• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Pengaruh Penggunaan Sabun Pembersih Kewanitaan terhadap Perubahan Mikro Flora Normal Vagina dan Bakterial Vaginosis dengan Menggunakan Kriteria Skor Nugent

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "View of Pengaruh Penggunaan Sabun Pembersih Kewanitaan terhadap Perubahan Mikro Flora Normal Vagina dan Bakterial Vaginosis dengan Menggunakan Kriteria Skor Nugent"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 Pengaruh Penggunaan Sabun Pembersih Kewanitaan terhadap Perubahan Mikro Flora

Normal Vagina dan Bakterial Vaginosis dengan Menggunakan Kriteria Skor Nugent

Iis Herawati, Sitti Romlah, Yuli Fitriani

Prodi Analis Kesehatan, STIKes Jenderal Achmad Yani Email: iis.herawati73@yahoo.com

ABSTRAK

Saat ini berbagai macam produk pembersih kewanitaan banyak muncul di pasaran. Wanita menggunakan produk ini untuk membuat vagina segar dan wangi, membersihkan vagina dari keputihan, gatal-gatal serta sebagai pembersih pada saat menstruasi. Penggunaan pembersih kewanitaan terlalu sering dapat merusak keseimbangan mikroflora normal sehingga menimbulkan infeksi dan bakterial vaginosis (BV). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan sabun pembersih kewanitaan terhadap perubahan mikroflora normal vagina dan BV. Pada 20 apus sekret vagina wanita yang sering menggunakan sabun pembersih kewanitaan dan 20 apus sekret vagina wanita yang tidak pernah menggunakan sabun kewanitaan (kontrol) dilakukan pewarnaan Gram dan dilakukan interpretasi hasil dengan menggunakan kriteria skor Nuggent. Hasil penelitian mennujukkan pada wanita yang sering menggunakan sabun pembersih kewanitaan 6 orang (30%) terdiagnosis BV, 12 orang (60%) mengalami perubahan floranormal dan hanya 2 orang (10%) yang mikrofloranya tetap normal. Pada kontrol didapat hasil 1 orang (5%) terdiagnosis BV, 4 orang (20%) mengalami perubahan mikrofloranormal dan 15 orang (75%) yang mikrofloranya normal. Simpulan, penggunaan sabun pembersih kewanitaan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada terjadinya perubahan flora normal vagina dan bakterial vaginosis.

.

Kata kunci:Mikro flora normal vagina, sabun pembersih kewanitaan, skor nugent

Pendahuluan

(2)

2 Penggunaan pembersih kewanitaan terlalu sering dapat mengganggu flora normal pada vagina. Ketika terlalu sering membasuh vagina oleh sabun pembersih kewanitaan maka akan merusak keseimbangan flora normal yang ada sehingga menimbulkan infeksi dan BV. Beberapa penyakit lain dapat timbul sebagai risiko dari BV diantaranya yaitu penyakit radang panggul (PID) (Blackwell dkk, 1993). Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa BV juga dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi gonore, HIV pada ibu hamil, dan herpes genital (Trexler dkk, 1997). Selain risiko penyakit, Gravett dkk (1986) menemukan bahwa wanita dengan BV akan mempunyai risiko persalinan preterm 3-8 kali lebih tinggi daripada wanita dengan flora normal.

Flora normal vagina yaitu Lactobacillus spp, mampu mempertahankan suasana asam pada vagina dan memproduksi H2O2 yang diketahui bersifat toksik dan dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain yang dapat menyebabkan bakterial vaginosis (BV) (Radji Maksum,2009). Peran flora normal sebagai patogen oportunistik pada infeksi endogen sangat penting. Perubahan keseimbanganflora normal vagina dapat menyebabkan pertumbuhan mikroorganisme tersebut berlebihan sehingga menjadi patogen (Hiilier SL, 1999 dalam Ocviyanti D, 2009).

