• Tidak ada hasil yang ditemukan

Application of Double Different Tomography Method 29

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Application of Double Different Tomography Method 29"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Application of Double Different Tomography Method To Determine

The 3D of Seismic Wave Velocity Structure in GoLF Geothermal

Field

Aplikasi Metode Tomografi Double Difference Untuk Menentukan Struktur Kecepatan Gelombang

Seismik 3D Lapangan Panas Bumi GoLF

Kana A. Natania

1∗

,David P. Sahara

2

, Andri D. Nugraha

2

, Irvan Ramadhan

3

1Program Studi Teknik Geofisika, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, ITB, Jl. Ganesha No. 10 Bandung 40132, Indonesia. 2Kelompok Keahlian Geofisika Global, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, ITB, Ganesa 10, 40132. Indonesia

3PT. Supreme Energy, Menara Sentraya floor 23th, Jakarta, IndonesiaEmail: nataniakana@gmail.com

Submit 10-02-2018; Revised 03-03-2018; Accepted 06-03-2018

Abstract: GoLF geothermal field is located in South Solok Regency, 150 km SE of Padang city, West Sumatra. Geology, geochemistry and geophysical surveys had been conducted since 2008. Geophysical survey which had been performed including microseismic and magnetotelluric surveys. Seismic velocity structure modelling need to be conducted in order to characterize geothermal reservoir.This study uses microseismic data recorded from 36 seismome-ters which installed in two time recording time ranges; from September 2010 to April 2011 and from September 2012 to December 2013, with microseismic events recorded respectively 135 and 2692 events. To maximize the result of picking waveform, the data is processed using the Master Event Cross Correlation method to update the catalog data and get more accurate arrival time. Furthermore, the author used TomoDD software to produce hypocenter relocation and the 3D velocity structure under GoLF’s geothermal reservoir. The results of the 3D velocity model can be used to determine the structure and phase of the fluid under GoLF geothermal field.

Keywords: Geothermal, Microseismic , TomoDD, Master Event Cross Correlation.

Abstrak: Lapangan Panas Bumi GoLF terletak di Kabupaten Solok Selatan, 150 km arah Tenggara dari kota Padang, Sumatera Barat. Kegiatan eksplorasi geologi, geokimia dan geofisika di lapangan tersebut telah dilakukan sejak tahun 2008. Beberapa survei geofisika yang telah dilakukan diantaranya survei Mikroseismik dan Magnetotel-lurik. Pemodelan struktur kecepatan gelombang seismik di lapangan panas bumi GoLF diperlukan untuk membantu mengkarakterisasi reservoir panas bumi di daerah tersebut. Penelitian ini menggunakan data hasil perekaman gempa mikro dari 36 buah seismometer yang dipasang dalam dua rentang waktu perekaman: September 2010 sampai April 2011 dan September 2012 sampai Desember 2013, dengan jumlah masing-masing kejadian yang terekam sejumlah 135 dan 2692 kejadian. Untuk memaksimalkan hasil

pick-ing waveform maka data tersebut diolah menggunakan metode Master Event Cross Correlation yang selanjutnya digunakan untuk memperbaharui data katalog sehingga didapatkan waktu tiba gelombang yang lebih akurat. Pengolahan data selanjutnya menggunakan perangkat lunak TomoDD untuk menghasilkan relokasi hiposenter dan struktur kecepatan 3D di reservoir lapangan panas bumi GoLF. Hasil dari model kecepatan 3D tersebut dapat digunakan untuk mengetahui struktur dan fase fluida yang terkandung di bawah permukaan lapangan panas bumi GoLF.

Katakunci: Geotermal, Mikroseismik , TomoDD, Master Event Cross Correlation.

1 PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya panas bumi, sekitar 40% cadangan energi geothermal dunia terletak di bawah tanah Indonesia. Saat ini, Indonesia hanya menggunakan 4-5% dari kapasitas geothermalnya. Kemen-trian Energi dan Sumber Daya Mineral Pemerintah Indone-sia menyatakan bahwa potensi energi panas bumi yang dim-iliki oleh Indonesia mencapai sekitar 28.000 MW dengan potensi sumber daya tersebar di 265 lokasi di seluruh In-donesia (Purnomo dkk., 2015).

