PROSI D I N G
I SBN : 9 7 8 - 9 7 9 - 9 5 7 5 2 - 7 - 2
9
-9 -9 7 6 7 - 0 - 7
SEM I N AR N ASI ON AL
M ESI N D AN I N D USTRI
( SN M I 3 ) 2 0 0 7
Au dit or iu m Ge du n g Ut a m a
Un ive r sit a s Ta r u m a n a ga r a
1 1 Se pt e m be r 2 0 0 7
RI SET APLI KATI F
BI D AN G TEKN I K M ESI N D AN I N D USTRI
D ise le n gga r a k a n ole h :
Ju r u sa n Te k n ik M e sin Fa k u lt a s Te k n ik
Un ive r sit a s Ta r u m a n a ga r a
Seminar Nasional Mesin dan I ndustri ( SNMI 3) 2007
“Riset Aplikatif Bidang Teknik Mesin dan I ndustri”
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara
PROSI D I N G
SEM I N AR N ASI ON AL M ESI N D AN I N D USTRI
( SN M I 3 ) 2 0 0 7
I
I SBN : 9 7 8 - 9 7 9 - 9 5 7 5 2 - 7 - 2
RI SET APLI KATI F
BI D AN G TEKN I K M ESI N D AN I N D USTRI
Au dit or iu m Ge du n g Ut a m a La n t a i 3
Ka m pu s I
Un ive r sit a s Ta r u m a n a ga r a
1 1 Se pt e m be r 2 0 0 7
D ise le n gga r a k a n ole h :
Ju r u sa n Te k n ik M e sin Fa k u lt a s Te k n ik
Un ive r sit a s Ta r u m a n a ga r a
Jl. Le t . Je n d. S. Pa r m a n N o. 1 Ja k a r t a
Seminar Nasional Mesin dan I ndustri ( SNMI 3) 2007
“Riset Aplikatif Bidang Teknik Mesin dan I ndustri”
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan kasih-Nya, Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI3) 2007 dapat berlangsung dengan baik.
SNMI3 2007 diselenggarakan oleh Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara dalam rangka Dies Natalis ke-26 Program Studi Teknik Mesin dan Dies Natalis ke-2 Program Studi Teknik Industri di Universitas Tarumanagara. Seminar Nasional ini mengambil tema: “Riset Aplikatif Bidang Teknik Mesin dan Industri”
Tujuan penyelenggaraan SNMI3 2007 adalah sebagai berikut:
1. Menumbuhkan sikap inovatif, kreatif serta tanggap terhadap perkembangan IPTEK.
2. Menjadi forum komunikasi hasil penelitian terbaru antar Peneliti, Praktisi, Industri, Akademisi, dan Mahasiswa.
3. Menjadi wadah presentasi ilmiah sehingga memacu pengembangan program penelitian lebih lanjut
SNMI3 2007 menampilkan 2 (dua) pembicara kunci yang sangat berkompeten di bidangnya, yaitu:
1. Prof. Dr. Ir. Abdul Hakim Halim, Guru Besar Teknik Industri Institut Teknologi Bandung. 2. Prof. Dr. Ir. Tresna P. Soemardi, SE., M.Si, Guru Besar Teknik Mesin Universitas Indonesia Selain pembicara kunci, dalam SNMI3 2007 juga dipresentasikan 70 makalah yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi di Indonesia.
Pada kesempatan ini Panitia SNMI3 2007 mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah mendukung terselenggaranya seminar ini dengan baik.
Akhirnya, panitia mengucapkan selamat berseminar kepada seluruh pemakalah dan peserta, semoga melalui SNMI3 2007 ini peserta dapat membagikan dan memperoleh berbagai pengalaman dan pengetahuan baru di Bidang Teknik Mesin dan Industri.
Jakarta, 11 September 2007 Ketua Panitia SNMI3 2007
Seminar Nasional Mesin dan I ndustri ( SNMI 3) 2007
“Riset Aplikatif Bidang Teknik Mesin dan I ndustri”
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara
UCAPAN TERIMA KASIH
Panitia SNMI3 Tahun 2007 mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung terselenggarakannya SNMI3 Tahun 2007 dengan baik.
