• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Hashing menggunakan Metode MD5 pada Aplikasi Email Client

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Hashing menggunakan Metode MD5 pada Aplikasi Email Client"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Implementasi

Hashing

menggunakan Metode MD5 pada Aplikasi

Email

Client

Artikel Ilmiah

Peneliti :

Krisaldi Pampei (672010170) Dian W. Chandra, S.Kom., M.Cs.

Alz Danny Wowor, S.Si., M.Cs.

Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana

(2)

Implementasi

Hashing

menggunakan Metode MD5 pada Aplikasi

Email

Client

Artikel Ilmiah

Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi

untuk memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Peneliti :

Krisaldi Pampei (672010170) Dian W. Chandra, S.Kom., M.Cs.

Alz Danny Wowor, S.Si., M.Cs.

Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

Implementasi

Hash

ing menggunakan Metode MD5 pada Aplikasi

Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia

Email: 1)fuad.pampei@gmail.com,2)dian.chandra@staff.uksw.edu,

3)

alzdanny.wowor@staff.uksw.edu

Abstract

Email as one form of information which is passed to the Internet network that have a security risk, for instance manipulating the message content. At the mail server, every email stored in the form of files that can be changed deliberately or inadvertently, by others who have access to the server, or by an application. To ensure that the contents of the message to the email does not change, needed a mechanism to detect the integrity of the content of such messages, one of which the MD5 hash algorithm. Value of representation (hash) is used to compare the initial data and final data. In this study developed a detection mechanism changes the contents of the email message, which is implemented in the form of software. Before the email is sent, the calculated hash value of the message, and then attached to the email. Test results show that changes to the content of messages can be detected. Additional advertising or information scanned by the antivirus to the email structure can not detected as a change, because it does not change the contents a message written by the sender.

Keywords: Data Integrity, Hash, Email, MD5

Abstrak

Email sebagai salah satu bentuk informasi yang dilewatkan pada jaringan internet yang memiliki resiko keamanan, misalnya adalah memanipulasi isi pesan. Pada mail server, tiap email tersimpan dalam bentuk file yang dapat diubah sengaja maupun tidak sengaja, oleh orang lain yang memiliki akses ke server, atau oleh suatu aplikasi. Untuk memastikan bahwa isi pesan pada email tidak mengalami perubahan, diperlukan mekanisme untuk mendeteksi keutuhan isi pesan tersebut, salah satunya algoritma hash MD5. Nilai representasi (hash) digunakan untuk membandingkan data awal dan data akhir. Pada penelitian ini dikembangkan suatu mekanisme deteksi perubahan isi pesan email, yang diimplementasikan dalam bentuk perangkat lunak. Sebelum email dikirim, dihitung nilai hash pesan, kemudian dilampirkan pada email. Hasil pengujian menunjukkan bahwa perubahan pada isi pesan dapat terdeteksi. Penambahan iklan atau informasi hasil scan oleh antivirus pada struktur email tidak dapat terdeteksi sebagai perubahan, karena tidak mengubah isi pesan yang ditulis oleh pengirim.

Kata Kunci: Integritas Data, Hash, Email, MD5

1)

Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana

2)3)

(10)

1

1. Pendahuluan

Maraknya kasus penyadapan serta manipulasi data yang terjadi melalui media internet, seperti yang terjadi pada surat elektronik atau yang biasa disebut dengan email. Hal tersebut terjadi dikarenakan tingkat keamanan dari suatu data pada email belum terjamin sepenuhnya, sehingga beberapa orang melakukan pengaman tersendiri dalam mengamankan pengiriman file seperti dengan menambahkan fungsi enkripsi pada data pengiriman.

Email merupakan media komunikasi yang masih sering digunakan untuk keperluan pertukaran informasi, sejak pertama kali ditemukan. Penggunaannya bervariasi dari sekedar untuk bertukar informasi, sampai kepada alat komunikasi bisnis yang paling dipercaya.

Email digunakan dengan cara mendaftarkan akun pada mail server. Layanan mail server dapat diperoleh dengan cara membangun sendiri mail server

dengan berbagai macam software open source maupun bukan. Layanan mail

server juga dapat diperoleh pada layanan-layanan web hosting.