(2)

(Sapu-Gambar 1.Persebaran gempa mikro dan stasiun di lapangan panas bumi GoLF. Bulat hijau merupakan persebaran episenter gempa mikro, segitiga terbalik berwarna biru merupakan stasiun dan bintang merah merupakan well.

tra dkk., 2013). Perekaman gempa mikro di lapangan ini dilakukan sebanyak dua rentang waktu, tahap pertama di-laksanakan pada tahun 2010 sampai 2011 dan tahap kedua pada tahun 2012 hingga 2013. Melalui survei mikroseismik diharapkan daerah yang memiliki permeabilitas yang tinggi dapat teridentifikasi.

Data gempa mikro hasil perekaman digunakan dalam pembuatan struktur kecepatan gelombang seismik 3D den-gan menggunakan Metode Tomografi Double Difference, se-belumnya dilakukan pembaharuan terhadap data katalog gempa mikro dengan menggunakan Master Event Cross Correlation agar didapatkan waktu tiba gelombang yang lebih akurat. Hasil dari rekonstruksi model kecepatan 3D dapat digunakan untuk menetnukan struktur bawah per-mukaan serta fasa fluida di reservoir panas bumi GoLF.

2 DATA DAN METODA

Penelitian ini menggunakan data waveform dalam format Reftek 301 dan data katalog gempa mikro hasil pengolahan data olehInstitute of Earth Science And Engineering (IESE)

dan internal PT Supreme Energy. Data katalog tersebut terdiri dari nomor event, koordinat hiposenter, kedalaman, magnitudo serta juga dilengkapi dengan selisih waktu tem-puh dari tiap event ke stasiun yang merekam event tersebut. Total event gempa mikro yang berhasil direkam berjumlah 2827 event, yang berasal dari dua rentang waktu survei. Survei pertama diadakan pada rentang waktu pertengahan September 2010 sampai akhir April 2011 direkam oleh 13 stasiun (135 event). Survei kedua dilakukan pada pertenga-han Oktober 2012 sampai akhir tahun 2013 dengan tujuan melihat persebaran event saat aktivitas pemboran eksplorasi dilaksanakan dan direkam oleh 23 stasiun (2692 event).

Model kecepatan 1D yang digunakan merupakan model kecepatan hasil pengolahan dari IESE. Model kecepatan

Tabel 1.Model Kecepatan 1D Layer

ini ditentukan berdasarkan distribusi event, distribusi sta-siun, metode inversi dan parameter yang digunakan. Versi ini merupakan hasil akhir perhitungan setelah optimasi dari versi sebelumnya, menggunakan algoritma genetik dan hasil perekaman data dua periode 2010-2011 dan 2012- 2013. Model kecepatan ini memiliki nilai residual yang kecil.

3 PENGOLAHAN DATA

Proses pengolahan diawali oleh proses konversi data wave-form dari wave-format Reftek menjadi wave-format .SAC menggu-nakan perangkat lunak Reftek Converter sehingga memu-dahkan dalam pengolahan data lebih lanjut. Setelah itu katalog data yang diperoleh diperbaharui dengan meng-gunakan metode Master Event Cross Correlation untuk memaksimalkan data hasil picking terdahulu. Master Event yang dipilih memiliki kualitas A dan B pemilihan tersebut berdasarkan data katalog terdahulu. Kualitas waveform A dan B ditentukan berdasarkan hasil perhitungan yang memi-liki nilai RMS kecil dari hasil picking terdahulu, serta wave-form yang berjarak dekat dengan stasiun yang merekam event tersebut. Pemilihan master event juga memperhatikan besarnya magnitudo yang dihasilkan, agar waveform yang dipilih memiliki sinyal yang jelas. Parameter yang digunakan dalam proses ini menggunakan window 0.2 s dengan setiap pergeseran sebesar 0.05 s dan dilakukan pemilihan ambang batas/threshold dengan nilai korelasi silang sebesar 0.74. Master Event Cross Correlation dilakukan pada waveform dengan kualitas A dan B sesuai data katalog pada 16 sta-siun.

