• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Gambaran Umum Stroberi. Stroberi merupakan salah satu tanaman buah-buahan yang mempunyai nilai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Gambaran Umum Stroberi. Stroberi merupakan salah satu tanaman buah-buahan yang mempunyai nilai"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

8 2.1 Gambaran Umum Stroberi

Stroberi merupakan salah satu tanaman buah-buahan yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Daya pikatnya terletak pada warna buah yang merah mencolok dengan bentuk yang mungil, menarik, serta rasa yang manis segar (Gunawan, 1996).

Menurut Kurnia (2005), berdasarkan hasil identifikasi tumbuhan, tanaman stroberi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledomae Famili : Rosaceae Genus : Fragaria Species : Fragaria sp

Stroberi merupakan tanaman subtropics yang dapat tumbuh dengan baik pada kondisi tertentu. Sunarjono (2006) menjelaskan syarat tumbuh tanaman stroberi sebagai berikut :

1. Tanaman stroberi dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan 600-700 m/tahun.

2. Lamanya penyinaran cahaya matahari yang dibutuhkan dalam pertumbuhan adalah 8-10 jam setiap harinya.

(2)

3. Stroberi adalah tanaman subtropics yang dapat beradaptasi dengan baik di dataran tinggi tropis yang memiliki temperature 17-20 derajat C. 4. Kelembaban udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman stroberi antara 80-90%. Ketinggian tempat yang memenuhi syarat iklim tersebut adalah 1.000-1.500 meter dpl.

Spesies tanaman stroberi yaitu Fragaria Chiloensis L. Menyebar ke berbagai Negara di Eropa, Amerika dan Asia. Spesies lainnya, yaitu F.Vesca L tersebar lebih luas dibanding spesies lainnya. Jenis stroberi F.vesca yang pertama kali masuk ke Indonesia. Varietas stroberi introduksi yang dapat ditanam di Indonesia adalah oso grande, pajero, selva ostara, tenira, robunda, bogota, elvira, grella, camarosa, chandler, earlibrite, strawberi festival, sweet charlie, dan red gantle. Buah stroberi dapat dimanfaatkan sebagai makanan dalam keadaan segar maupun olahan. Produk makanan yang berasal dari stroberi telah banyak dikenal, misalnya sirup, selai ,dodol dan jus stroberi. Selain mengandung berbagai vitamin dan mineral, buah stroberi terutama bijinya mengandung ellagic acid yang mampu mencegah kanker (Budiman dan Saraswati, 2005).

Stroberi tumbuh dengan baik pada tanah dengan drainase yang baik. Biasanya di pilih tanah lempung berpasir dengan pH 5,8-6,5. Pemilihan lokasi untuk penanaman stroberi sedapat mungkin dihindari dari tanah yang pernah di tanami kentang, terung, tomat dan cabai dalam tiga tahun terakhir. Tanah yang pernah yang ditanami tanaman tersebut kemungkinan besar telah tercemar oleh cendawan verticilium yang menyebabkan kelayuan pada tanaman. Tanah juga perlu di garpu

(3)

agar lapisan tanah tidak memadat. Pemadatan tanah dapat menghalangi proses penyerapan air dan menyebabkan air tergenang pada daerah akar. Tanah yang terlalu basah ini dapat mempertinggi kemungkinan penyakit pada akar (Gunawan, 1996).

Selain itu buah stroberi mempunyai kandungan gizi yang tinggi dan komposisi gizi yang cukup lengkap. Kalori sebanyak 37,00 kal, protein 0,80 g, lemak 0,50 g, karbohidrat 8,30 g, kalsium 28,00 mg, fosfor 27,00 g, zat besi 0,80mg, vitamin A 60,00 SI, vitamin B1 0,03 mg, vitamin C 60,00 mg, air 89,90 g, bagian yang dapat dimakan 96,00% (Direktorat Gizi Depkes 1981 cit. Rukmana, 1998). 2.2 Sistem Pemasaran

Adanya kebutuhan dan keinginan manusia menimbulkan permintaan terhadap produk tertentu yang didukung oleh kemampuan membeli. Produk tersebut diciptakan untuk memuaskan kebutuhan atau keinginan manusia sehingga timbul proses pertukaran untuk memperoleh produk yang diinginkan atau dibutuhkan dengan menawarkan sesuatu sebagai gantinya. Transaksi berupa proses pertukaran tersebut mengarah pada konsep pasar, yaitu suatu himpunan pembeli actual dan pembeli potensial dari suatu produk (Limbong dan Sitorus, 1987).

