Kanun: Jurnal Ilmu Hukum. Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. 23111. ISSN: 0854-5499 │e-ISSN: 2527-8482. HARMONISASI HUKUM HAK UNTUK DILUPAKAN BAGI KORAN DIGITAL
TERHADAP CALON MAHASISWA DI MAKASSAR
LEGAL HARMONIZATION RIGHTS TO BE FORGOTTEN FOR DIGITAL NEWSPAPER OF STUDENTS CANDIDATES IN MAKASSAR
Aan Aswari, Andika Prawira Buana, Farah Syah Rezah
Fakultas Hukum Universitas Muslim Indonesia
Jalan Urip Sumoharjo Km.5, Makassar, Provinsi Sulawesi-Selatan, Indonesia E-mail: [email protected]
Diterima: 14/01/2018; Revisi: 11/02/2018; Disetujui: 24/03/2018
DOI: https://doi.org/10.24815/kanun.v20i1.9656
ABSTRAK
Teknologi koran digital di Indonesia kini membawa persoalan baru ketika hadirnya aturan hak melupakan secara implisit dalam Pasal 26 ayat (3) UU No 19/2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, yaitu terdapat kerugian yang dapat timbul tanpa disadari oleh calon mahasiswa yang memiliki rekam jejak tersangkut masalah hukum di Kota Makassar. Keadaan dilematis begitu cepat dirasakan ketika aturan baru ini diterapkan akibat sifat aturan belum memberikan petunjuk dalam aturan turunannya, dalam penerapannya cenderung hukum melahirkan sebuah masalah baru, yaitu kebijakan yang timbul mengacu pada rekam jejak calon mahasiswa. Karya ilmiah ini menggunakan metode sosio yuridis, yaitu data primer, dan dianalisis kualitatif. Hasil karya ilmiah ini menunjukkan bahwa calon mahasiswa yang penah menjalani putusan pengadilan dan terpublikasi dapat mengambil haknya untuk bebas memilih institusi pendidikan lanjutan, walaupun bersama pernyataan untuk tidak mengulangi perbuatan yang bertentangan dengan hukum. Harapan kedepannya agar tidak kembali menjadi aturan yang dapat menimbulkan masalah baru karena adanya benturan antar norma yang berlaku, sehingga tercipta aturan yang berkualitas dan dapat diterapkan.
Kata Kunci:Hak untuk Dilupakan, Koran Digital, Calon Mahasiswa.
ABSTRACT
Sustainability technology of digital newspaper in Indonesia as referred to in Article 26 paragraph (3) Law No. 19/2016 about Information and Electronic Transactions, that is not realized there is a loss for prospective students who have a problematic track record with the law in Makassar City. The situation became so quickly perceived dilemma because it has not given instructions in derivatives rules, in practice the new law arises, ie policies that arise at the track record of prospective students. This paper uses a me-thod socio-juridical, primary data, and analyzed qualitatively, and than will shows the prospective students who have had a court decision and publicly to take their right to freely choose the educational institution, even tought with a statement unrepeat unlawful act. The idea is not become repeated new rules making new problems because of a clash between prevailing norms, so as to manifest the rules of quality and can be applied.
PENDAHULUAN
Makassar merupakan sebuah kota yang berada pada tengah Indonesia sebagai ibukota dari
Provinsi Sulawesi-Selatan, olehnya kota ini cukup sentral yang menghubungkan antara bagian barat
dan timur wilayah Indonesia. Jumlah penduduk kurang lebih 1.7 juta1 membuat informasi melalu
berbagai media juga turut mengambil manfaat karena daerah ini dianggap sebagai Kota
Metropolitan di Kawasan Indonesia bagian tengah dan timur. Informasi dari berbagai penjuru
wilayah Indonesia hadir dikota Makassar melalui berbagai media massa dipengaruhi letak
geografisnya dianggap begitu sentral, meski bukan sebagai pusat pemerintahan dan mendapat
julukan kota pendidikan namun tata letaknya dan statusnya sebagai Kota besar yang membuat
proses urbanisasi dan pergerakan calon mahasiswa untuk mencari pilihan selain di Pulau Jawa juga
meningkat signifikan seperti kebanyakan Kota besar lainnya di Indonesia, maka transfer informasi
pun berjalan begitu cepat mengungguli beberapa Kota lainnya di Indonesia.
Internet banyak dimanfaatkan untuk berkomunikasi, melakukan transaksi jual beli serta
mencari informasi melalui media pemberitaan online. Media pemberitaan online atau dalam istilah
sehari-hari biasa disebut dengan koran digital merupakan bagian dari media massa yang juga hadir
menghiasi saluran informasi di era modern sebagai suatu bentuk pemanfaatan sistem elektronik
yang dianggap lebih efisien dan efektif dalam meraih jumlah penikmat berita.
Pengaruh pers dalam membentuk opini publik termasuk pembentukan opini publik dibidang
hukum yang berdampak positif maupun negatif cukup besar.2 Penemuan dibidang teknologi serta
penggunaannya secara langsung atau tidak langsung akan menimbulkan dampak negatif yaitu
menjadi faktor pendorong terjadinya kekerasan atau meningkatkan kualitas suatu kejahatan
kekerasan tertentu,3 sehingga potensi terjadinya sebuah bentuk beleidge overeenkomps terjadi
1
Balai Kota Makassar, 2017, Penduduk Kota Makassar,
http://makassarkota.go.id/107-pendudukkotamakassar.html (diakses pada tanggal 30 April 2017).
2
Achmad Ali., & Heryani, W, Menjelajahi Kajian Empiris Terhadap Hukum, Kencana Prenada Media Group.
Jakarta, 2012, hlm, 148.
3
karena peran media cukup kuat mendapatkan perhatian masyarakat yang dapat mempengaruhi
sejumlah penikmat berita dari pemberitaan, namun payung hukum dalam bentuk aturan UU No 19
Tahun 2016 tentang ITE telah hadir meski tak tersosialisaskian dengan baik, berikut hasil
korespondensi masyarakat dalam pra-penelitian yang dilaksanakan.
Diagram 1.