Data input yang harus dipersiapkan untuk proses tomo-grafi double difference antara lain data katalog absolut, data katalog diferensial, model kecepatan Vp dan rasio Vp/Vs, serta parameter grid blok 3D. Data waktu tiba gelombang diferensial merupakan data katalog travel time yang sudah berpasangan antara satu event dengan event yang lainnya melalui program ph2dt. Parameter yang digunakan pada program ph2dt yaitu jarak maksimum antar pasangan event dengan stasiun (MAXDIST) sebesar 10 km, jarak maksi-mum antar event yang berpasangan (MAXSEP) sebesar 2 km, jumlah maksimum tetangga gempa mikro (MAXNGH) sebesar 10 jumlah minimum link yang dibutuhkan untuk mendefinisikan tetangga (MINLNK) sebesar 8 (Waldhauser, 2001).

(3)

Gambar 2.Hubungan Banyaknya Iterasi dengan nilai RMS hasil inversi.

dalam sumbu X sebanyak 17, sumbu Y sebanyak 17, dan pada sumbu Z sebanyak 15.

Dalam proses inversi TomoDD, terdapat beberapa pa-rameter penting yang perlu ditentukan yaitu bobot untuk masing-masing fasa, skema pembobotan untuk data kata-log absolut dan diferensial, dan damping. Bobot fasa yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 1 untuk fasa P dan 0,75 untuk fasa S. Bobot tersebut dipilih karena penen-tuan waktu tiba fasa S memiliki ketidakpastian yang lebih besar dibanding penentuan waktu tiba fasa P. Selanjut-nya untuk pembobotan data katalog absolut dan diferensial Zhang dan Thurber (2003) menyarankan untuk memberikan bobot yang lebih besar pada data absolut di awal inversi untuk mendapatkan struktur kecepatan di luar daerah sum-ber gempa mikro. Di akhir inversi, bobot yang lebih besar diberikan untuk data diferensial untuk memperbaiki struk-tur kecepatan di daerah sumber gempa mikro. Pada peneli-tian ini, kami menggunakan 3 skema pembobotan sebagai berikut pada awal inversi diberikan pembobotan terhadap data katalog absolut sebesar 10:1 terhadap data diferensial diikuti dengan pembobotan yang setara antara data kata-log absolut dan diferensial yaitu 1:1, dan diakhir inversi, skema pembobotan untuk data diferensial diperbesar se-hingga bobot katalog absolut dan diferensial menjadi 1:10.

Pemilihan damping pada inversi TomoDD melihat ni-lai conditional number (CND) untuk menunjukkan kestabi-lan inversi. Rentang nilai CND yang disarankan oleh Wald-hauser (2001) adalah 40-80. Nilai CND bergantung den-gan damping, sehingga nilai damping diatur sesuai denden-gan rentang CND untuk inversi yang stabil. Selain itu, jumlah dan sebaran data juga berpengaruh terhadap damping. Ni-lai CND yang digunakan sebesar 90 dan 105. Banyaknya it-erasi juga memperhitungkan besarnya RMS yang dihasilkan. Pada Gambar 2 terdapat hubungan antara banyaknya it-erasi dan nilai RMS yang turun dari 0.006 detik menjadi 0.001 detik. Perubahan nilai RMS tersebut menuju suatu nilai atau menjadi konvergen.

Pada penelitian kali ini kami menggunakan Checker-board test dan Derrivative Weight Sum untuk uji resolusi. Checkerboard test merupakan teknik untuk melihat hasil in-versi pada seluruh ruang model. Tes ini dilakukan dengan menggunakan sinar gelombang seismik dari sumber gempa mikro ke stasiun penerima dengan menggunakan data hasil pengukuran di lapangan melalui medium kecepatan sintetik. Checkerboard test yang digunakan memiliki perturbasi sebe-sar 20%, sedangkan Derrivative Weight Sum atau DWS merupakan banyaknya raypath yang melewati area tertentu. Banyaknya raypath dapat menentukan daerah interpretasi.

Gambar 3. Hasil Master Event Cross Correlation untuk fase gelombang P; sebelum dilakukan WCC (kiri), dan setelah di-lakukan WCC (kanan).

Semakin besar raypath yang melewati daerah tersebut nilai DWS akan semakin besar. Batas nilai DWS yang digunakan adalah 500 karena saat nilai 500 di daerah tersebut memi-liki daerah irisan yang sama dengan hasil Checkerboard Test yang dapat di interpretasi.

