CITEE 2010
ISSN: 2085-6350
PROCEEDINGS OF
CONFERENCE ON
INFORMATION TECHNOLOGY
AND ELECTRICAL ENGINEERING
Yogyakarta, 20 July 2010
SESI NASIONAL
DEPARTMENT OF ELECTRICAL ENGINEERING
AND INFORMATION TECHNOLOGY
Conference on Information Technology and Electrical Engineering (CITEE) Yogyakarta, 20 July 2010
Department of Electrical Engineering and Information Technology, Faculty of Engineering Gadjah Mada University
ORGANIZER
Advisory Board
Tumiran (UGM)
Lukito Edi Nugroho (UGM)
Anto Satrio Nugroho (BPPT)
Son Kuswadi (PENS)
General Chair
Risanuri Hidayat
Steering Committee
Adhi Susanto (UGM)
Hamzah Berahim (UGM)
Thomas Sri Widodo (UGM)
Dadang Gunawan (UI)
Mauridhi Heri Purnomo (ITS)
Yanuarsyah Harun (ITB)
Anto Satrio Nugroho (BPPT)
Son Kuswadi (PENS)
Organizing Chairs
Bambang Sutopo
Widyawan
F. Danang Wijaya
Budi Setiyanto
Suharyanto
Sri Suning Kusumawardhani
Bimo Sunarfri Hantono
Program Chairs
Astria Nur Irfansyah
Yusuf Susilo Wijoyo
Igi Ardiyanto
Publication Chair
Enas Duhri
Finance Chair
Eny Sukani Rahayu
M. Isnaeni BS
Secretariats
Avrin Nur Widyastuti
Lilik Suyanti
Technical Program Committee
Ryuichi Shimada (Tokyo Institute of Technology Japan)
Martin Klepal (Cork Institute of Technology, Ireland)
Maarten Wyen (Antwerp University, Belgium)
David Lopez Perez (University of Bedfordshire, London, UK)
Martin Koubek (Cork Institute of Technology, Ireland)
Paulus Insap Santosa (Gadjah Mada University)
T. Haryono (Gadjah Mada University)
Litasari (Gadjah Mada University)
Samiadji Herdjunanto (Gadjah Mada University)
Sujoko Sumaryono (Gadjah Mada University)
CITEE 2010 Yogyakarta, 20 July 2010 ISSN: 2085-6350
Table of Contents
Inner Cover i
Organizer ii
Foreword iii
Schedule iv
Table of Contents v
KEYNOTE
1. Key #1
Ministry of National Education, Republic of Indonesia
Innovative Power Switch Named MERS for Renewable and Power Saving Applications 1
2. Key #2
Prof. Ryuichi Shimada Tokyo Institute of Technology
Indoor Localization and Navigation for Pervasive and Sensor-Based Computing Environment
11
3. Key #3
Widyawan
Dept. of Electrical Engineering and Information Technology, Gadjah Mada University
TEKNIS
Comparison Analysis Policing Traffic and Shaping Traffic For Management Traffic on TCP/IP Network
21
1. I-Bdg
#21
Lita Lidyawati, Lucia Jambola
Desain dan Implementasi Sistem Komunikasi Data Rencana Penerbangan Untuk Kepentingan Identifikasi Sasaran Berbasis Web Online
29
2. I-Yog
#21
Panca Prawira, Arwin Datumaya Wahyudi Sumari
Kualitas Website Pemerintah Daerah di Indonesia Sebagai Media Pendukung Penyelenggaraan Pemerintahan yang Terbuka dan Partisipatif
33
3. I-Yog
#22
Puguh Prasetya Utomo
Aplikasi Facebook untuk Sistem Monitoring Billing Warnet Berbasis Web Menggunakan Jaringan Internet Telkom Speedy
42
4. I-Ugm
#21
Ardi Rahman, Harry Yuliansyah, Risanuri Hidayat
Sistem Peningkatan Mutu Minyak Transformator Berdasarkan Tegangan Tembus Pada 1BBT01
46
5. P-Jkt
#21
A.Sofwan, A.Priyono, dan I.Setiawan
Evaluasi Unjuk Kerja Multirate-GPC Controller 51
6. P-Bdg
#21 Ali Mashar
Analisa Gangguan Simultan Hubungan Paralel-Paralel Pada Sistem Tenaga Listrik 56
7. P-Jbr
#21 Triwahju Hardianto
Pengaruh Sinyal Injeksi Harmonisa Orde Ketiga Terhadap Kinerja Motor Induksi Tipe Volt/Hertz
61
8. P-Smg
#21
Leonardus H. Pratomo
Sistem Manual MPPT – Inverter Sebagai Interface Antara PV dan Beban 65
9. P-Smg
#22 Ari Hardwin S., Slamet Riyadi
Strategi Kontrol Kecepatan dan Torsi Motor Arus Searah Tanpa Sikat (MASTS) 69
10. P-Ugm
#21 Hidayat, Sarjiya, Sasongko, P.H, Suharyanto
Relationship between Contact Angle and Stoichiometry Value On Epoxy Resin Polymer Insulating Materials
76
11. P-Ugm
#22
Nurlailati, Abdul Syakur, Sarjiya, Hamzah Berahim
ISSN: 2085-6350 Yogyakarta, 20 July 2010 CITEE 2010
Studi Penempatan Kapasitor Pada Jaringan Distribusi Radial Menggunakan Algoritma Genetika
80
12. P-Ugm
#23
Yuli Asmi Rahman, Soedjatmiko, Sarjiya
Aplikasi Programmable Logic Controller dan Microcontroller sebagai Induction Generator Controller pada Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro
85
13. P-Ugm
#24
Cahyo Tri Wibowo, Suharyanto, M. Isnaeni B.S.