Lactobacillus menempati 95% dari flora normal yang ditemukan di vagina. Sisanya 5% terdiri dari bakteri fakultatif anaerob (Staphylococcus epidermidis, corynebacteria, streptococcus, Gardnerella vaginalis dan Mobiluncus), kelompok anaerob (Peptostreptococcus, Peptococcus, Eubacterium dan Prevotella), kelompok aerob (Escherichia coli, Staphylococcus aureus), Mycoplasma hominis, Ureaplasma urealyticum dan jamur (spesies Candida) (Syahrurachman A, Dkk.,1994 & Marrazzo, JM, 2003).

Untuk mengetahui adanya perubahan flora normal pada vagina dilakukan uji kuantifikasi pewarnaan Gram terhadap cairan vagina. Interpretasi hasil dilakukan berdasarkan kriteria skor Nuggent (Chaijareenont K, 2004 dan Parwati Ida,2012).

Metodologi penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan April-Agustus 2013. Subjek penelitian adalah 20 orang wanita yang sering menggunakan sabun pembersih kewanitaan dan 20 orang wanita tidak pernah menggunakan sabun pembersih kewanitaan di daerah Cisompet Kabupaten Garut.

(3)

3 perbesaran 1000 kali dalam minimal 30 lapang pandang. Berdasarkan Interpretasi skor yang disarankan oleh Nugent dalam Guidline for Microbiology Laboratory (2010) maka pemeriksaan mikroskopis hanya ditujukan untuk Lactobacillus sp., Gardnerella sp. dan Mobiluncus sp. dengan kriteria:

Lactobacillus sp.: Bakteri Batang Gram positif berukuran besar

Gardnerella sp.: Bakteri Batang Gram positif atau negatif berukuran kecil

Mobiluncus sp.: Bakteri Gram negatif berbentuk seperti batang bengkok

Hasil Penelitian

1. Hasil Pemeriksaan Mikroskopis Gram

Pemeriksaan terhadap preparat dilakukan menggunakan mikroskop cahaya dengan perbesaran 1000 kali, didapat hasil Lactobacillus sp., Gardnerella sp., dan Mobiluncus sp. seperti pada gambar berikut:

.

Gambar 1 Hasil mikroskopis sampel sekret vagina dengan pewarnaan Gram dari sampel dengan flora normal

(4)

4 Gambar 2. Hasil mikroskopis sampel sekret vagina dengan pewarnaan Gram dari

sampel dengan bakterial vaginosis

Mobiluncus sp.

Clue cell

Lactobacillus sp.

(5)

5 Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Mikroskopis Gram terhadap 20 Sampel Sekret Wanita yang

Memakai Sabun Pembersih Kewanitaan dan 20 Sampel Sekret Wanita yang Tidak Memakai Sabun Pembersih Kewanitaan

Kode Sampel

Hasil Pemeriksaan Mikroskopis per Lapang Pandang

L G M

(6)

6 : Jumlah bakteri per lapang pandang

N: Nilai Jumlah bakteri per lapang pandang

1+ : Jumlah bakteri kurang dari 1 per lapang pandang 2+ : Jumlah bakteri 1 sampai 4 per lapang pandang 3+ : Jumlah bakteri 5 sampai 30 per lapang pandang 4+ : Jumlah bakteri lebih dari 30 per lapang pandang

2. Hasil Pemeriksaan Kuantifikasi Gram Berdasarkan Kriteria Skor Nugent

Berdasarkan hasil pemeriksaan secara mikroskopis kemudian dilakukan perhitungan dengan menggunakan kriteria Skor Nugent.

Tabel 2. Hasil perhitungan kuantifikasi skor nugent 20 Sampel Sekret Wanita yang Memakai Sabun Pembersih Kewanitaan dan 20 Sampel Sekret Wanita yang Tidak

