BAB IV
KESIKIUIiAH DAK SARAK
4.1. Kesimpulan
Di dalam perjalanan sejarahnya, proses industriali
sm si di Indonesia dapat dikatakan berlangsurg dnlarn tiga
masa, yaitu masa kolonial, masa Orde Lama dan masa Orde
Baru. Diantara ketiga masa ini, proses
industrialisasi
yang paling baik adalah yang berlangsung di dalam
masa
Orde Baru. Proses industrialisasi di masa kolonial, yang
dimulai pada awal tahun
19 3 0-an mengalami hambatan akibat
adanya pera.ng dunia kedua dan pendudukan Jepang, di masa
Orde lama proses tersebut terhambat oleh banyaknya kon-
flik-konflik politik. Baru pada masa Orde Baru,
proses
tersebut berjalan dengan relatif aman dan lancar. Jumlah
dan keragaman produk industri telah dapat berkembang di
dalam kehidupan perekonomian Indonesia dan peranan sektor
industri dalam proses pembentukan PDB tampak semakin je-
la s .
109
kegiatan ekonomi secara modern, dimans kehadiran PKA ini
dijamin dengan UU
V.o,
1tahun 1967 yang ditetapkan tang-
gsl 10 Januari 1967.
Sebagai hasil penelitian yang telah dilakukan, maka
dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. ICehadiran PMA di dalam proses industrialisasi di
masa Orde Baru memang tidak mengecewakan,
ter-cermin dengan mengalirnya produk-produk industri
dalam negri yang sebelumnya hanya dapat beredar
melalui kegiatan impor, Tetapi kenyataan
lain
menunjukkan bahwa struktur industri masih
terpu-■
sat pada barang-barang k o n s u m s i n i l a i '
tambah
sebagaian terbesar da.tang dari industri
besar
dan sedang. Terpusatnya struktur industri
pada
industri barang-barang konsumsi paling tidak
me-nunjulckan betapa ringkihnya sektor industri .
di
Indonesia- Dalam hal terpusatnya penghasil nilai
tambah dari industri besar dan sedang, sementara
industri kecil dan rumah tangga menampung
seba-gian terbesar tenaga kerja, pada dirinya
rnencer-minkan kasenjangan pembagian
pendapatan
yang
tinggi.
per-mintaan pasar itu sendiri sangat dipengaruhi oleh
pemerintah melalui kebijaksanaan - kebijaksanaan
ekonominya.
3. Perkembangan proyek-proyek PMDN dan PMA sejak P e
lita I memperlihatkan kecenderungan bahwa sebagi-
an besar (lebih dari 50 persen) investasi terse -
but diarahkan pada sektor industri pengolahan,
£alau pada Pelita I' dan II sebagian besar proyek-
proyek PMDN dan PMA meminati incLustri substitusi
impor, maka pada Pelita III dan IV c^nderung un
tuk melakukan investasi pada bidang-bidang usaha
yang memproduksi barang-barang modal, bahan baku
penolong untuk memenuhi kebutuhan industri di da
lam negri yang mempunyai skala investasi yang re-
latif lebih besar serta proyek-proyek yang
ber-
orientasi ekspor. Sedangkan lokasi dari
proyek-
proyek1
tersebut masih banyak terpusat di
pulau
Jawa,
111
beberapa komoditi primer lainnya
sebagai
awal
dari resesi dunis pada tahun 1982 sangat berpe-
ngaruh terhada.'p pertumbuhan ekonomi
Indonesia
khususnya terhadap sektor industri
pengolahan
Indonesia. Pada tahun 1982 dan 1983 pertumbuhan-
nya hanya
1,2%
dsn
2,2%
lebih rendah dari
per
tumbuhan PDB nya yang mencapai
2,2%
dan 4,2%.
5. Pertumbuhan yang tinggi pada industri pengolahan
yang mau tidak mau unsur kehadiran PMA memegang
pera.nan di dalamnya, telah -menyebabkan terjadi-
nya perubahan struktural pada ekonorni Indonesia,
dimana kontribusi sektor pertanian terhadap PDB
mengalami penurunan dari
A0%
pada. tahun
1969
menjadi 20,5% pad? tahun 1939, dan.
sebaliknya
terdapat kenaikan dalam kontribusi nilai Tambah
Bruto industri pengolahan terhadap PDB dari 7,1^
pada tahun 1969 menjadi 18,55'- pada tahun 1989.
6. Berdasarkan pengelompokan yang dilakukan
oleh
7.. Perubahah yang ter;jadi pada Nilai Tambah industri
pengolahan di indonesia dipengaruhi oleh tiga va
riabel,. yaitu variabel investasi pemerintah, in
vestasi swasta domestik ( PMDN ) dan
investasi
swasta asing ( PMA ). Dengan kata
lain
ketiga
variabel bebas tersebutsecara bersama-sama mempu-
yai peranan yang penting ( signifikan ) terhadap
variabel tidak bebasnya- Hal ini dapat dibuktikan
melalui perhitungan uji-F nya dengan menolak
H0
dan menerima hipotesa alternatif, dan nilai kae -
fisien determinasi yang cukup tinggi yaitu 85
%.
8. Investasi pemerintah berpengaruh positif terhadap
perubahan Nilai Tarabah industri pengolahan karena
dengan semakin meninkatnya investasi yang berasal
dari pemerintah maka nilai tambah yang dapat di-
hasilkan oleh industri pengolahan men^adi semakin
meningkat pula.
9. Besarnya investasi swasta domestik ( PMDN ) ber
pengaruh negatif terhadap perubahan nilai tambah
industri pengolahan. Hal ini disebabkan
banyak
dari perusahaan-perusahaan swasta domestik/dalam
negri tersebut terkait era.t dengan aparat
peme
rintah
t
l
sehingga perusahaan-perusahaan
tersebut
hampir tidak dapat dimasukkan ke dalam
kelompok
swasta. Disamping itu kebanyakan industri swasta
113
yang kebanyakan adalah sektor industri kecil dan
rumah tangga yang relatif sangat padat
karya
dengan tingkat pertumbuhan nilai
tambah
yang
juga relatif rendah.
10. Investasi swasta asing ( PMA ) berpengaruh posi
tif terhadap perubahan nilai
tambah
industri
pengolahan dalam rangka proses industrialisasi -
di Indonesia, sehingga peranan PMA bukan
hanya
sekedar pelengkap tetapi sudah begitu merasuk ke
sumsum, terutama untuk mengatasi
kekurangan -
kekurangan tenaga ahli, tehnologi, tabungan da-
lara negri dan devisa negara.
4.2. Saran - Saran
Berdasarkan kasimpulan di atas dapat
dikemukakan
beberapa saran yang dapat digunakan sebagai bahan pertim-
bangan bagi berbagai pihak yang berkepentingan,
antara
lain :
1. Dengan dikeluarkannya UU No. 1 tahun 1967 tentang
PMA diharapkan menciptakan peluang untuk mening-
katkan modal asing di Indonesia. Para
investor
asing diharapkan lebih tertarik untuk menanamkan
modalnya di Indonesia. Dengan demikian, melalui
banyaknya PMA yang masuk kita bisa mempercepat
laju pembangunan, dimana hendaknya PMA ini dia-
mampu dilaksanakan di Indonesia sehingga tidak
hanya menggali potensi ekonomi Indonesia,
te-
tapi sebaliknya memperkuat ketahanan nasional,
2. Dengan dimasukkannya unsur PMA dalam perekono-
mian nasional pada umuranya dan di sektor indus
tri pengolahan pada khususnya bukan
"berarti
dalam ;jangka panjang keberadaan mereka mendikte
perekonomian nasional, apalagi
jiika
sampai
mengurangi independensi Indonesia. Untuk
ini
pemerintah perlu mengimbanginya dengan deregu -
Iasi sektor riil yang sampai
saat ini
belum
banyak dilakukan. Dengan begitu dapat diharap -
kan kebijakan baru di sektor investasi ini mem-
berikan hasil yang optimal.
3. Industrialisasi memang memerlukan investasi yang
banyak, namun besarnya juralah
investasi
dan
jumlah proyek yang banyak tersebut
disertai
dengan adanya. ketidakme'rataan lokasi penanaman
investasi asing yang lebih banyak berlokasi di
Pulau Jawa, karena tersedianya sara'na dan pra-
sarana yang cukup untuk menunjang
kelancaran
rtida perusahaan.
Oleh karena pada hakekatnya pembangunan .ekonomi
adalah pembangunan potensi-potensi ekonomi dan
potensi-potensi tersebut terdapat di daerah
115