Studi Pengaruh Pemasangan PLTS Gamping terhadap Analisis Aliran Daya Jaringan Distribusi 20 KV Penyulang GDN-3
89
14. P-Teti
#21
F. Danang Wijaya, Bazel Amadani, Avrin Nur Widiastuti
Pemrosesan Sinyal Gyroscope 3-Axis Menggunakan Modifikasi Algoritma Quaternion 93
15. S-Bgr
#21 Wahyu Widada
Desain dan Uji Performasi Kontroler PID yang Ditala dengan Algoritma Genetika Berbasis ITAE pada Pengaturan Posisi Motor DC Servo
97
16. S-Mlg
#21
Muhammad Aziz Muslim, Goegoes Dwi Nuswantoro, Jefri Wijaya
Aplikasi Interval Type-2 Fuzzy PIPD Untuk Optimal Load Frequency Control Pada Sistem Tenaga Listrik Dua Area
103
17. S-Sby
#21
Mochamad Avid Fassamsi, Muh. Budi R. Widodo, Muhammad Abdillah, Rio Indralaksono, Imam Robandi
Ultrasonic Level Transmitter Berbasis Mikrokontroler ATmega8 107
18. S-Sby
#22 Thiang, Indra Permadi Widjaja, Muliadi Tedjotjahjono
Karakterisasi Variasi Spasial Temporal Sel Hujan di Surabaya 112
19. S-Sby
#23 Sis Soesetijo, Achmad Mauludiyanto, Gamantyo Hendrantoro
Pengujian Karakteristik Resistansi Sensor Gas Dari Bahan Polimer 116
20. S-Kds
#21 Budi Gunawan, Muchammad Rivai, Hendro Juwono
Kendali On-Off Peralatan Elektronik Menggunakan PC dengan Komunikasi Serial RS-485 122
21. S-Smg
#21 Hendra Wiraatmaja
Maximum Power Point Tracker pada Photovoltaic Module dengan Menggunakan Fuzzy Logic Controller
126
22. S-Smg
#22
Ade Rinovy Dwi Rusdi, Leonardus Heru Pratomo, Yulianto Tejo
Pemanfaatan Mikrokontroler Tipe AT89S52 Sebagai Pengendalian Daya Maksimum Pada Sistem Photovoltaic
131
23. S-Smg
#23
Dedy Adi Saputra, Leonardus Heru Pratomo, Yulianto Tejo
PLL sebagai Modem FM 135
24. S-Smg
#24 Frisca Dina Desita, FX. Hendra Prasetya
Metode Pengendali Daya Panel Surya dengan Kendali Adaptif 141
25. S-Smg
#25 Eridanus Abdi Samudera, Leonardus Heru Pratomo,T. Brenda Chandrawati
Analisis Penerapan Automatic Solar Tracker pada Pemasak Surya (Solar Cooker) Tipe Konsentrator PSC 2009b
145
26. S-Pwk
#21
Priswanto, Ropiudin, Hari Prasetijo
Kajian Voice Traffic Dalam Upaya Meningkatkan Layanan Public Swithced Telephone
Network Mabesau
151
27. S-Yog
#21
Cahya Heru Setiawan, Arwin Datumaya Wahyudi Sumari
Desain dan Implementasi Sistem Pengaman Via Saluran Telepon Berbasis Mikrokontroler AT89S51
159
28. S-Yog
#22
Rudi Setiawan
Department of Electrical Engineering and Information Technology, Gadjah Mada University
CITEE 2010 Yogyakarta, 20 July 2010 ISSN: 2085-6350
Analisis Data EEG pada Beberapa Kondisi menggunakan Metode Dekomposisi dan Korelasi berbasis Wavelet (Dekorlet)
163
29. S-Yog
#23
Agfianto Eko Putra, Catur Atmaji
Identifikasi 4/16/64 QAM Berdasar jarak Simbol dan Berdasar PAPR 168
30. S-Ugm
#21 Ristyandani1,Anugerah Galang P, Budi Setiyanto, Litasari
Implementasi Pengirim OFDM Pada FPGA Xilinx Spartan-3E 173
31. S-Ugm
#22 Adi Mahmud Jaya Marindra, Risanuri Hidayat, Astria Nur Irfansyah
Aplikasi Logika Fuzzy Teroptimasi untuk Meminimalkan Pengaruh Derau pada Segmentasi Adaptif Citra Medis
179
32. S-Teti
#21
Indah Soesanti, Adhi Susanto, Thomas Sri Widodo, Maesadji Tjokronegoro
Segmentasi Citra Adaptif Berbasis Logika Fuzzy Teroptimasi untuk Analisis Luasan Kelainan pada Citra Medis
185
33. S-Teti
#22
Indah Soesanti, Adhi Susanto, Thomas Sri Widodo, Maesadji Tjokronegoro
Perancangan Kedok Spektrum dan Penyama Kanal OFDM pada FPGA Menggunakan VHDL
190
34. S-Teti
#23
Astria Nur Irfansyah, Budi Setiyanto, Hidayat Azza Lazuardi
Kajian
Voice
Traffic
Dalam Upaya Meningkatkan Layanan
Public Swithced Telephone Network
Mabesau
Cahya Heru Setiawan, Arwin Datumaya Wahyudi Sumari
Departemen Elektronika, Akademi Angkatan Udara Jl. Laksda Adisutjipto, Yogyakarta – 55002
cayheru@yahoo.co.id, arwin91aau@gmail.com, arwin91@aau.ac.id
Abstract— Improving service of telecommunication system, in this case the PSTN (Public Switched
Telephone Network) system of Indonesian Air Force’s
