
tinggi.
• Dhanawaty dkk.(2013) transmigran di Kabupaten Parigi
Moutong maupun di Kabupaten Sumbawa menjadikan
akomodasi bahasa sebagai strategi komunikasi dalam
membangun toleransi antaretnis.
13-16 Agustus 2018 Kongres Internasional Masyarakat Linguistik
Indonesia, Manokwari 13-16 Agustus 2018 10
Konsep Komunikasi dan Akomodasi
• Arnold dan Brower, seperti disitir Devito (1997),
menyatakan bahwa tindak komunikasi memiliki
empat tujuan utama –tujuan yang pada dasarnya
tetap sama dari waktu ke waktu--, yakni untuk (1)
menemukan informasi tentang diri dan dunia
luar; (2) berhubungan atau membina hubungan
dengan pihak lain, (2) meyakinkan pihak lain, dan
(4) bermain atau menghibur dan dihibur
• Semua tujuan itu dapat dicapai dengan baik
dengan memberdayakan bahasa sebagai sarana
komunikasi.
Bahasa sebagai sarana komunikasi
• Apa fungsi bahasa?”, maka jawaban yang paling
banyak dan cepat sampai pada kita adalah
“Sebagai alat komunikasi.” Menanggapi jawaban
seperti ini interpretasi, kita hendaknya tidak
terhenti pada pengertian komunikasi sebagai
“transmisi informasi” (the transmission of
information) semata, tetapi harus sampai pada
aspek komunikasi yang lebih spesifik, yakni
sebagai “penataan hubungan sosial” (the
management of social relations), yang oleh
Spencer-Oatey (2000), disebut dengan istilah
“penataan hubungan” (rapport management)
13-16 Agustus 2018 Kongres Internasional Masyarakat LinguistikHubungan Sosial dalam komunikasi
bersifat asosiatif.
• bersifat diasosiatif
Menurut Teori Akomodasi Komunikasi,
hubungan asosiatif dibangun melalui akomodasi
bahasa yang bersifat konvergen, sedangkan
hubungan diasosiatif dibagun melalui
akomodasi yang bersifat divergen.
Kantong Bahasa di Bali
Dewi dkk (2015) :
Di Bali barat dan Utara terdapat 6 kantong bahasa non Bali
• Di Jembrana: Melayu, Jawa, Madura
• Kabupaten Buleleng: Mandar, Bajo, Sasak, Madura
, Jawa
Telah terjadi saling pengaruh, Madura menunjukkan beda
dialek dengan Jawa, Mly, Sasak
• Karangasem: Sasak
• Klungkung: Jawa
• Metode dialektometri
Jawa hampir tersebar di semua kab
URGENSI PENELITIAN
• Sifat bahasa yang mudah berkontak karena sifatnya
lebih terbuka dan lebih mudah menerima pengaruh
luar dibandingkan dengan adat dan budaya membuat
bahasa menjadi salah satu faktor penentu dalam
penyelesaian berbagai disharmoni sosial.
• Pluralitas selain dapat menciptakan pembauran dengan
masyarakat lokal, kontak tersebut juga dapat
menimbulkan berbagai konflik (disharmoni) sosial
horizontal antar kelompok masyarakat Disharmoni
tersebut sangat rentan menghampiri masyarakat plural
baik dari segi etnis maupun agama
• Langkah strategis : adalah salah satunya dengan
melakukan akomodasi linguistik dan sosial dalam
Tujuan penelitian
1.
Tujuan Umum :
mengetahui bagaimana karakteristik kebahasaan yang meliputi
pilihan bahasa, karakteristik leksikal dan karakteristik gramatikal
yang diproduksi oleh diaspora yang ada di Bali yaitu diaspora asal
Jawa, Nusa Tenggara, Sumatera dan Papua.
menjawab pertanyaan mengenai faktor-faktor penyebab
penggunaan variasi bahasa tersebut dikaitkan dengan aspek sosial
budaya komunitas diaspora tersebut.