Ucapan terima kasih ini disampaikan kepada :
1. Program Studi Teknik Mesin Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara.
2. Program Studi Teknik Industri Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara.
3. PT. Optima Solusindo Informatika (Autodesk Indonesia) 4. TOP 1
5. CASIO
Seminar Nasional Mesin dan I ndustri ( SNMI 3) 2007
“Riset Aplikatif Bidang Teknik Mesin dan I ndustri”
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara
57. Pengujian prototipe kursi untuk penjahit yang menggunakan mesin jahit merk brother ditinjau dari aspek ergonomis dan produktivitas kerja penjahit (studi
kasus di perusahaan konveksi pt. Gen hut jakarta timur), Ahmad. 474
58. Kaji teoritis optimasi sistem perpipaan pabrik mini biodiesel, Hasan Basri Dan
Jimmy Willianto. 485
59. Studi pengaruh tinggi ruang bakar terhadap unjuk kerja tungku briket batubara,
Hasan Basri. 496
60. Sistem kontrol pada modul aliran distribusi bahan baku dengan menggunakan
progammable logic controller, Didi Widya Utama. 508
61. Analisis resiko kegagalan sistem dan disain pada produk multi purpose stretcher (mps) di pt. Mega andalan kalasan dengan pendekatan acceptance
criteria of risk, Jimmy Wijaya. 516
62. The effect of temperature on corrosion rate of low carbon alloy scm 440, Erwin
Siahaan, Hendra Gunawan. 524
63. Analisis fenomena oil whirl pada sistem poros rotor ganda, Noor Eddy, R.
Wibawa Purabaya, Msae, Rahindradi Puntho Ds. 532
64. Perancangan mesin pengolah minyak kelapa murni dengan menggunakan
metode vdi 2221, Noor Eddy, Dani Prasetyo Dan Baron Noviyanto. 545
65. Penentuan jumlah tenaga kerja dan standard penugasan bagian pengepakan pada pt x dengan metoda lini keseimbangan kilbridge dan wester, Lina Gozali,
I Wayan Sukania Dan Lamto Widodo .553
66. Pengukuran tingkat produktivitas pada proses produksi hydraulic excavator,
bulldozer, motor grader, dan dump truck di pt. X, Viriya Madya Ariawan. 559
67. Pengaruh low frequency noise dan vertical whole body vibration terhadap kemampuan kognitif dan persepsi perasaan mengganggu, Brilianta Budi
Nugraha, Subagyo Dan Andi Rahadiyan W. 572
68. Perancangan peralatan press untuk proses stamping atau deep drawing dengan
memanfaatkan universal testing machine, Susila Candra. 578
69. Pengaruh kecepatan potong tinggi terhadap kualitas permukaan benda kerja
pada proses milling, Rosehan Dan Delvis Agusman, Nehemia Indrajaya. 586
70. Perbandingan sifat mekanik komposit berpenguat serat alam dengan orientasi
Seminar Nasional Mesin dan I ndustri ( SNMI 3) 2007
“Riset Aplikatif Bidang Teknik Mesin dan I ndustri”
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara
PANITIA SEMINAR NASIONAL MESIN DAN INDUSTRI (SNMI3) 2007
Pelindung : Rektor Universitas Tarumanagara Prof. DR. Ir. Dali S. Naga, MMSI. Penasehat : Dekan Fakultas Teknik,
Ir. Ignatius Haryanto, MM. Penanggung jawab : Ketua Jurusan Teknik Mesin,
Ir. Sofyan Djamil, MSi. 4. Ir. Sofyan Djamil, M.Si 5. Ir. Erwin Siahaan, M.Si
P
PaanniittiiaaPPeellaakkssaannaa ::
Ketua : I Wayan Sukania, ST, MT
Sekretaris : Agustinus Purna Irawan, ST., MT Bendahara : Harto Tanujaya, ST., MT
Seksi Publikasi & dokumentasi : 1. Wilson Kosasih, ST (Koordinator) 2. Didi Widya Utama, ST
3. Lina Gozali, ST., MM 4. Mariswan
5. Mahasiswa 2 orang
Seksi Makalah : 1. DR. Abrar Riza, ST., MT (Koordinator) 2. Ir. Rosehan, M.T.
3. Lamto Widodo, ST., MT 4. K. Gita Tarinta Ayu, M.Sc 5. Endro Wahyono
6. Kusno Aminoto
Seksi Acara : 1. Ir. Erwin Siahaan, M.Si. (Koordinator) 2. Delvis Agusman, ST., M.Sc
3. Khomeni Suntoso, ST
4. Litrone Laricha, ST (Pembawa acara) 5. Pujo Yuono, ST
6. Mahasiswa 2 orang
Seksi Perlengkapan : 1. Drs. Totok Sugiarto (Koordinator) 2. Suryo Djatono
3. Pramono 4. Darwanto 5. Marsudi 6. Heriyanto
7. Mahasiswa 2 orang Seksi Konsumsi : 1. Suparti ( Koordinator)
2. Sulastini
Seksi Penerima Tamu : 1. Beatric (Koordinator) 2. Stefi Haryono
Seminar Nasional Mesin dan I ndustri ( SNMI 3) 2007
“Riset Aplikatif Bidang Teknik Mesin dan I ndustri”
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara
Seksi Keamanan : 1. Desnata Hambali, S.T. (Koordinator) 2. Mahasiswa 5 orang
Sekretariat : 1. Agustinus Purna Irawan, ST., MT (Koordinator) 2. Sulastini
3. Herman
Seksi Sponsor : 1. Harto Tanujaya, ST., MT (Koordinator) 2. Agus Halim, ST., MT
Seminar Nasional Mesin dan I ndustri ( SNMI 3) 2007
“Riset Aplikatif Bidang Teknik Mesin dan I ndustri”
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara
SUSUNAN ACARA
SEMINAR NASIONAL MESIN DAN INDUSTRI (SNMI3) 2007 11 September 2007
No. Waktu Acara
1. 07.30 - 08.45 Registrasi Peserta 2. 08.45 - 09.00 Persiapan Pembukaan
3. 09.00 - 09.10 Salam Pembuka Oleh MC, Doa dan dilanjutkan dengan Tarian Lenggang Nyai Betawi dari Queendiva
4. 09.10 -09.15 Laporan Ketua Panitia (I Wayan Sukania, ST., MT)
5. 09.15 - 09.30 Sambutan dan Pembukaan Oleh Rektor Universitas Tarumanagara Prof. Dr. Ir. Dali Santun Naga, MMSI
6. 09.30 - 10.00 Coffe Break I
7. 10.00 - 11.00 Keynote Speaker I: Prof. DR. Ir. Abdul Hakim Halim (ITB) Moderator: Agustinus Purna Irawan, ST., MT
8. 11.00 - 12.00 Keynote Speaker II: Prof. Dr. Ir. Tresna P. Soemardi, SE., M.Si (UI) Moderator: Agustinus Purna Irawan, ST., MT
9. 12.00 - 13.00 ISOMA
10. 13.00 - 15.00 Presentasi Paralel I 11. 15.00 - 15.15 Coffe Break II
12. 15.15 - 16.30 Presentasi Paralel II
Seminar Nasional Mesin dan I ndustri ( SNMI 3) 2007
“Riset Aplikatif Bidang Teknik Mesin dan I ndustri”
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara
Ruang I V Moderator: Harto Tanujaya, ST., MT
No Pembicara Judul Makalah Waktu
36. I r. Mawardi Silaban, M.Si
Analisa Kinerja Mesin Bensin Berdasarkan Pada Pengujian Pemakaian Jenis Pelumas Yang Digunakan
13.00-13.15
37. I r. Atok Setiyawan, M.Eng.Sc
Uji Ujuk Kerja Dan Emisi Gas Buang Motor Bensin Berbahan Bakar Campuran Etanol 85% Dan Premium 15% (E-85) Dengan Variasi Diameter Mainjet
13.15-13.30
38. Yanuar dan Tengku Syahdilan Pipa Kasar Dan Halus Diameter 18 Mm Dengan
Pemberian Larutan Getah Karet 13.30-13.45
39. Suroso
Analisis Perbandingan Unjuk Kerja Refrigerator Kapasitas 2 PK Dengan Refrigeran R134a Dan MC 134
13.45-14.00
40. Dr. M. Sumarsono Analisa Pengaruh Campuran Bahan Bakar Solar –
Minyak Jarak Pagar Pada Prestasi Mesin Diesel 14.00-14.15
41. Drs. Mulyanef, ST., M.Eng dan M. Andi Tesar
Unjuk Kerja Kompor Tenaga Surya Menggunakan
Kolektor Plat Datar Tipe Box 14.15-14.30
42. Nandy Putra
Penerapan Sel Surya Sebagai Sumber Energi Alternatif Pada Kotak Vaksin Untuk Daerah Pedalaman
14.30-14.45
43. Hasan Basri dan Jimmy Willianto
Kaji Teoritis Optimasi Sistem Perpipaan Pabrik Mini
Biodiesel 14.45-15.00
Rehat 15.00-15.30
44. I r. Mawardi Silaban, M.Si dan Maradu Sibarani
Uji Pengaruh Penambahan Turbojet Accelerator
Terhadap Kinerja Motor Bakar Bensin 15.30-15.45
45. I r. Atok Setiyawan, M.Eng.Sc
Pengaruh Oversize Piston dengan Variasi Kekasaran Permukaan Silinder Terhadap Unjuk Kerja Motor Bensin 2 Langkah
15.45-16.00
46. Yanuar Kurva Aliran Dengan Silinder Berputar 16.00-16.15
47. Dr. M. Sumarsono
Pengembangan Kolektor Surya Pemanas Udara Untuk Aplikasi I ndustri Pengeringan Kayu Dan Komoditi Pertanian
Seminar Nasional Mesin dan I ndustri ( SNMI 3) 2007
“Riset Aplikatif Bidang Teknik Mesin dan I ndustri”
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara
KAJI TEORITIS OPTIMASI SISTEM PERPIPAAN PABRIK MINI BIODIESEL
Hasan Basri dan Jimmy Willianto