4 HASIL DAN ANALISIS

4.1 Update Catalog Data

Berdasarkan update data katalog menggunakan master event cross correlation dengan nilai threshold 0.74 maka diperoleh total fase gelombang P dan S yang di update sebe-sar 694 untuk fase P dan 771 untuk fase S. Banyaknya gelom-bang P dan S yang terupdate pada tiap stasiun tidak sama karena bergantung dari waveform tiap stasiun dan kemiri-pan sumber dengan master event. Gambar 3 merupakan perubahan picking arrival time P sebelum dan sesudah di-lakukan metode master event cross correlation, dapat dili-hat setelah dilakukan WCC picking waktu tiba gelombang P menjadi lebih baik.

4.2 Relokasi hiposenter

Pengolahan data untuk relokasi hiposenter dan struktur ke-cepatan 3D menggunakan perangkat lunak TomoDD. Secara statistik hasil relokasi gempa mikro dengan perangkat lunak TomoDD menunjukkan peningkatan jumlah gempa mikro yang memiliki nilai RMS kecil. Pada Gambar 4 terlihat his-togram RMS data katalog memiliki rentang RMS 0.01 s sam-pai 0.1 s dengan dominan 0.02 s, selanjutnya historagm RMS hasil relokasi TomoDD menunjukan rentang RMS yang se-makin kecil dan memiliki dominasi di nilai 0.01 s.

(4)

Gambar 4.Histogram perbandingan RMS catalog data sebelum relokasi (kiri) dan setelah relokasi dengan TomoDD (kanan).

Gambar 5. Hasil sebelum (kiri) dan setelah relokasi menggu-nakan TomoDD (kanan). Bulat hijau merupakan episenter gempa sebelum relokasi, bulat kuning merupakan episenter gempa sete-lah relokasi, segitiga biru terbalik merupakan stasiun, dan bintang merah merupakan sumur pemboran.

yang membentuk kluster tersebut menunjukkan bahwa ak-tivitas pemboran pada lapangan panas bumi GoLF menye-babkan terbentuknya zona lemah yang menghasilkan gempa mikro.

4.3 Uji Resolusi

Dapat dilihat bahwa pada penampang horizontal me-nunjukan resolusi baik pada kedalaman -1 km hingga 1 km dibawah permukaan laut. Hal tersebut sesuai dengan banyaknya event yang terjadi pada kedalaman -1 sam-pai 1 km disebabkan oleh adanya induced event. Sedan-gkan dibawah 2 km event yang cenderung lebih sedikit dan menyebar sehingga menyebabkan hasil kurang teresolusi.

Gambar 6.Tomogram a)Vp dan b)Vs dan pada kedalaman Z= -1, 0, dan 1 km msl. Garis hitam putus-putus merupakan overlay dengan nilai DWS 500.

Resolusi tomogram Vp lebih baik karena fasa P lebih banyak dibandingkan fasa S.

4.4 Hasil Inversi Tomografi

Penelitian ini menginterpretasikan hasil tomogram penam-pang horizontal pada elevasi -1 km sampai 1 km serta pe-nampang vertikal B-B dan 2-2. Hasil tomografi double dif-ference berupa perturbasi Vp, Vs dan nilai absolut Vp/Vs. Skala biru menunjukkan nilai Vp, Vs dan absolut Vp/Vs yang tinggi dan skala merah menunjukan nilai Vp, Vs dan absolut Vp/Vs yang rendah.

Interpretasi jenis fluida yang dilakukan mengacu pada studi literatur dari penelitian Gunasekera dkk. (2003), Wang dkk. (1990) dan Londolo dan Sudo (2002). Untuk pola-pola anomali yang muncul dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

(5)

