• Tidak ada hasil yang ditemukan

Saduran Buku Karangan Edward Luttwak Teo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Saduran Buku Karangan Edward Luttwak Teo"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Saduran Buku Berjudul ”Kudeta: Teori dan Praktek Penggulingan Kekuasaan” Penulis : Edward Luttwak

Penerbit : Relief

Buku ini secara khusus ditujukan untuk menyajikan perumusan teknik-teknik yang bisa dipakai untuk merebut kekuasaan dengan cara ilegal melalui pengupayaan infiltrasi ke dalam suatu segmen aparatus negara yang kecil tapi menentukan dengan tujuan akhir mengambil alih pemerintahan yang ada atau lazimnya disebut dengan kudeta. Dalam pelaksanaannya tersebut, kudeta memiliki aturan-aturan yang perlu diperhatikan. Pertama, ialah mempersiapkan prakondisi-prakondisi kudeta. Kedua, pasca kudeta di mana selalu ada dua kemungkinan: gagal dan berhasil, apabila gagal maka pemrakarsa kudeta akan terjerumus pada bahaya besar bagi hidupnya namun apabila berhasil imbalan untuk itu amatlah menggiurkan.

Semakin banyak bermunculannya negara modern terutama akibat dekolonialisasi, semakin tinggi pula probabilitas terjadinya kudeta kekuasaan. Itulah yang tergambar sejak munculnya revolusi Perancis dimana kerap terjadi penggulingan di berbagai pemerintahan. Dan untuk memahami kudeta, beberapa hal yang tidak dapat dikesampingkan ialah mencari tahu bagaimana pola relasional antara pemimpin politik, birokrasi dan angkatan bersenjata berproses dalam suatu pemerintahan. Agar terhindar dari kudeta, pemimpin yang baik karenanya perlu memperhatikan dan mengelola elemen-elemen di atas secara cerdik, karena, siapa sangka sebelumnya apabila roda birokratik yang tak bersenjata saja dapat begitu mengerikan saat mereka dapat menyandera pilihan kebijakan sang pemimpin politik hingga berani membunuhnya. Salah satu resep yang ditawarkan Luttwak karenanya pemimpin harus dapat mengikat mereka yang berada dalam pemerintahan dalam rangkaian rumit yang mmembuat mereka mengikat kesetian politik-etiknya.

China, Afrika dan Arab Saudi dalam penjelasan Luttwak memiliki cara agar masing-masing rezim dapat bertahan. Di China, zaman Dinasti Manchi, keturunan Han dipekerjakan pada jabatan pegawai negeri semua tingkatan, namun posisi penting kehakiman dan militer diisi oleh anak cucu dinasti Manchu, begitu pula di Afrika biasanya menunjuk anggota sukunya untuk menjabat di pos-pos strategis dalam dinas keamanan. Di Arab Saudi, urusan ketentaraan terbagi ke dalam mereka yang merupakan tentara modern yang suatu saat dapat mengkudeta, dan karena itu, dibuat juga tentara kesukuan yang berafiliasi pada keluarga kerajaan yang dinamakan tentara putih penganut aliran Wahabi. Di dalam sistem kepartaian, sebagian pemimpin juga menaruh kendali jabatan-jabatan strategis yang mereka titipkan pada orang-orang partai agar dapat menjamin keamanan rezim dan memonitor kebijakan-kebijakan rezim agar dilaksanakan dengan baik. Dalam contoh di atas, Luttwak berusaha menggambarkan bagaimana beberapa negara melalui pemimpin politiknya secara realistis berfikiran defensif dan memahami pentingnya kontrol atas roda birokratik, angkatan bersenjata dan dinas keamanan.