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jl. Raya Palembang Prabumulih Km 32, Inderalaya
Telp. (0711) 580739 e-mail: hasan_basri@unsri.ac.id
Abstrak
Makalah ini bertujuan untuk menentukan diameter optimum pipa berdasarkan aspek ekonomis dan menganalisa sistem perpipaan yang optimal. Pipa adalah alat transportasi berbagai jenis fluida seperti gas, cairan dan partikel-partikel halus. Peranannya sebagai alat transportasi fluida untuk berbagai proses dalam berbagai jenis industri mutlak dibutuhkan. Sebuah sistem instalasi perpipaan merupakan suatu koneksi dari pipa-pipa termasuk komponen instalasi dan peralatan instalasi. Instalasi sistem perpipaan memerlukan insvestasi yang mahal. Mengingat besarnya investasi yang diperlukan untuk mendapatkan instalasi yang baik dan aman, maka diperlukan suatu perencanaan optimum. Tetapi dalam kajian ini yang direncanakan adalah diameter pipa, material pipa dan sistem penyangganya. Metode yang digunakan adalah Least Annual Cost (LAC) untuk mendapatkan diameter optimum pipa, material dan sistem penyangga yang cocok. Setelah dilakukan perhitungan, didapatkan diameter optimum sebesar ½ in, materialnya adalah baja karbon ASTM A-53 Grade B, dengan jenis penyangga duck foot.
Kata kunci: Least annual cost, pipa, diameter, penyangga.
Pendahuluan
Kamus mendefinisikan pipa sebagai tabung panjang dari tanah liat, konkret, metal, kayu dan seterusnya, untuk mengalirkan air, gas, minyak, dan cairan-cairan lain. Fluida didefinisikan sebagai substansi yang dapat mengalir (cairan atau gas). Pada dasarnya, pabrik biodiesel adalah pabrik untuk mengonversi minyak nabati menjadi biodiesel. Proses konversi tersebut sesungguhnya tidak lebih dari suatu tindakan mencampur minyak nabati dengan alkohol, mengaduk, dan merebusnya. Selain itu, pabrik biodiesel sebenarnya hanya terdiri dari bejana-bejana atau tangki-tangki perebus dengan alat pengaduk minyak nabati dan alkohol.
Instalasi sistem perpipaan pada pabrik biodiesel memerlukan investasi yang cukup besar dan mahal. Mengingat besarnya investasi yang diperlukan untuk mendapatkan instalasi yang baik dan aman, maka diperlukan suatu perancangan yang optimum. Untuk itu perlu dipertimbangkan aspek ekonomis yang berhubungan dengan efisiensi dalam investasi modal dan operasional dengan tidak mengabaikan persyaratan-persyaratan teknis. Salah satunya adalah pemilihan jenis-jenis pipa, komponen dan perlengkapannya yang didasarkan pada spesifikasi dan standarisasi yang terdaftar dalam bentuk kode dan simbol yang telah umum dipakai secara intenasional.
Dalam perancangan sistem perpipaan, standar yang umum dipakai berdasarkan ANSI/ASME B.31, dimana standar ini dikelompokkan berdasarkan jenis fluida yang mengalir (Grinnel, 1978). Tulisan ini hanya membahas perencanaan jalur (Routing) dari tranportasi fluida, penentuan diameter optimum, pemeriksaan penurunan tekanan, kecepatan izin dan perhitungan konstruksi dari jalur sistem perpipaan yang direncanakan.
Tinjauan Pustaka
Seminar Nasional Mesin dan I ndustri ( SNMI 3) 2007
“Riset Aplikatif Bidang Teknik Mesin dan I ndustri”
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara
jambu mete, pinang, nilam, dan beberapa komoditi lainnya. Perkebunannya tersebar di berbagai daerah Kabupaten dan Kecamatan di Wilayah Sumatera Selatan.
Wilayah Sumatera Selatan sendiri, memiliki lahan yang sangat luas berkisar 1.952.940,04 ha. Perkebunan kelapa sawit di Sumatera Selatan, yang luas arealnya mencapai 618.752,40 ha, saat ini sudah menghasilkan sekitar 1.593.241,73 ton TBS tandan buah segar (Data Luas Areal dan Produksi Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan, 2006). Dari luas areal sebesar itu, realisasi tanaman yang dilakukan perusahaan pengembang kelapa sawit sebesar 499.983,61 ha. Hasil Tandan Buah Segar (TBS) yang diperoleh untuk jenis inti sawit sebesar 2.880.044,00 ton dan jenis plasma sawit sebesar 2.336.236,40 ton (Rekapitulasi Data Perkembangan Perizinan Luas Areal, Produksi dan Pabrik Perusahaan Perkebunan Di Sumatera Selatan, 2006) .