Headquarter will always need informations about voice traffic which is served by that network. Not only in past but also growth possibly in the future.The traffic condition today can be categorized as busy traffic and this make communication operational is
pursued. That’s why an analize about traffic
condition in order to determine an ideal number of channel so that will be able to perform
communication operational’s requirement is needed
by Indonesian Air Force’ Headquarter. Traffic calculation process.From the result of calculation
process, it’s known that the level of service today is
pertained at low level with 5 channels capacity and the mount of the call density during busy hour is high. After through the calculation process by Rekursif
formula and also Delphi 7 program it’s expressed the
ideal number of channel are 10.
Keywords- formula rekursif, GoS, PSTN, voice traffic
I. PENDAHULUAN
Satuan Komunikasi dan Elektronika Markas Besar Angkatan Udara (Satkomlek Mabesau) yang memberikan pelayanan komunikasi dilengkapi dengan fasilitas sentral telepon otomatis Public Access Branch Exchange (PABX) yang melingkupi pelayanan komunikasi seluruh personil jajaran Mabesau yang berjumlah hampir dua ribu orang. Pada kenyataannya, dengan begitu banyaknya permintaan sambungan komunikasi terutama sambungan interlokal mengakibatkan trafik percakapan semakin meningkat dan akhirnya berdampak pada lambatnya pelayanan karena keterbatasan fasilitas yang tersedia. Dengan lambatnya pelayanan tersebut akan mengurangi kelancaran operasional kegiatan Mabesau.
Didasarkan pada permasalahan padatnya trafik percakapan di Satkomlek Mabesau, dalam makalah ini akan disampaikan kajian voice traffic dengan menggunakan teori Rekayasa Trafik. Tujuan penelitian adalah mengevaluasi trafik telepon di Satkomlek Mabesau, menentukan jumlah kanal sesuai dengan derajat pelayanan atau Grade of Service (GoS) yang ideal dan
membuat perangkat lunak analisa voice traffic berbasis Delphi 7. Penelitian dalam makalah ini dibatasi pada obyek sentral telepon Satkomlek Mabesau, dengan fokus pada trafik percakapan telepon yakni lalu lintas percakapan ke luar sentral telepon Satkomlek yang terdiri dari Saluran Langsung Jarak Jauh (SLJJ), Saluran Langsung Internasional (SLI) dan telepon genggam, di jajaran TNI AU dan instansi lain yang terkait pada saat jam dinas 07.00-15.00 WIB.
II. LANDASAN TEORI
A. Konsep Dasar Trafik
Trafik telepon secara umum didefinisikan sebagai
agregat panggilan telepon pada suatu kelompok saluran trafik atau trunk yang berhubungan dengan waktu pendudukan dan jumlah panggilan. Trafik dapat juga diartikan sebagai okupansi (pendudukan) fasilitas transmisi dan penyambungan (switching) dari jaringan telepon selama proses berlangsungnya hubungan. Satuan trafik disebut Erlang, yang menunjukkan besarnya pendudukan satu sirkit atau saluran trafik selama satu jam. Formula trafik itu direkomendasikan dan
disahkan secara internasional melalui
Telecommunica tion Sta nda rdiza tion Sector of the Interna tional Telecommunications Union (ITU-T) dalam Recommenda tion E.520. Secara umum dalam sistem telekomunikasi Public Switched Telephone Network (PSTN) terdapat tiga jenis trafik, yaitu :
Offered traffic (trafik yang ditawarkan).
Carried traffic (trafik yang dimuat).
Lost traffic (trafik yang hilang).
Selain ketiga jenis aliran trafik tadi, trafik dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tipe sebagai berikut :
Incoming traffic.
Pada dasarnya semua perhitungan yang berkenaan dengan trafik harus terlebih dahulu diketahui seberapa
CITEE 2010 Teknis ISSN: 2085-6350
besar trafik yang dilayani selama periode waktu tertentu. Inilah yang disebut dengan volume trafik. Pengertian volume trafik adalah jumlah atau seberapa lama waktu pendudukan/pemakaian kanal dalam waktu tertentu yang dinyatakan oleh (1).