Memakai Sabun Pembersih Kewanitaan

Kode

Sampel L G M Total

Skor Kriteria

N S N S N S

1 4+ 0 3+ 3 2+ 1 4 PFN

2 3+ 1 3+ 3 1+ 1 5 PFN

3 4+ 0 2+ 2 0 0 2 FN

4 2+ 2 2+ 2 0 0 4 PFN

5 3+ 1 3+ 3 1+ 1 5 PFN

6 3+ 1 2+ 3 1+ 1 5 PFN

7 3+ 1 3+ 3 0 0 4 PFN

8 3+ 1 4+ 4 3+ 2 7 BV

9 3+ 1 4+ 4 4+ 2 7 BV

10 3+ 1 2+ 2 2+ 1 4 PFN

11 4+ 0 4+ 4 2+ 1 5 PFN

12 3+ 1 2+ 2 1+ 1 4 PFN

13 1+ 3 3+ 1 4+ 2 6 PFN

14 2+ 2 4+ 4 2+ 1 7 VB

15 2+ 2 3+ 3 0 0 5 PFN

16 2+ 2 3+ 3 1+ 1 6 BV

17 4+ 0 2+ 2 0 0 2 FN

18 3+ 1 3+ 3 2+ 1 5 BV

19 1+ 3 4+ 2 3+ 2 7 BV

20 3+ 1 2+ 2 1+ 1 4 PFN

(7)

7 Lanjutan tabel 2

22 3+ 1 0 0 0 0 1 FN

23 3+ 1 2+ 2 1+ 1 4 PFN

24 0 0 4+ 4 1+ 1 5 PFN

25 3+ 1 2+ 2 0 0 3 FN

26 2+ 2 1+ 1 0 0 3 FN

27 0 0 0 0 0 0 0 FN

28 1+ 4 0 0 0 0 4 PFN

29 3+ 1 3+ 3 1+ 1 4 PFN

30 4+ 0 0 0 0 0 0 FN

31 3+ 1 0 0 0 0 1 FN

32 4+ 0 0 0 0 0 0 FN

33 3+ 1 0 0 0 0 1 FN

34 3+ 1 2+ 2 0 0 3 FN

35 3+ 1 0 0 0 0 1 FN

36 2+ 2 4+ 4 3+ 2 8 BV

37 4+ 0 0 0 0 0 0 FN

38 2+ 2 0 0 0 0 2 FN

39 4+ 0 2+ 2 0 0 2 FN

40 3+ 1 1+ 1 0 0 2 FN

Keterangan:

Kode sampel 1-20:Wanita yang memakai sabun pembersih kewanitaan Kode sampel 21-40:Wanita yang tidak memakai sabun pembersih kewanitaan

N: Nilai Jumlah bakteri per lapang pandang

S: Jumlah skor berdasarkan kriteria skor Nugent

FN: Preparat pulasan Gram menunjukan bakteri vaginal flora normal

PFN: Preparat pulasan Gram menunjukan adanya perubahan bakteri vaginal flora normal yang tidak berhubungan dengan bakterial vaginosisis (kemungkinan kearah transisi)

BV: Preparat pulasan Gram menunjukan bakterial vaginosis

3. Persentase Hasil Gambaran Kuantifikasi Gram

(8)

8 Tabel 3 Persentase hasil berdasarkan interpretasi total skor nugent dan adanya clue

cell terhadap 20 sampel sekret wanita pemakai sabun pembersih kewanitaan

Total Skor Nugent Interpretasi Frekuensi Persentase ( % )

0-3 Flora Normal 2 10

4-6 Perubahan Flora Normal 12 60

7-10 Bakterial vaginosis 6 30

Jumlah 20 100

Gambar 3. Grafik persentase hasil berdasarkan interpretasi total skor nugent dan adanya clue cell terhadap 20 sampel sekret wanita yang tidak memakai sabun

pembersih kewanitaan

Tabel 4 Persentase hasil berdasarkan interpretasi total skor nugent dan adanya clue cell terhadap 20 sampel sekret wanita yang tidak memakai sabun pembersih

kewanitaan

Total Skor Nugent Interpretasi Frekuensi Persentase ( % )

0-3 Flora Normal 15 75

4-6 Perubahan Flora Normal 4 20

7-10 Bakterial vaginosis 1 5

Jumlah 20 100

75% 20%

5%

Flora Normal

Perubahan Flora Normal

Bakterial Vaginosis 10%

60%

30% Flora Normal

Perubahan Flora Normal

(9)

9 Gambar 4. Grafik persentase hasil berdasarkan interpretasi total skor nugent dan adanya clue cell terhadap 20 sampel sekret wanita yang tidak memakai sabun pembersih kewanitaan