(2)

Revolusi Dilaksanakan oleh masa yang tidak terkoordinasi, tujuannya ialah perubahan struktur sosial politik serta pemengang kepemimpinan, revolusi ini biasa pula identik dengan perjuangan kiri

Perang Saudara Peperangan yang terjadi antara unsur-unsur angkatan bersenjata nasional Pronounamiento Pronounamiento adalah gerakan kudeta atau proses perebutan kekuasaan

yang dipimpin oleh pimpinan angkatan darat tetapi dilasanakan atas nama keseluruhan korps perwira setelah sebelumnya digelar penjajakan dan kompromi

Putsch Merupakan pemberontakan yang hanya melibatkan satu faksi di dalam angkatan darat

Pembebasan Perlawanan terhadap militer asing Perang Kemerdekaan,

insurgensi, dll.

Tujuannya adalah mendirikan negara baru dan ingin memisahkan diri dari pemerintah sebelumnya berdasarkan etnik ataupun hal politis lainnya

Kapan Kudeta Berhasil?

Kudeta sebenarnya akan sulit apabila sebagian besar populasi memiliki minat dan berpartisipasi pada pagelaran-pagelaran politis yang legal karena hal itu berarti populasi mengakui pemerintahannya diperoleh dari sumber yang sah dan legitimate. Belum lagi proses kudeta akan sulit apabila disediakan ruang dialog berkelanjutan yang disediakan oleh pemerintah bagi kelompok-kelompok penekan terutama pasca adanya keputusan atau kebijakan yang kontroversial. Perancis menjadi salah satu contoh bagaimana peralihan kekuasaan dari Coty kepada de Gaulle tahun 1958 meski terdapat faktor-faktor yang dapat mendorong kudeta, seperti; krisis ekonomi berkepanjangan, pengangguran, inflasi besar; kekalahan perang dan diplomatik; sertainstabilitas kronis di bawah sistem multipartai, tetapi peralihannya relatif aman. Hal ini diakibatkan oleh tangguhnya struktur-struktur politik. Tetapi, tidak semua negara memiliki struktur politik seperti Perancis dan begitu terbuka untuk adanya kudeta. Di bawah ini tersaji pandangan Luttwak mengenai beberapa prakondisi kudeta yang perlu diperhatikan: 1. Pra kondisi pertama ialah keterbelakangan ekonomi. Kemudian ditambah dengan penataan kondisi sosial masyarakat agar membatasi partisipasinya dalam menangkal kemenangan kudeta

Belajar dari pengalaman Mesir tahun 1952, Kudeta dapat di awali dengan adanya kaum miskin kota yang kemudian dapat dimanfaatkan oleh agitator Ihwatul muslimin untuk melakukan kekerasan dan pembakaran. Kaum miskin kota di Mesir mungkin saja tidak memiliki alasan-alasan dan tujuan politis jelas, akan tetapi mereka melihat peluang untuk dapat menghancurkan fasilitas orang kaya, hotel dan tempat-tempat lainnya sebagai puncak kemarahan mereka akbat ketidakadilan dan kesenjangan yang kerap dipertontonkan sementara di pihak lain ada yang menikmati keuntungan politik dari demonstrasi besar ini. Keresahan yang tak terkendali tentu mau tidak mau harus direspon oleh pemerintahan dan terutama birokrat senior, tentara hingga polisi yang ketiganya bisa saja berwujud kawan ataupun berubah menjadi lawan sesuai dengan pertimbangan mereka sendiri. Bagi mereka yang tidak terlalu terlibat di dalam pemerintahan, tentu mereka dapat menerima kudeta dan ikut bergabung dengan mengharap imbalan yang lebih besar ketimbang yang mereka dapat dari rezim lama, atau malah mereka dapat memperkeruh situasi menjadi poros ketiga dalam perebutan kekuasaan untuk keuntungan mereka sendiri seperti halnya terjadi di Nigeria.

