• Tidak ada hasil yang ditemukan

ORIENTASI PENDIDIKAN SENI DALAM MEMBANGU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ORIENTASI PENDIDIKAN SENI DALAM MEMBANGU"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Orientasi Pendidikan Seni dalam Membangun Mental dan Budaya Kreatif

Narasumber 1 : Hadjar Pamadhi

Judul :Redefinisi Konsep Pendidikan Seni Dalam Konteks Revolusi Mental A. Latar Belakang

Komunitas urban di Indonesia telah memasuki taraf tata ruang kehidupan berpolitik. Perubahan cepat akan terjadi pada berbagai faset kehidupan, termasuk pemerintahan yang berakar rakyat urban. Perubahan budaya urban desa-kota menjadi penting untuk dibicarakan dalam PIPTEKS (politik, ilmu, pengetahuan, teknologi, dan seni) termasuk Pendidikan Seni di sekolah formal.

Pendidikan seni sendiri mestinya harus mengubah strategi politik pendidikan, karena persoalan yang dihadapi adalah: (1). Perubahan mindset berpikir anak dan remaja yang menuju kepada paralogisme, (2) persoalan lulusan pendidikan yang harus siap menghadapi pasar kerja, karena MEA, AFTA akan melanda ruang pekerjaan di Indonesia, (3). System perpolitikan Indonesia yang tidak dewasa dengan menunjukan para pemangku kepentingan turun etika dan moral, (4). Ekonomi Indonesia yang semakin defisit, (5). Belum disatukan pendapat tentang filsafat pendidikan Indonesia

B. Isi

1. Kebudayaan dan Seni Budaya

Gerakan budaya meliputi pembangunan fisik (tangible), system baik perilaku, organisasi maupun nilai.

Budaya dalam konteks revolusi mental adalah sasaran terakhir sekaligus sebagai tujuan , konsep dan metoda menuju budaya peradaban (civilation); kerangka tersebut adalah peradaban manusia Indonesia menuju peradaban dunia yang global.

1. Revolusi Mental dalam Konsep Pendidikan Seni

(2)

Pendidikan Seni Budaya dengan penekanan mental.Prinsip yang digunakan adalah mengemas ulang konsep pendidikan seni sehubungan dengan usaha

memposisikan dalam program revolusi mental.

Perkembangan berpikir manusia dalam kesenian dapat digambarkan: 1. Perkembangan seni rakyat

2. Runtuhnya hegemoni seni klasik yang dianggap adiluhung oleh serangan PopArt dan pemikiran dekonstruksi

3. Seni Khalayak seperti meme art

4. Seni Komersial yaitu seni yang memanfaatkan ruang public sebagai ekspresi kolektifitas

Semestinya pembelajaran seni harus memetik konsep perkembangan seni dalam pola estetika kanonik yang bergeser menjadi radikal menghendaki:

1. Pembelajaran Seni menghendaki pemikiran terbuka bagi anak didik 2. Kejujuran adalah prinsip ungkapanatau exspresi artistik anak didik sesuai

dengan minat,ide,gagasan serta objektifitas estetika.

3. Dasar penciptaan dengan memberikan kebebasan berpendapat. 4. Seni milik semua,atau masa rakyat.

5. Seni menjadi milik rakyat ini menyebabkan seni dapat berbasis politik atau kepentingan sosial.

6. Seni untuk masa ini mampu membangun kebersamaan dan akhirnya menjadi cirikhas indonesia.

7. Guru selalu sadar akan perkembangan,anak didiknya.

2. Tranformasi Discursive Knowledge menuju Practical Knowledge Seni dapat mengubah toroh ekspresi orang miskin yang menggunakan ember plastik sebagai perkusinya (lihat tulisan Cecep Rohaedi, 1996). Mereka tidak lagi seniman yang dididik secara formal di perguruan tinggi seni,anak jalanan,orang kampung dapat melakukan ekspresi yang bebas tanpa kendali ideologi,artinya wacana teoritis bergeser menjadi kegiatan praktis.Perlu kemasan seni berbasis kearifan lokal dimunculkan untuk mengeksplor nilai mental dan spiritual berbasis kerakyatan, namun pengertian kearifan lokal tidak budaya tradisi secara utuh tanpa seleksi melainkan suatu eksplorasi nilai yang mampu

membangkitkan mental positif.

(3)

(2). Mengarahkan pemikiran yang tepat menjadi gerakan praktis. (3). Memangku kearifan lokal sebagai titik awal.

Kearifan lokal yang dipetik dan dapat digunakan oleh pendidikan seni menjadi strategi kebudayaan.

Kerifan lokal menurut sutrisno (2012) dikatakan :

“local wisdom atau kearifan lokal tidak bisa dipisahkan dari lingkungan proses kecerdasan tersebut terjadi,yaitu budaya, dan pola kerja proses yang di dominasi, oleh pola kerja otak kanan.”

3. Penutup

Relevansi perbincangan kearifan lokal dan revolusi mental konteks pendidikan kesenian adalah mengaitkannya semangat positif untuk mengubah prilaku dan mental anak didik melalui kejujuran, kreatifitas, keterbukaan toleransi sosial, serta yamg lain. Secara garis besar pandangan sevolusi mental :

1) Pendidikan seni ditempatkan sebagai strategi kebudayaan.

2) Pendidikan seni mengajarkan toleransi sosial melalui apresiasi karya, baik modern,tradisional,maupun supra modern.

3) Pendidikan seni mengandung muatan pesan kejujuran, keterbukaan, keteladanan

4) Pendidikan seni dalam konsep revolusi mental tidak diartikan revolusi politik.

Narasumber 2 : Apriana Murwanti

Judul :Mencapai Pendidikan seni Indonesia Berkualitas Melalui Riset Penciptaan Seni yang ilmiah

1. Pendahuluan

(4)

pendidikan seni untuk dapat berperan memberikan konstribusi langsung dalam mengahadapi tantangan sosial dan budaya yang terjadi di seluruh dunia.

Hal yang sangat krusial dari pendidikan seni untuk dapat berperan di dunia dan memenuhi tantangan ini adalah : perlu dicapainya kualitas yang tinggi dalam membentuk dan memberikan program – program pendidikan seni di masyarakat.

Kualitas pendidikan disuatu negara dapat dilepaskan dari pentingnya riset ilmiah baik ditingkat sekolah, maupun perguruan tinggi.

Berbagai strategi dalam rumusan naskah akademik UNESCO (2010) juga secara tidak langsung terkait dengan pentingnya pelaksanaan penciptaan seni yang ilmiah.keseimbangan kreatifitas, kognitif, emosional, estetik, dan perkembangan sosial manusia dapat dilatih melalui berbagai stimulus estetik yang dilakukan dan disusun secara deskriftif kritis, proposional dan analitis dalam proses penciptaan.

Target pencapaian perkembangan pendidikan seni rekomendasi UNESCO (2010) yang sangat terkait dengan riset penciptaan adalah terget ke-dua yaitu memastikan bahwa aktivitas dan program pendidikan seni dikonsepsi dan diberikan dengan kualitas yang tinggi,seperti tercantum dalam kutipan tersebut “GOAL 2 : assure that arts education activities and programmes are of a high quality in conception and delivery” (UNESCO (2010,p5).

Dalam hubungannya dengan riset atau penelitian,butir strategi UNESCO (2010),kedalam praktik sehingga memberikan konstribusi yang besar bagi perkembangan pendidikan seni di lapangan.

Pernyataan plato bahwa seni seharusnya menjadi basis atau dasar

pendidikan: “that art should be the basis of education” (dalam Rohidi 2011,p57)

2. Metode

Metode utama yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode observasi partisipatif.

(5)

Pengembangan dan riset tentang metodologi penciptaan di indonesia tertinggal jauh dan negara-negara berkembang seperti australia dan inggris.

Seni sebagai riset ilmiah telah memiliki rumusan, prosedur dan dan standar yang jelas di Australia dan Inggris karena telah dikaji salama lebih dari dua dekakde (sullivan 2005, Smith and Dean 2009). Namun belum tentu prosedur yang berasal dari Australia dan Inggris dapat dengan mudah diterima di Indonesia. 3.2 Riset Penciptaan Seni Rupa sebagai Budaya Kreatif yang Ilmiah

Riset adlah proses sistematik yang menghasilkan pengetahuan baru atau pemahaman baru (Candy dan Edmonds 2011, p124).

Perbedaan antara riset artistik penciptaan dengan riset sosial,analisis budaya, kritik,serta riset politik terdapat pada praktik seni (art practice) dimana praktik seni menjadi jantung penelitian, sebagai proses sekaligus hasil penelitian (brogdorff, 2011, p57).

Pernyataan brogdorff menegaskan bahwa riset merupakan studi orisinil yang bertujuan untuk mempertaham pengetahuan dan pemahaman.

3.3 Metodologi Riset Penciptaan

Dilihat dari garis besar metodologi, maka riset penciptaan seni dapat dibagi menjadi enam,yaitu : penelitian berbasisi praktik (practice-based research), praktik berbasis studio (studio-based practice), riset yang dipandu praktisi (practitioner-led research), serta penelitian berbasisi eksperimen (experimental-based practice).

3.4 Metode Riset Penciptaan

Dari segi metode, riset dibagi menjadi tiga : riset deskriptif ( descriptive research), riset proposional (propositional research),serta riset analitis (analitical research) (Leonard dan Ambrose,2012). Riset deskriptif dilakukan untuk

menelusuri karakteristik,sedangakan dalam penciptaan seni rupa,riset deskriptif dilakukan ketika metode observasi pameran,observasi obyek,serta referensi praktik dilaksanakan dan diolah sebagian dari pengantar karya.

Riset analitis,adalah riset yang dilakukan ketika seorang seniman atau desainer melakukan analisis dalam proses berkarya.

(6)

Berdasarkan materi riset yang diolah dalam penelitian, leonard dan ambose (2012) membagi riset penciptaan menjadi tiga jenis : riset primer (primary research), riset sekunder (secondary research) dan riset tertier (tertiary research). 3.6 Pengetahuan Baru dan Keunggulan Riset Penciptaan

Keunggulan utama dalam riset penciptaan adalah adanya pemberian ruang kepada hal-hal yang belum terpikirkan atau hal-hal yang tidak diduga, serta pada pengetahuan yang tidak diketahui (not-yet-knowing)

3.7 Tolak Ukur Akademis

Penemuan-penemuan dari pencipta seni harus dapat memenuhi standar dunia seni maupun standar dunia akademis, maka untuk mengukur keilmiahan penelitian penciptaan tidak hanya diperlukan dokumen saja,maupun karya saja,namun keduanya.

Kunci dari penciptaan seni yang ilmiah adalah adanya kontribusi yang orisinil dalam bidang ilmu terkait,kesesuaian kontek penciptaan dengan teori, filosofi serta referensi praktik yang dirujuk, bukti rekam jejak penelitian (berupa dokumentasi proses, sketsa, hasil observasi dan lain sebagiannya).

4. Kesimpulan dan Saran

Pemahaman tentang riset penciptaan ilmiah merupakan salah satu kunci penting untuk mendukung budaya kreatif yang akademis di Indonesia.Pemahaman yang baik terhadap riset penciptaan dan implementasi yang dilakukan secara berkelanjutan akan mewujudkan pendidikan saeni Indonesia yang lebih

berkualitas-baik dari segi kreativitas maupun akademis.dengan mengandalkan riset penciptaan ilmiah, diharapkan pendidik seni dapat mengeksplorasi lebih lanjut dan mengintegrasi penciptaan seni dengan berbagai pendekatan pedagogis.

Diskusi Termin 1

Audiens : Rifaldi

“maksud revolusi mental dan teori dekonstruksi…?” Narasumber : Hadjar Pamadhi

(7)

maju dalam bertindak”

“Revolusi mental berbeda dengan revolusi fisik”

“Revolusi mental konsepnya nilai sedangkan revolusi fisik ada ukuran”

“Teori dekonstruksi mempertanyakan metafisika kehadiran” “Dekonstruksi menyangkut tema kerakyatan…”

Audiens : Deni

“penjelasan 4 point riset penciptaan…?” Narasumber : Apriana Murwanti

“Dari segi metode, riset dibagi menjadi tiga : riset deskriptif (descriptive research), riset proposional (propositional research), serta riset analitis (analitical research) (Leonard dan Ambrose, 2012).

“Dilihat dari garis besar metodologi, maka riset penciptaan seni dapat dibagi menjadi enam,yaitu : penelitian berbasisi praktik (practice-based research), praktik berbasis studio (studio-based practice), riset yang dipandu praktisi (practitioner-led research), serta penelitian berbasisi eksperimen (experimental-based practice)”

Audiens : Gugum Gumelar

“Revolusi mental dalam pendidikan dikaitkan dengan kurikulum 2013…?”

Narasumber : Hadjar Pamadhi

“Pendidikan seni tidak menyekat, tidak kenal seni tari, seni music, seni rupa”

“ketiganya satu kesatuan yang bertuju pada estetika”

ORIENTASI PENDIDIKAN SENI

DALAM MEMBANGUN MENTAL DAN BUDAYA KREATIF

(8)

Drs. Hery Santosa, M.Sn.

disusun:

Iwan Kurnia (1305423)

PENDIDIKAN SENI RUPA DAN KERAJINAN

FAKULTAS PENDIDIKAN SENI DAN DESAIN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

Referensi

Dokumen terkait

...membuat proses penciptaan seni kriya itu melalui tiga pilar penciptaan karya kriya seperti.. eksplorasi, perencanaan,

“Tema Keluarga dalam Penciptaan Seni Lukis” diajukan oleh Dhiasasih Ulupi, NIM 0911991021, Program Studi Seni Murni, Jurusan Seni Murni, Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia

Ide awal dalam penciptaan karya seni murni berjudul “Imajinasi Pisang Sebagai Simbol dalam Penciptaan Seni Lukis” adalah bagaimana kehadiran buah pisang disini bukan

Hasil dari pembahasan dan penciptaan karya seni ini adalah sebagai berikut: Konsep penciptaan karya seni ini mengagkat tema tentang dampak penebangan pohon yang

Maka berdasarkan uraian di atas yang dimaksud dengan judul “Plastik dalam Kehidupan Manusia Sebagai Ide penciptaan Seni Lukis” adalah penciptaan karya seni lukis yang

HERO DAN VILLAIN DALAM PENCIPTAAN SENI LUKIS diajukan oleh Fito Anugrah, NIM 0912016021, Program Studi Seni Rupa Murni, Jurusan Seni Murni, Fakultas Seni

“Tema Keluarga dalam Penciptaan Seni Lukis”diajukan oleh Dhiasasih Ulupi, NIM 0911991021, Program Studi Seni Murni, Jurusan Seni Murni, Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia

Dua garis besar ideologi pendidikan seni yaitu ideologi liberal dan konservatif tentu memiliki keterkaitan dengan proses pembelajaran teater yang merupakan bagian dari seni