Pasar menurut Sudiyono (2002) didefinisikan sebagai lokasi geografis, dimana penjual dan pembeli bertemu untuk mengadakan transaksi faktor produksi, barang dan jasa. Dalam perkembangannya definisi perlu ditinjau mengingat perkembangan teknologi informasi memungkinkan dilakukan transaksi tanpa komunikasi tatap muka antara penjual dan pembeli, bahkan untuk beberapa komoditi pertanian terdapat lembaga pemasaran yang berperan sebagai agen penjual (selling broker) atau agen pembeli (buying broker). Dengan demikian, ada kalanya penjual

(4)

dan pembeli diwakili individu-individu dan transaksi tidak perlu membutuhkan ruang geografis tertentu.

Purnawarman (2001:2) mengemukakan bahwa pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain. Definisi ini mendasarkan pada konsep inti system pemasaran yaitu: kebutuhan, keinginan, dan permintaan; produk; nilai; biaya dan kepuasan; pertukaran;transaksi dan hubungan pasar; pemasaran serta pemasar.

2.3 Saluran dan Lembaga Pemasaran

Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen ke konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya. Lembaga pemasaran ini timbul karena adanya keinginan konsumen untuk memperoleh komoditi yang sesuai dengan waktu, tempat, dan bentuk yang diinginkan konsumen. Menurut Saefudin (1986), yang dimaksud lembaga tataniaga adalah badan-badan yang menyelenggarakan kegiatan tataniaga, menyalurkan benda dan jasa dari produsen ke konsumen, serta mempunyai hubungan organisasi satu sama lainnya.

Menurut Kohl dan Downey (1972), salah satu lembaga pemasaran adalah lembaga perantara baik sebagai individu maupun sebagai perusahaan bisnis yang berspesialisasi dalam membentuk berbagai fungsi pemasaran yang terlibat dalam pembelian dan penjualan barang dan jasa atau perpindahan barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Lembaga perantara ini dikelompokkan ke dalam :

(5)

1. Pedagang (merchant, middlemen) terdiri dari pengecer (retailers) dan grosir(wholesalers).

2. Agen perantara (agent middlemen) terdiri dari brokers dan komisi (commensionmen)

3. Pengolah (processors) dan pengusaha pabrik (manufactures) 4. Organisasi fasilitas (Fasilitative organization).

Saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung yang terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu produk barang atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi. Sebuah saluran pemasaran melaksanakan tugas memindahkan barang dari produsen ke konsumen. Dalam hal ini, setiap macam hasil pertanian yang berbeda akan mempunyai saluran tataniaga yang berlainan. Saluran tataniaga suatu hasil pertanian dapat berbeda dan berubah-ubah tergantung kepada daerah, waktu dan kemajuan teknologi (Saefudin, 1986).

Menurut Widyantara ( 2009 ), saluran pemasaran adalah sederetan lembaga tataniaga/pemasaran yang dilalui oleh komoditi mulai dari produsen ( petani/perusahaan) sampai ke konsumen.

Produsen Lembaga-lembaga pemasaran Konsumen Pola Umum saluran pemasaran produk-produk pertanian di Indonesia (Limbong dan Sitorus, 1987) dapat dilihat pada Gambar 2.1.

(6)

Gambar 2.1. Pola Umum Saluran Pemasaran Produk-Produk Pertanian Di Indonesia

Pihak produsen menggunakan perantara bila mereka kekurangan sumberdaya finansial untuk melakukan pemasaran langsung atau bila mereka dapat memperoleh penghasilan lebih banyak dengan menggunakan perantara. Kegunaan perantara bersumber pada keunggulan efisiensi mereka untuk membuat produk tersedia luas dan terjangkau oleh pasar. Fungsi paling penting yang dilakukan perantara adalah informasi, proosi, negoisasi, pemesanan, pembiayaan, pengambilan resiko, pemilihan fisik dan pembayaran.