Tabel 2.Pola Anomali Vp, Vs , dan Vp/Vs

No Vp Vs Vp/Vs Interpretasi

1 Rendah Rendah Rendah Zona tersaturasi uap

2 Rendah Rendah Tinggi Zona tersaturasi air

3 Tinggi Tinggi Rendah Mineral Drying atau clay cap 4 Rendah Rendah Rendah Old magma Body

5 Rendah Tinggi Rendah Bidang retakan

Interpretasi hasil tomogram penampang vertikal B-B dan 2-2 mengacu pada Tabel 2. Pada penampang B-B dan 2-2 Gambar 6 dapat dikategorikan menjadi beberapa area. Area 1 (garis putus-putus ungu muda) terjadi penurunan Vp dan Vs diikuti dengan Vp/Vs yang rendah merupakan zona tersaturasi uap. Area 2 (garis putus-putus kuning) ter-dapat kenaikan Vp dan Vs diikuti dengan penurunan Vp/Vs merupakan zona mineral drying atau clay cap. Area 3 (garis putus-putus ungu tua) terdapat penurunan Vp dan Vs di-ikuti dengan kenaikan Vp/Vs merupakan zona tersaturasi air. Area 4 (garis putus-putus hijau) terdapat penurunan Vp dan Vs dengan penurunan Vp/Vs dikategorikan sebagai old magma body. Area 5 (garis putus-putus abu-abu tua) terdapat penurunan Vp kenaikan Vs dan penurunan Vp/Vs belum dapat dikategorikan, hal ini membutuhkan analisis lebih lanjut untuk mengetahui interpretasi pola anomali.

Berdasarkan kedua penampang dapat diketahui bahwa terdapat zona mineral drying atau clay cap dengan kete-balan 1 km yang menebal kearah timur (Penampang 1-1) dan utara (Penampang B-B). Pada penampang B-B terda-pat zona tersaturasi uap yang berada pada kedalaman 0.5 sampai 1.5 km dan zona tersaturasi air yang dapat diaki-batkan injeksi air pada sumur X. Pada penampang 2-2 ter-dapat kehadiran zona tersaturasi air yang ter-dapat diakibatkan injeksi air pada sumur X dan Y, terdapat pula kehadiran bodi intrusi yang berada di kedalaman 0 sampai 1.5 km msl.

ntuk mempermudah pembagian area penulis membuat ilustrasi jenis fluida pada Gambar 8. Terlihat bahwa potensi zona tersaturasi uap berada pada penampang B-B bagian utara, hal ini dapat menjadi data pendukung perusahaan dalam menentukan daerah target eksplorasi selanjutnya.

Keberadaan struktur terlihat pada tomogram Vp pe-nampang B-B dan 2-2. Sesuai dengan struktur dominan yang terletak di lapangan Panas Bumi GoLF yaitu sesar Sumatra searah baratlaut tenggara (Sieh dan Natawidjaya, 2000). Dari hasil tomogram Vp B-B terlihat bahwa terdapat tunjaman struktur/bidang lemah yang memiliki dip kearah selatan.

Berdasarkan Gambar 9 dapat dibuat ilustrasi keber-adaan struktur dari kedua penampang tersebut Gambar 10. Penampang struktur dipermukaan yang memiliki arah NW-SE memiliki dip kearah selatan sesuai dengan hasil tomo-gram B-B dan 2-2. Hal ini berkaitan dengan keberadaan Sesar Sumatra pada area tersebut.

Salah satu penyebab terjadinya gempa mikro adalah kegiatan pengeboran eksplorasi pada sumur X. Gempa mikro yang terjadi pada lapangan panas bumi GoLF ter-jadi peningkatan sejak adanya kegiatan pemboran eksplo-rasi. Persebaran gempa mikro ini menjadi hal yang menarik

Gambar 7.Interpretasi jenis fluida pada Tomogram a)Vp, b) Vs, dan c)Vp/Vs untuk penampang B-B dan 2-2. Area 1 ditandai dengan garis putus-putus ungu muda, area 2 ditandai dengan garis putus kuning, dan area 3 ditandai dengan garis putus-putus ungu tua, area 4 ditandai dengan garis putus-putus-putus-putus hijau, dan area 5 ditandai dengan garis putus-putus abu-abu. Bentuk bulat kuning merupakan lokasi sumur bor, bentuk bulat berwarna putih merupakan hiposenter dan garis putus-putus hitam meru-pakan nilai DWS 500.