Hal lain yang juga mendukung dikembangkannya biodiesel dari CPO kelapa sawit di daerah Sumatera Selatan adalah jumlah produksi dari komoditi lain yang ada di daerah Sumatera Selatan (lihat Tabel 1 dan Gambar 1).
Tabel 1. Komoditi terbesar di Sumatera Selatan.
KOMODITI Luas Areal (ha) Jumlah Produksi (ton)
Karet 959.678,00 694.886,00
Kelapa Sawit 618.752,42 1.593,962,00
Kopi 276.864,00 150.167,00
Kelapa 58.353,20 72.279,00
Tebu 12.363,00 55.755,00
0
Karet Kelapa Sawit Kopi Kelapa Tebu
Luas Areal Jumlah Produksi
Gambar 1. Komoditi Terbesar di Sumatera Selatan
Langkah pertama dalam perancangan sistem jaringan perpipaan adalah menentukan tahap-tahap perancangan instalasi. Tahap awal perancangan adalah mengetahui luas areal yang tersedia, mengetahui tata letak antara masing-masing peralatan serta arah aliran proses. Ketiga hal tersebut di atas dijelaskan dalam gambar susunan tata letak pabrik (pilot plan).
1. Teori Dasar Perhitungan Diameter 1.1. Diameter Dalam Pipa
Seminar Nasional Mesin dan I ndustri ( SNMI 3) 2007
“Riset Aplikatif Bidang Teknik Mesin dan I ndustri”
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara
W = laju aliran (1000 lb/hour) Y = jam operasi pertahun (hour) K = biaya tenaga listrik, kwh a = laju amortasi/umur pabrik. b = persentase biaya perawatan (%)
F = faktor perbandingan harga sambungan, katup, biaya pemasangan pada harga pipa.
η = faktor efisiensi pompa. X = harga pipa dua inchi, $/feet.
μ = viskositas fluida (cp)
ρ = massa jenis fluida (lb/ft3)
1.2. Schedulle dan Tebal Minimum Pipa
Untuk mengetahui diameter nominal pipa, terlebih dahulu dicari schedulle pipa tersebut dengan persamaan:
S
Menurut ASME/ANSI B.31.1, tebal pipa tersebut diperiksa keamanannya dengan persamaan, (Sam Kannapan, 1986):
A
Y = koefisien yang ditentukan berdasarkan sifat meterial dan temperatur perencanaan A = faktor tambahan
1.3. Pemeriksaan Keamanan Diameter Instalasi
Kecepatan aliran fluida yang terjadi :
Seminar Nasional Mesin dan I ndustri ( SNMI 3) 2007
“Riset Aplikatif Bidang Teknik Mesin dan I ndustri”
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara
I A Q V =144
(4 )
dimana:
Seminar Nasional Mesin dan I ndustri ( SNMI 3) 2007
“Riset Aplikatif Bidang Teknik Mesin dan I ndustri”
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara
1.4. Pemeriksaan Penurunan Tekanan
Untuk memeriksa penurunan tekanannya dapat diketahui dengan menggunakan persamaan:
υ
2. Teori Dasar Perhitungan Konstruksi 2.1. Penentuan Material Pipa
Dalam pemilihan material pipa didasarkan atas pertimbangan: jenis fluida yang dilayani, temperatur disain, tekanan disain, ketahanan korosi.
2.2. Tegangan-tegangan pada Dinding Pipa
Terdapat empat jenis tegangan yang terjadi pada dinding pipa, yaitu tegangan longitudinal (sL), tegangan circumferensial atau keliling (sC), tegangan radial (sR), dan tegangan
puntir atau torsi (sT). Posisi dari tegangan-tegangan ini dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Tegangan-tegangan pada Dinding Pipa
Adapun tegangan-tegangan tersebut (Grinnel, 1978) adalah:
• Tegangan Longitudinal(sL)
Tegangan longitudinal yang terjadi merupakan gabungan dari tiga komponen yaitu: 1. Tegangan lengkung yang disebabkan oleh ekspansi termal
Untuk pipa lurus:
i = faktor intensitas tegangan
2. Tegangan lengkung akibat berat pipa
Seminar Nasional Mesin dan I ndustri ( SNMI 3) 2007
“Riset Aplikatif Bidang Teknik Mesin dan I ndustri”
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara
3. Tegangan longitudinal yang disebabkan oleh tekanan dalam fluida Dinyatakan dalam persamaan:
Tegangan circumferensial adalah tegangan yang terjadi karena internal pressure pada dinding silender (tebal pipa). Persamaan untuk tegangan ini adalah:
t
Tegangan radial adalah tegangan yang terjadi akibat eksternal pressure terhadap tegangan lurus panjang pipa.