Setelah diketahui jumlah volume trafik, berikutnya yang diperhitungkan adalah intensitas trafik, yakni jumlah (lamanya) waktu pendudukan per satuan waktu (waktu pengamatan) atau bisa didefinisikan sebagai ukuran pendudukan saluran trafik rata-rata yang dinyatakan dalam Erlang. Intensitas trafik dinyatakan oleh (2).
T V
A
dengan V : volume trafik dan T : waktu pengamatan.
Mean Holding Time merupakan rata-rata waktu pendudukan dalam kanal pada kurun waktu pengamatan atau volume trafik (V) dibagi dengan jumlah pendudukan (n) yang dinyatakan oleh (3).
keterkaitan dengan jumlah panggilan (pendudukan) per satuan waktu (C).
Dalam sistem telepon, peralatan switching memegang peranan. Oleh karena itu kuantitas suatu peralatan switching akan dapat mengatasi besar trafik selama jam sibuk. Untuk dapat merencanakan hal yang demikian, maka dipilih satu jam dari 24 jam yang lalu lintasnya tertinggi. Sedang periode waktu selama 60 menit (1 jam) yang merupakan selang waktu selama 24 jam dimana harga intensitas trafik paling besar disebut jam sibuk.
C. Grade of Service GoS)atau Derajat Pelayanan
Pada saat jam sibuk ada kemungkinan terjadinya hubungan gagal (loss call) karena hubungan yang dilakukan melebihi kapasitas kanal yang disediakan.
Grade of Service (GoS) atau Derajat Pelayanan
menyatakan perbandingan dari hubungan yang ditawarkan atau ukuran panggilan yang gagal yang diijinkan selama jam sibuk. Oleh karena itu penting untuk memilih jam sibuk yang menghasilkan GoS yang memuaskan. Ketika kemacetan menjadi besar dan GoS menjadi tidak memuaskan, pengelolaan jaringan akan diaplikasikan
untuk menghasilkan GOS yang dapat diterima pelanggan. Derajat pelayanan (B) dapat dihitung menggunakan (4).
jumlah panggilan yang gagal B
jumlah panggilan yang ditawarkan
Rumusan di atas menyatakan bahwa GoS merupakan keandalan untuk melakukan hubungan. Bila GoS rendah maka keandalan tinggi karena kemungkinan gagal kecil, demikian pula sebaliknya.
D. Sistem Kongesti Trafik dan Loss System
Sistem kongesti trafik adalah suatu keadaan dimana semua kanal trafik dalam keadaan sesak/penuh yang disebabkan pendudukan kanal secara serempak. Bisa dikatakan sistem kongesti trafik sama dengan sistem kegagalan trafik. Bila jumlah kanal trafik yang tersedia terbatas maka tidak semua saluran trafik yang ditawarkan akan dilayani. Pelayanan terhadap trafik yang ditawarkan pada saat terjadi kongesti tergantung pada sistem operasi. Pelayanan terhadap call-call yang datang pada saat terjadi kongesti tergantung kepada sistem operasi dari perangkat yang ada. Sistem operasi manajemen trafik pada saat terjadi kongesti dapat dibedakan dalam tiga model, yaitu :
Sistem Rugi/Loss (Loss Call Cleared).
Sistem Tunggu/Delay(Lost Call Delay).
Sistem Tahan/Simpan (Loss Call Held).
Ketiga model penanganan trafik tersebut didasarkan atas asumsi formula trafik. Asumsi dari formula trafik yang berkaitan dengan model operasi penanganan trafik adalah jumlah sumber panggilan dan distribusi waktu pendudukan. Dalam makalah ini dibahas operasi penanganan trafik dengan sistem rugi, dengan asumsi bahwa jumlah user yang dapat mengakses saluran trafik tidak dibatasi sementara jumlah saluran trafik yang tersedia terbatas dan waktu pendudukan mengikuti distribusi eksponensial atau konstan.
Call-call yang menemui kondisi kongesti akan ditolak dan hilang dari sistem (rejected call). Analisa secara matematik pada sistem rugi digunakan asumsi-asumsi sebagai berikut :
(1) Pure-chance Traffic. Kedatangan panggilan dan
terminasi panggilan merupakan kejadian acak saling bebas (independent).
(2) Statistical Equilibrium. Pembangkitan trafik
merupakan proses acak stasioner yaitu probabilitas tidak berubah selama periode pengamatan
(3) Full Availability. Setiap panggilan yang datang
dapat dihubungkan dengan trunk yang bebas (berkas sempurna).
(4) Panggilan yang menemui kongesti ditolak.
Pada loss system bila semua kanal sibuk maka panggilan yang datang tidak dilayani dengan segera akan langsung diputus oleh sentral dan user mendapat nada sibuk. Keadaan ini sering disebut sebagai loss system
ISSN: 2085-6350 Teknis CITEE 2010
atau blocking system, permintaan hubungan akan dilayani jika kanal bebas.