Gambar 8.Ilustrasi untuk interpretasi jenis fluida pada penam-pang B-B dan 2-2. Bentuk bulat kuning merupakan lokasi sumur bor.

karena memiliki distribusi gempa mikro yang berkumpul dekat dengan titik pemboran dan berfokus pada area tersebut. Kami menginterpretasikan terdapat struktur yang menyebabkan gempa mikro berkumpul pada area tersebut. Struktur tersebut membatasi gempa mikro (boundary) dan dapat dikategorikan sebagai struktur yang bersifat imper-meabel. Pada kegiatan pemboran sumur X dari 15 Desem-ber 2012 sampai 28 Januari 2013 terjadi peningkatan gempa mikro yang signifikan akibat pemboran dan tersebar pada area tertentu.

Berdasarkan IESE (2013) terdapat struktur-struktur kecil dengan arah NE-SW pada lapangan panas bumi ini hal ini dapat berkaitan dengan distribusi gempa mikro yang mengindikasikan adanya struktur. Gambar 11 menggam-barkan lokasi struktur tersebut.

(6)

Gambar 9.Tomogram a)Vp, b)Vs dan c) Vp/Vs pada penam-pang B-B dan 2-2. Garis putus-putus hijau merupakan keber-adaan struktur. Bentuk bulat kuning merupakan lokasi well, ben-tuk bulat berwarna putih merupakan hiposenter dan garis putus-putus hitam merupakan nilai DWS 500.

Gambar 10. Ilustrasi keberadaan struktur yang memiliki dip kearah selatan. Garis merah merupakan letak penampang, bidang berwarna coklat merupakan struktur. Sisi depan dan kanan ter-dapat overlay tomogram Vp penampang 2-2 dan B-B.

struktur tersebut membatasi persebaran hiposenter yang di-akibatkan oleh sumur bor X.

5 KESIMPULAN

Dari hasil pengolahan data dan interpretasinya, kami men-coba menarik kesimpulan sebagai berikut: (1) Metode Mas-ter Event Cross Correlation menghasilkan data waktu tiba gelombang yang lebih akurat. (2) Hasil relokasi hiposenter dengan metode tomografi double difference menunjukkan lokasi hiposenter membentuk kluster di sekitar sumur akibat kegiatan pemboran. (3) Pada penampang B-B dan 2-2 dike-tahui bahwa lapisan penudung atau clay cap berada dekat permukaan dengan ketebalan 1 km. Terdapat area prospek yang ditandai dengan zona saturasi uap pada penampang B-B kearah utara pada kedalaman -0.5 km sampai 1 km. Zona tersaturasi air diakibatkan karena aktifitas pemboran sumur. (4) Terdapat keberadaan struktur NW-SE yang me-nunjam ke arah selatan dibawah penampang B-B dan

struk-Gambar 11.Lokasi stuktur impermeable. Bulat kuning meru-pakan episenter gempa, segitiga biru terbalik merumeru-pakan sta-siun, bintang merah merupakan well, dan garis putus-putus hijau merupakan struktur yang bersifat impermeable.

Gambar 12.Keberadaan struktur pada penampang vertikal 1 -1 tomogram a)Vp, b) Vs, dan c) Vp/Vs. Garis hijau putus-putus merupakan keberadaan struktur.

tur yang bersifat impermeable membatasi persebaran gempa mikro saat dilakukan pemboran pada sumur X.

DAFTAR PUSTAKA

(7)

geome-chanical models to interpret storage integrity at the In Salah CCS site. Geophysical Journal International.

Gunasekara, R.C., Foulger, G.R., dan Julian, B.R., 2003.Reservoir depletion at The Geysers geothermal area, California, shown by fourdimensional seismic tomography, J. Geophys. Res., Vol. 109, No. B3, 2134.

I.J., Alfiady, Bogie, I., Nur Izati, C., Azis, H., Hadi, J., 2013.

Preliminary Geology Model of Muara Laboh : Facies and Poros-ity Assessment. Proceedings Indonesia International Geothermal Convention and Exhibition 2013.

Lees, J. M. dan H. Wu, 1999. Poissons ratio and porosity at Coso Geothermal Area, California. Journal of Volcanology and Geothermal Research, 95, 2000, 157-173.

Londono, J.M, Y. Sudo, 2002. Velocity structure and a seismic model for Nevado del Ruiz Volcano (Colombia). J. Volcano. Geotherm. Res. 119, 61-87.