Pengetahuan hukum masyarakat tentang UU No. 19/2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Sumber: data primer diperoleh dari hasil kuisioner Tahun 2017
Merujuk dari tingkat pengetahuan masyarakat tentang perubahan UUITE pada diagram diatas,
idealnya peraturan tersebut dijadikan rujukan dalam bertindak, sebagaimana pernyataan bahwa: law
of information technology is the first reference to regulate any electronic transaction in Indonesia
and provide a legal renewal aimed to accommodate the society necessity to guarantee a legal
security while doing transaction via electronic media,4 tetapi realitasnya terdapat beragam surat
kabar elektronik yang menyajikan banyak informasi yang dibutuhkan pembaca mengenai berita
perihal keadaan berbagai wilayah diseluruh dunia dengan berbagai sajian tema yang berbeda-beda.
Tujuan hadirnya surat kabar adalah sebagai agen pembangunan yang memiliki peran yang
penting dan signifikan dalam rangka pembangunan nasional,5 medium lama dan medium baru
4
Aswari, Aan, Syamsuddin Pasamai, Nurul Qamar, and Ilham Abbas, Legal Security On Cellphone Trading
Through Electronic Media In Indonesia, Jurnal Dinamika Hukum Vol. 2. No.17, 2017.
5
Kristevel Mokoagow, Peranan Surat Kabar Dalam Menumbuhkan Minat Baca Remaja Di Kecamatan Singkil
saling melengkapi,6 dikarenakan keberadaan informasi dalam mengulas perkembangan dunia luar
memberikan loncatan besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan dalam suatu wilayah yang
diperankan oleh masyarakat informasi, namun informasi tak selamanya baik bagi pribadi individu
karena kategori informasi beragam yaitu terdapat informasi yang baik bagi seseorang maupun
informasi yang buruk. Keseluruhan informasi yang disajikan dalam rangka perkembangan ilmu
pengetahuan melalui koran digital tidak lagi dikaji secara mendalam oleh penerima informasi
dengan asumsi bahwa pemberitaan seseorang dilakukan dengan cara sesuai dengan etika dan aturan
baik secara internal jurnalistik maupun secara umum yang berkesesuaian dengan Undang-Undang
No. 40/1999 tentang Pers.
Meredupnya koran konvensional sebagai pilihan pembaca diyakini karena adanya surat kabar
elektronik ini, menurut hasil penelitian media care sepanjang tahun 2000 – 2014 tidak kurang dari
1.300 media koran yang berada diseluruh Indonesia mengalami gulung tikar akibat pemanfaatan
media informasi secara elektronik dalam pemberitaan.7 Sebenarnya, media sosial lainnya seperti
media jejaring sosial ikut turut mengambil peran merosotnya angka pertumbuhan koran
konvensional, karena mulai pula dikenal adanya model jurnalis warga (citizen journalisme) yang
terbentuk akibat pesatnya pertumbuhan media jejaring sosial untuk saling tukar menukar informasi
diantara masyarakat informasi, sehingga informasi dapat memberikan penilaian baik atau buruk
bagi subyek penilaian. Maraknya model pemberitaan disajikan dalam berbagai bentuk pemanfaatan
(paper & paperless) dalam konteks persaingan terkadang mengabaikan mutu sebuah berita yang
disajikan, karena media kovensional hanya menghadirkan informasi satu arah yaitu publik berperan
6
Hadi, I.P., Perkembangan teknologi komunikasi dalam era jurnalistik modern. Scriptura, Vol. 3 No.1, 2010,
hlm. 69-84.
7
Justinus Brillian, 2015, Keberadaan Koran Meredup dengan Munculnya new Media,
sebagai konsumen informasi, dan media baru membuka kesempatan bagi publik mengkonstruksi
informasi yang dianggap ideal baginya.8
Surat kabar elektronik merupakan hasil perkembangan teknologi informasi yang kita kenal
diera modern ini diyakini menjadi persoalan bagi mereka yang telah lebih dulu berkecimpung
dalam bisnis informasi konvensional. Olehnya, demi eksistensinya dalam mengikuti laju dinamika
zaman sebagai tuntutan maka mereka yang telah eksis dalam dunia pemberitaan/ informasi, juga
turut serta dalam pemanfaatan media elektronik sebagai sarana penyampaian beragam berita dari
beragam wilayah yang ada.
Surat kabar elektronik sebagai bentuk baru dalam penyajian berita memang membawa hal
yang positif, namun dalam perkembangannya maka persoalan pun ikut mengusik ketentraman
manusia lainnya. Tentunya hal ini merupakan sebuah gejala sosial yang juga merupakan gejala dari
hukum,9 lalu diharapkan terus dapat diwujudkan dalam bingkai nilai-nilai sosial yang ada dan
disosialisasikan oleh generasi tua kepada generasi muda sebagai proses natural untuk menjaga
kaidah sistem sosial yang berlaku,10 dalam sebuah rangkaian yang berkelanjutan dan mengarah
pada penjaminan hak anak sebagai calon mahasiswa baru, baik itu fisik, mental, spiritual maupun
kehidupan sosialnya.11
Koran dapat musnah oleh kondisi cuaca yang bergantian dan hancur lebur bersama informasi
karena diproses oleh waktu, sedangkan surat kabar elektronik tetap awet seperti sedia kala saat ia
dibuat pertama kali hingga kapan pun selama informasi tersebut tidak dimusnahkan/dilupakan
secara sengaja (to be forgotten). Citra akan melekat pada seseorang berdasarkan rangkaian
informasi sebelumnya sebagai bentuk edifikasi seseorang, citra adalah gambaran realitas dan tidak
8
Sylviana, V, Efek Media Baru Terhadap Opini Publik Dalam Demokrasi: Succesing Candidate In Electoral
Campaign.Jurnal Channel Vol.1 No.1, 2013, hlm..31-38.
9
Nurul Qamar, at.al, Sosiologi Hukum (Sociology of Law), Mitra Wacana Media, Yogyakarta, 2016, hlm.63.
10
Manap Solihat, Komunikasi Massa dan Sosialisasi, MediaTor (Jurnal Komunikasi) Vol.9 No.1, 2008,
hlm.105-112.
11
Wardah, W, Hak-Hak Anak dalam Kegiatan Penyiaran Televisi, Kanun: Jurnal Ilmu Hukum Vol.18 No.3,
akan selalu sesuai dengan realitas. 12 Menyajikan dan mengkonsumsi informasi khususnya
menyangkut tentang subyek hukum, kiranya wajib mencermati relevansinya dengan waktu dan
keadaan.