2. Tujuan khusus :
(1) menganalis pola komunikasi yang digunakan komunitas diaspora
dalam berinteraksi antaretnis,
(2) mengetahui akomodasi linguistic komunitas diaspora,
(3) merancang model revitalisasi bahasa di daerah heterogen di Bali
khususnya dan di Indonesia umumnya
13-16 Agustus 2018 Kongres Internasional Masyarakat Linguistik
METODE PENELITIAN
• Bahasa Jawa di Buleleng, Denpasar
• Bahasa Melayu : Jemberana
• Bahasa Sasak : di Karangasem
• Etnis Cina – kabupaten Bangli
• Etnis Madura - Denpasar
Lokasi :
Kantong etnis
diaspora di Bali
• Jumlah rseponden di masing masing kantong etnis : 30 orang
• Data :
• data lisan berupa teks percakapan antar etnis
• a) hasil survei sosiolinguistik
• b) informasi situasi kebahasaan, kebudayaan dan tradisi
masyarakat Bali
Sumber data
• Instrumen utama : peneliti sendiri (human instrument).
• Moleong (1998:19) : kealamiahan data diri sendiri sebagai
pengumpul data
Hasil penelitian sementara- Denpasar (1)
13-16 Agustus 2018 Kongres Internasional Masyarakat Linguistik
Indonesia, Manokwari 13-16 Agustus 2018 18
Pada bagian ini, diambil data mengenai penggunaan bahasa ketika berbicara kepada 7
orang lawan tutur, yaitu orang tua, saudara kandung (kakak/adik), keluarga
(om/tante/sepupu), kakek/nenek, teman dekat, teman sekolah/teman kampus/teman
kantor, dan orang lain yang tidak dikenal. Dengan empat pilihan bahasa, yaitu bahasa
Indonesia (BI), bahasa Bali (BB), bahasa Indonesia yang dicampur dengan bahasa daerah
(Campur 1), bahasa Indonesia yang dicampur dengan bahasa Inggris (Campur 2)
BI BB Campur 1 Campur 2 Orang Tua - 16,7% 33,3% 50% Kakak/Adik 16,7% 33,3% 16,7% 33,3% Om/Tante/ Sepupu 33,3% 16,7% 16,7% 33,3% Kakek/Nenek 33,3% 16,7% 33,3% 16,7% Teman Dekat 16,7% 16,7% 66,7% Teman Sekolah/ Kampus/ Kantor 50% - - 50% Orang Lain 66,7% - - 33,3%
• Penggunaan bahasa selanjutnya merupakan penggunaan
bahasa pada situasi yang tidak disadari, seperti bermimpi,
berhitung, bertengkar, kesal, dan berdoa. Dengan empat
pilihan bahasa, yaitu bahasa Indonesia (BI), bahasa Bali (BB),
bahasa Jawa (BJ), dan bahasa Inggris (Bing).
BI BB BJ BIng Lainnya Bermimpi 83,3% - - - 16,7% Berhitung 100% - - - - Bertengkar 33,3% 50% - 16,7% - Kesal - 50% 16,7% 33,3% - Berdoa 66,7% 16,7% - 16,7% -
Hasil Sementara-
Pola Komunikasi Etnis Jawa
13-16 Agustus 2018 Kongres Internasional Masyarakat Linguistik
Percakapan 1
Lokasi
: Pasar Agung
Kegiatan
: Transaksi Jual – Beli
Partisipan
: Pedagang (etnik Jawa)
Pembeli (etnik Bali)
Pembeli
: “Bes cenik ne, sing cukup, sing ada ne
gedenan Bu?”
‘Ini terlalu kecil, tidak cukup, apakah tidak
ada yang lebih besar?’
Pedagang
“Cukup, salukin, salukin Gek.”
‘Cukup dicoba dulu Gek.’ (sambil
Percakapan 2
Lokasi
: Pasar Agung
Kegiatan
: Transaksi Jual – Beli
Partisipan
: Pedagang dan istri (etnik Jawa)
Pembeli (etnik Bali)
Partisipan
Tuturan
Pembeli
: Berapa satu pisaunya ni Mas?
Pedagang
: Nah aba gen biang.
‘Iya bawa saja Bu.’
Pembeli
Ah ndak
Istri Pedagang
: Aba mek.
’Bawa Bu.
Pembeli
Ndak, ndak.
13-16 Agustus 2018 Kongres Internasional Masyarakat Linguistik
Berdasarkan Objektivitas
Pada Percakapan 1 tampak Pedagang melakukan penyesuaian
kebahasaan ke arah Pembeli dengan ikut menggunakan bahasa Bali
seperti yang digunakan pembeli. Penyesuaian ini tergolong
akomodasi objektif
karena pedagang secara aktual kebahasaan
menyesuaikan diri ke arah mitra tutur, dalam hal ini pembeli.
