Nyamuk berasal dari katagorik insekta yang dikenal dengan Orde Diptera
atau hewan bersayap dua. Seluruh nyamuk berasal dari kelompok famili yang
dikenal dengan culicidae. Penggunaan kata Mosquito berasal dari bahasa inggris
bermula sejak tahun 1583. Genera termasuk Anopheles, Culex, Psorophora,
Ochlerotatus, Aedes, Sabethes, Wyeomyia, Culiseta dan Haemagoggus. Jumlah
keseluruhan sekitar 35 genera yang merangkum 2700 spesies. Nyamuk
mempunyai dua sayap bersisik, tubuh yang langsing dan enam kaki panjang.
Ukuran tubuh nyamuk antar spesies berbeda-beda tetapi jarang melebihi 15 mm.
Nyamuk merupakan salah satu komponen lingkungan manusia. Di lingkungan
permukiman merupakan tempat perindukan nyamuk (Achmadi, 2011).
2.1.1 Siklus Hidup Nyamuk
Nyamuk adalah salah satu vektor yang mengalami metamorfose sempurna.
Berawal dari nyamuk betina yang dewasa melakukan perkawinan kemudian
bertelur di dalam di dekat air, dimana masa telur nyamuk antara 2 atau 3 hari,
tetapi dapat lebih lama tergantung cuaca. Telur yang telah matang akan menetas
membentuk tempayak (larva). Dimana stadium larva berlangsung antara 4-10 hari.
Kemudian berubah menjadi bentuk kepompong (pupa) yang hanya berlangsung
selama 2 hari. Setelah itu pupa dilalui, muncullah bentuk dewasa, yang sebelum
pergi meninggalkan tempat kelahirannya mengapung terlebih dahulu diatas
Dalam hal penyakit yang berhubungan dengan nyamuk pada dasarnya
hanya nyamuk betina dewasa saja yang penting untuk dipelajarin karena nyamuk
jantan tidak menghisap darah manusia hingga tidak ada kemukinan terkena
ataupun tertular penyakit (Achmadi, 2011).
2.1.2 Penularan Penyakit Oleh Nyamuk
Menurut Chandra (2006) penyakit-penyakit yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk yaitu sebagai berikut:
a. Malaria
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit
(plasmodium) yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina terinfeksi.
Pada manusia parasit membelah diri dan bertambah banyak di dalam hati
kemudian menginfeksi sel darah merah. Gejala malaria bisa berupa demam,
menggigil, sakit kepala, sakit otot dan kelemahan. Kadang bisa dijumpai mual,
muntah dan diare. Manifestasi klinis malaria berat tergantung dari endemisitas
daerah. Spesies vektor malaria berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya,
perbedaan ini dipengaruhi oleh geografi, iklim dan tempat perindukan.
b. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Penyakit demam berdarah dengue biasa disingkat menjadi DBD
disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti.
Umumnya penyakit ini menyerang anak dibawah 15 tahun, akan tetapi dapat juga
menyerang orang dewasa. Penyakit ini menyebar dengan cepat di Indonesia
karena vektornya tersedia yaitu Aedes aegypti dan masyarakat sama sekali tidak
c. Filariasis
Filariasis dikenal sebagai Elephantiasis atau penyakit kaki gajah karena
bentuk tungkai bawah penderita pada akhirnya dapat menjadi besar dan berat
sepeti kaki gajah. Penyebabnya adalah cacing bulat yang kecil disebut Filaria.
Reservoir nyamuk ini adalah manusia penderita, larva cacing secara periodik
keluar ke dalam peredaran darah pada malam hari, apabila saat itu penderita
digigit nyamuk maka masuklah larva cacing ke tubuh nyamuk menuju proboscis
nyamuk. Sehingga akan tertular ke manusia yang digigit oleh nyamuk tersebut.