2.4 Struktur Pasar

Dahl dan Hammond (1997) mengungkapkan bahwa analisis sistem pemasaran dapat dikaji melalui struktur pasar (Structure), tingkah laku pasar (Conduct), dan keragaan pasar (Performence). Struktur pasar merupakan karakteristik organisasi yang menentukan hubungan antara para penjual dengan para pembeli yang dapat dilihat dari jumlah lembaga pemasaran yang terlibat, pangsa pasar, konsentrasi pasar, dan kondisi keluar masuk pasar.

Produsen Tengkulak Pedagang besar perantara Pabrik/Eksportir Koperasi/KUD

(7)

Aliran produk pertanian dari produsen sampai konsumen akhir disertai dengan peningkatan nilai “guna” komoditi-komoditi pertanian. Peningkatan nilai “guna” ini terwujud hanya apabila terdapat lembaga-lembaga pemasaran yang melaksanakan fungsi-fungsi pemasaran atas komoditi pertanian tersebut. Menurut Limbong dan Sitorus (1987), fungsi-fungsi pemasaran yang dilaksanan oleh lembaga-lembaga pemasaran tersebut bermacam-macam.

Pada prinsipnya terdapat tiga tipe fungsi pemasaran, yaitu :

1. Fungsi pertukaran (Exchange Function), yaitu kegiatan yang memperlancar perpindahan hak milik barang dan jasa yang dipasarkan. Fungsi pertukaran terdiri dari fungsi pembelian dan fungsi penjualan.

2. Fungsi Fisik (Physical Function), yaitu semua tindakan yang langsung berhubungan dengan barang dan jasa sehingga menimbulkan kegunaan tempat, kegunaan bentuk dan kegunaan waktu. Fungsi fisik melputi kegiatan penyimpanan, pengolahan, dan pengangkutan.

3. Fungsi Fasilitas (Facilitating Function), yaitu semua tindakan yang bertujuan untuk memperlancar kegiatan pertukaran yang terjadi antar produsen dan konsumen. Fungsi fasilitas terdiri dari fungsi standarisasi dan grading, fungsi penggunaan resiko, fungsi pembiayaan dan fungsi informasi pasar. Termasuk juga jasa pemerintah dalam mencegah konflik antara komponen tataniaga yang penting diantaranya produsen, konsumen, dan lembaga pemasaran dengan peraturan pasar, pajak, dan keuangan yang tepat.

(8)

Berdasarkan sifat dan bentuknya, pasar dapat diklasifikasikn menjadi dua macam, yaitu pasar yang bersaing sempurna dan pasar yang bersaing tidak sempurna. Pasar bersaing tidak sempurna terdiri dari pasar monopoli murni, pasar duopoly, pasar oligopoli, pasar monopsoni, dan pasar oligopsoni. Ada lima jenis struktur pasar untuk sistem pemasaran pertanian, seperti yang titampilkan pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2

Jenis-jenis Struktur Pasar Berdasarkan Jumlah Perusahaan dan Sifat Produk

Berdasarkan strukturnya, pasar dapat dibedakan menjadi dua kelompok utama, yaitu pasar bersaing sempurna dan pasar bersaing tidak sempurna. Pasar bersaing sempurna mempunyai ciri utama yaitu terdapat banyak pembeli dan penjual, setiap pembeli dan penjual hanya menguasai sebagian kecil dari barang atau jasayang dipasarkan sehingga tidak dapat mempengaruhi harga (price taker), barang atau jasa yang dipasarkan bersifat homogen serta pembeli dan penjual bebas keluar masuk pasar, sedangkan pasar bersaing tidak sempurna dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi pembeli (konsumen) dan sisi penjual (petani).

Jumlah Sifat Dari Sudut Dari Sudut Pembeli Perusahaan Produk Penjual

Banyak Standar/ Persaingan Murni Persaingan Murni Homogen

Banyak Differensiasi Persaingan Persaingan Monopsonis Monopilistik

Sedikit Standar Oligopoli Murni Oligopsoni Murni Sedikit Differensiasi Oligopoli Oligopsoni Differensiasi

Differensiasi

Satu Unik Monopoli Monopsoni

Sumber : Dahl dan Hammond, 1997.

