• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UP"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYA KELUARGA

DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN DI SUMATERA BARAT

Oleh:

Dr.Yuliana S.P, M.Si1)

1)

Staf Pengajar Jurusan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang

Abstrak. Fakta menunjukkan masih banyak keluarga yang belum dapat mencapai ketahanan pangan sehingga berdampak pada tingginya masalah gizi balita. Untuk itu perlu dilakukan kajian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan upaya keluarga dalam mewujudkan ketahanan pangan. Penelitian ini merupakan studi deskriptif korelasional dengan cara survei eksplorasi di wilayah perkotaan dan pedesaan Provinsi Sumatera Barat berdasarkan tingkat resiko terjadinya kerawanan pangan dan gizi. Sampel penelitian adalah keluarga yang memiliki anak balita yang berdomisili di wilayah yang terpilih secara purposive sebanyak 220 keluarga. Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner terstruktur dengan informan kunci. Data dianalisis secara deskriptif dan Korelasi Pearson. Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa banyak upaya yang dilakukan oleh keluarga di daerah perkotaan dan pedesaan dalam mewujudkan ketahanan pangan keluarga antara lain dengan cara mengalihkan pangan pokok ke pangan yang lebih murah sebanyak 16,4% (perkotaan) dan 21,8% (pedesaan). Pemerintah pusat dan daerah telah melakukan berbagai program yang berkaitan dengan upaya keluarga untuk mencapai kondisi tahan pangan bagi keluarga. Upaya keluarga dalam mewujudkan ketahanan pangan berkorelasi negative signifikan dengan keadaan ketahanan pangan keluarga dengan nilai korelasi -0,298 (p= 0.000). Upaya keluarga berkorelasi positif signifikan dengan dukungan pemerintah dan masyarakat dengan nilai korelasi masing-masing 0,354 (p= 0.000) dan 0,179 (p= 0.000).

Kata Kunci: pangan, ketahanan pangan, upaya keluarga

PENDAHULUAN

Ketahanan pangan telah menjadi isu sentral dalam pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Hal ini antara lain terlihat dengan dijadikannya isu ketahanan pangan sebagai salah satu program kebijaksanaan operasional pembangunan pertanian, disamping program pengembangan agribisnis. Peningkatan ketahanan pangan memang sangat diperlukan karena pangan adalah kebutuhan paling dasar manusia, sehingga merupakan hak asasi manusia untuk tidak mengalami kelaparan.

(2)

2 yang mengalami gizi buruk dan gizi kurang adalah Kabupaten Agam (13,41%) Dhamasraya (16,12%), Padang Pariaman (17,71%), Solok Selatan (17,84%), Tanah Datar (18,02%), dan Kabupaten Pesisir Selatan (18, 26%), Kota Bukittinggi (12,00%, Payakumbuh (15,73%), Padang (16, 17%), Padang Panjang (16,22%), Sawahlunto (16,59%), dan Solok (17,14%) (Badan Bimas Ketahanan Pangan Sumbar, 2008).

Motor penggerak proses pembangunan ketahanan pangan adalah kekuatan masyarakat termasuk di dalamnya keluarga. Bentuk upaya yang dapat dilakukan keluarga untuk mencapai ketahanan pangan di tingkat keluarga antara lain dengan cara meningkatkan pendapatan yang dapat dimulai dari proses produksi, industri pengolahan, pemasaran, dan jasa-jasa pelayanan di bidang pangan maupun dengan cara membatasi pengeluaran. Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan upaya keluarga dalam mewujudkan ketahanan pangan keluarga merupakan rumusan masalah dalam penelitian ini.

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan upaya keluarga dalam mewujudkan ketahanan pangan. Secara rinci tujuan yang ingin dicapai adalah:

1. Menganalisis upaya yang dilakukan keluarga dalam mewujudkan ketahanan pangan keluarga.

2. Menginventarisasi peran pemerintah dan kelembagaan lokal dalam mendukung upaya keluarga dalam mewujudkan ketahanan pangan.

3. Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan upaya keluarga dalam mewujudkan ketahanan pangan keluarga dan status gizi baik bagi balita.