• Tegangan Puntir(sT)
Tegangan puntir merupakan penjumlahan dari dua komponen tegangan, yaitu: - Tegangan puntir akibat ekspansi termal dinyatakan dengan persamaan:
3. Konsep Tegangan Akibat Ekspansi Termal
Batas tegangan termal yang diizinkan pada instalasi perpipaan dirumuskan pada
persamaan berikut (Grinnel, 1978): SA = f (1,25 SC + 0,25 Sh) (11)
dimana:
SA = batas tegangan izin
f = faktor pengurangan tekanan pada kondisi siklus (lihat Tabel 2) SC = tegangan bahan untuk kondisi dingin
Seminar Nasional Mesin dan I ndustri ( SNMI 3) 2007
“Riset Aplikatif Bidang Teknik Mesin dan I ndustri”
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara
Tabel 2. Faktor Pengurangan Tegangan
Jumlah Siklus Temperatur F
Kurang dari 7000 1,0
Persamaan untuk menghitung tegangan termal yang terjadi (Grinnel, 1978), yaitu:
2
Untuk tegangan yang terjadi (sE) harus dibawah batas tegangan izin (sA).
4. Sistem Penyanggaan Pipa 4.1. Berat Instalasi Perpipaan
Dalam suatu instalasi perpipaan yang direncanakan, beban utama yang ditahan oleh penyangga pipa adalah berat pipa (WP), berat isolasi (WI), dan berat fluida yang dialirkan (WF).
a. Berat Isolasi (WI)
Berat isolasi dari pipa dapat ditentukan dari suhu operasi dan diameter nominal tersebut, maka dapat ditentukan material isolasi, tebal isolasi, dan berat isolasi itu sendiri.
b. Berat Pipa (WP)
Berat pipa dapat ditentukan dari suhu operasi, diameter nominal pipa, nilai toleransi berat pipa.
c. Berat Fluida (WF)
Berat fluida dapat dihitung dengan persamaan :
WF = 0,3405 x G x (D0 – 2T)2 (13)
di mana:
G = Gravitasi jenis fluida. D0 = diameter luar pipa (in)
T = tebal pipa (in)
d. Berat Total (W)
Maka berat total instalasi per satuan panjang pipa adalah:
W = WP + WF + WI (14)
Dengan demikian batas maksimum panjang pipa yang harus disangga dihitung dengan persamaan berikut (Sam Kannapan, 1986):
Seminar Nasional Mesin dan I ndustri ( SNMI 3) 2007
“Riset Aplikatif Bidang Teknik Mesin dan I ndustri”
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara
S = tegangan material pipa yang dizinkan (psi) W = berat total pipa (lb/ft)
Hasil Dan Diskusi
Jaringan pipa untuk pabrik mini biodiesel yang akan dihitung dalam penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3 dan Gambar 4.
Gambar 3: Skema Pabrik Mini Biodiesel
Gambar 4: Isometrik jaringan perpipaan yang direncanakan
1. Penentuan Diameter Optimum dan Pemeriksaan Keamanan
Seminar Nasional Mesin dan I ndustri ( SNMI 3) 2007
“Riset Aplikatif Bidang Teknik Mesin dan I ndustri”
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara
Y = jam operasi pertahun = 3600 jam.