4. Rekapitulasi Kriteria Kondisi Sosial, Status Klinik, dan Pemakaian Sabun Pembersih Kewanitaan dari Subjek Penelitian

Sebelum dilakukan pengambilan sampel, terhadap subjek penelitian dilakukan identifikasi mengenai kondisi sosial, status klinik dan pemakaian sabun pembersih kewanitaan. Hasil identifikasi kuisioner dan wawancara terhadap 40 subjek penelitian diuraikan sesuai dengan tabel 5 dan 6 berikut:

Tabel 5

Kondisi sosial dan status klinik wanita yang memakai sabun pembersih kewanitaan Identifikasi Total

Lama Pemakaian* 1-12 Bulan >1 tahun Frekuensi Pemakaian 7 x/minggu

3 x/minggu

Kondisi sosial dan status klinik wanita yang tidak memakai sabun pembersih kewanitaan

(10)

10 Pembahasan

Sampai sekarang pemeriksaan untuk mendeteksi perubahan flora normal vagina dan bakterial vaginosis memerlukan tiga keadaan secara bersamaan yaitu Lactobacillus menurun, jumlah bakteri lain meningkat dan pH vagina meningkat menurut Eriksson K (2011), Garder dan Dukes menetapkan sebuah kriteria untuk mendiagnosis bakterial vaginosis secara klinis, yaitu perubahan sekret vagina menjadi abnormal, peningkatan pH > 4,5, ditemukan clue cell pada secara mikroskopis dan perubahan bau pada sekret vagina.

Hasil penelitian dari 20 sampel sekret vagina yang sering memakai sabun pembersih kewanitaan menunjukkan 30% terdiagnosis bakterial vaginosis, 60% terjadi perubahan flora normal dan hanya 10% yang normal. Sedangkan pada wanita yang tidak menggunakan sabun pembersih kewanitaan persentase terbanyak yaitu 75% menunjukkan sekret dengan flora normal, 5% terdiagnosis bakterial vaginosis dan 20% terjadi perubahan flora normal.

Pada 60% wanita yang sering menggunakan sabun pembersih kewanitaan terlihat perubahan bakteri flora normal vagina, dimana preparat menunjukan sedikitnya jumlah bakteri flora normal dan ditemukan bakteri lain yaitu Gardenerella vaginalis dan Mobiluncus sp, selain bakteri tersebut ditemukan juga bakteri dengan bentuk diplococcus ekstra seluler tetapi jumlahnya tidak banyak hanya ditemukan satu sampai dua dalam satu preparat dimana bakteri tersebut merupakan bakteri yang menunjukkan bakteri Neisseria gonorhoeae yang kronis tetapi tidak ditemukan leukosit atau sel PMN, selain bakteri diplococcus juga ditemukan perubahan flora normal oleh Candida yang bercampur dengan bakteri lain dalam jumlah banyak dimana Candida ini merupakan jamur penyebab kadiidiasis. Berdasarkan kuantifikasi skor Nugent WHO bakteri diplococcus dan Candida tidak dihitung maka bakteri diplococcus dan Candida tersebut diabaikan karena berbeda kriteria perhitungan.

(11)

11 Berdasarkan kondisi sosial, status klinis, lama pemakaian dan frekuensi pemakaian sabun pembersih kewanitaan terlihat bahwa pada pengguna sabun pembersih kewanitaan dengan lama pemakaian lebih dari 1 tahun ternyata banyak yang menghasilkan perubahan flora normal bahkan terdapat pula yang sudah terindikasi bakterial vaginosis. Selain itu frekuensi pemakaian sabun pembersih kewanitaan merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya perubahan flora normal vagina. Hal ini terlihat dari banyaknya subjek yang rutin memakai setiap hari dan 3 kali dalam satu minggu.

