• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ayat tentang Angin dan Awan.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Ayat tentang Angin dan Awan.pdf"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PENAFSIRAN AYAT TENTANG POSISI ANGIN DAN AWAN

SERTA FUNGSINYA

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah: Tafsir Ayat-Ayat Kauniyah

Dosen Pengampu: H. Hanief Monady, M.Ag.

Oleh:

Ridha Fitriana (1501420950)

Siti Nursyifa (1501420952)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI

FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA

JURUSAN ILMU AL-QUR

AN DAN TAFSIR

BANJARMASIN

(2)

PENDAHULUAN

Segala yang ada di bumi dan di langit ini, sudah ada yang mengatur, yaitu Allah. Selayaknya manusia sebagai makhluk, memerhatikan ciptaan-ciptaan-Nya, beserta keseimbangan dan keteraturannya sehingga tidak terdapat cacat sedikitpun. Berbagai macam tumbuh-tumbuhan dan binatang, Allah ciptakan

untuk memenuhi keperluan hidup manusia. Allah mengirimkan angin sebagai sumber oksigen bagi pernafasan manusia, maka seharusnya manusia bersyukur.

Angin sangat berguna tidak hanya bagi manusia namun juga hewan dan tumbuhan, misalnya membantu dalam proses perkawinan tumbuh-tumbuhan dan perkembangan hewan. Angin juga mempengaruhi terhadap curah hujan, yang mana angin membantu awan dalam berkumpul dan membawanya ke berbagai tempat menurunkan hujan di tempat-tempat itu. Inilah bukti kekuasaan Allah atas setiap yang ada seluruh makhluk dan mengaturnya dengan sedemikian rupa.

Ayat-ayat kauniyah dapat membantu kita untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya. Dengan melihat keteraturan alam seharusnya manusia menyadari akan keberadaan Sang Pencipta dan Kemahakuasaan-Nya dalam mengatur seluruh urusan makhluk-Nya. Di sini pemakalah mengangkat pembahasan mengenai angin dan awan yang termuat dalam beberapa ayat. Ayat-ayat tersebut jika diurutkan sebagai berikut: Q.S. al-Baqarah/2: 164, Q.S. al-A’râf/7: 57, dan Q.S. al-Hijr/15: 22. Pemakalah memilih ayat-ayat di atas karena dianggap relevan dengan tema yang diangkat. Dalam makalah ini, diberikan penjelasan yang relevan terhadap ayat-ayat di atas yakni penafsiran ulama tafsir modern-kontemporer baik dari dalam maupun luar negeri. Adapun untuk kitab tafsir lokal ialah kitab Tafsir al-Azhar karya Hamka, dan untuk kitab tafsir dari luar ialah kitab Tafsir al-Marâghî karya Ahmad Mushthafa al-Marâghî. Dengan adanya dua

(3)

PENAFSIRAN AYAT TENTANG POSISI ANGIN DAN AWAN SERTA FUNGSINYA

A. Ayat dan Penafsiran tentang Angin dan Awan 1. Q.S. al-Baqarah/2: 164.

Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.”

a. Penafsiran dalam Tafsîr al-Marâghî

Dalam ayat ini Allah menjelaskan kepada mereka (ahl al-kitab) sebagian gejala alam ini yang menunjukkan kepada keesaan Tuhan dan sifat-sifat rahmah sebagai bukti nyata dari apa yang disebutkan dalam ayat-ayat sebelumnya.1 Di antara fenomena yang ditunjuk ayat ini ialah:





Di dalam mengendalikan arah angin ini, tentu sesuai dengan kodrat Allah dan sunnatullah yang diciptakan oleh Yang Maha Bijaksana.

(4)

Fungsinya ialah untuk mengawinkan antara serbuk jantan dan betina yang terdapat di dalam tumbuhan, yang dijelaskan di dalam firman Allah:







Ada juga jenis angin yang tidak berfungsi sebagaimana di atas, tetapi hanya untuk menggugurkan. Angin ini biasanya bertiup dari empat arah, atau satu di antara empat arah tersebut, bahkan terkadang tidak menentu. Semua ini menunjukkan kesatuan dari sumbernya dan menunjukkan kasih sayang Allah yang telah menciptakan segalanya, di samping mengatur.

