• Tidak ada hasil yang ditemukan

stratifikasi sosial lapisan masyarakat (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "stratifikasi sosial lapisan masyarakat (1)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

LAPISAN MASYARAKAT (STRATIFIKASI SOSIAL)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

DOSEN PEMBIMBING :

LINDA IKA MAYASARI., M.Pd

Disusun oleh Kelompok IX :

1. ARDIANUS JUNAIDI ( )

2. ELFRIDHA ( )

3. YOHANES JORDAN ( ) 4. SITI MAESAROH (20158200029 )

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) KUSUMA NEGARA JAKARTA

2015

(2)

Puji syukur kami panjatkan pada kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan tugas makalah sosiologi dan antropologi budaya indonesia yang berjudul “STRATIFIKASI

SOSIAL” tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terimakasih pada semua pihak yg membantudan memberi masukan dalam proses penyelesaian makalah ini. Ucapan terimakasih tersebut kami tunjukan kepada :

1. Ibu Linda Ika Mayasari., M.Pd Selaku dosen sosiologi dan antropologi budaya indonesia program studi pendidikan pancasila dan kewarganegaraan STKIP kusuma negara yang telah memberikan tugas mengenai “lapisan masyarakat (strafikasi sosial)” sehingga penulisan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi kami di kemudian hari.

2. Pihak pihak yg terlibat yg tidak dapat kami sebutkan satu persatu sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik pada waktu yg tepat.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari

kesempurnaan. Seperti halnya pepatah “ tak ada gading yang tak retak “, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan yang bersifat membangun guna

kesempurnaan makalah kami selanjutnya.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.

Tangerang,10 Oktober 2015

PENYUSUN

(3)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... ii

BAB I PENDAHULUAN A . LATAR BELAKANG... 1

B . TUJUAN MASALAH... 1

BAB II PEMBAHASAN 1. PENGERTIAN STRATIFIKASI SOSIAL... 2

2. KONSEP STRATIFIKASI………... 3

3. PROSES TERJADINYA STRATIFIKASI... 4

4. SIFAT-SIFAT STRATIFIKASI SOSIAL……… 5

5. KELAS-KELAS DALAM MASYARAKAT………..……. 7

6. DASAR LAPISAN MASYARAKAT……….. 10

7. UNSUR-UNSUR STRATIFIKASI SOSIAL………... 10

8. LAPISAN YANG DISENGAJA DISUSUN……….... 12

9. MOBILITAS SOSIAL………... 13

10. PERLUNYA STRATIFIKASI SOSIAL………... 16

BAB III PENUTUP A . KESIMPULAN………...……… 17

DAFTAR PUSTAKA………... 19

(4)

A. Latar Belakang

Dalam suatu kajian dalam sosiologi ada beberapa yang harus disoroti sebagai ilmu, guna menegetahui bagaimana tingkat perkembangan manusia, mulai dari kelahiran samapai dia bersosialisasi dalam masyarakat. Manusia, masyarakat dan lingkungan merupakan fokus kajian sosiologi yang dituangkan dalam kepingan tema utama sosiologi dari masa kemasa. Mengungkap hubungan luar biasa antara keseharian yang dijalani oleh seseorang dan perubahan serta pengaruh yang ditimbulkannya pada masyarakat tempat dia hidup, dan bahkan kepada dunia secara global. Banyak sekali sub kajian dan istilah dalam sosiologi yang membahas perihal tentang, manusia, masyarakat dan lingkungan, salah satunya adalah stratifikasi sosial.

Stratifikasi merupakan karakteristik universal masyarakat manusia. Dalam kehidupan sosial masyarakat terdapat diferensiasi sosial dalam arti, bahwa dalam masyarakat terdapat pembagian dan pembedaan atas berbagai peranan-peranan dan fungsi-fungsi berdasarkan pembedaan perorangan karena dasar biologis ataupun adat. Untuk lebih detailnya, pemakalah akan memaparkan beberapa definisi maupun system, dampak dan lain sebagainya yang menguak apa yang ada dalam stratifikasi sosial.

B. Tujuan Masalah

1. Mengenal konsep statifikasi 2. Proses terjadinya stratifikasi social 3. Mengetahui sifat-sifat stratifikasi social 4. Mengetahui kelas-kelas dalam masyarakat 5. Mengetahui dasar lapisan masyarakat 6. Mengetahui unsure-unsur stratifikasi social 7. Mengetahui lapisan yang disengaja disusun 8. Mengetahui mobilitas social

9. Mengetahui perlunya stratifikasi social

(5)

1. Pengertian Stratifikasi

Stratifikasi sosial (Social Stratification) berasal dari kata bahasa latin “stratum” (tunggal) atau “strata” (jamak) yang berarti lapisan. Dalam Sosiologi, stratifikasi sosial dapat diartikan sebagai pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat. Beberapa defenisi Stratifikasi Sosial menurut para ahli:

1) Pitirim A. Sorokin

Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat (hierarki)

2) Max Weber

Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarki menurut dimensi kekuasaan, previllege dan prestise.