Pada Percakapan 2 Pedagang dan Istri memilih menggunakan
bahasa Bali, padahal Pembeli menggunakan bahasa Indonesia (lek
Bali). Secara linguistik Pedagang dan Istri sesungguhnya
berdivergensi dari tuturan Pembeli namun secara sosial Pedagang
dan Istri dipandang berkonvergensi dengan menjadi inisiator
penggunaan bahasa Bali, yang dalam persepsinya merupakan
bahasa yang paling dikuasai dan paling membuat nyaman Pembeli.
Berdasarkan Waktu
• Penyesuaian kebahasaan pada dua
percakapan di atas dari segi waktu tergolong
akomodasi jangka pendek
dilihat
berdasarkan peristiwa tutur itu saja.
• Dalam transaksi jual beli dimungkinkan juga
terjadi
akomodasi jangka panjang
, misalnya
di daerah yang pergaulan multikulturalnya
berlangsung lama.
13-16 Agustus 2018 Kongres Internasional Masyarakat Linguistik
Berdasarkan Arah
• Dilihat berdasarkan arah akomodasi,
penyesuaian bahasa pada percakapan di atas
dapat dianggap
konvergensi horizontal
, karena
dalam konteks kebijakan kebahasaan di
Indonesia, bahasa Bali dan bahasa Jawa
memiliki kedudukan yang sejajar, yakni
sama-sama sebagai bahasa daerah. Akan tetapi, dalam
konteks kehidupan masyarakat di Bali,
penyesuaian tersebut dapat digolongkan
konvergensi ke atas
karena penyesuaian terjadi
dari bahasa dengan masyarakat tutur minoritas
ke bahasa dengan masyarakat tutur mayoritas.
Berdasarkan Kelengkapan
• Dari segi kelengkapan pada tingkat tuturan,
penyesuaian kebahasaan di atas dapat
digolongkan sebagai akomodasi
total
karena
penyesuaian terjadi pada tingkat tuturan,
bukan hanya sepatah dua patah kata. Namun
secara fonologis dapat dianggap
akomodasi
parsial
karena bunyi tertentu bahasa Bali
belum dilafalkan seperti bunyi bahasa Bali.
• Misalnya bunyi retrofleks [ʈ, ɖ, ɳ]
13-16 Agustus 2018 Kongres Internasional Masyarakat Linguistik
Konvergensi Terwaris
Di Bali ada sejumlah komunitas diasporis,
yang keberadaannya di Bali telah berabad-abad,
yang menggunakan bahasa Bali sebagai bahasa
Ibu. Misalnya, masyarakat Sasak di Karangasem,
masyarakat Jawa di Desa Pegayaman.
Berikut ini digambarkan fenomena
konvergensi terwaris di Pegayaman
Setting- desa Pegayaman
•
Secara geografis : Desa Pegayaman berada pada keringgian antara 450 sampai 1.200
meter dari permukaan laut yang berbatasan dengan penyanding-penyanding sebagai
berikut :
1. disebelah utara : desa pegadungan (daerah padang bulia)
2. disebelah timur : desa silangjana
3. disebelah selatan : desa pancasari
4. disebelah barat : desa padang bulia dan desa gitgit
•
Secara administratif :
Desa Pegayaman dalam tertib wilayah administrasi dibagi empat :
1. dusun atau banjar barat jalan atau dauh mardi yang berpenduduk 100% beragama
islam dengan jumlah penduduk sebanyak -+ 300 kk
2. dusun atau banjar timur jalan atau dangin margi yang berpenduduk 100% beragama
islam dengan jumlah penduduk -+ 250 kk (kedua dusun tersebut itulah yang dikenal
dan disebut Desa Pegayaman yang rumah penduduknya rapat ala kota)
3. dusun atau banjar kubu madya yang berpenduduk 95% beragama islam dengan
jumlah penduduk -+ 400 kk dan sisanya 5% beragama hindu
4. dusun atau banjaramerta sari yang berpenduduk 90% beragama hindu dengan
jumlah penduduk -+ 165 kk dan sisanya 10% beragama islam.