E. Konsep Jaringan Telepon PSTN
Istilah PSTN adalah jaringan telepon umum menggunakan kabel. Jumlah sambungan PSTN di Indonesia pada akhir tahun 2006 berkisar antara 9 juta (tidak termasuk Fixed Wireless). Pada awalnya PSTN hanya digunakan sebagai jaringan pembawa (bearer
Network) untuk layanan suara dan faximile. Namun
dalam perkembangannya PSTN digunakan sebagai layanan pembawa data kecepatan rendah (X.25 – 9,6 kbps) dan data narrow band (maksimum 64 kbps). PSTN juga diperkaya dengan adanya Supplementary Services seperti Call Waiting, Call Forwarding, Three Party dan
Value Added Services (VAS) serta layanan Intelligent
Network (Free Call, Premium Call, Unicall).
Dalam perkembangan terakhir, PSTN mengalami evolusi menjadi Integrated Services Digital Network (ISDN) dan Asymmetric Digital Subscriber Line (ADSL) seperti Speedy. Meskipun saat ini sudah mengalami perkembangan teknologi, Satkomlek Mabesau sebagai satuan kerja yang bertanggung jawab atas operasi komunikasi di lingkungan Mabesau masih menggunakan PSTN sebagai jaringan utama komunikasi TNI AU. PSTN memiliki karakteristik utama diantaranya adalah akses saluran analog berkisar antara 300-3.400 Khz, hubungan sirkitnya switched duplex dan ukuran bandwidth sebesar 64 Kbps.
III. PARAMETER-PARAMETER UNTUK KOMPUTASI
ANALISA VOICE TRAFFIC
Sentral telepon Satkomlek Mabesau sejak awal tahun 2005 menggunakan PABX tipe Ericsson MD 110 seri BC 12 buatan Swedia. Jenis PABX ini bekerja dengan digital
switching dan teknik transmisi. Karakter tipe MD 110
terdiri dari beberapa modul dan sangat fleksibel dalam operasionalnya. PABX ini secara perangkat keras memiliki dua bagian utama yaitu Line Interface Modul (LIM) dan Group Switch (GS). LIM mempunyai kemampuan sistem kontrol dan switching sendiri. Dapat juga bekerja sebagai PABX otomatis ataupun sebagai bagian yang terintegrasi dalam sistem yang besar, sedangkan GS digunakan untuk menghubungkan beberapa LIM, GS ini dibutuhkan pada saat ada tiga atau lebih LIM yang harus dihubungkan.
A. Perhitungan Manual Data Trafik
Salah satu kendala utama dalam pengambilan data, adalah data yang tersedia dalam Computer Control PABX Satkomlek Mabesau tidak dapat disalin dengan alasan kerahasiaan data. Namun data trafiknya sudah dapat diakumulasikan saat pengambilan data. Langkah-langkah proses perhitungan data trafik secara manual adalah sebagai berikut :
(1) Data print-out pada Gambar 1, dipisahkan antara panggilan lokal dan interlokal.
(2) Data trafik interlokal dibagi menjadi 8 bagian waktu. Tiap waktu terdiri dari 1 jam mulai dari
pukul 07.00 s/d 15.00 WIB. Kurun waktu ini diambil sebagai acuan karena jam dinas berkisar pada waktu tersebut. Di luar waktu tersebut trafik telepon datanya sangat minim jadi dianggap diabaikan.
(3) Dilakukan penghitunagn lamanya panggilan/ pendudukan selama 1 jam. Karena banyaknya data maka diperlukan ketelitian dalam menjumlahkan lamanya panggilan yang rata-rata berdurasi menit. Perhitungan tiap jam tersebut dilakukan terhadap 90 nomor ektensi yang memiliki fasilitas interlokal dan dilaksanakan selama empat bulan (Juli s/d Oktober). Proses yang cukup lama inilah yang dinamakan menghitung volume trafik.
(4) Selain menghitung lamanya panggilan selama 1 jam, diperhitungkan pula jumlah pendudukan panggilan. Untuk perhitungan ini hanya merekam jumlah panggilan keluar tujuan interlokal saja selama 1 jam tanpa memperhitungkan lamanya panggilan.
(5) Setelah diketahui jumlah volume trafik (V) dalam satuan menit, berikutnya dikonversikan menjadi Intensitas Trafik (A) dengan cara membagi volume trafik dengan 60 menit untuk memperoleh data berupa intensitas trafik dengan satuan Erlang.
Gambar 1. Salah satu sampel print-out data trafik pada bulan Juli 2008.
B. Parameter Trafik PSTN
Berdasarkan data trafik yang dihitung secara manual diperoleh nilai volume trafik (V), intensitas trafik (A) dan jumlah pendudukan. Angka-angka yang sudah dihasilkan
CITEE 2010 Teknis ISSN: 2085-6350
diolah dan dikategorikan ke dalam beberapa parameter trafik PSTN sebagai berikut :
1) Seizure per Circuit per Hour (SCH): SCH adalah
jumlah/lamanya pendudukan (seizure) dari suatu kanal PSTN dalam waktu satu jam (jam sibuk) yang Apabila hasil pengukuran data diperoleh nilai di atas 24, hal ini menunjukkan tingkat kepadatan panggilan dalam menduduki kanal pada jam sibuk cukup tinggi, demikian pula sebaliknya jika nilai SCH di bawah 24.
2) Mean Holding Time per Seizure (MHTS): MHTS
adalah waktu pendudukan rata-rata untuk setiap panggilan pada suatu kanal dan dinyatakan oleh (6).