METODOLOGI

Disain, Tempat dan Waktu Penelitian

(3)

3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga yang memiliki anak balita (usia 13-59 bualan) yang terdapat di wilayah penelitian. Unit sampel (sebagai responden) adalah keluarga yang memiliki anak balita, yang dibangun oleh tiga struktur utama yaitu bapak/suami, ibu/isteri dan anak-anak sejumlah 220 keluarga.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1. Upaya keluarga dalam mewujudkan ketahanan pangan keluarga juga dikumpulkan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner terstruktur kepada responden.

2. Ketahanan pangan keluarga. Data dikumpulkan dengan wawancara pada responden dengan menggunakan kuesioner yang dimodifikasi dari kuesioner Qualitative Measure of Food Insecurity and Hunger Module.

3. Dukungan pemerintah dan dukungan kerabat/masyarakat. Data digali dari hasil wawancara menggunakan panduan wawancara terstruktur dengan responden dan informan kunci (key person)

Pengolahan dan Analisis Data

Dalam tahap pengolahan data dilakukan kegiatan seperti merancang struktur data, pengkodean, editing, pengentrian, pengujian validitas dan reabilitas data. Program komputer yang digunakan untuk pembuatan database dan penyimpanannya dengan Microsoft Excel. Setelah data dinyatakan valid dan terandal, maka data siap diolah dan dianalisis. Analisis data dengan menggunakan program SPSS for window. Analisis data dilakukan dengan cara: (a) analisis kuantitatif, yaitu dengan analisis deskripsi, dan (b) analisis korelasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ketahanan Pangan Keluarga

Berdasarkan hasil pengukuran ketahanan pangan, persentase terbesar keluarga di perkotaan dan di pedesaan Sumatera Barat tergolong keluarga tahan pangan yaitu masing-masing 47,3% dan 53,6%. Namun keluarga yang tidak tahan panganpun cukup banyak dengan kelaparan akut yaitu 30,9% (perkotaan) dan 17,3% (pedesaaan), seperti terlihat pada Gambar 1.

(4)

4 Gambar 1. Sebaran Keluarga Berdasarkan Kategori Ketahanan Pangan Keluarga

Upaya Keluarga dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Keluarga

Banyak upaya yang dilakukan oleh keluarga di daerah perkotaan dan pedesaan dalam mewujudkan ketahanan pangan keluarga. Ada yang melakukan dengan cara mengalihkan pangan pokok ke pangan yang lebih murah sebanyak 16,4% (perkotaan) dan 21,8% (pedesaan), mengurangi jumlah yang dimakan yaitu sebanyak 40,9% (perkotaan dan pedesaan), mengurangi frekuensi makan sebanyak 71 keluarga (32,3%), dan sebagian kecil keluarga melakukan upaya dengan cara meminta bantuan pangan, meminjam uang untuk membeli pangan, menjual asset non produktif, dan ada yang melakukan dengan cara mencari pekerjaan ke tempat lain oleh kepala keluarga.

Dukungan Pemerintah dan kerabat/masyarakat

Pemerintah pusat dan pemerintah daerah telah melakukan berbagai program yang berkaitan dengan upaya keluarga untuk mencapai kondisi tahan pangan bagi keluarga. Program-program yang telah digulirkan dan diterima oleh masyarakat sebagaimana yang dikemukakan oleh responden antara lain adalah BLT, Raskin, Aseskin, sembako murah, BOS, bantuan keluarga harapan, PMT, dan bantuan modal usaha.

(5)

5 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Upaya Keluarga dalam Mewujudkan

Ketahanan Pangan

Hasil analisis korelasi Pearson menunjukkan bahwa upaya keluarga dalam mewujudkan ketahanan pangan keluaaga berkorelasi negative signifikan dengan keadaan ketahanan pangan keluarga dengan nilai korelasi -0,298 (p=0.000). Artinya semakin rendah taraf ketahanan pangan keluarga maka semakin banyak upaya yang dilakukan keluarga. Hal ini dilakukan oleh keluarga khususnya kepala keluarga dan istri untuk dapat mencapai tujuan keluarga, dan dapat menjalankan fungsi-fungsi keluarga sekalipun dengan menggunakan sumberdaya yang bersifat terbatas. Menurut Guhardja et al. (1993) apabila dalam upaya mencapai tujuan yang diinginkan keluarga tidak sesuai dengan nilai-nilai ketersediaan sumberdaya yang dimiliki, maka tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya akan disesuaikan atau dirubah total. Konsep opportunity cost

adakalanya juga harus diterapkan dalam mencapai yang diinginkan keluarga. Artinya, bahwa penggunaan suatu sumberdaya tertentu akan mengorbankan sumberdaya lainnya, untuk mewujudkan tujuan keluarga.