Pada mail server, email tersimpan dalam bentuk file yang memiliki resiko untuk berubah atau rusak, dikarenakan berbagai penyebab, salah satu contohnya karena tindakan manipulasi atau penyadapan yangdilakukan oleh pihak lain (ketiga). Informasi yang terdapat dalam email bisa saja diganti tanpa disadari oleh pihak penerima. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan mekanisme untuk memastikan bahwa isi dari suatu email masih utuh dan tidak mengalami perubahan saat pengiriman (valid).

Berkaitan dengan masalah yang ada maka dilakukan penelitian untuk memastikan keutuhan suatu email. Solusi yang diajukan adalah dengan menambahkan checksum pada email. Checksum diperoleh dengan menggunakan algoritma MD5.

2. Tinjauan Pustaka

Pada penelitian Buana[1] dibahas mengenai ancaman keamanan integritas data pada Internet. Ancaman yang ditekankan adalah ancaman modification dan

fabrication. Modification berarti data diakses dan diubah oleh pihak yang tidak berhak.Fabrication berarti data ditiru dan dipalsukan untuk dimasukkan ke dalam sistem. Solusi yang diajukan pada penelitian tersebut adalah dengan menggunakan mekanisme pengujian integritas data, dengan menggunakan salah satu algoritma

hash, yaitu MD5. Penelitian tersebut menghasilkan aplikasi yang menunjukkan keuntungan penggunakan pengujian integritas ini.

Penelitian Buana menjadi acuan bagi penelitian ini karena pada penelitian Buana, dibahas tentang masalah yang sama yaitu masalah integritas file yang dilewatkan pada Internet. File memiliki resiko diubah dan dipalsukan oleh pihak tidak berwenang. Ketika file tidak utuh, akan memberikan akibat yang tidak semestinya bagi sistem yang menggunakan file tersebut. Buana menggunakan fungsi hash karena memiliki kelebihan yaitu, fungsi hash sangat peka terhadap perubahan sekecil apapun. Hal ini akan tercermin pada berubahnya nilai hash

(11)

2

ke berbagai pustaka, misalnya JDK, .Net Framework, dan PHP. Sehingga tidak diperlukan untuk menulis sendiri kode program MD5 untuk dapat menggunakannya.

Penelitian Hafiz[2] membahas tentang pemanfaatan MD5 dalam tanda digital pada SMS. Ponsel adalah salah satu alat komunikasi yang paling populer. Sayangnya, popularitas ini juga meningkatkan jumlah kejahatan menggunakan telepon seluler. Penipuan SMS adalah salah satu jenis kejahatan menggunakan ponsel. Metode verifikasi pengirim diperlukan untuk menghindari kejahatan semacam ini. Tanda tangan digital dapat digunakan untuk memverifikasi pengirim. Pengirim mengirimkan SMS dengan tanda tangan digital dan penerima akan melakukan verifikasi tanda tangan. Pada penelitian tersebut dikembangkan aplikasi ini dengan menggunakan J2ME dan algoritma MD5-RSA sebagai metode tanda tangan. Parameter kunci pasangan dapat dihasilkan dalam 15 detik sampai 4 menit tergantung pada teknologi telepon seluler. Tanda tangan digital dapat dibentuk dengan waktu rata-rata 1,35 detik sampai 1,97 detik. Verifikasi tanda tangan digital dapat dilakukan dengan waktu rata-rata 3,73 detik sampai 12,09 detik. Tanda tangan digital yang dihasilkan, menggunakan parameter kunci pribadi dan diverifikasi menggunakan parameter kunci publik. Hanya sepasang kunci yang benar akan memberikan hasil yang valid. Waktu untuk mengirim menandatangani-SMS tergantung pada kemampuan jaringan. Tidak ada perbedaan dibandingkan dengan mengirim SMS biasa.