K = biaya tenaga listrik ($/kWh) = 1,17 $/ kWh. a = 0,143, amortasi dalam 7 tahun
b = persentase biaya perawatan = 0,01
F = faktor perbandingan harga komponen pemasangan terhadap harga pipa = 6,75
η = faktor efisiensi pompa = 0,85
X = harga pipa baja karbon dua inch schedulle 40 ($ / feet) = 3,28 $ /ft (data) dimana untuk setiap aliran memiliki data seperti ditunjukkan pada Tabel 3 berikut:
Tabel 3. Data-Data Perhitungan Diameter Optimum
No Aliran Q (l/jam) Nama Fluida Spg W (lb/jam) μ (cp) ρ (lb/ft3)
Perhitungan diameter optimum dapat menggunakan persamaan (1). Diameter optimum yang didapat dari hasil perhitungan dengan metode Least Annual Cost tersebut perlu dikoreksi. Nilai masing-masing faktor koreksi tersebut adalah:
• Faktor koreksi untuk jumlah jam operasi (Fd1) = 1,0033 • Faktor koreksi untuk jumlah biaya tenaga listrik (Fd2) = 1,06 • Faktor koreksi untuk jumlah harga pipa (Fd3) = 0,868
Sehingga didapat persamaan untuk diameter dalam pipa optimum adalah:
d = di x Fd1 x Fd2 x Fd3 (16)
Dimana untuk perhitungan keduanya dibutuhkan data-data seperti pada Tabel 4 berikut:
Tabel 4. Data-Data Perhitungan Pemeriksaan Keamanan Kecepatan Aliran Fluida dan Penurunan Tekanan pada Setiap Aliran
Seminar Nasional Mesin dan I ndustri ( SNMI 3) 2007
“Riset Aplikatif Bidang Teknik Mesin dan I ndustri”
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara
No Aliran Q (ft3/s) ρ (kg/m3) μ (cp) Re f L (ft)
12 0,02836 795,719 7,14 253.4067765 0.253 1,28
13 0,02836 276,486 7,14 253.4067765 0.253 1,28
Maka hasil perhitungan untuk diameter optimum, pemeriksaan keamanan kecepatan aliran fluida dan penurunan tekanan pada setiap aliran, harganya ditabelkan pada Tabel 5.
Tabel 5. Diameter Optimum, Pemeriksaan Keamanan Kecepatan dan Penurunan Tekanan pada masing-masing Aliran
No Aliran di (in) d (in) V (ft /s) hp (psi)
1 0,331 0,306 53,74 1.8295
2 0,314 0,289 53,74 3.4605
3 0,385 0,356 53,74 3.0584
4 0,331 0,306 53,74 0.33
5 0,356 0,329 13,43 0.4293
6 0,169 0,156 2,92 0.0182
7 0,122 0,113 2,92 0.0381
8 0,691 0,638 53,74 1.8904
9 0,495 0,457 53,74 1.892
10 0,170 0,157 13,43 0.05
11 0,356 0,329 13,43 0.0216
12 0,170 0,157 13,43 0.05
13 0,356 0,329 13,43 0.05
Dari tabel di atas dapat penurunan tekanan terbesar pada aliran 2 yaitu sebesar 3,4605 psi. Sedangkan penurunan tekanan terkecil terdapat pada aliran 4 yaitu sebesar 0,33 psi. Besarnya penurunan tekanan pada aliran dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya ukuran dan dimensi pipa yang digunakan, faktor gesekan pada pipa, dan kecepatan aliran pada pipa. Pada aliran yang memiliki kecepatan yang tinggi maka penurunan tekanan cenderung menurun, sedangkan semakin besar faktor gesekan maka akan semakin besar penurunan tekanan pada sistem perpipaan.
Untuk memeriksa ketebalan yang diizinkan, maka ketebalan minimum diizinkan berdasarkan ANSI B31.1 ditentukan menurut persamaan (3), sehingga ketebalan minimum 0,0654 in.
2. Analisa Fleksibilitas dan Tegangan Termal Maksimum
Seminar Nasional Mesin dan I ndustri ( SNMI 3) 2007
“Riset Aplikatif Bidang Teknik Mesin dan I ndustri”
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara
Tabel 6. Nilai y, U, L dan Fleksibilitas Instalasi Pipa untuk Tiap Sistem Pipa
No. Nama Pipa y (in) U (ft) L (ft)
(
)
21 Metanol ke Mixer 0.00472 3.93191 5.71129 0.00075
2 Katalis ke Mixer 0.00472 3.93191 5.71129 0.00075
3 CPO ke Reaktor 0.06295 10.86243 19.41962 0.00043
4 Reaktor ke Washer 0.03844 7.25255 11.0099 0.00137
5 Washer ke Decanter 0.00253 2.10769 2.3248 0.02683
6 Decanter ke St 1 & St 2 0.00493 3.63539 5.94948 0.00046
7 St 1 & St 2 ke Evaporator 0.01252 10.36763 14.63255 0.00034
8 Evaporator ke Reboiler 0.01367 2.57913 3.3855 0.01051
9 Evaporator ke St Methanol 0.03294 6.21576 8.66109 0.00276
10 Reboiler ke Drier 0.03894 6.58125 11.82546 0.00071
11 Drier ke St 2 0.04381 7.88039 10.48885 0.00322
12 Absorber ke St 4 0.00472 3.93248 4.7582 0.00346
13 St Methanol ke Methanol 0.01492 12.42983 15.18176 0.00099
14 Cooler ke St 3 0.01517 4.38181 6.57251 0.00158
15 Reboiler ke Absorber 0.01629 3.07406 3.78543 0.01609
16 Boiler ke Reaktor & HE 0.05423 7.83295 16.68077 0.00035
17 Kompresor ke Washer 0.00849 7.07986 9.87697 0.00054
18 HE ke Drier 0.09597 18.07871 26.28281 0.00071
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai fleksibilitas yang diperlukan oleh pipa 6 (washer ke decanter) paling tinggi yaitu sebesar 0,02683. Sedangkan nilai fleksibilitas paling rendah terdapat pada pipa 4 (mixer ke reaktor) dan pipa 10 (reboiler ke evaporator) yaitu sebesar nol. Besarnya fleksibilitas sangat dipengaruhi dari bentuk konstruksi perpipaan. Semakin sederhana bentuk konstruksi maka fleksibilitas semakin rendah, namun hal ini tidak mutlak karena fleksibilitas dapat juga dipengaruhi faktor-faktor lain, misalnya tegangan, regangan, berat pipa, dan lain-lain.