d. Chikungunya
Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan virus Chik. Chikungunya
berasal dari bahasa Swahili yang berarti berjalan membungkuk. Penyakit ini
menyebabkan penderita merasakan sakit sendi yang amat sangat sehingga kalau
berdiri harus membungkuk menahankan sakit. Faktor yang mempengaruhi
Chikungunya adalah rendahnya status kekebalan kelompok masyarakat,
kepadatan populasi nyamuk penular karena banyaknya tempat perindukan
nyamuk yang bisa terjadi pada musim penghujan (Depkes RI, 2008)
2.2 Pengendalian Vektor Nyamuk
Pengendalian vektor bertujuan untuk mengurangi atau menekan populasi
vektor serendah-rendahnya sehingga tidak berarti lagi sebagai penular penyakit
serta untuk menghindarkan kontak antara vektor dan manusia (Gandahusada,
a. Fisik atau Mekanis
Cara pengendalian ini dilakukan dengan menggunakan alat yang langsung
dapat membunuh, menangkap atau menghalau, menyisir, mengeluarkan serangga
dari jaringan tubuh. Menggunakan baju pelindung, memasang kawat kasa di
jendela merupakan cara untuk menghindarkan hubungan kontak antara manusia
dan vektor.
b. Kimia
Untuk pengendalian ini digunakan bahan kimia yang berkhasiat
membunuh serangga (insektisida) atau hanya untuk menghalau serangga saja
(repellent). Kebaikan cara pengendalian ini ialah dapat dilakukan dengan segera
dan meliputi daerah yang luas sehingga dapat menekan populasi serangga dalam
waktu yang singkat. Keburukannya karena cara pengendalian ini hanya bersifat
sementara, dapat menimbulkan pencemaran lingkungan, kemungkinan timbulnya
resistensi serangga terhadap insektisida dan mengakibatkan matinya beberapa
pemangsa.
c. Biologis
Dengan memperbanyak pemangsa dan parasit sebagai musuh alami bagi
serangga, dapat dilakukan pengendalian serangga yang menjadi vektor atau
hospes perantara cicak adalah predator nyamuk sehingga dapat digunakan
pengendali nyamuk dewasa.
d. Kultural
Pengendalian ini adalah untuk mengubah kebiasaan buruk manusia yang
yang dapat menampung air, memotong dedaunan yang sudah lebat, membuat
saluran air yang memenuhi syarat kesehatan dan sebagainya.
2.3 Insektisida
Menurut Soemirat (2003), insektisida berasal dari bahasa latin insectum
yang mempunyai arti potongan, keratan, atau segmen tubuh, seperti segmen yang
ada pada tubuh serangga. Secara umum pengertian insektisida dapat didefenisikan
sebagai bahan yang dapat digunakan untuk mengendalikan populasi jasad yang
dianggap sebagai vektor yang secara langsung ataupun tidak langsung merugikan
kepentingan manusia. Insektisida pada umumnya dapat menimbulkan efek
terhadap sistem syaraf
Penggolongan insektisida berdasarkan sifat kimianya. Kelas senyawa
kimia insektisida dapat ditunjukkan berdasarkan bahan aktifnya, yaitu bahan
kimia yang mempunyai efek racun (Sartono, 2002).
Klasifikasi Insektisida berdasarkan golongan sebagai berikut :
– Golongan organoklorin
Golongan ini terdiri atas ikatan karbon, klorin, dan hidrogen. Insektisida
ini sedikit digunakan di negara berkembang karena secara kimia bahwa
insektisida organoklorin adalah senyawa yang tidak reaktif, memiliki sifat
yang tahan atau persisten, baik dalam tubuh maupun dalam lingkungan
memiliki kelarutan sangat tinggi dalam lemak dan memiliki kemampuan
– Golongan organofosfat
Golongan ini terdiri dari ikatan karbon dan fosfatida, organofosfat sering
disebut insektisida antikolinesterase karena mempunyai efek yang sama
dalam sistem syaraf. Cara kerja golongan ini selektif, tidak persisten dalam
tanah dan tidak menyebabkan resistensi pada serangga.
– Golongan Karbamat
Golongan ini berkerja seperti organofosfat, yaitu menghambat aktivitas
enzim kolinesterasi. Enzim kolinesterasi tidak persisten maka gejala lebih
mendadak dan tidak lama.