Penelitian Hafiz merupakan acuan dalam hal pemanfaatan MD5 untuk menjamin keutuhan pesan dimana yang menjadi obyek penelitian adalah pesan SMS. Pemanfaatan MD5 tersebut dapat diperluas untuk menjamin keutuhan pesan email, seperti yang dilakukan pada penelitian ini. Hafiz pada pengujian, mengambil kesimpulan bahwa fungsi hash tidak memberikan perbedaan waktu pada proses yang menggunakannya

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan tentang ancaman integritas data, dan pemanfaatan MD5 untuk menjamin keutuhan data, maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk merancang dan mengimplementasikan MD5 sebagai checksum[3] pada email untuk memastikan keutuhan suatu email.

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1)

Checksum dihitung dengan menggunakan algoritma MD5; (2) Checksum

ditambahkan pada email dalam bentuk attachment; (3) Aplikasi dikembangkan dengan menggunakan .Net Framework 4.5, dan berjalan pada sistem operasi Microsoft Windows 7; (4) Tidak membahas sistem keamanan dari aplikasi yang dirancang.

Kriptografi (cryptography) merupakan ilmu dan seni penyimpanan pesan, data, atau informasi secara aman. Kriptografi (cryptography) berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata Crypto dan Graphia yang berarti penulisan rahasia[4]. Kriptografi merupakan bagian dari suatu cabang ilmu matematika yang disebut

(12)

3

dekripsi. Data yang telah dienkripsi disebut ciphertext karena data asli telah mengalami proses di dalam sebuah algoritma kriptografi atau lebih dikenal dengan nama cipher. Kebalikannya, proses mengubah pesan yang telah dienkripsi (ciphertext) menjadi pesan asli (plaintext) disebut sebagai proses dekripsi. Proses enkripsi dan dekripsi dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Proses Enkripsi dan Dekripsi

MD5 yang merupakan singkatan dari Message-Digest algortihm 5, adalah fungsi hash (prosedur terdefinisi atau fungsi matematika yang mengubah variabel dari suatu data yang berukuran besar menjadi lebih sederhana) kriptografik yang digunakan secara luas dengan hash value 128-bit. MD5 dimanfaatkan dalam berbagai aplikasi keamanan, dan umumnya digunakan untuk meguji integritas sebuah file. Hash MD5 sepanjang 128-bit (16-byte), yang dikenal juga sebagai ringkasan pesan, secara tipikal ditampilkan dalam bilangan heksadesimal 32-digit. Berikut ini merupakan contoh pesan ASCII sepanjang 43-byte sebagai masukan dan hash MD5 terkait:

MD5(“The quick brown fox jumps over the lazy dog”) = 9e107d9d372bb6826bd81d3542a419d6

Bahkan perubahan yang kecil pada pesan akan (dengan probabilitas lebih) menghasilkan hash yang benar-benar berbeda, misalnya pada kata “dog”, huruf d diganti menjadi c:

MD5(“The quick brown fox jumps over the lazy cog”) = 1055d3e698d289f2af8663725127bd4b

Hash dari panjang-nol ialah:

MD5(“”) = d41d8cd98f00b204e9800998ecf8427e

Ringkasan MD5 digunakan secara luas dalam dunia perangkat lunak untuk menyediakan semacam jaminan bahwa berkas yang diambil (download) belum terdapat perubahan. Seorang pengguna dapat membandingkan MD5 sum yang dipublikasikan dengan checksum dari berkas yang diambil. Dengan asumsi bahwa

checksum yang dipublikasikan dapat dipercaya akan keasliannya, seorang pengguna dapat secara yakin bahwa berkas tersebut adalah berkas yang sama dengan berkas yang dirilis oleh para developer. Bagaimanapun juga, seringkali kasus yang terjadi bahwa checksum yang dipublikasikan tidak dapat dipercaya (sebagai contoh, checksum didapat dari channel atau lokasi yang sama dengan tempat mengambil berkas), dalam hal ini MD5 hanya mampu melakukan error

(13)

4

file tersebut memiliki integritas atau tidak. Artinya jika file akan diberikan atau dikirimkan atau diunduh, penerima dapat mencocokkan dengan yang diterima apakah ukuran, struktur, dan jenis file sesuai dengan yang diberikan oleh pembuat

file. Contohnya jika suatu file diunduh, kemudian diberikan juga kode MD5

checksum-nya, jika diperiksa (validasi) dengan aplikasi seperti MD5 Checksum Verifier, dinyatakan valid atau sama dengan file yang diuji, maka dikatakan file

tersebut tidak mengalami perubahan dari pengirim hingga ke tangan penerima[7].