3) Cuber

Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai suatu pola yang ditempatkan di atas kategori dari hak-hak yang berbeda.

4) Drs. Robert. M.Z. Lawang

Sosial Stratification adalah penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu system social tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese, dan prestise.

Pemahaman antara stratifikasi sosial dan kelas sosial sering kali di samakan, padahal di sisi lain pengertian antara stratifikasi sosial dan kelas sosial terdapat perbedaan.

Penyamaan dua konsep pengertian stratifikasi sosial dan kelas sosial akan melahirkan pemahaman yang rancu. Stratifikasi sosial lebih merujuk pada pengelompokan orang

(6)

Dengan demikian, dapat saya simpulkan bahwa stratifikasi sosial merupakan

pembedaan masyarakat atau penduduk berdasarkan kelas-kelas yang telah ditentukan secara bertingkat berdasarkan dimensi kekuasaan, previllege (hak istimewa atau kehormatan) dan prestise (wibawa).

2. Konsep Stratifikasi

Anda tentunya pernah mendengar istilah S1, S2 dan S3 yang merupakan salah satu jenjang pendidikan perguruan tunggi. nah, kali ini sedikit kami bahas mengenai konsep tersebut.

Strata konsep dasarnya adalah lapisan. Stratifikasi sosial adalah

pembedaan/pengelompokan penduduk atau masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial secara bertingkat.

Perwujudan pelapisan sosial dalam masyarakat dikenal dengan istilah kelas-kelas sosial yang terdiri atas :

1. Kelas sosial tinggi (upper class) 2. Kelas sosial menengah (middle class) 3. Kelas sosial bawah (lower class)

Kelas sosial tinggi meliputi para pejabat atau penguasa dan pengusaha kaya. Kelas sosial menengah meliputi kaum intelektual, seperti dosen, peneliti, mahasiswa, pengusaha kecil, menengah dan pegawai negeri. Kelas sosial rendah merupakan kelompok terbesar dalam masyarakat yang meliputi buruh dan pedagang kecil. Pengelompokan semacam itu terdapat dalam segala bidang kehidupan dimana manusia menjalankan aktivitasnya.

3. Proses terjadinya stratifikasi

Robin William J.R. menyebutkan pokok pedoman tentang proses terjadinya stratifikasi sosial pada masyarakat, yaitu sebagai berikut.

Pertama, Sistem stratifikasi sosial mungkin berpokok pada sistem pertentanganyang terjadi pada masyarakat sehingga menjadi objek penyelidikan.

Kedua, Sistem stratifikasi sosial dapat dianalisis dalam ruang lingkup unsur-unsur, yaitu sebagai berikut:

1) Distribusi hak-hak istimewa yang objektif, misalnya penghasilan,kekayaan, keselamatan (kesehatan, laju angkakejahatan), wewenang.

(7)

3) Kriteria sistem pertentangan yaitu apakah didapatkanberdasarkan kualitas pribadi, keanggotaan kelompokkerabat, hak milik, wewenang, atau kekuasaan.

4) Lambang-lambang kedudukan, misalnya tingkah laku,cara ber pakaian, bentuk rumah, keanggotaan dalam suatuorganisasi formal.

5) Mudah sukarnya berubah kedudukan.

6) Solidaritas di antara individu atau kelompok sosial yang mendudukistatus sosial yang sama dalam sistem sosial, seperti:a) pola-pola interaksi (struktur clique dan anggota keluarga);b) kesamaan atau perbedaan sistem kepercayaan, sikap,dan nilai;c) kesadaran akan status masing-masing;d) aktivitas dalam organisasi secara kolektif.

Sedangkan dari sumber lain, proses terjadinya stratifikasi sosial, yaitu : a) Terjadi secara Otomatis atau Alamiah

Biasanya proses ini terjadi karena faktor-faktor yang dibawa individu sejak lahirnya. Contoh: kepandaian, usia, jenis kelamin, keturunan, dan sifat keaslian keanggotaan seseorang dalam masyarakat.

b) Terjadi karena Bentukan untuk Mencapai Tujuan Bersama

Biasanya dilakukan dalam pembagian kekuasaan dan wewenang yang resmi dalam organisasi formal seperti pemerintahan, partai politik, perusahaan, perkumpulan, dan angkatan bersenjata. Dalam stratifikasi ini biasanya dilakukan dengan berbagai cara, seperti upacara pelantikan, pemberian tanda/ lambang kedudukan, pemberian wewenang, dan lain-lain.

Dilihat dari sifatnya, kita mengenal dua sistem stratifikasi sosial, yaitu sistem stratifikasi sosial tertutup dan system stratifikasi sosial terbuka.

4. Sifat-sifat stratifikasi sosial

Menurut Soerjono Soekanto, dilihat dari sifatnya pelapisan sosial dibedakan menjadi sistem pelapisan sosial tertutup, sistem pelapisan sosial terbuka, dan sistem pelapisan sosial campuran.

(8)

posisi rendah tidak bisa pindah kedudukan di posisi kulit putih. 3. Feodal ; Kaum buruh tidak bisa pindah ke posisi juragan/majikan.2

2) Stratifikasi Sosial Terbuka (Opened Social Stratification) bersifat dinamis karena

mobilitasnya sangat besar. Setiap anggota strata dapat bebas melakukan mobilitas sosial, baik vertikal maupun horisontal. Contoh: 1. Seorang miskin karena usahanya bisa menjadi kaya, atau sebaliknya. 2. Seorang yang tidak/kurang pendidikan akan dapat memperoleh

pendidikan asal ada niat dan usaha.

3) Stratifikasi Sosial Campuran merupakan kombinasi antara stratifikasi tertutup dan terbuka. Misalnya, orang Bali berkasta Brahmana mempunyai kedudukan terhormat di Bali, namun apabila ia pindah ke Jakarta menjadi buruh, ia memperoleh kedudukan rendah. Maka, ia harus menyesuaikan diri dengan aturan kelompok masyarakat di Jakarta.

Dan menurut saya sifat stratifikasi sosial yang sering digunakan di daerah-daerah adalah stratifikasi sosial campuran. Faktor pendorong adanya sifat strtifikasi sosial adalah adanya diferensiasi, ras, suku, budaya/adat istiadat serta keyakinan daerah setempat dan faktor-faktor lain yang mungkin tidak disebutkan di atas.

Bagi setiap daerah pola stratifikasi sosial rata-rata sama, walaupun mungkin ada sedikit perubahan sesuai gaya hidup, sikap dari orang-orang yang berada dalam stratifikasi sosial tersebut.

5. Kelas-kelas dalam masyarakat

Dalam lingkungan masyarakat kita melihat bahwa ada pembeda-bedaan yang berlaku dan diterima secara luas oleh masyarakat. Di sekitar kita ada orang yang menempati jabatan tinggi seperti gubernur dan wali kota dan jabatan rendah seperti camat dan lurah. Di sekolah ada kepala sekolah dan ada staf sekolah. Di rt atau rw kita ada orang kaya, orang biasa saja dan ada orang miskin.

Perbedaan itu tidak hanya muncul dari sisi jabatan tanggung jawab sosial saja, namun juga terjadi akibat perbedaan ciri fisik, keyakinan dan lain-lain. Perbedaan ras, suku, agama, pendidikan, jenis kelamin, usia atau umur, kemampuan, tinggi badan, cakep jelek, dan lain sebagainya juga membedakan manusia yang satu dengan yang lain.

Beragamnya orang yang ada di suatu lingkungan akan memunculkan stratifikasi sosial (pengkelas-kelasan) atau diferensiasi sosial (pembeda-bedaan).

(9)

kebanyakan masyarakat memiliki golongan sosial , namun tidak semua masyarakat memiliki jenis-jenis kategori golongan sosial yang sama.

Berdasarkan karakteristik stratifikasi sosial, dapat kita temukan beberapa pembagian kelas atau golongan dalam masyarakat. Beberapa masyarakat tradisional

pemburu-pengumpul, tidak memiliki golongan sosial dan seringkali tidak memiliki pemimpin tetap pula. Oleh karena itu masyarakt seperti ini menghindari stratifikasi sosial. Dalam masyarakat seperti ini, semua orang biasanya mengerjakan aktivitas yang sama dan tidak ada pembagian pekerjaan.

Klasifikasi Kelas Sosial

Pembagian Kelas Sosial terdiri atas 3 bagian yaitu:

Berdasarkan Status Ekonomi.