(3)

Sasaran kudeta harus dilakukan pada pusat utama kekuasaan politik. Apabila hal ini tidak dapat diraih upaya kudeta akan sia-sia. Contohnya pada saat terjadi Revolusi Hongaria tahun 1956, pemimpin revolusi telah menguasai instrumen-instrumen penting seperti militer, polisi dan fasilitas-fasilitas komunikasi, akan tetapi satu hal yang tidak dapat dikuasai ialah jalan-jalan kota Budapest yang merupakan pusat utama kekuatan rezim yang disokong oleh Uni Soviet terlebih kekuatan Tentara Merah Soviet jauh lebih unggul dibanding mereka. Berhasilnya kudeta berarti harus mengalahkan kendali pusat kekuasaan Uni Soviet di Moskow. Atau, prasyarat lainnya adalah diam-diammeminta restu negara besar itu melakukan kudeta. Hal ini seperti terjadi di Vietnam pada tahun 1963. Pada saat itu, militer Vietnam menjajaki konsultasi dengan kedutaan Amerika Serikat di Saigon dan meminta restu AS jika mereka akan melakukan penyerangan. Setelah serangkaian pembahasan antara CIA, kedubes dan pentagon, mereka akhirnya menyetujui penyerangan tersebut disertai dengan penghentian semua bantuan ekonomi Amerika Serikat untuk rezim Diem di Vietnam.

Dalam kasus lain, kudeta akan ditentukan juga oleh negara penjajah. Contohnya terjadi di Gabon pada tahun 1964. Perancis menggagalkan semuanya, meski upaya kudeta telah berhasil.

Kemudian, Luttwak juga menjelaskan bagaimana kudeta dapat ditentukan oleh ketergantungan suatu negara terhadap teknologi yang datang dari negara-negara besar dengan merujuk pada pengalaman hubungan Uni Soviet-Mesir tahun 1957-1967. Mesir menjadi begitu tergantung pada Uni Soviet semenjak negara itu melakukan kontrak senjata di tahun 1955 dengan Uni Soviet. Bagi Mesir tujuannya adalah untuk menghentikan monopoli senjata dari Barat dan juga mengisi kebutuhan pertahanan Mesir sementara bagi Uni Soviet ini merupakan pasokan pertamanya pada negara Arab. Namun, kekalahannya pada Perang Suez Sinai tahun 1956 dan perang enam hari tahun 1967, dan keterlibatannya di dalam Perang Saudara di Yaman 1962, telah mengakibatkan kekurangannya perlengkapan militer Mesir. Sebagai akibatnya, Uni Soviet semakin memiliki pengaruh dari ketergantungan Mesir yang tidak hanya secara perlengkapan militer, namun juga bantuan lainnya seperti gandum. Efek lainnya Uni Soviet menerapkan pengawasan ketat atas pelatihan militer, pemilihan personil militer dan pengorganisasian dinas intelijen.

Uni Soviet dapat dengan mudah menentukan arah Mesir saat itu. Bagi mereka yang berniat melakukan kudeta, apabila pilihannya adalah meminta bantuan pada Amerika Serikat, maka para inisiator ini akan juga menghadapi unsur-unsur masyarakat anti amerika yang berarti akan mempersulit kemenangan mereka. Dan logikanya, apabila tujuan kudeta adalah untuk menghadapi negara asing dengan kekuatan yang lebih besar maka kudeta kemungkinan besar akan gagal seperti halnya di Hungaria. Untuk itu, Luttwak membuat preposisi: (1) Kudeta tidak layak dilaksanakan jika negara adikuasa memiliki kekuatan militer cukup besar di negara bersangkutan. Akan tetapi, bila kekuatannya ditempatkan jauh dari pusat politik dan jika rezim pra-kudeta menarik diri dari persahabatannya dengan adikuasa, maka aturannya tidak berlaku lagi. (2) kudeta harus mencari dukungan dari adikuasa dan menempatkan warga negara adikuasa di dalam negeri sebagai penasihat militer maupun sipil.

3. Prakondisi ketiga adalah negara sasaran harus memiliki suatu pusat politis yang jelas bentuk dan strukturnya, tidak boleh etnis.

(4)

sumber kekuasaan berada pada tangan-tangan kekuatan seksional. Siapa sajakah kekuatan seksional ini?

Pertama, penjelasan Luttwak mengarah pada adanya perusahaan-perusahaan raksasa. Bagi negara miskin, sumber kekuatan perusahaan raksasa lebih lengkap dibanding alat negara karena mereka dapat menyediakan pesawat-pesawat terbang, truk, fasilitas komunikasi dan infrastruktur penting bagi suatu negara. dalam kasus tertentu, malah, perusahaan menjadi pemegang kekuasaan besar dalam negara, mereka juga dapat mendongkrak politisi di suatu negara hingga penyuap pers. Hal ini nampak dari pengalaman suatu provinsi di Kongo, pada tahun 1960, Tshombe mengumumkan kemerdekaan dari Kongo dengan mengeklarasikan Republik Katanga. Sebelum merdeka, sebagai gubernur dia hanya memiliki sumber daya kecil, namun setelah pemisahan Tshombe memperoleh berbagai perlengkapan angkatan bersenjata dengan jet, kendaraan lapis baja, serdadu bayaran serta biro propaganda yang terorganisasi di London dan New York hal tersebut ia dapatkan dari hasil kekayaan tambang yang dikelola oleh perusahaan Union Miniere. Pada kasus lain, di Arab Saudi terdapat perusahaan minyak bernama ARAMCO yang merupakan satu-satunya organisasi industri besar di negara tersebut. Hasil pajak dari perusahaan ini menyumbang hampir 90% dan mereka mampu membangun fasilitas publik semacam pendidikan, transportasi dan sebagainya. Di bawah Abdul Aziz kekuatan mereka dapat dikelola. Tak jarang kekuatan ini akibat bebereapa kondisi ikut campur dalam politik praktis meski tujuan semula bukanlah bersifat politik, misalnya yang menyangkut kasus United Fruit Company yang dituduh menjalankan kekuasaan melalui klik-klik lokal, atau perusahaan minyak asal Irak yang berada di Suriah tahun 1949 dicurigai memainkan peran sabotase dan spionase dan banyak lagi. Dalam hal ini, tindakan yang harus diambil oleh perencana kudeta ialah dapat meminta persetujuan dan bahwa proses kudeta tidak akan mengganggu kepentingan bisnis mereka. Di sisi lain, netralitas akan menjadi pilihan bagi perusahaan-perusahaan macam ini.

Kedua, entitas regional. Ada beberapa kasus di mana kebijakan pemerintah pusat diabaikan oleh kekuatan-kekuatan bersifat etnik yang biasanya terdapat di wilayah-wilayah perbatasan Afro Asia. Sekalipun mereka tidak terlalu penting bagi pengkudeta dengan cara diberikannya mereka otonomi oleh rezim baru, tapi situasi di Kongo tahun 1960-1964 memberi pelajaran lain bahwa mereka secara cepat kehilangan kendali setelah sebagian besar provinsinya bergerak sesuai dengan kehendak sendiri bagai entitas mendeka sepenuhnya, dan masing-masing dari faksi lokal berkelahi hingga membuat sulit pemerintah pusat.

Strategi Kudeta

(5)

ke seluruh wilayah. Setiap perlawanan terhadap kudeta akan merangsang perlawanan berikutnya dalam kelompok lain dan jika reaksi berantai ini berkembang maka kudeta bisa dikalahkan.

Maka, masa transisi ini harus dilalui sesingkat mungkin dan strategi lain yang harus diperhatikan ialah memastikan bahwa telah terjadi netralisasi angkatan bersenjata yang berpeluang menentang sebelum dan sesudah kudeta. Luttwak juga menambahkan, agar strateginya ini selain dibuat cepat, pemrakarsa kudeta tidak segera menampakan warna politik yang jelas agar tidak menimbulkan resistensi besar dari kalangan elite politik. Justru dengan strategi seperti ini, elite politik akan berpikiran ulang untuk menakar apakah pemrakarsa kudeta adalah calon sekutu bagi mereka.

Operasi kudeta juga mensyaratkan pergerakan serentak dan memerlukan jumlah orang yang besar beserta kemampuan yang terlatih dan perlengkapan yang memadai, dan mungkin saja sasarannya adalah merekrut angkatan bersenjata negara. Pilihan lainnya adalah milisi partai, namun melihat sejarahnya pasukan ini cukup mudah untuk dikalahkan. Karena itulah, Luttwak memandu para inisiator kudeta untuk:

 Perencana kudeta harus bisa menyusup, infiltrasi atau subversi ke dalam sistem pertahanan negara, tugasnya adalah membujuk angkatan bersenjata untuk ikut berpartisipasi dalam kudeta dan menetralisir unit-unit selebihnya.

 Meski kekuatan angkatan bersenjata umumnya terdiri dari angkatan darat, laut dan udara, pemrakarsa kudeta hanya perlu fokus pada angkatan darat karena dalam kasus ini merekalah yang terpenting dalam membantu lancarnya kudeta

 Setiap angkatan memiliki formasi-formasi tradisional, misalnya, divisi, brigade, resimen, batalion, kompi dan peleton. Namun, perencana kudeta cukup fokus pada mereka yang memiliki rantai komando riil atau eselon operasional sejati. Kemudian identifikasi manakah yang memiliki kemampuan untuk melakukan intervensi dengan mempertimbangkan sifat dan lokasi unit.

 Rekrutan pertama haruslah anggota lama dalam formasi bersangkutan, atau lebih baik lagi perwira senior atau komandannya untuk mencegah bocornya perencanaan dan informasi rahasia. Setelah keadaan menjadi memungkinkan untuk diadakan dialog secara terbuka, maka beritahu mengenai hal kudeta (1) tujuan politis (2) capaian rekrutan, (3) jenis tugas yang harus dilaksanakan

 Yakinkan mereka yang direkrut bahwa kudeta ini dilakukan dengan berat hati dengan tutur kata yang sopan

 Setelah rekrutan pertama berhasil, maka biasanya efeknya akan lebih mudah, atau dikatakan sebagai efek bola salju.

 Selain militer, pemerintah pasti akan dilindungi oleh kepolisian, maka netralisasi kepolisian juga harus dilakukan termasuk juga unsur-unsur paramiliter.

 Selanjutnya perlunya melakukan netralisasi dinas-dinas keamanan (intelijen). Dinas keamanan ini akan mencoba mendeteksi dan mengalahkan ancaman-ancaman pengkudeta. Sulitnya lagi mereka sulit diketahui dari luar, mereka juga memiliki kemampuan kontra intelijen dan kontra spionasi dan memang ada yang dipersiapkan untuk mencegah adanya penggulingan pemerintah dengan fungsi utama mengintai kelompok-kelompok ekstrimis. Nah intelijen jenis terakhir lah yang harus diantisipasi.

(6)

politis ini dapat mengintervensi kudeta dengan dua cara: (1) mereka dapat mengerahkan dan mengirim massa melawan pemerintahan baru dan (2) memanipulasi fasilitas teknik dalam kekuasaan untuk menghambat konsolidasi kekuasaan. Maka, netralisasi kekuatan politik juga harus menjadi perhatian para pengkudeta. Berikut pokok-pokok perencanaan kudeta dalam konteks menangkal kekuatan politis:

 Mobilisasi opini publik dan penguasaan akan fasilitas teknis harus menjadi perhatian, kerap, pemerintah memiliki ruang untuk melakukan kounter opini dan memobilisasi elemen-elemen bawah pemerintahan untuk mengatasi kerusuhan.