3. Metode dan Perancangan Sistem

Metode perancangan sistem dilakukan dengan menggunakan metodologi pengembangan perangkat lunak prototype model[5]. Pada proses implementasi dihasilkan beberapa prototype yang dapat dijelaskan sebagai berikut. Tahap pertama: mendengarkan atau wawancara customer atau user; Tahap kedua;

merancang program kemudian membuat perbaikan terhadap hasil yang diperoleh;

Tahap ketiga: melakukan evaluasi ke customer atau user dimana pada tahap ini proses akan kembali lagi ketahap pertama. Diagram prototype model ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2 Prototype Model

(14)

5

Mulai

Selesai Pengguna memasukka

n isi pesan

Aplik asi menghitung nilai checksum

Meletakkan nilai checksum sebagai attachment

Mengirim Email

Gambar 3 Proses Pembuatan Checksum dan Pengiriman Email

Gambar 3 menjelaskan proses penghitungan checksum, kemudian disisipkan ke dalam email dalam bentuk attachment. Proses tersebut terjadi sebelum proses pengiriman email. Sehingga emailakan terkirim ke penerima, dilengkapi dengan

file attachment yang berisi nilai checksum.

Mulai

Selesai Program membaca pesan dalam

inbox

Aplikasi menghitung nilai checksum

Checksum

sama Status Valid

Status not valid Jika ada

attachment checksum

Status unknown

YA YA

TIDAK TIDAK

(15)

6

Gambar 4 menunjukkan proses validasi checksum. Program membaca isi email kemudian dihitung nilai checksum dengan algoritma MD5. Nilai checksum

yang diperoleh, kemudian dibandingkan dengan nilai checksum yang tersimpan di dalam attachment files. File dinyatakan valid hanya ketika nilai kedua checksum

tersebut sama.

4. Hasil dan Pembahasan

Pada bagian ini dijelaskan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan. Pembahasan terbagi pada pembahasan hasil penelitian dan pembahasan aspek keamanan.

Sistem yang dihasilkan pada penelitian ini merupakan aplikasi berbasis

windows. Gambar 5 menunjukkan halaman yang digunakan untuk membaca email, sekaligus menunjukkan status uji integritas valid. Nilai checksum yang dibandingkan adalah nilai checksum isi email.

Gambar 5 Tampilan Email Valid

Pada Gambar 5, sebagai contoh isi email adalah Universitas Kristen

Satya Wacana, dan nilai checksum yang dihasilkan dengan menggunakan

algoritma MD5 adalah 783C7DDA37773B69D673CC6E098EE0CE atau dalam

format base64 eDx92jd3O2nWc8xuCY7gzg==.

(16)

7

Gambar 6 menunjukkan status email yang tidak valid. Email tersebut telah mengalami perubahan tidak sah, sehingga nilai MD5 yang dihasilkan dari isi email, berbeda dengan nilai MD5 yang terdapat pada file attachment. Nilai

checksum yang dihasilkan dari hasil validasi adalah

4597081C0EDFC9C79ACB8A00644BE7B9 yang berbeda dengan nilai checksum

awal, yaitu 783C7DDA37773B69D673CC6E098EE0CE.

Gambar 7 Tampilan Email Tanpa Checksum

Pada Gambar 7, menunjukkan kondisi ketika suatu email tidak memiliki

checksum didalamnya. Hal ini menyebabkan tidak dapat dilakukan proses pembandingan atau validasi integritas pesan.

Isi (content) dari sebuah email dideskripsikan dalam kata kunci Content

-Type. Jika email memiliki beberapa content dan berbeda jenis, maka pada bagian awal, disebutkan Content-Type: multipart/mixed. Isi pesan yang ditulis oleh pengirim diletakkan setelah kata kunci Content-Type: text/plain. Attachment

diletakkan setelah Content-Type: application/octec-stream, dengan nilai Content-Disposition adalah attachment. Aturan ini disebutkan pada RFC2183 [6].

Attachment ditulis dalam format encoding base64. Suatu content, diawali dan diakhiri dengan kata kunci boundary. Kata kunci boundary diikuti dengan suatu nilai (setelah tanda „=‟), yaitu dua karakter „-„, kemudian nilai Content-Type header field[8].

(17)

8

Gambar 8 Strukur Email yang Tersimpan di Server

Pada Gambar 8 ditunjukkan struktur email yang tersimpan pada server. Email disimpan dalam bentuk file. Adapun struktur email yaitu terdiri dari

Header, Body, dan Attachment. Berdasarkan Gambar 8, dapat dilihat bahwa pada kolom merah menunjukkan bagian header dari struktur email yang berisi alamat email baik pengirim maupun penerima, judul email, tanggal pengiriman, dan lain-lain. Pada kolom biru menunjukkan bagian body dari struktur email yang berisi isi pesan dari email, dan pada kolom hijau menunjukkan bagian attachment dari struktur email yang berisi script attachment dari email. Pada email disimpan dalam format Base64 Encoding[9].

Kode Program1 Perintah untuk Menambahkan Checksum

1. var message = new MailMessage(

2. Program.Alamat, this.toTextBox.Text); 3. message.Subject = this.subjectTextBox.Text; 4. message.Body = this.bodyTextBox.Text; 5.

6. varhash = HashCheck.GetHash(

7. Encoding.Default.GetBytes(message.Body)); 8.

9. MemoryStream stream = new MemoryStream(hash);

10.message.Attachments.Add(new Attachment(stream, "MD5"));

Kode Program 1 merupakan perintah yang digunakan untuk menghitung nilai checksum dengan algoritma MD5. MD5 yang digunakan adalah class yang tersedia di pustaka .Net Framework. Nilai checksum yang dihasilkan kemudian disisipkan ke dalam pesan dalam bentuk attachment. Nilai checksum yang diperoleh adalah hasil pengolahan dari isi pesan, yang ditulis oleh pengirim pada

control this.bodyTextBox.Text;. Tujuan dari penggunaan checksum

(18)

9

proses perhitungan checksum untuk keseluruhan tubuh email. Kelemahan dari cara tersebut adalah jika modifikasi dilakukan bukan pada isi email, semisal time stamp (tanggal dan jam) email, maka modifikasi ini tidak dapat dideteksi.

Kode Program2 Perintah untuk Validasi Checksum

1. varhash = HashCheck.GetHash(

2. Encoding.Default.GetBytes(this.bodyTextBox.Text)); 3. var attachHash = GetAttachment(items.OriginalObject); 4. if (attachHash == null)

5. {

6. this.pictureBox1.Image = Resources.unknown; 7. this.label3.Text = "Checksum Result: Unknown"; 8. this.label3.ForeColor = Color.DarkOrange; 16. this.label3.Text = "Checksum Result: Valid"; 17. this.label3.ForeColor = Color.DarkGreen; 18. }

19. else 20. {

21. this.pictureBox1.Image = Resources.invalid; 22. this.label3.Text = "Checksum Result: Not Valid"; 23. this.label3.ForeColor = Color.Red;

24. } 25.}

Kode Program 2 merupakan perintah yang digunakan untuk menghitung nilai checksum pada email yang diterima. Nilai ini kemudian dibandingkan dengan nilai yang terdapat pada file attachment. Pesan akan dikategorikan ke dalam 3 kondisi, yaitu (1) valid, ketika nilai hash hasil perhitungan sama dengan nilai hash pada attachment; (2) not valid, ketika nilai berbeda; (3) unknown, ketika email tidak memiliki attachment.

Pada aplikasi yang telah dibangun, dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah aplikasi telah berhasil mengetahui perubahan pesan. Hasil pengujian ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1 Pengujian Deteksi Perubahan Isi Email

(19)

10

Email dikirim dengan aplikasi. Kemudian file email di server diubah isi pesannya tetapi tidak mengubah attachment. pengujian ini adalah AVG.

(20)

11

validasi integritas pesan (proses mengecek keutuhan email), dilakukan pada

message body saja (isi pesan). Iklan, bukan mengubah isi pesan, tapi menambahkan konten baru pada akhir email dalam boundary baru, sehingga tidak mengubah isi pesan. Perlu diketahui yang dimaksud dengan "isi pesan" adalah tulisan atau konten yang ditulis oleh pengirim. Perubahan ini ditunjukkan pada Gambar 9.