Berdasarkan penjelasan di atas, secara jelas menunjukkan bahwa hadirnya surat kabar
elektronik di Kota Makassar, maka dapat dijadikan sebuah asumsi bahwa hukuman bagi
orang-orang yang telah menjalani hukuman karena perbuatannya yang telah lampau dapat kembali
menghilangkan rasa kemerdekaan manusia yang diberitakan itu, sehingga patutlah kiranya untuk
menjadikannya sebuah masalah dalam perumusan dalam penelitian ini.
Berdasarkan deskripsi permasalahan diatas, maka tulisan ini mengangkat sebuah rumusan
masalah yaitu : sejauhmanakah kelayakan aturan hukum dalam penerapan konsep hak melupakan
pada koran digital bagi calon mahasiswa yang pernah terlibat masalah hukum?
METODOLOGI PENELITIAN
Tipe penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan socio yuridis. penelitian ini
berlangsung selama 6 bulan mulai Juni – November 2017. populasi penelian ini tertuju pada calon
mahasiswa, orang tua calon mahasiswa, koran digital dan beberapa perguruan tinggi di kota
makassar. pengambilan sampel dilakukan dengan bentuk purposive sampling. Data sekunder
dianalisis berdasarkan deskriptif kualitatif dan data primer dianalisis berdasarkan deskriptif
kuantitatif dalam bentuk tabulasi frekuensi dan distribus persentase dengan rumus:
f
P= x 100%
N
Keterangan : P = Persentase
f = Frekuensi N = Jumlah Sampel % = Pembulat
12
Aulia Umma Fad, Analisis Citra Politik Dprd Kaltim Melalui Rubrik Parlementaria Di Koran Tribun Kaltim,
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Gambaran perkembangan media informasi kini begitu pesat, ditandai dengan hadirnya
berbagai media yang menyajikan informasi aktual dengan memanfaatkan media online. Terdapat
tidak kurang 85 jenis surat kabar elektronik yang menyediakan kebutuhan para penikmat informasi
kini khususnya di Kota Makassar, dan 15 diantaranya: 1. www.makassartoday.com; 2.
www.makas-sar.tribunnews.com; 3. www.fajar.co.id; 4. www.makassarterkini.com; 5. www.rakyatsulsel.com; 6.
www.kabarmakassar.com, 7. www.beritakotamakassar.com; 8. www.rakyatku.com; 9.
www.pojok-sulsel.com; 10. www.fajaronline.com; 11. www.gowww.pojok-sulsel.com; 12. www.celebesonline.com; 13.
www.upeks.co.id; 14. www.beritakota.co.id; 15. www.inikata.com.13
Keanekaragaman surat kabar elektronik ini cukup mengusik keberadaan koran konvensional,
revolusi digital mengubah cara pandang dan prilaku seseorang dalam hal mengakses informasi,14
(Bernoulli, 2015) dengan teknologi surat kabar elektronik yang memanfaatkan internet saat ini yang
merupakan hasil dari adopsi keberadaan internet sehingga memberikan kemudahan pengaksesannya
oleh peminat sebagaimana kebutuhan pengguna diera digital saat ini. Namun, perkembangan koran
dalam bentuk penyajian yang berbeda ini memberikan berbagai kemudahan, dan turut pula
membawa masalah baru bagi seseorang yang diberitakan, akan tetapi proses metamorfose media
konvensional kemedia digital ini memberikan andil yang cukup besar bagi proses eksistensi media
tersebut.15
Kemajuan dunia digital membawa perubahan cara dalam melakukan perbuatan hukum, secara
cepat berbagai perbuatan yang dulunya hanya dapat dikatakan sebuah perbuatan hukum ketika
13
Media Online Sul-Sel, 2014, Daftar Media Online Sulawesi Selatan
http://daftarmediaonlinesulawesiselatan.blogspot.co.id/ (diakses 15 mei 2017).
14
Bernoulli, Mohammed, Pengaruh Teknologi Adopsi Koran Digital (E-Paper) Terhadap Perilaku Penggunaan
Dengan Pendekatan UTAUT (Studi pada Harian Umum Pikiran Rakyat), e-Proceeding of Management: Vol.2 No.3, 2015, hlm.2681.
15
Hadi, I.P., Perkembangan teknologi komunikasi dalam era jurnalistik modern. Scriptura, Vol.3 No.1, 2010,
secara nyata dilakukan oleh subyek hukum kemudian berubah menjadi sebuah perbuatan hukum
yang dapat dilakukan didalam dunia siber, mengacu pada perbuatan hukum yang memiliki akibat
dalam dunia siber, dan diasumsikan dapat mempengaruhi dalam menentukan sebuah kebijakan
dalam penerimaan calon maba.
Diagram 2
Sumber: data primer diperoleh dari hasil kuisioner Tahun 2017
Hasil korespondensi yang diperoleh peneliti dalam diagram 2 menunjukkan dampak bagi
subyek hukum dalam hal ini calon mahasiswa dalam arti luas menunjukkan adanya kekhawatiran
bagi mereka untuk memilih perguruan tinggi yang dicita-citakan, yaitu kehilangan kebebasan akibat
keraguan yang timbul dari sebuah pemberitaan yang telah membentuk sebuah citra individu. Calon
mahasiswa yang pernah terlibat masalah hukum masih mendapat perhatian di mata masyarakat dan
menjadi harapan untuk tetap bebas memilih tempat pendidikan lanjutan. Meski data diagram diatas
menunjukkan terjadi selisih tipis, yakni 50.80% masyarakat menjawab bebas dan sebanyak 49.20%
masyarakat menjawab tidak bebas, penulis simpulkan bahwa masyarakat masih memberi perhatian.
berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap salah seorang masyarakat mengatakan bahwa,
calon mahasiswa yang pernah terlibat masalah hukum masih dapat melanjutkan pendidikan ke
jenjang selanjutnya dengan syarat bahwa, mereka telah membuat perjanjian dengan diri mereka
maupun dengan pihak universitas bahwasanya calon mahasiswa tersebut tidak akan lagi mengulangi
Pemberitaan seseorang membawa dampak yang begitu signifikan dibanding cara sebelumnya
sehingga dapat menghasilkan keadaan yang begitu memuaskan ataupun sangat merugikan karena
pengaruh polulasi penikmat berita meningkat tajam diera informasi elektronik ini. Salah satu
pembaca berita menyatakan bahwa, “hampir semua informasi kita dapatkan diera keterbukaan
informasi publik ini, bahkan sesuatu yang seharusnya menjadi rahasia seseorang”.
1) Pemberlakuan Konsep Hukum Hak Melupakan bagi Organisasi Koran Digital
Konsep hukum hak melupakan ini lahir dan diberlakukan dalam perubahan UUITE menjadi
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 dalam rangka menciptakan kesempatan yang sama untuk
melakukan hubungan hukum dengan pihak lain, baik hubungan hukum antar individu maupun
terhadap masyarakat, melalui prosedur penetapan pengadilan sebagaimana dinyatakan dalam Pasal
26 ayat (3). Hak untuk melupakan diterapkan di Indonesia merupakan dambaan setiap insan yang
hidup diera teknologi informasi dan era Keterbukaan Informasi Publik (KIP) karena kini setiap
individu tidak lagi ingin data pribadinya dijadikan sebuah alasan untuk diproses menjadi sebuah
alasan yang dapat merugikan orang lain dikemudian hari, apalagi pelajar yang diharapkan dapat
menjadi penerus bangsa Indonesia, maka jika sebuah informasi tidak lagi memiliki alasan yang sah
untuk dijaga, tentunya informasi tersebut harus dihapus dari sistem penyimpanan data manapun.
“Right to be forgotten: if an individual no longer wants his personal data to be processed or stored
by data controller, and if there is no letigimate reason for keeping it, the data should be removed
from their system.”16
Relevansi sebuah informasi juga menjadi perhatian, dimana informasi yang beragam kini
dapat dijadikan rujukan oleh siapapun dalam membuat sebuah kesepakatan, mengingat data
informasi melalui teknologi yang berkembang, kini menjadikan informasi tersebut awet hingga
16
kapanpun sepanjang tidak terhapus dari sistem penyimpanan data. Keuntungan surat kabar
elektronik yaitu efektivitas dan efisiensi perolehan berita aktual oleh masyarakat sehingga gaya
hidup masyarakat informasi dimudahkan dengan kehadiran internet. Kerugiannya adalah berita
yang tersimpan dalam waktu lama bisa saja menimbulkan rasa ketidakadilan bagi seseorang yang
telah menerima sanksi hukum, dan sedang merehabilitasi namanya agar dapat kembali bergaul
seperti sedia kala ditengah masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan adanya terobosan baru melalui
regulasi yang dibentuk pemerintah untuk menjaga keberlangsungan citra baik seseorang dimata
masyarakat, yaitu penerapan hak untuk melupakan informasi yang tidak relevan lagi, melalui
penetapan pengadilan.
Implementasi konsep hak melupakan bagi organisasi koran digital di Kota Makassar dalam
praktiknya belum ada, namun kajian ini merupakan sebuah pemikiran lanjutan terhadap konsep
hukum tersebut sebagai upaya mengakomodir kepentingan berbagai pihak yang dapat terhalangi
dikemudian hari jika konsep ini diberlakukan secara tidak terbatas pada wilayah mana yang dapat
dikategorikan hak melupakan dapat diterapkan. Ungkapan ini mengemuka berdasarkan potensi
implikasi lahirnya hak melupakan yang termuat dalam perubahan UUITE, diera globalisasi yang
penuh ancaman dan tantangan global, 17 sebagai konsekuensi kecanggihan teknologi yang
memberikan berbagai dampak pada generasi muda,18
Dibawah ini digambarkan hasil kuisioner yang menunjukkan potensi masalah dengan
terdapatnya 23.10% menganggap bahwa citra yang terbentuk pada calon mahasiswa itu dapat
menimbulkan sebuah masalah baru untuk lanjut ke sebuah perguruan tinggi yang didambakan, dan
52.30% koresponden menyatakan mungkin menjadi sebuah masalah baru dalam penerapan konsep
hak melupakan di wilayah mereka yang disebut calon mahasiswa baru.
17
Hardianto Djanggih & Aan Aswari, Information Technology Crimes Against Children As Victims.
e-Proceeding ADRI, 2017 – 5, hlm.74.
18
Laurensius, A S, Reformasi Penegakan Hukum Kekerasan Seksual Terhadap Anak Sebagai Bentuk
Diagram 3.
Presentasi kecenderungan timbulnya masalah baru.
Sumber: data primer diperoleh dari hasil kuisioner Tahun 2017
Mengacu pada pernyataan Pasal 26 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang ITE, dan
pemblokiran konten yang dinyatakan dalam Pasal 40 UUITE karena fungsi pemerintah dalam
memfasilitasi pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik dalam konsep hukum
yang terkandung didalam aturan tersebut. Langkah ini menjadi acuan bertindak bagi setiap
organisasi koran digital yang berbadan hukum, namun ketika mendapatkan keadaan yang dilematis
antara menyuarakan fakta melalui pemberitaan yang bersemangatkan peningkatan pengetahuan
masyarakat, dengan efek negatif dari pemberitaan yang dapat menimbulkan pengurangan hak
seseorang untuk berpartisipasi dalam mengembangkan dirinya ditengah masyarakat sesuai amanat
Pasal 28C UUD NRI 1945 juga ikut tereduksi.
Ketentuan penghapusan informasi elektronik yang tertuang dalam Pasal 26 UUITE ini belum
menentukan siapa penyelenggara sistem elektronik yang dimaksud untuk menerapkan konsep hak
untuk melupakan ini, namun hasil penelusuran pada masyarakat bahwa dikenalnya konsep ini dapat
menghadirkan “kartu truf” bagi oknum yang mampu melakukan berbagai rekayasa bahkan melalui
sebuah “transaksi haram”, atau kejahatan didunia peliputan,19 yang kemudian sulit dihindari bagi
seseorang yang merasa dirugikan karena jaminan penghapusan data seseorang harus disertai oleh
19
Hidayat, D., & Anisti, A, Wartawan Media Now dalam Mengemas Berita: Perspektif Situational Theory.
mekanisme adanya penetapan pengadilan setelah mengajukan permohonan, sedangkan belum tentu
mekanisme penyelesaian hukum dari negara maju cocok diterapkan di Indonesia.20
Ketentuan Pasal 26 (3) UUITE intinya mengatur tentang penggunaan informasi sebagai data
pribadi seseorang sebagai hak untuk menggugat atas kerugian yang timbul padanya serta kewajiban
organisasi koran digital untuk menghapus informasi yang tidak relevan lagi berdasarkan penetapan
pengadilan, olehnya masyarakat masih mengharapkan adanya aturan lebih konkrit yang tentang
tindakan yang harus dilakukan oleh organisasi koran digital mengatasi dilema sosial ini.