(9)

Pasar persaingan monopolistik merupakan suatu pasar yang terdiri dari banyak penjual dan pembeli yang melakukan transaksi pada berbagai macam harga dan bukan atas satu harga dengan produk yang berbeda corak. Pasar oligopoli terdiri dari beberapa penjual yang sangat peka akan strategi pemasaran dan penetapan harga perusahaan lainnya dimana produknya dapat homogen terstandarisasi dan berbeda corak. Sedikitnya jumlah penjual disebabkan karena tingginya hambatan untuk memasuki pasar. Pasar duopoli yaitu pasar dimana terdapat dua penjual untuk produk tertentu. Pasar monopsoni akan dijumpai apabila terdapat seorang pembeli untuk produk tertentu, sehingga dapat mempengaruhi permintaan dan harga produk tersebut. Pasar oligopsoni merupakan kebalikan dari oligopoly, yaitu pasar dimana terdapat banyak pembeli. Pasar monopoli hanya terdapat satu penjual yang mempunyai pengaruh atas penawaran produk tertentu, sehinga dapat menentukan harga.

2.5 Perilaku Pasar

Perilaku pasar menunjukkan pola tingkah laku lembaga-lembaga pemasaran yang menyesuaikan dengan struktur pasar dimana lembaga tersebut melakukan kegiatan penjualan dan pembelian serta menentukan bentuk-bentuk keputusan yang harus diambil dalam menghadapi struktur pasar tersebut. Perilaku pasar tersebut dilihat dari proses pembentukan harga dan stabilitas pasar, serta ada tidaknya praktek jujur dari lembaga tersebut. Struktur pasar dan perilaku pasar akan menetukan keragaan pasar yang dapat diukur melalui perubahan harga, biaya, marjin pemasaran dan jumlah kuantitas yang diperdagangkan (Dahl dan Hammond, 1997).

(10)

Perilaku pasar dalam efisiensi pemasaran adalah bagaimana peserta pasar, yaitu produsen, konsumen dan lembaga pemasaran menyesuaikan diri terhadap situasi penjualan dan pembelian yang terjadi. Dalam menganalisis perilaku pasar ini, maka terdapat tiga pihak peserta pasar yang mempunyai kepentingan yang berbeda. Produsen menghendaki harga yang tinggi, pasar output secara local menghendaki pilihan beberapa pembeli (tidak terjadi struktur monopsonis ataupun oligopsonistik), tersedia waktu dan informasi pasar yang cukup serta adanya kekuatan tawar menawar yang lebih kuat. Lembaga pemasaran menghendaki keuntungan yang maksimal, yaitu selisih marjin pemasaran dengan biaya untuk melaksanakan fungsi-fungsi pemasaran relatif besar. Sedangkan konsumen menghendaki tersedianya produk pertanian sesuai kebutuhan konsumen dengan harga wajar.

2.6 Keragaan Pasar

Untuk mengetahui Keragaan Pasar, dapat diteliti dengan menghitung Marjin pemasaran dan Farmer’s share.

2.6.1 Marjin pemasaran

Dahl dan Hammond ( 1997 ) menyatakan bahwa marjin pemasaran adalah perbedaan harga ditingkat produsen ( Pf ) dengan harga ditingkat pengecer ( Pr ) sedangkan nilai marjin pemasaran merupakan perkalian antara marjin pemasaran dengan jumlah produk yang dipasarkan atau ( Pr – Pf ) Qrf.

Menurut Limbong dan Sitorus, 1987 ( dalam Sari, 2006 ), Marjin pemasaran didefinisikan sebagai perbedaan harga yang dibayar konsumen dengan harga yang

(11)

diterima produsen yang terdiri dari biaya pemasaran dan keuntungan pemasaran. Marjin pemasaran setiap lembaga pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut :

M = Pr – Pf Dimana :

M = Marjin pemasaran

Pr = Harga di tingkat lembaga pemasaran Pf = Harga di tingkat petani

2.6.2 Farmer’s share

Menurut Sari ( 2006 ), farmer’s share merupakan bagian harga yang diterima petani terhadap harga yang dibayarkan konsumen akhir. Bagian yang diterima oleh petani menunjukkan hasil adil atau belumnya pembagian hasil yang dilakukan lembaga pemasaran terhadap petani. Margin tataniaga yang semakin tinggi umumnya akan mengakibatkan persentase bagian yang diterima petani akan semakin kecil. Dengan demikian hal ini berarti farmer’s share mempunyai hubungan negatif dengan marjin pemasaran. Secara matematis farmer’s share dapat dirumuskan sebagai berikut.