TCxT
MHTS Sz
dengan TC : trafik yang dilayani, T : waktu pengamatan (60 menit) dan Sz : seizure (volume trafik).
MHTS ini digunakan untuk mengetahui tingkat efektivitas panggilan pada kanal. Jika MHTS panjang maka panggilan dikatakan efektif atau menghasilkan pulsa. Tapi jika MHTS pendek maka menunjukkan adanya gangguan pada kanal, yang bisa disebabkan oleh perilaku user atau gangguan oleh sentral. Tolok ukur dari MHTS ini sebesar 1,5 menit sesuai standar.
3) Occupancy Circuit (OCC): OCC adalah waktu
pendudukan kanal dalam waktu satu jam dan dinyatakan oleh (7).
OCC Beban trafik dalam Erlangx100% Jumlah saluran
OCC digunakan untuk mengetahui tingkat penggunaan kanal. Jika OCC tinggi maka penggunaan saluran sangat efisien, demikian juga sebaliknya. Nilai standarnya adalah sebesar 60% untuk jumlah kanal kurang dari 20, apabila dalam pengukuran nanti dihasilkan persentase di bawah 60% berarti tingkat penggunaan kanal kurang efisien, demikian juga sebaliknya.
4) Grade of Service (GoS): GoS atau Derajat
Pelayanan didefinisikan sebagai persentase set-up panggilan yang diijinkan yang disebabkan kongesti (kesesakan trafik). Dalam sistem PSTN, nilai GoS maksimal 2% sesuai dengan standar ITU. Semakin kecil GoS maka akan memberikan performansi sistem jaringan dengan kualitas pelayanan yang baik. Untuk mengetahui jumlah saluran trafik yang idealnya harus disediakan menggunakan formulasi (8). dikenal dengan formula Rekursif. Rumus ini berguna untuk menghitung jumlah kanal yang diinginkan sesuai dengan nilai GoS yang ditetapkan dan nilai A (intensitas trafik yang diperoleh dari pengukuran data) dengan program komputer yang dimulai dari n = 0 E0(A) = 1,
maka untuk harga A tertentu dapat dihitung E1(A) dan
selanjutnya E2(A), E3(A),….. dst sampai dengan harga N
yang diinginkan (tanpa perhitungan pangkat) sesuai dengan GoS yang diinginkan.
IV. ANALISA VOICE TRAFFIC
Satkomlek Mabesau memiliki kapasitas 1000 satuan sambungan telepon (sst), sedangkan ekstensi yang terpasang saat data diambil sejumlah 712 sst dengan office code 021870xxxx. Untuk hubungan lokal Jabodetabek semua ekstensi diaktifkan dengan jumlah kanal sebanyak 25. Untuk hubungan interlokal jumlah ekstensi yang diaktifkan hanya 90 sst dengan jumlah kanal sebanyak lima. Dengan jumlah personel sekitar duaribu orang dan jumlah satuan kerja sebanyak 36 satuan yang terbagi dalam lima gedung utama, kondisi yang demikian sangatlah berlawanan dengan minimnya fasilitas layanan komunikasi yang hanya memiliki lima kanal outgoing.
Dari data teknis dapat dianggap bahwa sumber trafik adalah tak terbatas, karena jumlah populasi sumber (terpasang 712 sst) jauh lebih besar jika dibandingkan dengan jumlah kanal pelayanan yang menghubungkan ke sentral (25 kanal). Namun yang dianalisa pada makalah ini adalah jumlah populasi sumber sebanyak 90 sst dengan jumlah kanal pelayanan interlokal sebanyak lima. Dengan demikian dapat diasumsikan distribusi kedatangan user adalah Poisson dan distribusi waktu pelayanannya (holding time) adalah eksponensial negatif.
A. Analisa Data
Gambar 2 hingga Gambar 6 adalah grafik-grafik data trafik dan grafik intensitas percakapan telepon yang diambil pada bulan Juli s/d Oktober 2008.
Gambar 2. Grafik Intensitas trafik bulan Juli 2008.
ISSN: 2085-6350 Teknis CITEE 2010
Gambar 3. Grafik Intensitas trafik bulan Agustus 2008.
Gambar 4. Grafik Intensitas trafik bulan September 2008.
Gambar 5. Grafik Intensitas trafik bulan Oktober 2008.
Gambar 6. Grafik trafik (jam sibuk) selama 4 bulan.
Selama waktu empat bulan tersebut saluran yang tersedia dan aktif sebanyak 25 saluran. Namun yang dianalisa dalam tugas akhir ini hanya lima saluran yang disediakan untuk saluran outgoing. Dari data yang diperoleh terlihat bahwa intensitas trafik percakapan telepon sangat padat terjadi rata-rata pada pukul 10.00 s/d 11.00 WIB. Ini berarti jam sibuk aktifitas operasi komunikasi di Satkomlek Mabesau terjadi pada pukul 10.00 s/d 11.00 WIB, sehingga waktu tersebut dijadikan acuan untuk memperhitungkan parameter unjuk kerja trafik.
1) SCH
274 5 54,8
seizure SCH
jumlah saluran
Nilai seizure didapat dari data volume trafik pada jam sibuk 10.00 s/d 11.00 WIB, diperoleh nilai sebesar 274 pada bulan Agustus. Dengan jumlah saluran sebanyak 5 saluran, diperoleh nilai SCH sebesar 54,8. Nilai ini berada di atas tolok ukur yang ditetapkan yakni sebesar 24. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah pendudukan di saluran banyak, sehingga tingkat kepadatan panggilan dalam menduduki saluran pada jam sibuk cukup banyak.
2) MHTS
4, 57 60 274 1, 0007
traffic carried
MHTS xT
seizure
x
menit
Nilai traffic carried didapat dari data intensitas trafik paling sibuk yaitu pada bulan Agustus yaitu sebesar 4,57 Erlang. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai MHTS sebesar 1,0007 menit. Nilai ini menunjukkan bahwa waktu pendudukan dalam kanal cukup singkat, karena lebih kecil dari tolok ukur yang ditetapkan sebagai standar internasional yaitu 1,5 menit. Yang berarti pula efektivitas panggilan pada kanal termasuk kurang efisien.
3) OCC
100%
4, 57 100% 5
91, 4%
tra ffic ca rried
OCC x
jumla h sa luran x
Nilai traffic carried diambil dari data bulan Agustus pada saat jam sibuk yaitu sebesar 4,57 Erlang dan jumlah kanal interlokal sebanyak 5. Dari hasil pengukuran diperoleh OCC sebesar 91,4% yang menunjukkan bahwa penggunaan kanal sangat efisien berdasarkan tolok ukur yang ditetapkan adalah sebesar 60%. Berarti pula beban trafik pada tiap kanal relatif tinggi. Ini dimungkinkan
CITEE 2010 Teknis ISSN: 2085-6350
juga karena jumlah kanal yang minim sehingga pada saat jam sibuk persentase penggunaan kanal sangat tinggi.
Dari data trafik dan penjelasan pada analisa sentral, maka trafik yang ada terutama pada periode sibuk memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
a. Karena panggilan seolah-olah acak (random) maka tingkat kedatangan mengikuti distribusi Poisson.
b. Tingkat pelayanan mengikuti distribusi eksponensial.
c. Disiplin pelayanan yang ada adalah First Come First Served (FCFS), atau panggilan yang masuk lebih awal akan dilayani lebih dulu.
d. Kapasitas sistem sama dengan jumlah maksimum kanal pelayanan.
e. Kedatangan panggilan adalah tidak terbatas.
Dengan demikian sistem trafik yang berlaku di Satkomlek Mabesau dapat direpresentasikan oleh (9).
(M/M/C) : (FCFS/N/~)
B. Analisa GoS Secara Iterasi Manual
Dari data trafik diperoleh nilai intensitas trafik yang paling tinggi (jam sibuk) adalah 4,57 Erlang. Nilai ini akan dimasukkan ke dalam perhitungan untuk menentukan nilai GoS saat ini maupun jumlah kanal yang ideal dengan menggunakan rumus Erlang B atau formula Rekursif. Untuk itu digunakan data Intensitas trafik (A) sebesar 4,57 Erlang dan jumlah kanal saat ini (n) sebesar 5. Rumus yang digunakan adalah rumus Erlang B yang
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa GoS sebesar 25% dari jaringan sistem PABX di Satkomlek Mabesau saat ini termasuk rendah, karena dapat diartikan bahwa dalam setiap melakukan 4 kali panggilan kemungkinan mengalami kegagalan sebanyak 1 kali. Nilai GoS ini sangat jauh dari tolok ukur atau standar ITU yang ditetapkan yaitu sebesar 0,02 atau 2%.
Dalam makalah ini GoS yang diinginkan adalah sebesar 2%, atau dalam setiap 100 kali panggilan kemungkinan mengalami kegagalan panggilan sebanyak dua kali. Dengan nilai GoS sebesar 2% dan intensitas trafik (A) sebesar 4,57 Erlang akan ditentukan jumlah kanal dengan menggunakan formula Rekursif pada (12).
1
Proses perhitungan dimulai dengan kondisi awal n = 1 dan Eo =1 kemudian dimasukkan nilai A = 4,57 ke dalam formula Rekursif, dan seterusnya dilakukan proses iterasi sampai dengan didapatkan nilai En lebih kecil atau sama dengan B (GoS) yaitu sebesar 0,02. Hasil komputasi secara manual diperlihatkan pada Tabel I.
TABLE I. HASIL KOMPUTASI UNTUK ANALISA GOS 0,0114264708 sudah memenuhi batas GoS yang diinginkan yakni En 0,02 . Dengan demikian dapat diketahui bahwa jumlah kanal yang seharusnya disediakan oleh Satkomlek Mabesau agar mampu memberikan layanan optimal adalah sebanyak 10 kanal.
C. Analisa GoS Dengan Perangkat Lunak Berbasis
Borland Delphi 7
Program analisa GoS berbasis Borland Delphi 7 ini digunakan sebagai pembanding hasil komputasi untuk analisa GoS secara iterasi manual. Bagan alir perangkat lunak analisa trafik diperlihatkan pada Gambar 7. Tampilan program analisa trafik tersebut dan proses analisa yang dilakukan serta hasil-hasil komputasi diperlihatkan pada Gambar 8 hingga 11.
ISSN: 2085-6350 Teknis CITEE 2010
Gambar 7. Bagan alir program analisa trafik.
Gambar 8. Tampilan awal program analisa trafik.
Gambar 9. Tampilan informasi nilai parameter komputasi dan formula rekursif.
Dengan menekan tombol ‘Hitung’ proses komputasi untuk memperoleh jumlah kanal ideal berdasarkan nilai GoS yang dipersyaratkan dengan menggunakan formula rekursif mulai berjalan. Hasil komputasi diperlihatkan pada Gambar 11 dengan hasil akhir jumlah kanal ideal adalah 11.
Gambar 10. Jendela untuk melihat data trafik dari bulan Juli – Oktober 2008.
Dengan demikian sama halnya dengan proses perhitungan menggunakan rumus Rekursif dengan cara iterasi manual, proses perhitungan menggunakan program analisa trafik berbasis Borland Delphi 7 juga menghasilkan nilai yang sama yakni n = 10. Hal ini berarti jumlah kanal ideal yang harus disediakan sesuai dengan kepadatan trafik saat ini adalah 10 kanal outgoing interlokal.
Gambar 11. Tampilan proses komputasi untuk memperoleh nilai GoS terbaik dan jumlah kanal ideal pada jam sibuk.
Apabila kedua proses tersebut dibandingkan, proses perhitungan menggunakan program komputer lebih mudah dan tidak membutuhkan waktu yang lama. Oleh karena itu, perangkat lunak analisa trafik ini dapat diaplikasikan di jajaran TNI AU yang memerlukan peningkatan pelayanan operasi komunikasi sesuai dengan karakteristik satuannya.
V. KESIMPULAN
Model operasi trafik dari sistem PSTN Satkomlek Mabes TNI AU adalah sistem Loss atau Blocking. Dengan kata lain sistem ini tidak mempunyai ruang tunggu, sehingga model trafik yang berlaku adalah :
(M/M/C) = (FCFS/N/~)
Bila jumlah saluran pelayanan adalah 5 dan jumlah maksimum dalam sistem adalah 5 maka model trafiknya adalah :
(M/M/5) = (FCFS/5 /~)
CITEE 2010 Teknis ISSN: 2085-6350
Dari hasil analisis dan perhitungan diperoleh SCH sebesar 54,8 yang menunjukkan bahwa sudah melebihi standar yang ditetapkan oleh ITU-T yakni 24, sehingga kondisi jaringan dikategorikan padat. Namun dengan nilai MHTS = 1,0007 menit menunjukkan bahwa waktu pendudukan dalam saluran cukup singkat, karena lebih kecil dari tolok ukur yaitu 1,5 menit. Ini berarti pula efektivitas panggilan pada saluran kurang efisien. Nilai OCC = 91,4% menunjukkan penggunaan saluran sangat padat karena tolok ukur yang ditetapkan adalah sebesar 60%. Ini juga menandakan beban trafik pada tiap saluran relatif tinggi. Kondisi riil sekarang ini dengan intensitas sebesar 4,57 Erlang dan jumlah saluran sebanyak 5 saluran, maka GoS yang dihasilkan sangat tinggi yaitu 25% yang berarti tingkat pelayanan rendah, nilai ini jauh dari standar yang ditetapkan yakni maksimal 2%. Ini menunjukkan bahwa setiap melakukan usaha panggilan sebanyak 4 kali, kemungkinan mengalami kegagalan sebanyak 1 kali.
Dari hasil perhitungan jumlah kanal menggunakan formula rekursif, dengan GoS yang diinginkan sebesar 2% dan intensitas sebesar 4,57 Erlang, baik dengan secara iterasi manual maupun dengan bantuan
program komputer, dihasilkan fakta bahwa GoS optimal akan diperolah dengan menggunakan 10 kanal komunikasi pada jam padat.
REFERENSI
[1] J.E. Flood, Telecommunications Switching, Traffic and Networks, Prentice-Hall, Inc., 1994
[2] ITU-D Study Group 2, Handbook Teletraffic Engineering, Telecommunication Development Bureau, 2003
[3] J. R. Boucher, Voice Teletraffic System Engineering, Artech House Inc., 1998.
[4] L. Lee, An Introduction to Telecommunication Traffic Engineering, Alta Telecommunication Int. Ltd., Canada. [5] MADCOMS, Pemrograman Borland Delphi 7, Yogyakarta :
Andi Offset, 2006.
[6] P.H. Smale, Sistem Telekomunikasi I edisi 2, Jakarta : Erlangga, 1996.
[7] PT. Sakagraha, Training Program Operation and Maintenance MD 110 Ericsson PABX System, 2005.
[8] PT. Telkom Indonesia, Petunjuk Pelaksanaan Manajemen Trafik di PT. Telkom, 2001.
[9] PT. Telkom Indonesia, Pelatihan Dasar Trafik, 1994.
[10] R. Parkinson, Tra ffic Engineering Techniques in Telecommunica tions, Infotel System Corp.
[11] A. Siemens, Telephone Traffic Theory, Tables and Charts, Federal Republic of Germany, 1981.
ISSN: 2085-6350 Teknis CITEE 2010