• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kehidupan Sosial Ekonomi Nelayan Desa Percut (Dusun Bagan) Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kehidupan Sosial Ekonomi Nelayan Desa Percut (Dusun Bagan) Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nelayan merupakan suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budi daya. Mereka pada umumnya tinggal di pinggir pantai, sebuah lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya. Imron dalam (Mulyadi, 2005:7)

Secara geografis, masyarakat nelayan hidup, tumbuh dan berkembang di kawasan pesisir, yakni suatu kawasan transisi antara darat dan laut (Kusnadi, 2009). Potensi sumber daya kelautan dan perikanan Indonesia yang sangat besar dapat dikatakan yang terbesar di dunia, sangatlah kontradiktif dengan realitas yang terjadi saat ini dimana 98,7 % nelayan Indonesia termasuk kategori nelayan kecil dan 25,14 % penduduk miskin Indonesia adalah nelayan (Ono, 2015:27).

(2)

Laut dapat berfungsi sebagai sumber kehidupan, penyediaan makanan, obat-obatan dan bahan-bahan material. Laut juga sebagai media transportasi dan komunikasi sehingga akan mempunyai kontribusi dalam perdagangan dan pertumbuhan ekonomi. Ahmad, 1996: Dahuri, dalam (Sugandi, 1996).

Potensi lestari total ikan laut terdapat 7,5 persen (6,4 juta ton/tahun) dari potensi dunia berada di perairan laut Indonesia. Selain itu, berkisar 24 juta hektar perairan laut dangkal Indonesia cocok untuk usaha budi daya laut seperti budi daya ikan kakap, ikan kerapu, teripang, rumput laut, dan biota laut lainnya yang bernilai ekonomis tinggi, dengan potensi produksi 47 juta ton/tahun. Secara keseluruhan nilai ekonomi total dari produk perikanan dan produk bioteknologi perairan Indonesia diperkirakan mencapai 82 miliar dolar AS per tahun. Berdasarkan potensi ini, masyarakat Indonesia yang kebanyakan hidup di wilayah pesisir terkhususnya nelayan sewajarnya memiliki tingkat kualitas hidup yang baik dan sejahtera.

Namun, kekayaan alam Indonesia tidak cukup mampu membuat masyarakatnya luput dari ancaman kemiskinan. Kemiskinan menjadi agenda nasional yang terus dikaji secara konsisten oleh pemerintah, menyangkut kehidupan masyarakat miskin baik di perkotaan, pedesaan hingga ke daerah pesisir. Sebagai masalah global, kemiskinan sering dihubungkan dengan kebutuhan, kesulitan dan kekurangan di berbagai keadaan hidup.

(3)

kampung-kampung nelayan dapat memberikan gambaran yang jauh lebih gamblang tentang kemiskinan nelayan ditengah kekayaan laut yang begitu besar. Pemandangan yang sering dijumpai di perkampungan nelayan adalah lingkungan hidup yang kumuh serta rumah-rumah yang sangat sederhana. Kalaupun ada beberapa rumah yang menunjukkan tanda-tanda kemakmuran (misalnya rumah yang megah dan berantena parabola), rumah-rumah tersebut umumnya dipunyai oleh pemilik kapal, pemodal, atau rentenir yang jumlahnya tidak signifikan dan sumbangannya kepada kesejahteraan komunitas sangat tergantung pada individu yang bersangkutan. (Zainul, 2007: 36)

Nelayan teridentifikasi sebagai golongan miskin, dimana sedikitnya 14,58 juta jiwa atau sekitar 90% dari 16, 2 juta jumlah nelayan di Indonesia masih berada di bawah garis kemiskinan. Padahal negara Indonesia adalah negara bahari yang pulau-pulaunya dikelilingi oleh lautan yang didalamnya terkandung berbagai potensi ekonomi khususnya di bidang perikanan, namun sampai saat ini kehidupan nelayan tetap saja masih berada dalam jurang kemiskinan. (Martadiningrat dalam Antara, 2008:1)

(4)

yang terkategori sebagai desa nelayan (mayoritas penduduknya berprofesi sebagai nelayan).

Masyarakat nelayan dikategorikan sebagai masyarakat miskin dengan indikasi bahwa tingkat perekonomiannya masih lemah karena tingkat pendapatan yang rendah, kualitas hidupnya rendah, kesejahteraan sosial rendah, dan hidup dalam kesulitan. Nelayan terjebak dalam perangkap kemiskinan yang pelik, tidak memiliki akses yang memadai terhadap pendidikan dan kesehatan. Nelayan juga kesulitan mendapatkan akses kredit karena sebagian besar bank beranggapan bahwa pinjaman bagi nelayan berisiko tinggi (survei Lembaga Demografi di Sulawesi Utara, 2014).