Pada mendung yang berkelompok dengan ketebalannya di udara itu untuk kepentingan turunnya hujan di berbagai negara, cara turunnya pun teratur, di samping mendung itu merupakan pemandangan indah dilihat dari berbagai belahan bumi. Hal ini tentu akan bisa dirasakan oleh mereka

yang mengetahui masalah ini, atau orang yang belum pernah melihatnya.

berpikir untuk mengetahui watak dan rahasia-rahasianya. Sehingga dapat dibedakan antara yang bermanfaat dan membahayakan, di samping dapat diketahui betapa teliti dan halusnya kekuasaan Yang Maha Menciptakan semuanya ini. Akhirnya akan sampai pada kesimpulan bahwa hanya yang menciptakan semua inilah yang berhak untuk disembah dan ditaati.

(5)

ialah kitab yang berupa alam semesta. Kedua, berupa kitab yang diturunkan kepada Nabi-Nya, Muhammad saw. yaitu al-Qur’an.

Kemudian, cara untuk mengetahui masalah-masalah di atas haruslah menggunakan akal pikiran yang telah diciptakan Allah. Siapapun yang dapat mengambil pelajaran dari kedua kitab tersebut, berarti ia akan berhasil. Sebaliknya, siapapun yang berpaling, tentu akan merugi, baik di

dunia maupun di akhirat.2

b. Penafsiran dalam Tafsir al-Azhar

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi”. Satu hal yang pertama dilakukan sebagai bentuk perhatian terhadap penciptaan langit

dan bumi itu adalah dengan menghadap dan menengadah ke langit. Dari sekian banyaknya lapisan pada langit, hanya sedikit yang dapat dilihat oleh mata. Meski demikian, hal itu sudah mengagumkan. Terdapat jutaan bintang, namun hanya sedikit yang dapat dilihat manusia dan bumi adalah salah satu dari bintang tersebut. Manusia yang berada di bumi sudah merasa dirinya besar, padahal dia hanya seperti sebutir pasir di antara jutaan bintang. Suatu masa, oleh karena kagumnya manusia pada bintang membuat mereka menyangka itu adalah Tuhan. Dengan bertambahnya pengetahuan manusia tentang ilmu falak, bertambah kagum pada keteraturan di langit, semestinya akal mereka terbimbing kepada adanya yang mengatur hal tersebut.3

Di sisi lain, penciptaan bumi pun termasuk hal yang menakjubkan. Daratan di bumi hanyalah seperempat bagian, sedangkan tiga perempatnya adalah lautan. Namun, pada daratan yang hanya seperempat itu sungguh banyak rahasia kekayaan Ilahi yang terpendam dan baru beberapa yang diketahui oleh manusia. Sedangkan pada lautan yang menempati tiga perempat bumi itu juga baru beberapa yang dapat terukur diketahui

2Al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, juz 2, 37.

(6)

manusia kehebatannya. Semuanya tidaklah terjadi secara kebetulan, namun ada keteraturan dibaliknya.

“Silih bergantinya malam dan siang.” Perputaran bumi mengelilingi matahari menunjukkan adanya hitungan yang tepat, sehingga dapat membagi tahun, bulan, hari, jam, menit, dan detik. Keteraturan silih bergantinya siang dan malam itu karena keteraturan peredaran bumi

terhadap matahari, sehingga manusia dapat menerka terjadinya gerhana bulan yang akan terjadi.

“Bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia.” Sejak zaman purbakala, manusia telah mengetahui pembuatan kapal. Manusia berani membuat kapal meski sederhana, sebab manusia mengetahui tentang peredaran angin dan kegunaan laut. Dengan kapal itu manusia mengenal manusia lain meski yang berada pulau dan benua lain, lalu terjadilah hubungan antara mereka untuk saling bertukar keperluan hidup. Meski ada beribu kapal yang telah tenggelam akibat angin topan dan ombak besar, namun keinginan manusia untuk berlayar tidaklah hilang. Bahkan sekarang ada juga yang dapat terbang di udara, setelah sebelumnya sudah ada yang dapat menyelam ke dasar laut. Manusia dapat mencapai kemajuan sepesat ini sehingga dapat menghubungkan antar bagian dunia jaraknya begitu jauh. Hal ini sebab mereka diberi ilmu tentang perlayaran.

“Dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di

bumi itu segala jenis hewan.” Di sini dijelaskan manfaat air hujan yang dapat menghidupkan bumi yang telah mati. Hujan itu ada yang meresap ke bawah tanah dan akhirnya menjadi telaga. Ada pula yang mengalir

(7)

menjadi hujan lagi.4 Dengan turunnya hujan, semuanya menjadi dapat hidup, baik tumbuhan, binatang, maupun manusia. Kemudian manusia membuat irigasi, bendungan air, dan tanggul besar.

“Dan pengisaran angin.” Hal ini sekarang disebut dengan peredaran cuaca. Manusia dengan ilmunya dapat mengetahui peredaran dari timur, barat, utara, dan selatan, serta menetukan pada waktu tertentu akan

kerasnya hembusan angin, panas atau dinginnya hawa udara, dan turunnya hujan.

“Dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi.” Angin dapat dikatakan dekat dengan manusia setiap hari, sedangkan awan jauh karena ia beredar pada cakrawala yang lebih tinggi. Awan beredar dari sana ke sini, membagikan hujan, dan mempengaruhi suhu pada bumi. Bertambah modern hidup manusia, bertambah pula perhatian mereka atas pergeseran awan, terutama dalam hal penentuan penerangan pesawat di udara.

“Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” Semua hal yang telah dikemukakan Allah dalam ayat ini menyuruh manusia untuk menggunakan akalnya untuk berpikir dan merenungkan alam ciptaan-Nya, sehingga dapat mengenal Tuhan dengan adanya perhatian terhadap alam tersebut.5

2. Q.S. al-A’râf/7: 57. gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang

4Istilah proses pembentukan awan atau penguapan air laut disebut evaporasi.

(8)

tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, Maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, Mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.

a. Penafsiran dalam Tafsîr al-Marâghî

Pengertian Umum: Setelah Allah swt. menyebutkan tentang kesendirian-Nya memegang kekuasaan, kerajaan, dan mengatur alam atas maupun bawah, mengendalikan segala urusan sendirian, dan setelah Dia menyuruh kita supaya menyeru kepada-Nya dengan merendahkan diri, baik dengan suara rendah atau keras, dan melarang kita melakukan kerusakan di bumi setelah bumi itu dibuat dengan baik dan diterangkan pula kepada kita bahwa rahmat-Nya dekat kepada orang-orang yang berbuat baik, lalu dilanjutkan dengan menyebutkan beberapa macam rahmat Allah. Yaitu bahwa Allah telah mengirimkan kepada kita angin dengan segala yang dikandungnya, berupa hal-hal yang bermanfaat untuk manusia. Karena dengan perantaraan angin itu turunlah hujan yang merupakan sumber rezeki dan sebab kehidupan dari segala makhluk hidup di muka bumi. Itu semua merupakan petunjuk yang sangat besar atas

kekuasaan Allah untuk membangkitkan kembali umat manusia dan menghimpunnya.6

Penjelasan Mufradat/Kosakata:



: udara bergerak (angin). Menurut bahasa Arab, angin itu ada empat

sesuai dengan empat penjuru angin. Yaitu angin utara dan angin selatan. Kedua angin itu disebut menurut nama arah dari mana keduanya mengalir. Yang lain ialah angin saba atau angin qabul. Yang dimaksud adalah angin timur. Mereka beranggapan angin ini datang dari Nejed, sebagaimana angin selatan mereka anggap dari Yaman, sedang angin utara mereka anggap dari Syam. Yang keempat ialah angin dabur yaitu angin

(9)

barat. Adapun angin yang mengalir miring antara dua mata angin utama. Maka angin seperti itu disebut nakha’. Ar-Raghib mengatakan, setiap tempat dalam Al-Qur’an di mana Allah menyebutkan tentang dikirimkannya angin dengan lafaz mufrad, maka yang dimaksud ialah angin azab. Sedang setiap tempat, di mana Allah menyebutkan tentang

ramai maupun yang sepi. Sedang baladun mayyitun ialah tanah yang tidak bertumbuh-tumbuhan dan tidak ada rumputnya.7