Upaya keluarga dalam mewujudkan ketahanan pangan keluarga berkorelasi positif signifikan dengan dukungan pemerintah dan masyarakat dengan nilai korelasi masing-masing 0,354 (p=0.000) dan 0,179 (p=0.000). Hal ini berarti semakin banyak dukungan yang diberikan pemerintah dan masyarakat maka semakin baik pula upaya yang dilakukan oleh keluarga dalam mewujudkan ketahanan pangan keluarga. Upaya keluarga juga berkorelasi negative signifikan dengan pendapatan keluarga. Artinya bahwa semakin rendah pendapatan keluarga maka semakin banyak upaya yang dilakukan keluarga untuk mewujudkan ketahanan pangan keluarga.

Berbagai penelitian tentang pengaruh krisis ekonomi terhadap kehidupan keluarga sudah banyak dilaporkan berbagai pihak (Syamsul, 1999; Sari, 2000; Rahmawati, 1999; Ariani, 2000; Nurmanaf, 2000;; Adnyana, 2000; Adriani, 2000;; Damanik, 2000; Cameron, 2001, dan sebagainya). Dari berbagai laporan tersebut terlihat bahwa krisis ekonomi telah berdampak pada semua aspek kehidupan keluarga, dari mulai berubahnya tingkat pendapatan, pola pengeluaran, pola konsumsi, pendidikan sampai pada aspek kesehatan.

Berbagai penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan oleh satu keluarga dengan keluarga yang lain dalam menghadapi krisis juga berbeda. Salah satu yang menarik dari hasil penelitian terdahulu adalah bahwa dampak krisis ekonomi berbeda antar rumah tangga tergantung pada golongan sosial ekonominya (golongan atas, menengah, bawah, dan rendah). Khusus bagi golongan menengah, bawah, dan rendah, dengan adanya krisis ekonomi telah memaksa keluarga mengadakan penghematan terhadap pengeluarannya dengan cara menentukan prioritas pengeluaran terutama untuk pangan, kesehatan, dan keperluan anak (Soemardjan, 1998).

(6)

6 Upaya yang dilakukan keluarga juga berbeda antar wilayah, menurut Rahmawati (1999) upaya keluarga miskin di daerah perkotaan menghadapi krisis ekonomi adalah dengan merubah kualitas konsumsi pangan dan non pangan, dengan cara merubah merek produk yang dibelinya, dari kategori mahal ke sedang atau murah. Penelitian Ariani (2000) yang dilakukan di daerah pedesaan Jawa Timur dan Bali, menunjukkan bahwa upaya keluarga mengatasi dampak krisis adalah, selain ada yang memanfaatkan tabungan yang dimiliki juga ada yang mengembangkan usaha dengan memanfaatkan atau menggarap lahan yang belum atau kurang produktif. Dalam penelitian ini, keluarga memanfaatkan program terkait yang sudah dilaksanakanpemerintah. Dalam hal ini ada sekitar 12 program ketahanan pangan yang sudah dilaksanakan di Indonesia antara lain Bantuan Langsung Tunai, Beras untuk rakyat miskin, Aseskin, sembako murah, bantuan operasional sekolah dan sebagainya. Keluarga yang memiliki keterbatasan sumberdaya yang dimiliki dapat memanfaatkan program yang ada sehingga dapat memenuhi kebutuhan keluarga khususnya tercapainya ketahanan pangan di tengah keluarga yang ditandai dengan semua anggota keluarga memperoleh pangan yang cukup setiap harinya.

Kesimpulan Dan Saran

Kesimpulan

1. Banyak upaya yang dilakukan oleh keluarga di daerah perkotaan dan pedesaan dalam mewujudkan ketahanan pangan keluarga. Ada yang melakukan dengan cara mengalihkan pangan pokok ke pangan yang lebih murah sebanyak 16,4% (perkotaan) dan 21,8% (pedesaan), mengurangi jumlah yang dimakan yaitu sebanyak 40,9% (perkotaan dan pedesaan), mengurangi frekuensi makan (71%), dan sebagian kecil keluarga melakukan upaya dengan cara meminta bantuan pangan, meminjam uang untuk membeli pangan, menjual asset non produktif, dan ada yang melakukan dengan cara mencari pekerjaan ke tempat lain oleh kepala keluarga.

2. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah telah melakukan berbagai program yang berkaitan dengan upaya keluarga untuk mencapai kondisi tahan pangan bagi keluarga. Program-program yang telah digulirkan dan diterima oleh masyarakat sebagaimana yang dikemukakan oleh responden antara lain adalah BLT, Raskin, Aseskin, sembako murah, BOS, bantuan keluarga harapan, PMT, dan bantuan modal usaha.

(7)

7 Saran

1. Mengingat bahwa peran pemerintah berkorelasi positif signifikan dengan upaya keluarga dalam mewujudkan ketahanan pangan keluarga, maka program-program pemerintah yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan ketahanan pangan keluarga hendaknya tetap terlaksana. Namun program BLT dianggap oleh sebagian masyarakat kurang baik (kurang mendidik), sehingga perlu dipertimbangkan lagi kalau akan dilanjutkan.

2. Pelaksanaan program ketahanan pangan yang ada dapat lebih optimal dengan cara dilakukan secara multisektor dan terpadu, dan sebaiknya semua sektor dapat bekerja sama dengan baik.

3. Upaya-upaya peningkatan pendapatan masyarakat sehingga nantinya mampu mewujudkan ketahanan pangan juga diperlukan. Uji korelasi juga menunjukkan bahwa masyarakat yang berpendapatan rendah (miskin) berupaya mewujudkan ketahanan pangan keluarga antara lain dengan berupaya meningkatkan pendapatan keluarga. Perluasan lapangan kerja atau memberi dorongan dan bantuan pada masyarakat khusunya masyarakat miskin untuk maju dan berkembang perlu dipikirkan. Antara lain dengan memberikan keterampilan-keterampilan baru, manajemen dan lain-lain sehingga model-model pemberdayaan di tengah masyarakat semakin semarak dan berhasil.

Bahan Pustaka

Ariani, M. 2000. Analisis Kebijaksanaan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Berpendapatan Rendah di Pedesaan. Puslit Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.

Atmojo. 1995. Laporan Studi Identifikasi Daerah Rawan Pangan. Proyek Pengembangan Diversifikasi Pangan dan Gizi Departemen Pertanian, Jurusan GMSK, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.

Badan Bimas Ketahanan Pangan. 2008. Laporan Pengembangan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) dan Food Insecurity Atlas (FIA) Provinsi Sumatera Barat tahun 2007. Padang.

Engle. PL, P. Menon, and L. Haddad. 1997. Care and Nutrition; Concepts and Measurement. International Food Policy Research Institute (IFPRI). Washington DC.

FNB-NAS. 1990. Nutrition During Pregnancy. Food and Nutrition Board, National Academy of Sciencies. National Academy Press, Washington DC.

Guharja. 1993. Manajemen Sumberdaya Keluarga. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.

Hermana. 1993. Keamanan Pangan dan Status Gizi. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi. LIPI. Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya dalam pelaksanaan tindakan, peneliti menerapkan rencana pembelajaran yang telah disiapkan sebelumnya pada tahap perencanaan yang mana dalam hal ini

Di Pemandian Wendit ini, pengunjung juga akan menjumpai puluhan kera jinak yang berkeliaran di sekitar hutan kecil di Wendit dan tentunya akan memberikan ciri khas tersediri

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TANAMAN KACANG HIJAU TANPA MELAKUKAN PERENDAMAN TERHADAP BIJINYA. NAMA

Tabel 3.4 Hasil pengukuran arus pada Gedung Kuliah 1 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Sriwijaya Hari Rabu Tanggal 27 Mei 2015

Beberapa faktor yang menjadikan minat berwirausaha diantaranya adalah kepemilikan modal, akses mendapatkan modal, keterampilan dalam melakukan usaha, kepercayaan diri,

Secara teoritis dapat dijadikan sumbangan informasi dan keilmuan yang yang berarti bagi lembaga yang berkompeten mengenai pentingnya kondisi fisik atlet, khususnya atlet

skor penilaian yang diperoleh dengan menggunakan tafsiran Suyanto dan Sartinem (2009: 227). Pengkonversian skor menjadi pernyataan penilaian ini da- pat dilihat

KONTRIBUSI POWER TUNGKAI DAN KESEIMBANGAN DINAMIS TERHADAP HASIL DRIBBLE-SHOOT DALAM PERMAINAN FUTSAL.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu