• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teori Aristoteles Mengenai Reaksi Kimia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Teori Aristoteles Mengenai Reaksi Kimia"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Pendidikan Kimia A

Teori Aristoteles Mengenai Reaksi Kimia dan Substansi Kimia

Chapter ini membahas ide Aristoteles yang mengemukakan bahwa suatu substansi, secara potensial (bukan sebenarnya) terdapat dalam campuran atau kombinasi, serta masalah-masalah yang diangkat dari ide tersebut. Duhem mengadopsi dan mengadaptasi konsep ini sebagai dasar pemahamannya dari keberagaman zat-zat kimia yang diatur dengan rumus kimia dan untuk menyajikan bahwa pemikirannya adalah penafsiran alamiah materi dipandang secara termodinamik. Beberapa konsep Aristoteles mengenai suatu zat dan pembentukannya mempengaruhi perkembangan konsep zat secara makroskopik yang berkembang saat ini. Meskipun beberapa doktrin mengenai zat dan pembentukannya banyak yang sudah tidak relevan, namun pemikiran Aristoteles tidak dibuang begitu saja, melainkan menjadi pencetus beberapa konsep baru misalnya mengenai fasa zat.

Aristoteles mempelajari teori-teori mengenai atom yang dicetuskan oleh pendahulunya yaitu Leucippus dan Democritus. Teori mereka tidak dapat menjelaskan tentang indivisible(keterpisahan) dan tidak dapat menjelaskan bagaimana suatu senyawa baru, dengan sifat-sifat yang berbeda dapat terbentuk sebagai hasil pencampuran. Menurut pandangan sebelumnya, kita tidak bisa membedakan senyawa sebagai sesuatu yang terdiri dari dua jenis zat yang berbeda, karena kita tidak bisa menentukan posisi masing-masing penyusunnya. Posisi ini dianggap tidak terbatas (infinite) sedang Aristoteles menyatakan bahwa ini terbatas pada bilangan yang seharusnya bulat dan sederhana, dan dapat dibedakan. Menurut Aristoteles, suatu senyawa dapat memiliki variasi disebabkan karena perbandingan penyusunnya. Penyusun senyawa ini beraturan sehingga membentuk perbandingan suatu angka yang bulat (finite), dan sederhana dengan sejumlah sifat tertentu.

(2)

Pendidikan Kimia A

terpisah yang heterogen semisal campuran air dan minyak, menurutnya zat yang sama akan bergabung membentuk kesatuan yang homogen. Aristoteles lebih memilih kata homoemerus untuk satu senyawa, yang berarti satu bagian seperti keseluruhan. Jelas-jelas Aristoteles menangkap adanya kesalahan dalam menjelaskan jenis-jenis campuran, bahwa suatu zat yang berbeda dapat dianggap suatu campuran yang berbeda, padahal kriterium homogenitas suatu senyawa sangat penting. Jarak antara konsep heterogenitas dan homogenitas pada zaman modern ini dipelajari/ diobservasi melalui fenomena makroskopik.

Teori Pencampuran Menurut Aristoteles

Aristoteles menyusun konsep pencampuran dua materi, yang menghasilkan materi baru dengan sifat baru. Sifat yang berbeda dengan sifat penyusunnya ini hadir karena keadaan saling mempengaruhi yang sangat kontras ketika dua bagian materi bersentuhan satu sama lain. Sifat-sifat asal materi yang dapat mempengaruhi Sifat-sifat baru yang akan muncul dibatasi pada hal-hal yang benar-benar tampak/ dapat dibedakan. Jadi, suatu senyawa baru dapat muncul dari pencampuran senyawa-senyawa pembentuknya, yang keduanya memiliki sifat kontras atau bertolak belakang. Bahkan pada masa kini, kimiawan masih menggunakan istilah-istilah yang saling bertolakbelakang untuk menjelaskan interaksi dan perubahan suatu senyawa, misalnya asam terhadap basa, elektropositif terhadap elektronegatif dan lain sebagainya.

Teori Aristoteles tentang pencampuran, telah mencakup bagaimana dua buah materi dapat bercampur atau istilah pada saat ini bereaksi jika ditinjau dengan termodinamika, yaitu dari segi stabilitas senyawa dan kondisi-kondisi yang memungkinkan terjadinya reaksi. Aristoteles juga menyatakan ide tentang jumlah relatif / rasio materi yang bercampur. Berapapun perbandingan dua zat, jika salah satu zat berlebih misalnya volumenya yang dibutuhkan cukup untuk melakukan interaksi dengan mengabaikan interaksi dari luar, maka interaksi dengan kontak antara satu zat dengan zat lain tidak mungkin terjadi begitu saja, melainkan harus ada kemampuan mempengaruhi (affected) dan menerima pengaruh(susceptibility).

Konsep Aristoteles mengenai Unsur

(3)

Pendidikan Kimia A

dimiliki oleh kedua pereaksinya, sebagaimana panas bertemu dingin menjadi hangat. Zat baru yang terbentuk bersifat homogen, artinya hanya terdiri dari satu jenis materi saja, materi pembentuknya semuanya berubah menjadi zat baru tersebut. Namun, Aristoteles juga menyatakan bahwa terdapat dua hal yang mungkin terjadi pada pembentukan senyawa baru disertai sifatnya, yaitu adanya potensi dan aktualisasi. Potensi berarti kemungkinan bahwa suatu senyawa baru tersebut masih memiliki sifat-sifat asal pembentuknya, sedangkan aktualisasi berarti sifat zat baru yang memang berbeda dari pembentuknya. Ini mengindikasikan bahwa suatu zat pembentuk / reaktan masih dapat diperoleh dari hasil reaksi.

berdiri sendiri, tetapi juga terdapat unsur yang selalu hadir tanpa terpisah dengan unsur lain yang kedua unsure tersebut sifatnya saling kontras. Needham (2006:51) berpendapat dalam menanggapi tulisan Aristoteles tersebut, bahwa dalam unsur, yang selalu terdefinisi adalah sifat-sifat yang benar-benar bagian dari unsur. Sifat tersebut harus dapat menunjukkan subjek yang mengandungnya atau menjadi ciri-ciri yang dapat membedakan unsur tersebut dengan unsur lain. Doktrin Aristoteles mengenai perubahan sifat unsur sehingga unsur menjelma menjadi unsur lain dikenal dengan transmutasi sifat unsur. Transmutasi ini dibatasi hanya pada perubahan sifat unsur secara sebagian, tidak keseluruhannya.

Terdapat empat unsur yang diusulkan oleh Aristoteles, yaitu api, udara air, dan tanah. Semua itu dipisahkan karena sifat kehangatan dan kejenuhannya, dan sifatnya menuruti tabel berikut ini.

Sifat Panas/hot Dingin/cold

Kering/ dry Fire (api) Earth (tanah)

Lembap/ moist Air (udara) Water (air)

Ide ini ditentang oleh Lavoisier karena menurutnya jumlah unsur tidak bisa dibatasi karena sifat-sifatnya. Selain itu, Lavoisier juga menentang ide Aristoteles mengenai transmutasi keempat unsur diatas dengan penjelasan, bahwa jika api berasal dari air, maka baik sifat lembap dan sifat dingin air harus hilang untuk menjadi api yg bersifat panas dan kering, padahal Aristoteles membatas bahwa sifat yang berubah tidak boleh semuanya, hanya sebagian saja. Lavoisier juga bersebrangan pendapat mengenai reaksi. Menurutnya unsur-unsur pembentuknya tetap tersimpan meskipun telah berubah menjadi zat baru, sedangkan teori Aristoteles menyatakan bahwa unsur berubah menjadi unsur yang lain setelah mengalami reaksi.

(4)
(5)

Pendidikan Kimia A

Referensi

Referensi

Dokumen terkait