Kemiskinan masyarakat pesisir bersifat multi dimensi dan disebabkan oleh tidak terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat antara lain kebutuhan akan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, infrastruktur (DKP, 2005:10). Disamping itu kurang kesempatan berusaha, kurangnya akses terhadap informasi teknologi dan permodalan, budaya dan gaya hidup yang cenderung boros, menyebabkan posisi tawar masyarakat miskin semakin lemah. Pada saat yang sama, kebijakan pemerintah selama ini kurang berpihak pada masyarakat pesisir sebagai salah satu pemangku kepentingan diwilayah pesisir. (Zainul, 2007:37).

(5)

perikanan mengalami peningkatan karena adanya depresiasi rupiah terhadap dollar.

Tingkat pendapatan nelayan dapat diketahui dengan melihat proporsi produksi ikan dengan jumlah nelayan per hari. Indonesia memiliki proporsi produksi ikan lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara lain, seperti Rusia (140 kg/nelayan/hari), Jepang (75 kg/nelayan/hari), USA (100 kg/nelayan/hari) dan Norwegia (98 kg/nelayan/hari) sedangkan Indonesia (5,5 kg/nelayan/hari) Dahuri, 2005: 18 dalam. Kondisi semakin diperparah lagi dengan kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM). Hal ini dapat dilihat dari berita berbagai media massa yang menggambarkan penderitaan para nelayan akibat kenaikan BBM tersebut. Banyak nelayan yang berhenti melaut sejak pemerintah menaikkan harga BBM. (Zainul, 2007: 38)

Menurut data, jumlah nelayan di Sumatera Utara sekitar 321.000 orang yang tersebar di 13 kabupaten dan kota, dari jumlah tersebut nelayan tradisional mencapai 70 persen, nelayan menengah 20 persen dan nelayan skala besar 10 persen. Berarti, nelayan yang termarginalkan adalah sekitar 70 persen dari jumlah nelayan (sekitar 224 ribu lebih) nelayan masih berada di bawah garis kemiskinan (BPS Sumut, 2009).

(6)

karo, Melayu, Tapanuli, dan Simalungun, dll. Mata pencaharian penduduk Deli Serdang juga beragam seperti nelayan, petani/pekebun, pegawai negri, pengusaha, buruh dan sebagainya (Badan Pusat Statistik 2016).

Salah satu desa yang berada di Kabupaten Deli Serdang yang penduduknya mayoritas bermatapencaharian sebagai nelayan adalah dusun Bagan Percut. Bagan Percut terletak di wilayah kecamatan Percut Sei Tuan yang mempunyai luas 10.63 km2 yang terdiri dari sembilan belas dusun. Dengan jumlah penduduk 15.183 jiwa. Jumlah penduduk yang bermatapencaharian sebagai nelayan tersebar di desa Percut, dusun 16-18 adalah 919 nelayan (Badan Pusat Statistik, 2016). Jumlah KK dusun 16 terdapat 219 KK, dusun 17 terdapat 169 KK, dan dusun 18 terdapat 236 KK.

(7)

tradisonal akan dapat melaut karena air laut mengalami naik dan surut sehingga aktivitas melaut dapat dilakukan.

Nelayan yang tergolong modern dapat dilihat dari perahu bermesin dan alat tangkap yang digunakan disesuaikan dengan perahu. Nelayan di Desa Bagan Percut menggunakan teknologi mesin yaitu mesin Jandong dan Dompeng dengan ukuran 22,25-30 kaki. Alat tangkap yang digunakan yaitu: pukat layang, trawel/katrol, jaring, pancing, dll. Perahu dengan mesin memiliki daya jangkau lebih luas dibandingkan dengan perahu dayung, sehingga melalui alat tangkap yang disesuaikan dengan perahu maka dapat menghasilkan jenis tangkapan lebih beragam seperti: ikan, udang, kepiting, cumi-cumi, songket, dll. Jam berangkat untuk melaut tergantung pasang air laut, biasanya nelayan berangkat pukul 05.00-15.00 atau 12.00-08.00. Waktu untuk melaut nelayan dengan perahu bermesin dan alat tangkap modern tidak tergantung pada pasang air laut. Baik pasang mati atau pasang besar nelayan dengan perahu bermesin dan lengkap dengan alat tangkap dapat melaut.

(8)

eksistensinya. Selanjutnya berbagai program pembangunan perikanan juga tidak berpihak kepada nelayan kecil.

Kondisi sanitasi nelayan masih sangat memprihatinkan, masih terdapat beberapa rumah tangga yang tidak memiliki kamar mandi dan akses air bersih sangat terbatas. Sehingga kegiatan menyuci pakaian, mandi dan kegiatan lainnya yang membutuhkan air bersih dilakukan di sungai yang juga kondisi airnya tidak layak untuk digunakan. Di desa nelayan ini terlihat beberapa rumah yang masih terbuat dari anyaman bambu dan papan, dengan beralaskan papan dan beberapa diantaranya rumah bara karena tanah tempat rumah dibangun merupakan rawa. Beberapa rumah seperti tidak terawat dan dipenuhi dengan barang-barang yang berantakan, di sekitar rumah nelayan akan tercium bau amis yang berasal dari hasil tangkapan dari laut yang kurang dibersihkan.

Potensi laut yang dimiliki Indonesia tidak berbanding lurus dengan kondisi kehidupan masyarakat yang hidup dan bergantung pada hasil laut. Hampir seluruh daerah nelayan di Indonesia masyarakatnya mengalami kemiskinan dan merupakan kondisi lebih rendah apabila dibandingkan dengan kehidupan petani.

(9)

dengan kota Medan dan nelayan desa ini cukup memperoleh perhatian dan bantuan dari pemerintah.

Gambaran kehidupan sosial ekonomi penduduk nelayan yang buruk terlihat dengan kasat mata melalui keadaan pemukiman, rumah yang tidak layak huni, sanitasi yang tidak baik, remaja dan anak-anak yang ikut melaut sehingga putus sekolah, pernikahan usia remaja, dll. Berdasarkan kondisi tersebut peneliti

tertarik untuk meneliti mengenai “Kehidupan Sosial Ekonomi Nelayan Desa

Percut (Dusun Bagan) Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang”.

1.2 Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas, maka masalah penelitian dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana kehidupan sosial ekonomi nelayan tradisional desa Bagan Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang?

2. Apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya kemiskinan pada nelayan tradisional di Desa Bagan Percut?

1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

(10)

1.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam pengembangan :

1. Secara Akademis, sebagai pengembangan konsep dan teori yang berkenaan dengan kehidupan sosial ekonomi dan penyebab kemiskinan nelayan, dan dapat memberikan sumbangan positif terhadap keilmuan di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial dan menambah referensi dan kajian bagi peneliti mendatang.

2. Secara teoritis,

a. Menambah pengetahuan, pemahaman serta pengalaman tentang masalah yang diteliti.

b. Membentuk pola fikir yang dinamis serta untuk mengetahui kemampuann peneliti dalam menerapkan ilmu yang diperoleh.

c. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan karya ilmiah.

3. Secara Praktis dapat digunakan sebagai bahan masukan, pertimbangan dan sebagai bahan evaluasi khususnya bagi masyarakat nelayan yang miskin serta bagi Pemerintah maupun pihak-pihak luar secara umum guna mempertimbangkan pemberian bantuan kepada nelayan.

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan akan disajikan dalam enam bab sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN

(11)

BAB II : TINJAUAN PUSATAKA

Bab ini berisikan uraian konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran beserta bagannya, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan uraian tentang gambaran lokasi penelitian, yaitu Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.

BAB V : ANALISIS DATA

Berisi tentang uraian dan analisis data yang diperoleh dalam penelitian.

BAB VI : PENUTUP

Referensi

Dokumen terkait

Membaca surat-surat Al Qur’an 1.3 Membaca QS.Al-Alaq VI Siswa dapat membaca surat Al Alaq 1-5 dengan lancar. 8 10.Melakukan dzikir dan doa 10.1 Melakukan dzikir

PREFEITURA MUNICIPAL DE PORTEIRINHA/MG - Aviso de Licitação - Pregão Presencial para Registro de Preços nº.. Advá Mendes Silva

PEMBINAAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DAN JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA Jalan Jenderal Gatot Subroto Kaveling 51, Jakarta Selatan 12950 Telepon 5255733 Pesawat 644, Faksimile (021)

Terkadang kita pernah mengalami atau bahkan sering mengalami kesulitan dalam mencari sebuah file atau beberapa file pada komputer kita yang didalamnya telah tersimpan begitu

Perihal Penetapan Perusahaan yang lulus dalam evaluasi daftar pendek Seleksi Umum Pengadaan Barang/Jasa untuk pekerjaan Sistem Informasi Manajemen Pencegahan dan

Playback multimedia audio-video yang dibangun dan dibuat oleh para programmer pada umumnya menggunakan bahasa yang sulit pada setiap komponen dan button yang digunakan, maka dari

Panitia Pengadaan Bar ang/ Jasa pada Direktorat Pencegahan dan Penyelesaian Perselisihan Hubungan Indu strial, Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan

Penulisan Ilmiah ini bertujuan untuk memberikan tambahan informasi mengenai beberapa objek wisata di Jawa Barat khususnya di kota Kuningan yang memliki fasilitas-fasilitas