Mori, J., 2008. Determination of dip direction for the 2007 Chuetsu-oki earthquake from relocation of aftershocks using ar-rival times determined by cross-correlation. Earth Planets Space, vol. 60, pp. 11171120.

R. Sanderson, J. Andrews, C. Boese dan A. Lucas, 2013. Final Basic Analysis Report On Muara Laboh Microearthquake Data for Geothermal Driling Targeting. Institut of Earth and Science Engineering.

Rosidi, H.M.D., Tjokrosapoetro, S. dan Pendowo, B., 1996. Geo-logical Map Of The Painan And Northern Part Of The Muara Siberut Quadrangle,Sumatera.Pusat Penelitan Dan Pengemban-gan Geologi

Saputra, I.J., Alfiady, Bogie, I., Nur Izati, C., Azis, H., Hadi, J., 2013. Preliminary Geology Model of Muara Laboh : Facies and Porosity Assessment. Proceedings Indonesia International Geothermal Convention and Exhibition 2013.

Schaff, D.P. dan Waldhauser, F., 2005. Waveform Cross-Correlation-Based Differential Travel-Time Measurements at the Northern California Seismic Network.Bulletin of the Seismolog-ical Society of America, vol. 95, no. 6, pp. 24462461, December 2005, doi: 10.1785/0120040221

Sieh, K dan Natawidjaja, D., 2000. Neotectonics Of The Suma-tran Fault, Indonesia. Journal Of Geophysical Research, Vol 105,No.B12, pp. 295-326.

Situmorang. J., Martikno R., Perdana A., Ganefianto, 2014. A Reservoir Simulation of the Muara Laboh Field, Indonesia, Pro-ceedings 41st Workshop on Geothermal Reservoir Engineering Stanford University, Stanford, California, 2016 SGP-TR-209. Waldhauser, F., 2001.HypoDD: A Program to Compute

Double-Difference Hypocenter Locations(hypoDD version 1.0 - 03/2001). Open File Report 01-113.

Waldhauser, F., dan W. L. Ellsworth. 2000. A double-difference earthquake location algorithm : Method and application to the Northern Hayward Fault, California. Bull. Seism. Soc., 90, 1353-1368.

Wang, Z., Batzle, Michael L., dan Nur, Amos M., 1990.Effect of different pore fluids on seismic velocities in rock, Can. J. Explor. Geophys., 26(1 dan 2), pp. 104 112.

Zhang, H., dan C. H. Thurber., 2003.Users manual for tomoDD 1.1 (double difference tomography) for determining event loca-tions and velocity structure from local earthquake and explosions, draft, University of Wisconsin-Madison.

Gambar

Tabel 1. Model Kecepatan 1D
Gambar 2. Hubungan Banyaknya Iterasi dengan nilai RMS hasilinversi.
Gambar 4. Histogram perbandingan RMS catalog data sebelumrelokasi (kiri) dan setelah relokasi dengan TomoDD (kanan).
Gambar 7. Interpretasi jenis fluida pada Tomogram a)Vp, b) Vs,dan c)Vp/Vs untuk penampang B-B dan 2-2
+2

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menganalisis hubungan antara pemasok dengan perusahaan FMCG terhadap implementasi produksi yang ramah lingkungan maka Green Supply Chain Management menjadi variabel

Terkait dengan perkembangan penggunaan lahan untuk pemukiman di Kabupaten Jember bahwa rata – rata luasan yang digunakan untuk perumahan sebesar 72,90 Ha dengan

Contohnya, asosiasi lumut dengan keong air tawar (lumut menggunakan zat hara dari keong). Keong ditumbuhi lumut menjadi perlindungan terhadap musuh-musuhnya. e) Komensalisme

Berdasarkan analisis sistem yang berjalan dan hasil wawancara terhadap Manajer Seksi Sarana & Prasarana RRI cabang Jakarta maka dapat diketahui bahwa sistem jaringan antara

Hasil survey menunjukkan bahwa tingkat pemanfaatan informasi teknologi adalah sangat tinggi untuk meningkatkan pengetahuan, sangat rendah untuk dipraktekkan, dan tinggi

[r]

Pada keterampilan taktual, siswa low vision hanya mencapai tingkat 0 saja. Siswa tersebut dapat memilih objek segiempat yang diminta berdasarkan penampilan bentuknya saja. Siswa