Gambar 9 Penambahan Iklan pada Email

Kelemahan muncul ketika manipulasi dilakukan dengan mengganti nilai

hash pada attachment, kemudian menyesuaikan nilai hash pada message checksum sehingga menghasilkan email not valid, dengan catatan algoritma yang digunakan untuk menghitung hash adalah sama-sama MD5.

Analisis dilakukan pada hasil implementasi dan hasil pengujian. Email memiliki susunan format yang didekripsikan pada RFC 822 (Gambar 9). Proses MD5 dilakukan pada bagian isi email, yaitu isi pesan yang diketikkan oleh user. Sehingga perubahan pada bagian selain dari isi pesan, tidak akan mengakibatkan perubahan hash. Pada Gambar 9, terdapat content tambahan baru, yang diakibatkan dari proses scanning antivirus AVG. Content ini tidak dikategorikan sebagai attachment, dilihat dari nilai pada kata kunci Content-Disposition. Pada

Content-Type, ditambahkan nilai x-avg=cert untuk menandai bahwa content

tersebut ditambahkan dan digunakan oleh AVG antivirus. Untuk attachment,

Content-Disposition bernilai “attachment”, pada hasil scan AVG, Content-Disposition bernilai “inline”, yang berarti bahwa informasi ini ditampilkan bersamaan dengan isi pesan, bukan sebagai file yang bisa diunduh seperti halnya

(21)

12

seperti contohnya hasil scan AVG. Pada proses validasi tetap akan menghasilkan nilai “valid”, karena pada isi pesan, tidak ada perubahan yang terjadi.

Beta testing dilakukan dengan cara pembagian daftar pertanyaan kepada 30 responden dan daftar pertanyaan diisi bersamaan dengan pengujian aplikasi secara langsung. Hal yang diuji dan hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Hasil Data Daftar Pertanyaan

No. Pertanyaan 1 Aplikasi dapat berjalan pada system operasi windows 0 19 11

2 Aplikasi dapat terkoneksi dengan baik 7 18 5

3 Aplikasi dapat menerima pesan dari webmail 0 20 10 4 Aplikasi dapat meneruskan pesan menggunakan

webmail

0 22 8

5 Aplikasi mudah digunakan dan memiliki tampilan yang menarik

6 14 10

6 Aplikasi membantu dalam melakukan validasi pesan 0 10 20

7 Aplikasi sangat peka terhadap perubahan isi pesan maupun terhadap nilai checksum

0 7 23

Berdasarkan hasil dari daftar pertanyaan untuk pengujian kepada pelanggan pada Tabel 2, dapat disimpulkan bahwa: aplikasi sudah berjalan pada sistem operasi windowsdibuktikan dengan 63% responden setuju dan 37% lainnya sangat setuju, aplikasi terkoneksi dengan baik karena 60% responden setuju, aplikasi dapat menerima pesan dari webmail berjalan baik karena 66% responden setuju, dan 33% sangat setuju, aplikasi dapat meneruskan pesan menggunakan webmail karena 60% responden setuju dan 23% sangat setuju, aplikasi user friendly dan memiliki tampilan yang menarik karena 46% responden setuju dan 33% sangat setuju, aplikasi membantu dalam melakukan validasi pesan karena 33% responden setuju dan 66% sangat setuju, aplikasi sangat peka terhadap isi pesan maupun terhadap nilai checksum karena 23% setuju dan 76% sangat setuju.

Seperti ditunjukkan pada Gambar 3, bahwa sistem dikembangkan dengan metode prototyping, maka berdasarkan hasil evaluasi kuesioner, dilakukan perbaikan dan pengembangan. Tabel 3 menunjukkan tahap-tahap revisi dan

prototype yang dihasilkan.

Tabel 3 Pengembangan dan Evaluasi Prototype

Prototype Revisi Evaluasi/Masalah

1 Aplikasi dapat terkoneksi dengan baik Email-email pada Inbox tidak

di-download semua, namun hanya email yang dibaca saja yang

di-download. Sehingga tidak membebani koneksi internet.