1). Aristoteles membagi masyarakat secara ekonomi menjadi kelas atau golongan: – Golongan sangat kaya

– Golongan kaya – Golongan miskin

Aristoteles menggambarkan ketiga kelas tersebut seperti piramida: 1. Golongan Sangat Kaya

2. Golongan Kaya 3. Golongan Miskin Ket :

Golongan pertama : merupakan kelompok terkecil dalam masyarakat. Mereka terdiri dari pengusaha, tuan tanah dan

bangsawan.

(10)

Mereka terdiri dari para pedagang, dsbnya.

Golongan Ketiga : merupakan golongan terbanyak dalam masyarakat. Mereka kebanyakan rakyat biasa.

2). Karl Marx juga membagi masyarakat menjadi tiga golongan, yakni:

a). Golongan kapitalis atau borjuis : adalah mereka yang menguasai tanah dan alat produksi. b). Golongan menengah : terdiri dari para pegawai pemerintah.

c). Golongan proletar : adalah mereka yang tidak memiliki tanah dan alat produksi. Termasuk didalamnya adalah kaum buruh atau pekerja pabrik.

Menurut Karl Marx golongan menengah cenderung dimasukkan ke golongan kapatalis karena dalam kenyataannya golongan ini adalah pembela setia kaum kapitalis. Dengan demikian, dalam kenyataannya hanya terdapat dua golongan masyarakat, yakni golongan kapitalis atau borjuis dan golongan proletar.

3). Pada masyarakat Amerika Serikat, pelapisan masyarakat dibagi menjadi enam kelas yakni:

a. Kelas sosial atas lapisan atas ( Upper-upper class) b. Kelas sosial atas lapisan bawah ( Lower-upper class) c. Kelas sosial menengah lapisan atas ( Upper-middle class) d. Kelas sosial menengah lapisan bawah ( Lower-middle class) e. Kelas sosial bawah lapisan atas ( Upper lower class)

f. Kelas sosial lapisan sosial bawah-lapisan bawah ( Lower-lower class)

Ket :

Kelas sosial pertama : keluarga-keluarga yang telah lama kaya. Kelas sosial kedua : belum lama menjadi kaya

Kelas sosial ketiga : pengusaha, kaum profesional

Kelas sosial keempat : pegawai pemerintah, kaum semi profesional, supervisor, pengrajin terkemuka

Kelas sosial kelima : pekerja tetap (golongan pekerja)

Kelas sosial keenam : para pekerja tidak tetap, pengangguran, buruh musiman, orang bergantung pada tunjangan.

(11)

2. Kelas menengah berpendidikan (academic middle class) Kelas menengah ekonomi (economic middle class) 3. Kelas pekerja (workmen dan Formensclass) 4. Kelas bawah (underdog class)

Berdasarkan Status Sosial

Kelas sosial timbul karena adanya perbedaan dalam penghormatan dan status sosialnya. Misalnya, seorang anggota masyarakat dipandang terhormat karena memiliki status sosial yang tinggi, dan seorang anggota masyarakat dipandang rendah karena memiliki status sosial yang rendah.

Contoh :

Pada masyarakat Bali, masyarakatnya dibagi dalam empat kasta, yakni Brahmana, Satria, Waisya dan Sudra. Ketiga kasta pertama disebut Triwangsa. Kasta keempat disebut Jaba. Sebagai tanda pengenalannya dapat kita temukan dari gelar seseorang. Gelar Ida Bagus dipakai oleh kasta Brahmana, gelar cokorda, Dewa, Ngakan dipakai oleh kasta Satria. Gelar Bagus, I Gusti dan Gusti dipakai oleh kasta Waisya, sedangkan gelar Pande, Khon, Pasek dipakai oleh kasta Sudra.

6. Dasar Lapisan Masyarakat

Di antara lapisan teratas dengan lapisan terendah, terdapat lapisan yang jumlahnya relatif banyak. Biasanya lapisan teratas tidak hanya memiliki satu macam saja dari apa yang di hargai oleh masyarakat. Akan tetapi, kedudukan yang tinggi itu bersifat komulatif. Artinya mereka yang mempunyai banyak uang akan mudah sekali dalam mendapatkan apa yang mereka inginkan, kekuasaan, dan mungkin juga kehormatan.

Kriteria-kriteria yang biasa dipakai untuk menggolong-golongkan anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan adalah:

1. Ukuran kekayaan, 2. Ukuran kekuasaan, 3. Ukuran kehormatan,dan 4. Ukuran ilmu pengetahuan.

(12)

Hal yang mewujudkan unsur dalam teori sosiologi tentang sistem lapisan masyarakat adalah kedudukan ( status ) dan peranan ( role ). Kedudukan dan peranan merupakan unsur-unsur dalam sistem lapisan, dan mempunyai arti yang penting bagi sistem sosial. Sistem sosial adalah pola-pola yang mengatur hubungan timbal balik antar individu-individu

tersebut. Dalam hubungan timbal balik tersebut, kedudukan dan peranan individu mempunyai arti yang penting karena langgengnya masyarakat tergantung pada keseimbangan

kepentingan-kepentingan individu termaksut. Untuk gambaran yang agak lebih mendalam, kedua hal tersebut akan dibicarakan.

1. Kedudukan ( status )

Kadang-kadang di bedakan antara pengertian kedudukan ( status ) dengan kedudukan sosial ( social status ). Kedudukan di artikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Kedudukan sosial diartikan adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan dengan orang-orang lain, dalam arti lingkungan pergaulan, prestisenya, dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya. Secara abstrak, kedudukan berarti tempat seseorang dalam suatu pola tertentu.

Masyarakat pada umumnya mengembangkan dua macam kedudukan yaitu sebagai berikut:

a) Ascribed Status, yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan. Kedudukan tersebut memperoleh karena kelahiran. Pada umumnya ascribed status di jumpai pada masyarakat-masyarakat dengan sistem lapisan yang tertutup, misalnya masyarakat fiodal, atau masyarakat di mana sistem lapisan tergantung pada perbedaan rasial. Namun demikian, ascribed status tak hanya dijumpai pada masyarakat-masyarakat dengan sistem lapisan yang tertutup. Pada sistem lapisan terbuka juga ada.

b) Achieved status adalah kedudukan yang di capai oleh seseorang dengan usaha-usaha yang di sengaja. Kedudukan ini tidak diproleh atas dasar kelahiran. Akan tetapi, bersifat terbuka bagi siapa saja, tergantung pada kemampuan masing-masing dalam mengejar serta mencapai tujuan-tujuannya. Misalnya, setiap orang dapat menjadi hakim asalkan memenuhi persyaratan tertentu.

c) Kadang-kadang dibedakan lagi satu macam kedudukan, yaitu assigned status, yang

merupakan kedudukan yang di berikan. Assigne-status tersebut sering mempunyai hubungan yang erat dengan achieved status, dalam arti bahwa suatu kelompok atau golongan

(13)

2. Peranan ( role )

peranan ( role ) merupakan aspek dinamis kedudukan ( status). Apabila seseorang meleksanakan hak dan kewajibanya sesuai dengan kedudukanya, dia menjankan suatu peranan. Pembeda antara kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu

pengetahuan.keduanya tidak dapat di pisah-pisahkan karena yyang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. Tak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan. Sabagai mana halnya dalam kedudukan, peranan juga mempunyai dua arti. Setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hal itu sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang perbuatnya bagi masyarakat serta kesempata-kesempatan apa yang di berikan oleh masyarakat kepadanya. Pentingnya peranan adalah karna ia mengatur prilaku seseorang. Peranan menyebabkan seseorang pada batass-batas tertentu dapat meramalkan perbuatan-perbutan orang lain hubungan-hubungan sosial yang ada dalam masyarakat merupakan hubungan antara peranan-peranan individu dalam masyarakat. Peranan juga di atur oleh norma-norma yang berlaku.

Peranan yang melekat pada seseorang harus di bedakan dengan posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat yaitu social position merupakan unsur statis yang menunjukan tepat individu pada organisasi masyarakat.

Peranan mencakup tiga hal, yaitu nsebagai berikut;

a) Peranan meliputi norma-norma yang di hubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.

b) Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat di lakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

c) Peranan juga dapat di katakan sebagai prilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

8. Lapisan yang Sengaja Disusun

Di mana telah diterangkan bahwa ada lapisan yang sengaja disusun, dalam suatu organisasi formal oleh mereka yang berwenang untuk itu. Secara panjang lebar hal itu disusun oleh Chester F. Barnard dalam karangannya yang berjudul The Function of Status Sistem. Menurut Barnard, sistem pembagian kedudukan pada pokoknya diperlukan secara mutlak agar organisasi dapat bergerak secara teratur untuk mencapai tujuan yang di niatkan oleh para penciptanya.

(14)

1) Perbedaan kemampuan individu. Kemampuan khusus yang di miliki seseorang dan di akui oleh masyarakat menyebabkan yang bersangkutan memiliki kedudukan tertentu.

2) Perbedaan-perbedaan yang menyangkut kesukaran-kesukaran untuk melakukan bermacam-macam jenis pekerjaan.