Tafsiran:

Sesungguhnya Tuhanmu yang mengendalikan segala urusan makhluk itulah yang mengirimkan angin dari sisi rahmat-Nya. Maksudnya, di antara hujan–hujan dan dari sisi hujan, sedang angin itu merupakan kabar

(10)

gembira tentang akan datangnya hujan. Maka dengan angin itu Allah menyusun awan berat yang mengandung banyak air. Sehingga angin itu membawa dan mengangkat angin ke udara. Kemudian Allah pun menghalau awan itu untuk menghidupkan negeri yang mati, sawah-sawahnya tandus, tempat-tempat minumnya binasa dan penduduknya kehausan.

Dengan awan itu Kami turunkan air. Telah dibuktikan bahwa ketika udara yang dekat dengan permukaan laut atau tempat lain terasa panas karena pengaruh temperatur yang tinggi, maka membubunglah udara itu di angkasa, lalu membeku ketika sampai di daerah yang dingin. Atau karena ia bercampur dengan arus udara yang dingin. Jika udara itu menjadi dingin, uap air yang ada padanya menebal, dan terbentuklah awan. Awan timbul sebab semakin banyak uap air dalam udara di lapisan-lapisan angkasa yang tinggi. Hal ini tidaklah tetap di suatu tempat, akan tetapi berjalan pada arah horizontal terdorong oleh kekuatan angin yang jauhnya dari bumi berkisar antara satu sampai sepuluh mil, dan warnanya menjadi gelap, penuh dengan air apabila telah dekat dari permukaan bumi. Itulah yang menimbulkan hujan, karena telah berkumpulnya titik-titik air yang ada padanya, sebagian dengan sebagian lainnya. Pengaruh dingin itu membentuk titik-titik besar yang jatuh melewati sela-sela awan ke bumi

(11)

Seperti halnya kami mengeluarkan bermacam-macam tanaman dari tanah yang mati, menghidupkannya kembali dengan perantaraan air. Kami akan

mengeluarkan mereka yang telah mati, baik manusia atau lainnya, karena zat yang Maha Kuasa pula untuk mengeluarkan makhluk yang telah mati.



Mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran dari persamaan ini sehingga hilanglah anggapanmu tentang tidak mungkinnya kebangkitan.8

b. Penafsiran dalam Tafsir al-Azhar

“Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan).” Pada ayat ini angin disebut dalam bentuk jamak, yakni riyâh yangartinya banyak angin atau berbagai macam angin. Bentuk tunggalnya adalah rîh. Dipahami bahwa segala macam angin adalah pembawa berita gembira, yaitu awal dari rahmat Allah yang akan dilimpahkan kepada makhluk. Sehingga, arti ayat ini dapat diperluas menjadi segala angin yang berhembus adalah membawa berita gembira atau rahmat Allah yang akan datang kepada manusia.

Kata riyâh dan rîh itu satu pokok asalnya dengan kata rûh dan arwâh. Sehingga, kata angin atau berbagai angin itu sama artinya dengan nyawa atau berbagai nyawa. Bahkan dalam bahasa Arab yang fasih seringkali mengartikan nyawa dengan angin. Kalau tidak ada angin (udara, hawa,

atau cuaca), tidak akan ada yang namanya hidup. Nyawa adalah sebagian dari angin, atau satu pokok artinya dengan angin. Sehingga, nyawa tidak

ada kalau angin tidak ada. Uraian menurut ilmu Fisika9 atau Kimia10, bahwa udara terdiri dari oksigen11, nitrogen12, dan karbonat13, yang mana

8Al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, juz 8, 182-184.

9Ilmu tentang zat dan energi seperti panas, cahaya, dan bunyi.

10Ilmu tentang susunan sifat dan reaksi suatu unsur atau zat.