2 Prototype 2 merupakan hasil perbaikan berdasarkan evaluasi tahap 1.

Aplikasi mudah digunakan dan memiliki tampilan yang menarik

(22)

13 3 Prototype 3 merupakan hasil perbaikan

berdasarkan evaluasi tahap 2.

(tidak ada)

5. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian, pengujian dan analisis terhadap sistem, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: (1) MD5 dapat digunakan untuk mendeteksi perubahan pada isi email; (2) Hasil perhitungan MD5 (hash), ditambahkan pada email sebagai attachment, sehingga berfungsi sebagai nilai pembanding ketika email divalidasi oleh penerima; (3) Aplikasi yang dikembangkan dapat mendeteksi perubahan isi email akibat dari perubahan ketika merubah nilai hash pada attachment, atau email sengaja diubah atau tidak sengaja pada server. Saran pengembangan yang dapat diberikan untuk penelitian lebih lanjut adalah sebagai berikut: (1) Nilai hash tersimpan pada attachment, perlu diamankan lagi dengan algoritma kriptografi yang menggunakan kunci, sebagai contoh AES. Hal ini bertujuan untuk menghindari manipulasi nilai hash pada

attachment.

6. Daftar Pustaka

[1] Buana, R. G. 2012. Pengujian Integritas Data Menggunakan Algoritma MD5. DINAMIKA DOTCOM 3.

[2] Hafiz, Y. 2012. Pengembangan Aplikasi Penandaan Digital pada SMS Menggunakan Algoritme MD5-RSA.

[3] Koopman, P., Driscoll, K. & Hall, B. 2015. Selection of Cyclic Redundancy Code and Checksum Algorithms to Ensure Critical Data Integrity.

[4] Forouzan, B. A. 2007. Cryptography & Network Security. McGraw-Hill, Inc.

[5] Pressman, R. S. & Jawadekar, W. S. 1987. Software engineering. New York 1992

[6] Troost, R. & others 1997. The Content-Disposition Header Field. [7] Munir, R. 2006. Kriptografi. Informatika, Bandung

[8] W3 1992. The Multipart Content-Type.

http://www.w3.org/Protocols/rfc1341/7_2_Multipart.html. Diakses pada Agustus 2015.

[9] Josefsson, S. 2006. The base16, base32, and base64 Data Encodings. https://tools.ietf.org/html/rfc4648. Diakses pada 14 Mei 2015.

Gambar

Gambar 1 Proses Enkripsi dan Dekripsi
Gambar 2 Prototype Model
Gambar 3  Proses Pembuatan Checksum dan Pengiriman Email
Gambar 5 Tampilan Email Valid
+6

Referensi

Dokumen terkait

Persiapan Proses Pembelajaran Pelatihan Tata Kecantikan Kulit yang Dapat Meningkatkan Kemampuan Kewirausahaan Peserta LKP Inge Sumedang.7. Pelaksanaan Proses Pembelajaran

Disemprotkan ( Jet Application of Fluid ), pada proses pendinginan dengan cara ini cairan pendingin disemprotkan langsung ke daerah pemotongan (pertemuan antara

Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta dengan ini menyatakan bahwa mahasiswa program pascasarjana berikut ini adalah mahasiswa yang sedang aktif

− Prototipe sistem SDR skala lab dengan frekuensi maksimal RF 50 MHz dengan daya RF kurang dari 1 mW menggunakan daughterboard Basic Tx-Rx dapat dikembangkan untuk sebuah

Pendekatan matematika realistik adalah pendekatan yang proses belajarnya memanfaatkan masalah-masalah matematika yang nyata (real), siswa dapat terlibat dalam proses pembelajaran

Belanja perjalanan dinas luar daerah luar daerah Pengadaan Langsung 12 paket 85.000.000 APBD Jan-Des 2012. 16 Rapat-rapat koordinasi dan konsultasi ke dalam daerah

Hanya dengan campur tangan Kuasa- Mu sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah Di Indonesia pada saat

• Komputer Server sebagai sistem yang akan melayani permintaan dari klien • Komputer database Server yang berfungsi untuk menyimpan database materi. pembelajaran dan