Dilema sosial dapat dijelaskan melalui gambaran masyarakat kini yang berupaya untuk
menghindari penerapan konsep hak melupakan melalui tindakan untuk tidak meneruskan opini
publik yang berkembang dan dapat merugikan masyarakat (hoax), dan kloning berita yaitu
penyaduran berita orang lain tanpa menyebutkan sumber,21 namun sebagian orang lainnya dapat
mengambil manfaat dari sebuah berita yang tidak relevan untuk mewujudkan tujuannya atas dasar
kepentingan pribadi atau kelompok. Disisi lain, organisasi koran digital menyuarakan fakta aktual
sebagaimana semangat yang dibangun oleh adanya pemberitaan yang membangun peradaban lebih
baik, dengan memperbaiki keadaan melalui pemberitaan yang dapat diambil manfaatnya sebagai
bentuk pembelajaran bagi masyarakat, serta merehabilitasi keadaan masyarakat secara menyeluruh
dimana sedang mengalami keadaan yang tidak menguntungkan.
Jurnalis media online dalam sebuah wawancara mengemukakan bahwa penerapan konsep
hukum ini merupakan penjabaran lebih lanjut dari tujuan produk jurnalistik sebagai kegiatan
sosialnya ditengah masyarakat, hal tersebut turut pernah dikemukakan oleh Anggota DPR RI yang
20
Achmad Ali., & Heryani, W, Menjelajahi Kajian Empiris Terhadap Hukum. Op.Cit, hlm.227.
21
Hidayat, D., & Anisti, A, Wartawan Media Now dalam Mengemas Berita: Perspektif Situational Theory,
menyatakan bahwa konsep hukum ini justru mendorong penguatan pers sebagai pers yang sehat
sesuai dengan tugas dan fungsinya sebagaimana dalam UU Pers.22
Pembangunan informasi melalui teknologi baru ini seharusnya tidaklah hanya dianggap
sebagai komoditas yang sekedar meraih keuntungan semata melalui tipikal pembaca/netizen yang
cenderung menikmati berita penderitaan/kriminal subyek hukum yang disebabkan dari berbagai
aspek dari fakta aktual. Peran koran digital sesungguhnya diharapkan hadir lebih kepada
akuntabilitas pencerdasan kehidupan bangsa menuju sebuah keadaan yang lebih baik bagi seluruh
masyarakat dari semangat demi kepentingan sosial itu. Idealnya hak melupakan melalui upaya
rehabilitasi harus termuat dalam setiap koran elektronik, dan mempunyai kekuatan berita yang sama
dengan kekuatan berita favorit masyarakat untuk dikonsumsi, sehingga dianggap patut untuk
merekayasa hal ini melalui pembentukan hukum yang sesuai dengan konteks kajian ini.
Pemberlakuan hak melupakan dalam sebuah pemberitaan hanya dianggap bahwa fakta yang
diberitakan tersebut adalah realitas kemasyarakatan yang terjadi sepantasnya untuk dilupakan dari
pemberitaan yang tidak lagi dianggap relevan pada suatu waktu, dan dijadikan sebagai bahan
pembelajaran bagi masyarakat lain,23 agar memiliki sikap kewaspadaan terhadap tindakan atau
prilaku yang dapat berakibat hukum dan tidak mampu mendapatkan penetapan dari pengadilan.
Namun sesungguhnya lebih daripada itu, bahwa hak melupakan juga dapat diartikan kewajiban
untuk dilampirkan dalam sebuah pemberitaan secara implisit yang menekankan bahwa seseorang
dapat dimaafkan atas kesalahan dimasa lampau dan yang telah melewati proses sanksi hukuman
(memberikan hak melupakan kepada seseorang), serta wajib diberikan kesempatan untuk
mengembangkan diri melalui kepercayaan publik yang ditanamkan melalui pemberitaan itu pula,
sebagaimana tanggapan mayoritas masyarakat yang terangkum dalam data responden yang
22
Evita Nursanty, 2016, Konsep Right To Be Forgotten Tak Berlaku Untuk Produk Jurnalistik,
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5862a2b8f0c4d/konsep-iright-to-be-forgotten-i-tak-berlaku-untuk-produk-jurnalistik (diakses 1 November 2017).
23
Hadi, I.P., Perkembangan teknologi komunikasi dalam era jurnalistik modern. Scriptura, Vol.3 No.1, 2010,
mengharapkan organisasi jurnalis untuk segera mengambil kebijakan untuk membersihkan citra
buruk seorang calon maba yang pernah diberitakan terlibat masalah hukum.
Diagram 4
Kecenderungan masyarakat mengharapkan kebijakan organisasi jurnalis untuk membantu membersihkan citra buruk anak/calon mahasiswa baru.
Sumber: data primer diperoleh dari hasil kuisioner Tahun 2017
Diagram 4 ini menunjukkan harapan masyarakat untuk membantu menghidupkan citra baik,
yaitu tidak mengabaikan pengembangan sumber daya manusia dalam upaya individu untuk
menggapai cita-citanya berpartisipasi pada lingkungan perguruan tinggi dambaannya, dan
membentuk kualitas diri yang diharapkan masyarakat sebagai generasi pelanjut.
Menolak lupa menjadi dasar sebuah pemberitaan faktual dan aktual dipublikasikan dalam
media elektronik agar wacana tentang prilaku seseorang dimasa lampau dapat menjadi
pembelajaran bagi masyarakat pembaca hingga kapan saja, dan juga dapat dijadikan sebagai sejarah
dalam konsep perumusan hukum agar dapat mencegah perkembangan prilaku yang tidak ideal
ditengah masyarakat. Menolak lupa menjadi antitesa terhadap hak melupakan ini karena anggapan
bahwa fakta faktual menjadi kewajiban dalam pemberitaan demi tercapainya semangat pemberitaan
yaitu mampu meningkatkan pengetahuan masyarakat secara aktual, dan dasar pembelajaran bagi
masyarakat luas. Pemberlakuan menolak lupa inilah yang kemudian menjadikan organisasi koran
digital memiliki hak jawab untuk dijadikan sebagai alasan dalam pemberitaan yang termuat dikoran
digital/informasi digital, sehingga penetapan pengadilan dirasakan terkesan cukup mendapatkan
seorang jurnalis elektronik yang menyatakan bahwa informasi elektronik yang diminta untuk
dihapus bisa jadi bermanfaat bagi masyarakat, olehnya tidak semua informasi elektronik dapat
dihapus terkait hak melupakan ini karena akan ada pengecualian terhadap konten hasil produk
jurnalis.24
Koran digital yang hadir tanpa menyuarakan semangat pemberitaan berpotensi lebih menolak
pemberlakuan konsep hak melupakan ini karena semangat yang dibangun hanyalah semata untuk
mendapatkan nilai keuntungan yang besar melalui pemanfaatan berita yang mendapatkan dukungan
masyarakat pembaca media informasi elektronik dari segi jumlah, dan untuk menarik para
pemasang iklan yang mampu membuat eksistensi keberadaan koran digital menjadi lebih mumpuni
dalam persaingan.
2) Analisis Pemberlakuan Konsep Hak Melupakan Bagi Calon Mahasiswa
Pemberitaan dimedia massa sering bagaikan pedang bermata dua, yaitu sekaligus berdampak
positif dan negatif,25 selanjutnya dapat membuat keadaan mulai tidak seimbang ketika pemberitaan
positif buat seseorang mampu menaikkan rating seseorang, namun disisi lain pemberitaan negatif
dapat menurunkan rating seseorang. Sejumlah orang mendapatkan keuntungan ketika pemberitaan
positif mereka dapat bertahan melalui sebuah pencitraan, namun sejumlah orang lainnya melekat
citra buruk karena pemberitaan negatif pernah terjadi mengalami krisis penilaian, layaknya sebuah
reputasi subyek hukum dalam dunia siber yang menjadikan salah satu indikator penting sebagai
gambaran integritas.
Regulasi mengatur tentang hak melupakan yang terdapat pada Pasal 26 (3) ini memiliki
kelemahan dan menjadi perhatian bagi masyarakat terkait batasan penerapan konsep hukum
24
Teguh Arifiandi, 2016, Dalam Konsep Right To Be Forgotten Tak Berlaku Untuk Produk Jurnalistik
tersebut, karena Pasal 26 (3) juga tidak menjelaskan bagaimana kategori dan macam informasi
yang dapat dihapus. Semakin kompleks timbul permasalahan ketika mempersoalkan konten
informasi apasajakah yang dapat dihapus serta bagaimana pengadilan menjalankan fungsinya
menetapkan hak melupakan tersebut, sungguh bahwa hadirnya konsep ini menyeret hukum dan
proses hukum menjadi sering menyulitkan dan merusak kehidupan kita, dan menciptakan banyak
rasa sakit dan kegelisahan.26 Pertanyaan yang timbul akibat pernyataan diatas merupakan tantangan
dinamika perkembangan hukum moderen yang membutuhkan jawaban, sehingga prilaku penentu
kebijakan dalam membuat keputusan menjadi jelas atas dasar pertimbangan bertindak sesuai
dengan hukum.
Fenomena surat kabar online menggabarkan fakta faktual kepada masyarakat tentang prilaku
calon mahasiswa sebelum masuk pada sebuah tingkat pendidikan lebih tinggi, sehingga konsep
hukum hak melupakan ini menjadi peringatan bagi penentu kebijakan perguruan tinggi misalnya
untuk secara teliti menganalisa kelayakan seseorang calon maba untuk berpartisipasi diperguruan
tinggi. Potensi konsep hukum ini dapat menimbulkan sebuah ancaman ketika masyarakat terfokus
pada pemberitaan negatif calon mahasiswa dijadikan dasar untuk memberikan nilai pada sebuah
perguruan tinggi bahwa telah menerima calon mahasiswa yang buruk dan dapat mempengaruhi
banyak mahasiswa lain jika telah tergabung dalam sebuah pendidikan lanjutan, meski diyakini
bahwa lembaga pendidikan adalah sebuah tempat yang menjadi harapan masyarakat untuk
membentuk individu-individu bermutu untuk bangsa dimasa depan, namun koran digital adalah
salah satu media informasi yang mengumpulkan berita untuk dapat dengan mudah ditemukan oleh
masyarakat informasi, dan memiliki peran tidak sekedar mempengaruhi pada level individu (pasif)
melainkan juga terhadap lingkungan sosial dan institusional (aktif).27
25
Achmad Ali., & Heryani, W., Menjelajahi Kajian Empiris Terhadap Hukum, Kencana Op.Cit, hlm.148.
26
Achmad Ali., & Heryani, W, Ibid., hlm.172.
27
Sylviana, V., Efek Media Baru Terhadap Opini Publik Dalam Demokrasi: Succesing Candidate In Electoral
Tanggapan masyarakat tentang gambaran individu mengenai konsep hak melupakan ini
seharusnya tidak menjadi suatu yang bisa menurunkan atau melemahkan status calon mahasiswa
dan lembaga pendidikan, karena setiap orang berhak untuk dan/atau atas pendidikan yang lebih
baik. Diagram dibawah ini menggambarkan bahwa tingginya harapan masyarakat untuk
memberikan kesempatan bagi mantan pelaku tindak pidana yang terpublikasikan dimasa lampau
untuk lanjut pendidikan formal, hasil korespondensi menunjukkan kondisi dilapangan memerlukan
kebijakan pemangku jabatan diperguruan tinggi untuk memberikan batasan terhadap penerapan
konsep hukum hak melupakan.
Diagram 5.
Sumber: data primer diperoleh dari hasil kuisioner Tahun 2017
Perlu untuk memaknai diagram 5 diatas bahwa sebagian masyarakat yang melanjutkan
pendidikannya sebelum mereka diberitakan oleh media digital, pernah tersandung perbuatan
melanggar hukum yang bahkan termasuk extra ordinary crime dan berstatus residivis, namun atas
dasar keyakinan dan kepercayaan yang diberikan padanya bahwa potensi manusia yang berusaha
bisa saja lebih baik daripada mereka yang dikatakan bersih, olehnya sebagian responden
menyatakan bahwa hak melupakan ini dipandang perlu untuk diterapkan layaknya ketika norma
belum berbentuk sebuah aturan yang tertuang dalam pasal 26 (3) UUITE, senada dengan salah satu
responden yang menyatakan bahwa masa lalu yang berhubungan dengan masalah hukum bukan
menjadi hambatan untuk mengubah hidup menuju keadaan yang jauh lebih baik kedepannya,
Proses penerimaan lembaga pendidikan lanjutan memiliki waktu yang terbatas, penetapan
pengadilan tentu membutuhkan bukti-bukti dalam mengukuhkan dalil yang dimohonkan, penerapan
hak melupakan ini mungkin menjadi batu sandungan bagi kaum mayoritas ketika tidak mampu
berbuat apa-apa ketika tidak berhasil mendapatkan penetapan pengadilan. Waktu terbatas menjadi
persoalan untuk mendapatkan penetapan pengadilan, dimana seseorang berpotensi sebuah aturan
diterapkan padanya disaat waktu yang mendesak/akhir masa pendaftaran tersebut baru mengetahui
dirinya dikenakan sanksi pengurangan nilai/berkas administrasi akibat adanya rekam jejak buruk
yang dapat membuatnya tidak lolos dalam test penerimaan di perguruan tinggi.
Suatu pemberitaan terhadap seorang calon mahasiswa sangat tergantung dari para pembaca.
Netizen (pengguna internet/masyarakat net) adalah suatu kelompok yang sangat berperan besar
tehadap suatu pemberitaan. Ketika seorang calon mahasiswa yang diberitakan terlibat masalah
hukum, para netizen tentu menanggapi hal tersebut dengan berbagai perspektif yang berbeda.
Netizen tentu secara sporadis menyebarluaskan berita tersebut pada akun sosial media
masing-masing. Di era internet, semua hal yang pernah tercatat dan tersimpan akan selalu bisa diakses
kembali.28 Berita tentang vonis bersalah seorang calon mahasiswa, tentu masih bisa ditemukan
lewat mesin pencari, meskipun calon mahasiswa tersebut telah bertanggung jawab dengan
menjalani masa hukumannya, akan tetapi internet tetap memberikan ruang sehingga sulit
melupakan masa lalu. Netizen harusnya dituntut untuk memahami setiap aktivitas dunia siber yang
mereka lakukan telah ada norma norma hukum yang membatasi dan dapat merugikan orang lain
bahkan diri sendiri sebab, hukum sebagai tombak untuk menciptakan ketertiban, keamanan,
keadilan serta kesejahteraan bagi warga negara, sehingga hukum bersifat mengikat bagi warga
negara.
28
Beritagar,2016,Hak Untuk Dilupakan Itu Absurd,
UUITE telah memberikan hak untuk melupakan kepada setiap orang agar pemberitaannya
dimasa lalu yang sudah tidak relevan lagi dengan kehidupan dimasa sekarang untuk
dihapuskan/dilupakan. Pada tataran teknis memang membutuhkan penetapan pengadilan untuk
mendapatkan hak tersebut, namun sebagai netizen yang sangat mempunyai peran besar harusnya
lebih bijak dalam memposting setiap berita, dan solusi lainnya ketika netizenlah yang menjadi
ujung tombak utama atas pemberian hak untuk melupakan ini kepada calon mahasiswa, meski
terkesan pernyataan ini mengisyaratkan opini dikedepankan dibanding hukum.
Perguruan tinggi sebagai tempat yang akan dituju oleh calon mahasiswa juga dituntut
membuka informasi terkait setiap calon mahasiswa yang akan diterima. Membangun budaya literasi
media internet dan informasi adalah suatu kewajiban yang harus dimiliki oleh setiap institusi
pendidikan sekarang ini, namun ilmu hukum normatif maupun empiris mempunyai objek kajian
yang sama, yaitu menggunakan ilmu hukum dalam menentukan suatu kebijakan.29
Calon mahasiswa yang pernah terlibat masalah hukum tentu tetap bisa mendapat tempat dan
diberi kesempatan untuk mendaftar di perguruan tinggi tersebut. Dari data kuesioner, responden
yang menyatakan bahwa calon mahasiswa yang pernah terlibat masalah hukum dimasa lalu sebagai
mantan pelaku tindak pidana, sebanyak 93,8% responden menyatakan bahwa calon mahasiswa tetap
layak untuk di terima di perguruan tinggi.30 Dari data tersebut menyatakan bahwa, hak dasar
seseorang untuk memperoleh pendidikan tetap harus terpenuhi walaupun calon mahasiswa tersebut
pernah terlibat masalah hukum.
29
Nurul Qamar, Dachran Busthami, Aan Aswari, Farah Syah Rezah, Logika Hukum, CV. Social Politic Genius,
Makassar, 2017, hlm.32.
30
Diagram 6.
Sumber: data primer diperoleh dari hasil kuisioner Tahun 2017
Cukuplah calon mahasiswa sebagai pelajar memperbaiki dirinya yang telah mengalami
keterpurukan akibat sanksi sosial yang dijalaninya, yaitu stigma buruk yang dilekatkan kepadanya,
karena sesungguhnya mengamati diagram 6 diatas, terlihat bahwa tingkat kepercayaan diri calon
mahasiswa ikut terusik ketika stigma buruk melekat padanya akibat perbuatan masa lampau yang
terpublikasi. Sungguh menjadi keadaan yang ironis ketika opini masyarakat yang berkembang dari
hasil pemberitaan terhadap agent of change bangsa menjadi tergerus akibat penerapan konsep
hukum hak melupakan dari perubahan UUITE ini tidak dilakukan harmonisasi dengan sumber
hukum lainnya.
SIMPULAN
Dari uraian tersebut, dengan ini peneliti kemukakan beberapa hal sebagai kesimpulan, sebagai
berikut: Kelayakan aturan hukum dalam penerapan konsep hak melupakan pada koran digital pada
dasarnya dapat diberlakukan. UU Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik pada Pasal 26 ayat (3) dan (4) telah menjadi norma yang bersifat imperatif dan dapat
menjadi rujukan bagi setiap norma terkait. Calon mahasiswa yang pernah terlibat masalah hukum
masih berhak untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, dengan catatan bahwa calon
mahasiswa tersebut telah menjalani proses hukuman dan menyesali perbuatannya serta tidak
Melihat adanya berbagai permasalahan yang di uraikan diatas, maka peneliti memberikan
saran sebagai berikut: Dalam setiap perumusan aturan perundang-undangan idealnya haruslah
terintegrasi dengan undang-undang yang terkait. Hal ini diharuskan agar tidak terjadi benturan
norma yang satu dengan yang lainnya. UUITE memberikan ruang soal hak untuk melupakan, hal ini
harus diselaraskan sebab persoalan kemudian apabila untuk menerapkan ayat tersebut dalam
pelaksanaannya tidak dipandu oleh peraturan yang lebih detail dan jelas (peraturan pemerintah),
ayat tersebut akan menjadi multitafsir. Yang paling terlihat resistensinya bahwa ada hak warga
negara untuk mendapatkan informasi. Hal ini pun juga harus diselaraskan bahwa UU Pers perlu
adanya revisi untuk mendukung hak untuk melupakan ini, khususnya kepada calon mahasiswa.
Mengingat kebebasan penuh yang dimiliki pers dalam memuat pemberitaan sering disalahgunakan.
Perguruan tinggi juga dituntut untuk membangun budaya literasi media dan informasi di setiap
proses penerimaan mahasiswa baru. Perguruan tinggi harus lebih selektif terhadap calon mahasiswa
yang pernah terlibat masalah hukum, dengan membuat perjanian/pernyataan bahwa calon
mahasiswa tidak akan lagi mengulangi perbuatan-perbuatan kriminal lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Ali., & Heryani, W, 2012, Menjelajahi Kajian Empiris Terhadap Hukum, Kencana
Prenada Media Group, Jakarta.
Aswari, Aan, Syamsuddin Pasamai, Nurul Qamar, and Ilham Abbas, 2017, Legal Security On
Cellphone Trading Through Electronic Media In Indonesia, Jurnal Dinamika Hukum Vol. 2.
No.17.
Buana, Andika Prawira, 2017, Tindak Pidana Prostitusi Berkedok Bisnis Panti Pijat Di Kota
Bernoulli, Mohammed, 2015, Pengaruh Teknologi Adopsi Koran Digital (E-Paper) Terhadap
Perilaku Penggunaan Dengan Pendekatan UTAUT (Studi pada Harian Umum Pikiran
Rakyat), e-Proceeding of Management: Vol.2. No.3.
Djanggih, Hardianto & Aan Aswari, 2017, Information Technology Crimes Against Children As
Victims. e-ProceedingADRI – 5.
Fad, Aulia Umma, 2015, Analisis Citra Politik Dprd Kaltim Melalui Rubrik Parlementaria Di
Koran Tribun Kaltim, Ejournal.ilkom Vol.3. No.1.
Hadi, I.P, 2010, Perkembangan teknologi komunikasi dalam era jurnalistik modern. Scriptura
Vol.3. No.1.
Hidayat, D., & Anisti, A. 2015, Wartawan Media Now dalam Mengemas Berita: Perspektif
Situational Theory. Jurnal ASPIKOM-Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol.2. No.5.
Laurensius, A S, 2017, Reformasi Penegakan Hukum Kekerasan Seksual Terhadap Anak Sebagai
Bentuk Perlindungan Anak Berkelanjutan, Kanun Jurnal Ilmu Hukum, Vol.19. No.2.
Mokoagow, Kristevel, 2016, Peranan Surat Kabar Dalam Menumbuhkan Minat Baca Remaja Di
Kecamatan Singkil Kota Manado, Jurnal Acta Diurna Vol.5. No.2.
Nurul Qamar, dkk, 2016, Sosiologi Hukum (Sociology of Law), Mitra Wacana Media, Yogyakarta.
Nurul Qamar, Dachran Busthami, Aan Aswari, Farah Syah Reza, 2017, Logika Hukum, CV. Social
Politic Genius, Makassar.
Rosen, J. (2011). Symposium Issue, The Right To Be Forgotten. Stan. L. Rev. Online, 64, 88.
Solihat, Manap, 2008, Komunikasi Massa dan Sosialisasi, MediaTor (Jurnal Komunikasi) Vol.9
No.1.
Sylviana, V, 2013, Efek Media Baru Terhadap Opini Publik Dalam Demokrasi: Succesing
Candidate In Electoral Campaign, Jurnal Channel Vol 1. No.1.
Wardah, W, 2016, Hak-Hak Anak dalam Kegiatan Penyiaran Televisi. Kanun: Jurnal Ilmu Hukum,
Laman Internet
Beritagar, https://beritagar.id/artikel/editorial/hak-untuk-dilupakan-itu-absurd, (diakses tanggal 22
November 2017).
Evita Nursanty, 2016,
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5862a2b8f0c4d/konsep-iright-to-be-forgotten-i-tak-berlaku-untuk-produk-jurnalistik (diakses 1 November 2017).
Justinus Brillian, 2015, Keberadaan Koran Meredup dengan Munculnya new Media
http://www.kompasiana.com/justin_066/keberadaan-koran-meredup-dengan-munculnya-new-media_560147f0d49373a40a0d7adc (diakses 1 Mei 2017).
Media Online Sul-Sel, 2014, http://daftarmediaonlinesulawesiselatan.blogspot.co.id/ (diakses 15
mei 2017).
Teguh Arifiandi, 2016,
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5862a2b8f0c4d/konsep-iright-to-be-forgotten-i-tak-berlaku-untuk-produk-jurnalistik (diakses, 1 November 2017).
Balai Kota Makassar, 2017, Penduduk Kota Makassar,
http://makassarkota.go.id/107-pendudukkotamakassar.html (diakses pada tanggal 30 April 2017).
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Perubahan Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.