Penyebab perubahan flora normal dan bakterial vaginosis bisa juga dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti usia, kehamilan, dan kontrasepsi IUD. Pada usia subur yang aktif secara sexual sangat rentan untuk terjadinya perubahan keseimbangan flora normal vagina. Hal ini terlihat dari sampel yang positif bakterial vaginosis baik pada wanita pemakai sabun atau wanita yang tidak memakai sabun pembersih kewanitaan rata-rata berada pada rentang usia subur yang aktif secara sexual. Perubahan hormon pada wanita hamil juga mempengaruhi perubahan keseimbangan flora normal vagina. Menurut Ocviyanti D (2012) seorang wanita hamil mudah mengalami perubahan keseimbangan keasaman dan meningkatkan produksi cairan yang disebabkan perubahan hormon, ketika wanita hamil terjangkit bakterial vaginosis atau perubahan keseimbangan flora normal maka dapat menimbulkan risiko diantaranya bayi lahir premature akibat pecah ketuban dini dan berat badan bayi lahr rendah (BBLR). Selain itu menurut Erliana Ine (2008) bakterial vaginosis dapat menyebabkan terjadinya abortus pada wanita hamil. Hal ini terlihat pada sampel nomor 19, dimana subjek mengalami abortus dan sampai saat ini belum mempunyai keturunan. Pengaruh kontrasepsi IUD terhadap keseimbangan flora normal terjadi akibat endometrium terjepit oleh tali dan tali tersebut juga merupakan tempat tumbuhnya bakteri sehingga menimbulkan infeksi.

Adanya perubahan keseimbangan flora normal vagina dapat menimbulkan risiko penyakit lannya diantaranya infeksi oleh Neisseria gonorrhoeae. Hal ini terlihat dengan adanya sampel positif diplokokus ekstraseluler pada preparat, positif Clamydia, dan Kandidiasis.

Simpulan

(12)

12

Daftar Pustaka

Blackwell AL, Thomas PD, Wareham K, Emery SJ (1993) Health gains from screening for infection in the lower genital tract in women attending frotermination of pregnancy.

Lancet.

Chaijareenont K, dkk. (2004). Accuracy of Nugent’s Score and Each Amsel’s Criteria in the Diagnosis of Bacterial Vaginosis. J Med Assoc Thai.

Collage of Physicians and Surgeons of Saskatchewan. (2010). Guidline for Laboratory Processing and Interpretation of Vaginal Specimens in the Diagnosis of Bakterial

Vaginosis.

Eriksson K. (2011). Bacterial Vaginosis: Diagnosis, Prevalence, and Treatment. Disertasi. Departement of Clical and Experiment Medicine . Sweden. Linkoping University

Erliana Ine. (2008). Akurasi dan Reabilitas Eksterna pH Vagina dalam Menapis Bakterial Vaginosis pada Ibu Hamil, Universitas Diponogoro, Semarang

Gravett MG,dkk. (1986). Independent association of bakterial vaginosis and Chlamydia trachomatis infection with adverse pregnancy outcome. JAMA; 256:1899-903.

Hillier SL. (1999). Normal vaginal flora. In: Holmes, editor. Sexually Transmitted Disease. 3rd ed. New York: McGraw-Hill Company

Marrazzo JM, Antonio M, Agnew,K, and Hillier SL. (2009). Distribution of Genital Lactobacillus Strains Shared by Female Sex Partners. The Journal of Infectious Diseases.

Ocviyanti D, Rosana Y, Wibowo N. (2009). Profil flora vagina dan tingkat keasaman vagina perempuan Indonesia. Maj Obstet Ginekol Indonesia

Parwati Ida, Kartika Dewi, Kristianto Adhi. (2012). Teknik dan Interpretasi Pulasan Mikroskop. Edisi Pertama. Departemen/UPF Patologi Klinik: Bandung

Radji Maksum. (2011). Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi dan Kedokteran. Buku Kedokteran EGC: Jakarta

Syahrurachman A, Dkk. (1994). Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi. Binarupa Aksara: Jakarta

Trexler MF, Fraser TG, Jones MP (1997) Fulminant pseudomembraneous colitis caused by clindamycin phosphate vaginal cream. Am J Gastroenterol

Gambar

Gambar 1 Hasil mikroskopis sampel sekret vagina dengan pewarnaan Gram dari
Gambar  2.  Hasil mikroskopis sampel sekret vagina dengan pewarnaan Gram dari
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Mikroskopis Gram terhadap 20 Sampel Sekret Wanita yang
Tabel 2. Hasil perhitungan kuantifikasi skor nugent 20 Sampel Sekret Wanita yang
+3

Referensi

Dokumen terkait