11Gas dengan rumus O2, tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau, merupakan

(12)

jika salah satu di antaranya tidak ada maka tidak ada pula yang namanya hidup di dunia ini.

“Hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah

itu.” Angin atau cuaca tadi bila telah sampai kepada puncak dinginnya, berubahlah ia menjadi uap, dari uap itu berubah menjadi gumpalan awan

yang berat dan tebal. Dari dinginnya itu, berubah menjadi air dan air itu kalau semakin meningkat dinginnya berubah menjadi salju atau es. Jika

cukup berat dalam dinginnya itu, maka turunlah hujan. Maka, jika awan telah berat, angin menghalaunya lagi ke bagian bumi yang telah mati, sehingga dengan adanya hujan dapat menghidupkan kembali bumi itu.

“Maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Dengan sebab hujan tadi, hiduplah kembali tanah yang tandus, benih-benih atau biji-biji, dan rerumputan yang tadinya kering dapat tumbuh dan berkembang. Bagian bumi yang mati ada yang masanya pendek, misalnya daerah padang rumput di negeri yang sedang dalam peralihan dari musim panas ke musim hujan. Di musim panas rumput mati menjadi hidup kembali di musim hujan. Kayu-kayuan yang gugur daun, bahkan sampai mati pada musim gugur, di musim semi setelah musim dingin, ia akan hidup kembali. Namun, ada juga yang bagian bumi yang mati dalam jangka lama, misalnya di padang pasir. Meskipun turun hujan, oleh karena sangat tandus tanahnya, hanya banjir yang dibawanya dan mengalir begitu saja ke laut. Meskipun ada yang diserap bumi, namun dia menghilang saja dalam pasir, mengendap ke bawah dan mencari jalan di bawah tanah menuju lautan. Namun, ketika manusia dapat menembus bumi dengan bor agar air itu keluar, maka ia dapat digunakan untuk

menghidupkan padang yang mati itu. Dari sini dapat dipahami begitu pentingnya hujan, ia turun ke bumi menjadi tiga macam: (1) Membasahi

12Gas tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, dan tidak beracun, dengan rumus N.

(13)

permukaan bumi seperti biasa, (2) Mengendap di gunung lalu terkumpul menjadi sungai dan mengalir, dan (3) Mengendap ke bawah tanah.

Penyebutan angin berbentuk jamak, yakni riyâh, dapat menarik perhatian orang yang berminat memperhatikan penjuru angin dan musim. Di masa sekarang, setelah ilmu pelayaran di laut dan ilmu penerbangan di udara, perhatian terhadap angin dan cuaca lebih mendalam lagi. Tidak

setiap angin membawa berita rahmat bagi setiap bagian bumi yang didiami manusia, tetapi ada di antara angin membawa gembira untuk suatu bagian

dan tidak untuk bagian yang lain. Maka, persoalan hembusan angin dan turunnya hujan itu dapat diperdalam oleh ahli pengamat cuaca. Dalam ayat ini, setelah angin berhembus, awan menjadi mendung, turun hujan, bumi menjadi hidup, tanaman berbuah, maka hendaklah manusia memikirkan

kelanjutan dari ayat, “Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran. Sehingga dapat dipahami bahwa yang demikian itu adalah perkara yang mudah bagi Allah. Hal ini juga dapat menjadi dasar bagi keyakinanmu akan adanya kiamat, dan manusia yang telah mati pun akan dihidupkan kembali.14 3. Q.S. al-Hijr/15: 22.

Artinya: “Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan

(tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya.”

a. Penafsiran dalam Tafsîr al-Marâghî

Di antara karunia dan kebaikan-Nya kepada para hamba ialah Dia mengirimkan kepada mereka angin. Hembusan angin terdiri atas beberapa macam: (1) Membawa awan, yang dengannya pula mengawinkan