Perhitungan tegangan yang dilakukan pada tiap titik diperoleh tegangan termal maksimum seperti pada Tabel 7 berikut ini:
Tabel 7. Tegangan maksimum yang terjadi pada titik di tiap pipa jaringan
Seminar Nasional Mesin dan I ndustri ( SNMI 3) 2007
“Riset Aplikatif Bidang Teknik Mesin dan I ndustri”
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara
No. Nama Sistem Pipa Titik SE (psi)
18 HE ke Drier 6 604.942
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tegangan terbesar terjadi pada pipa 12 (Reboiler
menuju Absorber) yaitu sebesar 11823,04 psi. Sedangkan tegangan terkecil terjadi pada pipa 16 (St. Methanol menuju Methanol) yaitu sebesar 25,526 psi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tegangan termal maksimum yang terjadi pada pipa, antara lain suhu, laju aliran, dan bentuk rancangan sistem perpipaan. Semakin besar suhu maka akan semakin besar juga tegangan termal maksimum yang terjadi.
Dengan demikian dapat dihitung batas maksimum panjang pipa yang harus disangga dihitung dengan persamaan 17 sehingga didapat panjangnya sebesar 15,35 ft. Batas maksimum pipa harus disangga dipengaruhi faktor berat fluida, berat pipa, dan tegangan maksimum yang terjadi. Perhitungan ini dimaksudkan agar tidak terjadi rancangan konstruksi pipa memiliki keamanan.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan terdahulu, dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain: 1. Pada instalasi perpipaan fluida pabrik mini biodiesel ukuran pipa dan material yang
ekonomis, dipilih dengan mengunakan metode Least Annual Cost adalah: - Material : Baja Karbon Seamless, ASTM A-53 Grade B.
- Schedule : 40
- Diameter nominal : ½ in - Diameter dalam : 0,622 in - Diameter luar : 0,840 in - Tebal dinding : 0,109 in
2. Pemeriksaan keamanan pipa yang dilihat dari segi kecepatan aliran fluida, ketebalan minimum, dan penurunan tekanan, pipa dengan spesifikasi diatas sudah aman.
3. Pada perhitungan tegangan termal maksimum terlihat bahwa tegangan yang terjadi berada dibawah tegangan izin(SA = 20250 psi), sedangkan instalasi pipa dikatakan fleksibel, karena
fleksibilitas pipa keseluruhan ≤ 0,03, sehingga instalasi pipa aman untuk digunakan.
4. Instalasi pipa perlu dilengkapi penyangga. Jarak maksimum antar penyangga yang direncanakan adalah 15,35 ft.
Daftar Pustaka
1. Cloude B. Nolte, (1978), Optimum Pipe Size Selection, Gulf Publishing Company. 2. Grinnel, (1978), Piping Design and Engineering, Second Edition, Grinnel Company Inc. 3. Sam Kannapan, (1986), Introduction to Pipe Stress Analysis, John Wiley and Son Inc.,
Tennesse.
4. Louis Garry Lamit, Piping System, Drafting and Design, Prentice Hall Inc, Engle Wood Cliffs, New York.
5. Peters, Max S, (1987), Plant Design and Economics for Chemical Engineers, McGraw-Hill, Inc., New York.
6. P.Cm, (2005), The Biodiesel Handbook, AOCS Press, United States of America.
7. An American National Standard, (2002), Process Piping, ASME Code for Pressure Piping B.31.3 – 2002 Edition, The American Society of Mechanical Engineers, New York.
8. Smith, Paul R., (1987), Piping and Pipe Support Systems, McGraw-Hill, Inc, United States of America.
Seminar Nasional Mesin dan I ndustri ( SNMI 3) 2007
“Riset Aplikatif Bidang Teknik Mesin dan I ndustri”
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara