Kerinduanku bermuara di atas sajadah
bukan,,,!! Ternyata rindu itu dialami oleh seluruh kalangan dan golongan manusia. Sungguh takjub, karena dari dampak kerinduan yang dialami oleh seseorang itu, dapat menghasilkan banyak akibat dan mendorong serta memotivasinya untuk melakukan hal-hal yang dapat menghantarkannya kepada titik kepuasan, hingga kerinduanya dapat terbayar atau terpenuhi.Rindu merupakan hasil daripada rasa perhatian, kepedulian, kasih sayang dan kecintaan, yang akan terpancar jelas dari raut muka seseorang bilamana sedang merasakan kerinduan. Rindu condong sekali dari akibat cinta, katanya kalo rindu itu berarti cinta,,, hemm emang iya yah??... Lalu cinta apa sih??... yuk kita bahas... menurut Al-Buthy cinta adalah kebergantungan hati kepada sesuatu sehingga menyebabkan kenyemanan di hati saat berada di dekatnya atau perasaan gelisah saat berada jauh darinya.
Rindu juga merupakan sebuah gejolak jiwa yang terjadi dalam diri setiap manusia. Gejolak jiwa itu biasanya banyak terjadi pada saat mendengarkan lagu-lagu yang dinyanyikan dengan suara yang merdu, akan membangkitkan perasaan rindu, rasa gembira, dan rasa sedih. Sumber gejolak jiwa itu adalah masa lalu ketika Allah menyatakan “Bukankah aku Rabb kalian?” kepada ruh kita, ketika masih berada di dalam kandungan, sebagaimana Allah berfirman:
Kemudian ruh kita ini secara terus menerus merindukan masa-masa itu. Hanya saja keterbatasan diri kita untuk memahami hakikat perasaan tersebut, dengan tidak ada bahasa atau lemahnya kata-kata yang bisa mengungkapkan perasaan rindu itu, demi mengungkap perasaan ruh. Saat ruh kita ini mendengarkan suara-suara merdu, yang terjadi adalah gejolak rindu sebagai bentuk ungkapan jiwa. Dan hingga ketika bahasa dan kata-kata dengan segala macam penjelasannya tidak bisa mengungkapkan perasaan jiwa, maka gejolak itulah bentuk ungkapannya.
Lalu apa korelasinya dengan sajadah yang dituliskan penulis pada judul ini??.. sajadah merupakan sarana beribadah, alas sujud kita saat melakukan penghambaan kepada Allah Swt, dan tempat kita bersimpuh di hadapan-Nya. Tidakkah kita merasa rindu terhadap sesuatu yang tak tampak oleh mata? Tidakkah kita rindu kepada sesuatu yang jauh? Apakah kita tidak merasa adanya keinginan untuk tunduk kepada sesuatu? Pernahkah kita merasa lemah dan butuh pertolongan kemudian kita merasakan bahwa Allah maha kuat dan tempat bergantungnya seluruh alam? Itu semua tak lain karena bisikan ruh kepada kita. Ruh berbicara kepada kita tentang kepenatannya, mengembalikan daya ingat kita akan masa saat kita bersaksi kepada Allah, dan menceritakan tentang kesedihan masa lalunya dan janji-janjinya.
Maka di atas sajadahlah kita akan mendapatkan kepuasan kerinduan itu, yang merupakan sebuah kepuasan batin. Sehingga kerinduan kita terpenuhi dan terbayar total, dengan bersujud beribadah, bersimpuh, dan berdzikir kepada pencipta segala bentuk perasaan, baik rasa rindu, gembira, dan sedih yaitu Allah Azza Wajalla. Karena sesungguhnya ruh manusia, apa pun bentuknya, akan cenderung kepada yang dicintai, yang diyakini paling indah tiada duanya,
yaitu Allah Swt. Sekian dan terima kasih, mudah-mudahan tulisan ini
dapat bermanfaat dan membangkitkan kita untuk menjadi pribadi-pribadi yang sukses di jalan yang benar.