(kedua dusun tersebut diatas dinamakan palemahan Desa Pegayaman yang rumah dan
penduduknya terpencar dan tidak dalam satu komplek perkampungan)
13-16 Agustus 2018 Kongres Internasional Masyarakat Linguistik
Pernyataan mengenai identitas
• Tokoh Pegayaman : Suku Bali Islam
• Masyarakat Bali : Nyame Selam ( Saudara
Islam )
13-16 Agustus 2018 Kongres Internasional Masyarakat Linguistik
Akomodasi Linguistik dan Budaya
1.Penamaan
• Drs. Muhammad Suharto
• Bq. Palmaeni Zahara
• Wayan Nanda putri harni pratama
• Nengah ade harma galang ramadhan
• Nyoman dinda harni bina imania
• Ketut nada harni maulidiyah
• Agung harma genta buana
13-16 Agustus 2018 Kongres Internasional Masyarakat Linguistik
Indonesia, Manokwari 13-16 Agustus 2018 32
2. Akomodasi Budaya
1).Melakukan ‘ ngejot’
2). Cara berpakaian
Masyarakat Dwibahasawan
/multibahasawan
Menggunakan
B1 – B2
Pemertahanan Bahasa :
sebaran ranah
PILIHAN BAHASA
Bergeser
ke bahasa lain –
B Ind / B Ing
Pergeseran Bahasa
Holmes
(2001:63-64)
PENUTUP
1. Penggunaan bahasa dalam berinteraksi : BB,
BJw, Bindo, Bingg
2. Pola komunikasi ditandai dengan akomodasi
linguistik dan budaya
Selanjutnya...
Menganalisis karakteristik leksikal bahasa etnis ,
mengidentifikasi sistem pewarisan bahasa
13-16 Agustus 2018 Kongres Internasional Masyarakat Linguistik
DAFTAR PUSTAKA
•
• Alwi, Hasan dan Sugono, Dendy (ed). 2003. Politik Bahasa: Rumusan Seminar Politik Bahasa. Jakarta: Pusat Bahasa • Bawa, I.W. 1983. “Bahasa Bali di Daerah Propinsi Bali: Sebuah Analisis Geografi Dialek” (Disertasi Doktor). Jakarta:
Universitas Indonesia
• Bell, R. T. 1976. Sociolinguistics: Goals, Approaches, and Problems. London: Batsford
• Brannen, J. 1997. Memadu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Diterjemahkan oleh H. Nuktah Arfawie dkk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
• Dhanawaty, Ni Made. 2002. “Variasi Dialektal Bahasa Bali di Daerah Transmigrasi di Lampung Tengah” (Disertasi). Yogyakarta: Universitas Gajah Mada
• Downes, W. 1984. Language and Society. London: Fontana Paperbacks • Fasold, R. 1984. The Sociolinguistics of Society. Oxford: Basil Blackwell
• Fishman, J. A. (ed). 1968. Readings in the Sociology of Language. The Hague; Mouton
• Grosjean, F. 1982. Life with Two Languages: An Introduction to Bilingualism. England: Harvard University Press.
• Mandala, H. 2000. “Pemakaian Bahasa Bali di Lombok” dalam Kumpulan Makalah Kongres Bahasa Bali V di Denpasar, 13-16 November 2001
• Malini, Ni Luh Nyoman Seri. 2011. ” Dinamika Bahasa Bali di Daerah Transmigran di Provinsi Lampung’’. Disertasi. Universitas Udayana. Denpasar
• Nursaid, dkk. 2000. Karakteristik Kebahasaan Warga Transmigrasi di Sitiung Provinsi Sumatera Barat: Suatu Kajian
Sosiolinguistik.Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdiknas
• Putra Yadnya, I.B, dkk. 2010. “Akomodasi Linguistik dan Sosial Antaretnis Daerah Transmigrasi di Provinsi Lampung: Menuju Pola Penanggulangan Disharmonisasi Sosial”. Laporan Penelitian Hibah Kompetitif Strategis Nasional DIKTI
• Showalter, C.J. 1991. ”Getting what you asked for : A study of sociolinguistics survey questionnaires”. Dalam Kindel, Gloria E (ed).1991. Proceedings of the Summer Institute of Linguistics International Language Assesment Conference,Horsleys Green,
23-31 May 1989. Dallas;SIL,Paper 20
• Sumarsono. 1993. Pemertahanan Bahasa Melayu Loloan di Bali. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa • Sutama, P. 2007. “Profil Sosiolinguistik Bahasa Bali” dalam Prosiding Seminar Perdana Bahasa Ibu Program Studi Magister
dan Doktor Linguistik Universitas Udayana. Hal 374-385
• Sutjaja, I. G. M. 1990-1992. “Language Change: The Case of Balinese in the Transmigration Areas of Lampung, Sulawesi, Sumbawa, and Timor”. Laporan Penelitian dengan Dukungan Dana Toyota Foundation, Tokyo