(14)

pepohonan dengan hujan yang diturunkan kepadanya, lalu mengubahnya dari satu keadaan kepada keadaan yang lain dan memberinya kehidupan yang baru, yaitu ketika bunga-bunganya merekah dan dahan-dahannya berbuah, setelah sebelumnya layu dan tampak seakan mati. (2) Untuk memindahkan serbuk bunga jantan kepada bunga betina, agar mengeluarkan bunga dan buah-buahan bagi manusia. (3) Untuk

menghilangkan debu yang melekat pada pepohonan, agar makanan masuk ke pori-porinya, sehingga hal ini menjadi gerak badan bagi pohon dan

tanaman seperti gerak badannya hewan. Kemudian kami turunkan hujan dari awan mendung, lalu hujan itu kami sediakan bagi kalian untuk menyirami tanaman dan memberi minum binatang ternak kalian. Hal itu dapat meluruskan perkara penghidupan dan mengatur urusan hidup kalian, hingga waktu yang telah ditetapkan.15

b. Penafsiran dalam Tafsir al-Azhar

“Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan).” Angin dapat mengawinkan antar bunga. Tiupan angin yang halus mempertemukan mereka sehingga dapat berpadu dan menjadi buah.

“Dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya.”

Jika dibaca sepintas, ayat ini tidak akan meresep ke dalam batin. Kalau langit tidak menurunkan hujan, bagaimana manusia hidup? Kalau di zaman modern ini, dengan memutar keran air saja sudah dapat air itu memancar seberapa kita kehendaki, tetapi jika sentral air itu rusak dan berhenti mengalir, maka akan ribut penduduk kota itu dan terasa bahwa bukan kita yang menguasai air. Begitu pun kalau kemarau berkepanjangan hingga sawah menjadi kering. Adakah manusia cukup mempunyai simpanan air? Justru membuat manusia kembali menunggu belas kasihan hujan.16

15Al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, juz 14, 17-18.

(15)

B. Persamaan dan Perbedaan Penafsiran 1. Persamaan

Kedua kitab tafsir ini sama-sama bercorak adabi al-ijtimâ’î, menggunakan metode tahlîlî dengan bentuk bi al-ra’yî. Keduanya juga termasuk kitab tafsir di masa modern-kontemporer.

Dari segi penafsiran, pada Q.S. al-Baqarah/2: 164, para penafsir

sama-sama menjelaskan bahwa manusia seharusnya menggunakan akal mereka untuk memikirkan adanya keteraturan dan fenomena pada alam semesta. Di

balik keteraturan itu dapat membimbing manusia untuk mengenal adanya Sang Maha Pengatur. Selanjutnya, pada penafsiran Q.S. al-A’râf/7: 5 juga sama-sama menjelaskan tentang iman kepada hari kebangkitan.

2. Perbedaan

Dari segi latar belakang geografis pengarang tafsir, al-Marâghî berasal dari kota al-Marâghah, sebelah selatan kota Kairo.17 Sedangkan Hamka berasal dari kabupaten Agam, Sumatera Barat.18

Dari segi penafsiran ketiga ayat di atas, nilai keilmiahan tafsir lebih dominan di Tafsir al-Azhar. Kemudian, pada penafsiran Q.S. al-Hijr/15: 22, pada Tafsîr al-Marâghî lebih menekankan penjelasan fungsi angin, sedangkan Tafsir al-Azhar penekanannya pada penjelasan tentang hujan.

C. Posisi Angin dan Awan serta Fungsinya

Dalam al-Qur’an penjelasan tentang angin (rîh dan riyâh) terulang sebanyak 29 kali yang tersebar di dalam 26 surah, 21 surah Makiyyah dan 5 surah Madaniyyah. Kata rîh dalam bentuk tunggal terulang dalam al-Qur’an sebanyak 19 kali, sedangkan kata riyâh teulang dalam al-Qur’an sebanyak 10 kali.19 Penyebutan kata angin dalam bentuk tunggal (rîh) maka ia disebutkan

17Khobir Siregar, Ahmad Musthafa al-Maraghidalam http://plus.google.com/, diakses

pada 18 Maret 2018.

18Muhammad Nurdin Fathurrahman, Biografi Abdul Karim Amrullah: Ulama Reformis

Islam di Indonesia dalam http://biografi-tokoh-ternama.blogspot.co.id/, diakses pada 18 Maret

2018.

19DS Puadah, “Penafsiran Muhammad Quraish Shihab terhadap Ayat-Ayat tentang Angin

(16)

dalam konteks azab atau bencana, sedangkan jika menggunakan bentuk jamak (riyâh) maka yang dimaksud adalah rahmat.20 Contoh penyebutan angin yang bermakna azab dan awan yang tidak membaawa hujan dapat dilihat dalam Q.S. al-Ahqâf/46: 24.21

1. Posisi Angin dan Awan

Posisi angin dekat dengan manusia, sebab keberadaannya dari sana ke sini dapat dirasakan oleh manusia. Sedangkan posisi awan jauh dari manusia, sebab keberadaannya pada cakrawala yang lebih tinggi, yakni di langit.22

2. Fungsi Angin dan Awan

a. Angin membantu proses pembuahan dalam tumbuhan

Dalam perkawinan tumbuh-tumbuhan diperlukan angin yang akan membantu proses pembuahan. Tanpa angin pertumbuhan dan proses pembuahan dalam tumbuhan akan terhambat. Jadi, tidak hanya manusia yang sangat memerlukan angin, tetapi tumbuhan pun membutuhkan angin dalam membantu pertumbuhan dan perkembangannya.23

Di satu pihak ayat di atas menunjukkan kepada kita bahwa angin itu merupakan faktor penting dalam pembuahan kebanyakan jenis tanaman

dalam pengetahuan ahli-ahli botani24 zaman sekarang. Ternyata dalam

al-Qur’an telah disebutkan berabad-abad yang lalu bahwa angin berfungsi sebagai alat pembuahan. Di pihak lain, angin pun merupakan faktor penting yang mengendalikan awan. Angin menaburinya dengan nucleus

20 Sufyan Ilyas, Lafadz-Lafadz dalam al-Qur’an: Isim, Fiil, Ataf, Mufrad, Jamak,

Sinonim, Antonim dalam http://sufyanilyas.wordpress.com diakses pada 16 Mei 2018.

21M. Quraish Shihab, Mukjizat al-Qur’an: Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat

Ilmiah, dan Pemberitaan Gaib (Bandung: Mizan, 2013), 187

22Hamka, Tafsir al-Azhar, juz 2, 52.

23Ilyas dan Abu Bakar, Konsep al-Qur’an tentang Lingkungan Hidup (Pekanbaru: Suska

Press, 2008), 59.

(17)

(inti sel) dari kondensasi25 dan mengumpulkannya di angkasa menjadi hujan.26

b. Angin menggerakkan awan

Berdasarkan interaksi angin dengan awan, berikut beberapa fungsinya: 1) Menggerakkan permukaan air untuk menaikkan tetesan air di

permukaan ombak.

2) Menggerakkan awan setelah pembentukan dan penaikannya dengan mengambil uap air ke lapisan atas pada atmosfer.

3) Mengendalikan pergerakan awan secara perlahan.

4) Memisahkan awan yang membawa hujan dan mendistribusikan mereka di tempat yang berbeda.27

c. Awan menurunkan hujan

Dengan adanya angin yang membuat pergerakan antar bagian awan tebal, mengakibatkan bertambahnya jumlah uap air dalam perjalanannya.28 Setelah daya angkat pada awan melemah, terjadilah tindih-menindih. Setelah tidak mampu lagi membawa awan itu, keluarlah hujan dari celah-celah tindihan tersebut ke bagian bumi yang Allah kehendaki.29

Penelitian ilmiah menunjukkan bahwa angin berperan utama dalam terbentuknya curah hujan. Angin membantu dalam berkumpul dan naiknya awan, yang mana setelah awan itu terkumpul akan turun hujan untuk membasahi bumi. Hal ini juga tertera dalam firman Allah QS. Ar-Rum: 48:30

25Perubahan uap air atau benda gas menjadi benda cair pada suhu udara di bawah titik

embun.

26Muhammad Jamaluuddin el-Fandy, Al-Qur’an tentang Alam Semesta (Jakarta: Bumi

Aksara, 1995), 32-33.

27Yusuf al-Hajj Ahmad, Mukjizat Ilmiah di Bumi dan Luar Angkasa, terj. Putri Aria

Miranda, Noor Cholis (Solo: Aqwam, 2016), 107.

28 Shihab, Mukjizat al-Qur’an, 185.

29 Shihab, Mukjizat al-Qur’an, 188.

30Lihat el-Fandy, Al-Qur’an tentang Alam Semesta, 37.

(18)
(19)

PENUTUP

Wahyu pertama yang turun kepada Nabi Muhammad adalah perintah untuk membaca, namun tidak ditentukan objek bacaan yang harus dibaca. Maka, hal ini menunjukkan umum objek bacaan tersebut. Disamping ayat qauliyah,

terdapat pula ayat kauniyah-Nya.

Dengan memperhatikan dan mempelajari ayat-ayat kauniyah yang berada dekat di sekitar manusia, seperti angin, sampai yang berada jauh dengan manusia,

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’ân al-Karîm.

Buku:

Ahmad, Yusuf al-Hajj. Mukjizat Ilmiah di Bumi dan Luar Angkasa, terj. Putri Aria Miranda, Noor Cholis. Solo: Aqwam, 2016.

El-Fandy, Muhammad Jamaluuddin. Al-Qur’an tentang Alam Semesta. Jakarta: Bumi Aksara, 1995.

Hamka. Tafsir al-Azhar, juz [2], [8], [14]. Jakarta: Pustaka Panjimas, 2004.

Ilyas dan Abu Bakar. Konsep al-Qur’an tentang Lingkungan Hidup. Pekanbaru: Suska Press, 2008.

Al-Marâghî, Ahmad Mushthafa. Tafsîr al-Marâghî, juz [2], [8], [14]. Beirut: Dâr al-Fikr, 1946.

Shihab, M. Quraish. Mukjizat al-Qur’an: Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah, dan Pemberitaan Gaib. Bandung: Mizan, 2013.

Internet:

Fathurrahman, Muhammad Nurdin. “Biografi Abdul Karim Amrullah: Ulama Reformis Islam di Indonesia dalam http://biografi-tokoh-ternama.blogspot.co.id/, diakses pada 18 Maret 2018.

Siregar, Khobir. “Ahmad Musthafa al-Maraghidalam http://plus.google.com/, diakses pada 18 Maret 2018.

Puadah, DS. “Penafsiran Muhammad Quraish Shihab terhadap Ayat-Ayat tentang Angin dalam Tafsir al-Misbah” dalam eprints.walisongo.ac.id/, diakses pada 16 Mei 2018.

Ilyas, Sufyan. “Lafadz-Lafadz dalam al-Qur’an: Isim, Fiil, Ataf, Mufrad, Jamak, Sinonim, Antonim” dalam http://sufyanilyas.wordpress.com/, diakses pada 16 Mei 2018.

Aplikasi:

Referensi

Dokumen terkait

pada virtualisasi server menggunakan proxmox telah berhasil dilakukan yaitu dengan indikasi bahwa Virtual Machine ( VM ) telah berhasil pindah ketika salah satu

Dalam rangka memperoleh kompetensi tersebut para mahasiswa UNNES wajib mengikuti proses pembelajaran lapangan melalui kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) meliputi

Tabel 12 mengungkapkan bahwa dengan jumlah skor sebesar 70,077, maka indeks kepuasan masyarakat terhadap pelayanan perizinan dan investasi di KPPI Kota Jambi

Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan telah melaksanakan program tanggung jawab sosial perusahaan di bawah divisi khusus dibawah tanggung jawab Manajer Keuangan dan Humas

Pada musim hujan, hama dan penyakit yang sering merusak tanaman padi adalah tikus, wereng coklat, penggerek batang, lembing batu, penyakit tungro, blast, dan

Merawat anggota keluarga dengan penyakit mental dapat menyebabkan tekanan psikologis yang cukup besar dan mempengaruhi kesehatan mental anggota keluarga perempuan

Hasil penelitian: Nilai budaya pada bangunan candi Kembar Batu Muara Jambi terletak pada fungsi candi itu sendiri yang mana candi kemudian dikaitkan dengan

Based on the above, the authors are interested in doing a scientific study on effect of hydrochloric acid concentration as chitosan solvent on mechanical properties of bioplastics