FSi= 𝑃𝑓𝑖

𝑃𝑟𝑖 x 100%

Dimana :

Fsi = persentase harga yang diterima petani waktu ke-i Pfi = harga di tingkat petani waktu ke-i

(12)

2.7 Penelitian Terdauhulu

Yulia (2006), menyatakan bahwa di Desa Tamanan Kecamatan Sukomoro dalam pemasaran jeruk besar pamelo terdapat tiga saluran pemasaran. Harga jual yang tidak stabil serta adanya monopoli harga di tingkat tengkulak, merupakan masalah utama yang dihadapi oleh petani. Di samping itu, proses tebasan yang dirasakan merugikan petani, kerusakan buah yang menyebabkan harga turun, pangsa pasar yang masih sempit, pembayaran dari pihak tengkulak yang kurang lancar. Masalah yang dihadapi oleh pedagang di tingkat tengkulak adalah merasa tersaingi oleh jeruk Sulawesi yang harganya cenderung lebih murah.

Fitrina (2007), Saluran pemasaran penjualan dalam bentuk buah pala seutuhnya terdiri dari satu pola pemasaran. Saluran pemasaran bentuk biji basah terdiri dari dua pola saluran pemasaran. Struktur pasar dari pala dan turunannya mengarah pada persaingan tidak sempurna karena lembaga pemasaran tingkat PDD, penyuling, tengkulak, dan eksportir menghadapi pasar yang oligopoly dan oligopsoni dalam posisinya sebagai penjual dan pembeli. Peningkatan pendapatan petani akan diperoleh apabila petani menjual hasil produksi berupa biji basah (saluran dua), karena tingkat harga yang diperoleh akan lebih tinggi.

2.8 Kerangka Pemikiran

Komoditas stroberi di Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng adalah sentra penghasil stroberi terbesar. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis sistem pemasaran pada koptan Bali Buyan Berry di Desa Pancasari dengan meninjau struktur pasar, perilaku pasar dan keragaan pasar yang dihitung

(13)

dalam marjin pemasaran, farmer’s share pada koptan Bali Buyan Berry di Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada.

Untuk mengetahui pendistribusian pemasaran stroberi maka perlu dianalisis sistem pemasaran meliputi fungsi pasar, struktur pasar, perilaku pasar, marjin pemasaran, farmer’s share. Fungsi pemasaran dapat digunakan untuk mengevaluasi biaya pemasaran. Struktur pasar dapat diketahui dengan mengetahui jumlah pembeli dan penjual yang terlibat, heterogenitas produk yang dipasarkan, kondisi dan keadaan produk, mudah tidaknya keluar masuk pasar serta informasi perubahan harga pasar. Perilaku pasar dilakukan dengan mengamati prakter penjualan dan pembelian antara petani, pedagang pengempul, pedagang pengecer, dan konsumen. Marjin pemasaran dianalisis untuk mengetahui perbedaan harga ditingkat petani (produsen) dengan harga ditingkat pengecer, farmer’s share dianalisis untuk mengetahui bagian harga yang diterima petani terhadap harga yang dibayarkan konsumen akhir. Maka dari analisis ini akan mendapatkan kesimpulan dan selanjutnya akan direkomendasikan kembali kepada para petani. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.3.

(14)

Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran “Analisis Sistem Pemasaran Stroberi pada Koptan Bali Buyan Berry di Desa Pancasari”.

Lembaga Pemasaran Struktur Pasar Perilaku Pasar Keragaan Pasar  Saluran Pemasaran  Fungsi-fungsi pasar  Jumlah Lembaga Pemasaran  Keluar/Masuk Pasar  Praktek Pertukaran  Bagaimana Penentuan

Harga & Cara Bayar  Kerjasama

 Marjin Pemasaran  Farmer’s Share Pedagang Pengepul Pedagang Antar Kota

Pedagang Antar Pulau Pedagang Pengecer Pedagang Antar Pulau

Konsumen

Rekomendasi Produsen

Gambar

Gambar 2.1. Pola Umum Saluran Pemasaran Produk-Produk Pertanian Di  Indonesia
Gambar  2.3.  Kerangka  Pemikiran  “Analisis  Sistem  Pemasaran  Stroberi  pada  Koptan Bali Buyan Berry di Desa Pancasari”.

Referensi

Dokumen terkait