3) Perbedaan kepentingan masing-masing jenis pekerjaan.

4) Keinginan pada kedudukan yang formal sebagai alat sosial atau alat organisasi. 5) Kebutuhan akan perlindungan bagi seseorang.

9. Mobilitas Sosial ( Social Mobility )

1) Pengertian Umum dan jenis-jenis Gerak Sosial

Gerak sosial atau social mobility adalah suatu gerak dalam struktur sosial ( social strukture ) yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial mencangkup sifat-sifat hubungan antara individu dalam kelompok dan hubungan antara individu dengan kelompoknya.

Tipe-tipe gerak sosial yang prinsipil ada dua yaitu, gerak sosial horizontal dan gerak sosial vertikal. Gerak sosial harizontal merupakan peraliahan individu atau objek-objek sosial lainnya yang sederajat. Contohnya adalah seseorang yang beralih kewarganegaraan beralih pekerjaan yang sederajat atau mungkin juga peralihan, atau gerak objek-objek sosial. Gerak sosial vertikal adalah sebagai perpidahan individu atau objek sosial dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan yang lainnya, yang tidak sederajat. Sesuai dengan arahnya, maka terdapat dua jenis gerak sosial yang vertikal, yaitu yang naik ( social climbing ) dan yang turun ( social sinking ).

 Gerak sosial vertikal naik mempunyai dua bentuk utama yaitu:

a. Masuknya individu-individu yang mempunyai kedudukan rendah ke dalam kedudukan yang lebih tinggi dari kedudukan tersebut telah ada.

b. Pembentukan suatu kelompok baru, yang kemudian di tempatkan pada derajat yang lebih tinggi, dari kedudukan individu-individu pembentuk kelompok tersebut.

 Gerak sosial vertikal yang menurun mempunyai dua bentuk utama yaitu:

a. Turunnya kedudukan individu ke kedudukan yang lebih rendah derajatnya.

(15)

2) Tujuan Penelitian Gerak Sosial

Para sosiologi meneliti gerak sosial untuk mendapatkan keterangan-keterangan perihal keteraturan dan kekuasaan struktur sosial. Para sosiologi mempunyai perhatian yang khusus terhadap kesulitan-kesulitan yang secara relatif di dalami oleh individu-individu dan kelompok-kelompok sosial dalam mendapatkan kedudukan yang terpandang oleh masyarakat dan yang merupakan objek dari suatu persaingan.

Dalam sistem lapisan terbuka, kedudukan yang hendak di capai, tergantung pada usaha dan kemampuan si individu. Memang benar bahwa anak seorang pengusaha misalnya mempunyai peluang yang lebih baik dan lebih besar dari pada anak seorang tukang sapu jalan. Akan tetapi, kedudukan dalam masyarakat tidak menutup kemungkinan bagi anak tukang sapu untuk memperoleh kedudukan yang lebih tinggi dari kedudukan yang semula di punyainya. Bahkan sebaliknya, sifat terbuka dalam sistem lapisan dapat mendorong dirinya untuk mencapai kedudukan yang lebih tinggi dan lebih terpandang dalam masyarakat,. Namun, kenyataanya tidak seideal itu. Dalam masyarakat selalu ada hambatan dan

kesulitan-kesulitan, misalnya birokrasi, biaya, kepentingan-kepentingan yang tertanam dengan kuat,dan lain sebagainya.

3) Beberapa Prinsip Umum Gerak Sosial Yang Vertikal

Gerak sosial horizontal seperti pindah pekerjaan yang sederajat, perpindahan penduduk ( urbanisasi, transmigrasi, dan lain sebagainya ), bukan di bicarakan dengan panjang lebar. Bukan karena sengaja terebut tidak penting, tetapi karena gerak sosial vertikal lebih penting untuk dijadikan landasan bagi pembangunan. Prinsip-prinsip umum yang sangat penting bagi gerak sosial vertikal adalah sebagai berikut:

a. Hampir tak ada masyarakat yang sifat sistem lapisan mutlak tertutup, dimana sama sekali tak ada gerak sosial yang vertikal.

b. Berapapun terbukanya sistem lapisan dalam suatu masyarakat, tak mungkin gerak sosial yang vertikal dilakukan dengan yang sebebas-bebasnya. Paling tidak banyak akan ada hambatan-hambatan. Apabila proses gerak sosial termasuk dapat dilakukan dengan sebebas-bebasnya, tak mungkin ada stratifikasi sosial yang menjadi ciri tetap dan umum dari setiap masyarakat. c. Gerak sosial vertikal yang umum berlaku bagi semua masyarakat tak ada. Setiap masyarakat

mempunyai ciri-ciri sendiri bagi gerak sosialnya yang vertikal.

(16)

e. Berdasarkan bahan-bahan sejarah, khususnya dalam gerak sosial vertikal yang di bedakan faktor-faktor ekonomis, politik dan pekerjaan, tak ada kecendrungan yang kontinu perihal bertambah atau berkurangnya laju gerak sosial

4) Saluran Gerak Sosial Vertikal

Menurut Paritim A. Sorokin, gerak sosial vertikal mempunyai saluran-saluran dalam masyarakat. Proses gerak sosial vertikal melalui saluran tadi disebut social circulation. Saluran yang terpenting adalah angkatan bersenjata, lembaga keagamaan, pendidikan, organisasi politik, ekonomi dan keahlian.

Angkatan bersenjata memainkan peranan penting dalam masyarakat dengan sistem militerisme, atau yang berada dalam keadaan perang, baik melawan musuh dari luar maupun perang saudara.

Lembaga keagamaan merupakan salah satu saluran penting dalam gerak sosial vertikal. Setiap ajaran agama menganggap manusia mempunyai keadaan sederajat. Untuk mencapai tujuan tersebut, pemuka-pemuka agama bekerja keras untuk menaikan kedudukan orang-orang dari lapisan rendah dalam masyarakat.

Lembaga pendidikan seperti sekolah, pada umumnya merupakan saluran kongkrit gerak sosial yang vertikal. Bahkan sekolah-sekolah dapat di anggap sebagai social elevator yang bergerak dari kedudukan-kedudukan yang paling rendah ke kedudukan yang paling tinggi. Kadang-kadang di jumpai dimana sekolah-sekolah tertentu hanya dapat di masuki oleh golongan-golongan masyarakat yang tertentu, misalnya dari lapisan atas, atau dari suatu ras tertentu. Sekolah-sekolah yang demikian bila dapat di masuki oleh lapisan yang rendah akan menjadi saluran gerak sosial yang vertikal.

Organisasi politik seperti partai politik dapat memberi peluang besar bagi para anggotanya untuk naik dalam pertanggaan kedudukan. Apabila ia mempunyai kemampuan beragitasi, berorganisasi, dan sebagainya. Pada masyarakat yang demokratis dimana lembaga pemilihan umum memegang peranan penting dalam pembentukan kepemimpinan,

organisasi-organisasi politik mempunyai peranan yang sama, walaupun dalam bentuk yang lain.

(17)

tinggi. Gejala ini juga di jumpai pada masyarakat tradisional, yang sering di hubungkan dengan upacara-upacara adat yang harus di lakukan.

10. Perlunya Sistem Lapisan Masyarakat

Manusia pada umumnya bercita-cita agar ada perbedaan kedudukan dan peranan dalam masyarakat itu tidak ada. Akan tetapi, cita- cita tersebut selalu akan tertumbuk pada kenyataan yang berlainan. Setiap masyarakat harus menempatkan individu-individu pada tempat-tempat tertentu dalam struktur sosial dan mendorong mereka untuk melaksanakan kewajiban-kewajibannya sebagai akibat penempatan tersebut. Dengan demikian, masyarakat menghadapi dua persoalan. yaitu, menempatkan individu-indiiduu tersebut, dan mendorong agar mereka melaksanakan kewajibannya.

Apabila semua kewajiban selalu sesuai dengan keinginan si individu, dan sesuai pula dengan kemampuan-kemampuannya dan seterusnya, persoalannya tak akan selalu sulit untuk di laksanakan. Akan tetapi kenyataan bukanlah demikian. Kedudukan dan peranan tertentu sering memerlukan kemampuan dan latihan-latihan tertentu. Pentingnya kedudukann dan peranan tersebut juga tidak selalu sama. Maka, tak akan dihindarkan bahwa masyarakat harus menyediakan beberapa macam sistem pembalasan jasa sebagai pendorong agar individu mau melaksanakan kewajiban-kewajjibannya yang sesuai dengan posisinya dalam masyarakat. Dengan demikian, mau tidak mau ada sistem lapisan masyarakat karena gejala tersebut sekaligus memecahkan persoalan yang di hadapi masyarakat yaitu penempatan individu dalam tempat-tempat yang tersedia dalam struktur sosial dan mendorongnya agar

(18)

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

Lapisan masyarakat ( stratifikasi sosial ) adalah perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat ( secara hierarkis ).

Kelas-kelas dalam lapisan masyarakat ada tiga yaitu: a) Kelas atas.

b) Kelas menengah. c) Kelas bawah.