 Selama dan setelah pelaksanaan kudeta, tokoh-tokoh penting perlu ditahan karena dapat berpontensi membahayakan pelaksana kudeta. Setelah tokoh-tokoh ini telah diamankan, menteri perencanaan ekonomi mungkin merupakan teknokrat penting yang tidak bisa diganggu hal ini sebab pelaksana kudeta akan bertemu tiga kategori tokoh yang perlu diperhatikan:

o Tokoh seremonial: Tokoh ini tidak akan ditangkap, mereka hanya akan dipakai sebagai simbol kesinambungan untuk membantu menegakan legitimasi para pelaksana kudeta

o Dewan inti dan pengendali sarana pemasa (menhan, mendagri dll) : kelompok ni perlu dipisahkan dan diisolasi hingga kekuasaan berada pada tingkat yang aman.

o Menteri-menteri dan pegawai lainnya: mereka perlu segera dikategorisasikan dan dimasukan pada dua kategori di atas

 Tokoh-tokoh di luar pemerintahan yang penting, contohnya misalkan Kossut di Hongaria 1848-1849, Gandhi di India yang bekerja di luar kongres perlu diperlakukan sebagai tokoh seremonial.

 Kendali media massa, kudeta tak ada artinya apabila perebutan sarana utama komunikasi tidak dimenangkan, hal ini tergambar dalam pengalaman kontra kudeta Raja Yunani pada akhir tahun 1967 ketika mereka tidak mampu berkomunikasi dengan rakyatnya secara baik tapi pers hanya akan memainkan peran minim apabila sebagian besar masyarakatnya buta baca tulis. Yang terpenting dari ini, pelaksana kudeta harus merebut satu saja fasilitas inti yang kerap disebut suara pemerintah, sementara media lainnya cukup dinetralisasi.

 Sebelum kudeta, pelaksana perlu juga menetralisir kelompok-kelompok khusus, seperti organisasi relijius, parpol, pemberontak, serikat buruh.

Melaksanakan kudeta

Setelah sebelumnya menganalisis struktur angkatan dan sarana pemaksa lainnya, serta berhasil dilaksanakannya infiltrasi ke sebagian kecil aparatus yang memiliki kemampuan intervensi unit-unit yang telah tergabung menjadi kekuatan kudeta. Dalam hal ini, mungkin tantangannya adalah terletak pada loyalis garis keras, pelaksana kudeta tidak boleh mengabaikan aspek penting ini. untuk lawan seperti ini, tujuan pelaksana bukanlah untuk menghancurkan namun melumpuhkan mereka dengan taktik defensif.

(7)

Begitu sasaran-sasaran telah direbut, kekuatan loyalis terisolasi dan birokrasi serta angkatan bersenjata dinetralisasi, fase kudeta aktif berakhir. Setelah itu tugas dari pelaksana kudeta adalah: perkuat stabilitas mereka, kemudian dorong stabilitasi birokrasi, dan terakhir stabilisasi massa.

Referensi

Dokumen terkait

Menggunakan pengukuran waktu diasumsikan kapasitas dari sumber daya yang ada digunakan secara penuh yaitu selama 24 jam sehari,.. tujuh hari seminggu selama satu tahun atau 8.760

Pemahan dan pengetahuan yang kurang terhadap anak tunagrahita membuat teriambatnya orang tua dalam memberikan pelayanan bagi En dan Ek, berbeda dengan Sn karena kelahiranya

Untuk menghitung jarak tersebut dapat menggunakan euclidean distance seperti pada (4). Untuk menentukan anggota cluster adalah dengan memperhitungkan jarak minimum objek. Nilai yang

Sj_ = besar arus jenuh untuk kelompok jalur atau

Secara klinis terjadinya gangguan pada deglutasi disebut disfagia yaitu terjadi kegagalan memindahkan bolus makanan dari rongga mulut sampai ke lambung..

Namun, Teori Kategori Sosial tidak dapat menjelaskan secara keseluruhan bahwa setiap kategori yang berbeda akan memberikan respon yang berbeda pula terhadap

Dari data sumur uji yang dilakukan pada daerah uji petik Sonai KD/SU-1 terlihat, bahwa zona limonit di daerah ini cukup tebal kurang lebih 4 m dengan kadar Fe = 200.000 ppm = 20

Untuk menentukan titik akhir titrasi, maka dibuat kurva titrasi yang merupakan kurva antara potensial sel dengan volum penambahan penitran didapatkan kurva