Sistem lapisan masyarakat terjadi karena dua hal yaitu: 1) Terjadi dengan sendirinya.

2) Terjadi dengan seengaja di susun untuk mengejar tumpuan bersama.

Pedoman untuk meneliti pokok-pokok terjadinya proses lapisan dalam masyarakat: a. Pada sistem pertentangan yang ada dalam masyarakat, sistem demikian hanya mempunyai

arti khusus bagi masyarakat-masyarakat tertentu. b. Sistem lapisan dapat di analisis dalam arti-arti:

 Distribusi hak-hak istimewa yang objektif seperti misalnya penghasilan, kekayaan, dan keselamatan.

 Sistem pertanggaan yang di ciptakan oleh para warga masyarakat.

 Kriteria sistem pertentangan dapat berdasarkan kualitas pribadi, keanggotaan kelompok kerabat tertentu, milik, wewenang atau kekuasaan.

 Lambang-lambang kedudukan, seperti tingkah laku hidup, cara berpakaian, perumahan, keanggotaan pada suatu organisasi dan selanjutnya.

 Mudah sukar bertukar kedudukan.

(19)

Sifat sistem lapisan dalam suatu masyarakat dapat bersifat tertutup ( closed social stratification ) dan dapat bersifat terbuka ( open social stratification )

Kelas sosial ( social class ) adalah semua orang dan keluarga yang sadar akan kedudukannya di dalam suatu lapisan, sedangkan kedudukan mereka itu diketahui serta di akui oleh

masyarakat.

Beberapa pendapat mengenai kelas sosial

Kurt B. Mayer, istilah kelas digunakan untuk lapisan yang berdasarkan atas unsur-unsur ekonomis, sedangkan lapisan yang berdasarkan atas kehormatan kemayarakatan di namakan kelompok kedudukan ( status group ).

Mex Weber, membuat perbedaan antara dasar-dasar okonomis dan dasar-dasar kedudukan sosial, dan tetap menggunakan istilah kelas bagi semua lapisan. Adanya kelas yang bersifat ekonomis di baginya lagi dalam kelas yang bersandarkan atas pemilikan tanah dan benda-benda, serta kelas yang bergerak dalam bidang ekonomi dengan menggunakan kecakapannya. Adanya golongan yang mendapatkan kehormatan khusus dari masyarakat dan di namakannya stand.

Joseph Schumpeter, terbentuknya kelas didalam masyarakat karena di perlukan untuk menyesuaikan masyarakat dengan keperluan-keperluan yang nyata, akan tetapi makna kelas dan gejala-gejala kemasyarakatan lainnya hanya dapat di mengerti dengan benar apabila di ketahui riwayat terjadinya.

Defenisi lain dari kelas sosial adalah berdasarkan beberapa kriteria tradisional, yaitu: 1) Besar jumlah anggota-anggotanya.

2) Kebudayaan yang sama, yang menentukan hak-hak dan kewajiban-kewajiban warganya. 3) Kelanggengan.

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Soekanto soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers, 1990. http://ssbelajar.blogspot.com/2013/02/sifat-sifat-stratifikasi-sosial.html

Referensi

Dokumen terkait

Tujuh titik di antaranya dilakukan di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Palung, 6 titik pada kawasan hutan penyangga yang terdiri dari 4 titik daerah hutan lindung serta 2

Sifat penting dari suatu agregat baik agregat kasar maupun agregat halus adalah kekuatan hancur dan ketahanan terhadap benturan yang dapat mempengaruhi ikatannya dengan pasta

Bahasa tersebut sejak lama digunakan sebagai bahasa perantara (lingua franca) atau.. Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Profesional C 5 bahasa

Kelurahan Kekalik Jaya adalah kawasan di Kota Mataram yang terdapat banyak industri rumah tangga pengrajin olahan kedelai berupa tahu. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh

Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan ter- hadap cakupan persalinan ditolong tenaga kesehatan terlatih (Pn) di Kabupaten/Kota

masalah, Tetapi pendapat ini tidak sepenuhnya benar karena banyak penderita alergi  batuk saat tidur siang atau di kantor dengan AC yang sangat dingin tidak timbul gejala

Materi berupa modul yang disajikan kepada kelompok eksperimen dengan bercetak warna dan kelompok kontrol bercetak hitam putih ternyata tidak memberikan pengaruh terhadap short

Namun homogenitas pengguna layanan e- banking dilihat dari demografi tersebut diduga menjadi salah satu faktor penye- bab mengapa persepsi mereka terhadap kualitas