– Golongan Piretroid
Piretroid Alam adalah insektisida alami, yang merupakan ekstrak dari
bunga Chrysantemum, Phyretrum cinerariaefollium (Dalmantian insect
flower). Insektisida ini sudah lama dikenal dan sangat efektif.
Piretroid Sintetik adalah ester dapat dibagi menjadi dua sub golongan yang
didasarkan pada struktur dan gejala keracunan. Yang pertama adalah tipe
Alletrin, Tetrometrin, dan Phenotrin dimana efek yang dihasilkan
meyerupai efek DDT. Tipe yang kedua adalah semua ester mengandung
sianida, seperti Fenvolerat, Deltametrin, dan Cifenometrin (Soemirat,
2003).
Menurut Wudianto (2001) Bentuk fisik insektisida dapat di bagi sebagai
berikut:
– Bentuk cair seperti Solution ( larutan), Suspention (suspensi), Emultion
(emulsi) dan Vapors (uap)
– Bentuk gas
2.4 Anti Nyamuk
Anti nyamuk merupakan nama pasar untuk insektisada yang digunakan di
rumah tangga untuk melindungi diri serta keluarga dari serangga khususnya
nyamuk dengan menggunakan bahan kimia yang bersifat mematikan, mengusir
ataupun menimbulkan daya tarik. bahan kimia yang menimbulkan daya tarik,
dimaksudkan untuk mengumpulkan binatang tersebut pada suatu tempat untuk
kemudian dimusnahkan. Sarang nyamuk umumnya tidak berada dalam
lingkungan daerah tempat tinggal, sehingga jika digunakan bahan kimia pada
sarang tersebut tidak akan menimbulkan masalah keracunan pada manusia. Tetapi
dikarena penggunaan anti nyamuk biasanya di dalam rumah maka bisa
mengakibatkan keluhan kesehatan pada manusia yang tinggal di dalam.
2.5 Bahan Aktif Anti Nyamuk
Menurut Instisari (2007) bahan aktif anti nyamuk berasal dari pyrethroid
yang dikelompokkan pada racun insektisida kelas menengah.
1. Allethrin
Allethrin adalah salah satu bahan aktif pada anti nyamuk elektrik yang
memiliki rumus molekul C19H26O3 dan memiliki 8 stereoisomer. Allethrin yang
masuk ke tubuh secara inhalasi, kemudian menetap dalam waktu lama pada paru
-paru sehinggan menyebabkan gangguan dan menyebabkan hati tidak mampu
sekunder yang bertindak sebagai radikal bebas. Selanjutnya radikal bebas akan
ikut peredaran darah menuju ke seluruh tubuh termasuk testis (Christijanti, dkk,
2010 ).
2. Dichlorvos
Dichlorvos yang merupakan zat turunan chlorine, yang memilik daya karja
membunuh serangan dan nyamuk yang berada di rumah yang digunakan pada anti
nyamuk semprot. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dichlorvos
dilarang penggunaannya karena mengeluarkan bahan kimia berbahaya dan
menduduki peringkat kesatu sebagai produk paling berbahaya sejak puluhan tahun
lalu. Menurut Yayasan Lembaga Konsumsi Indonesia (YLKI) jika terkena
paparan zat ini dalam jangka panjang, menyebabkan kerusakan syaraf,
mengganggu pernafasan, jantung, sistem reproduksi dan memicu kanker. Bahan
kimia ini membutuhkan waktu lama terurai di udara, air dan di tanah (Fitroh,
2010)
3. Propoxur
Propoxur adalah senyawa karbamat yang telah dilarang penggunaannya
karena daya racunnya tinggi. Jika terhirup maupun terserap bahan ini dapat
mengkaburkan penglihatan, keringat berlebihan, pusing dan badan lemas.
Mekanisme aksi Propoxur berupa penghambatan enzim acetyl cholinesterase.
Enzim ini normalnya bertanggung jawab untuk destruksi dari asetilkolin
(neurotransmitter). Dalam jangka panjang, orang yang terpapar zat ini akan
dan sistem reproduksi. Karbamat ini akan menghasilkan kontraksi otot spontan
pada serangga yang diikuti oleh kelumpuhan/paralisis (Yulianti,2010).
4. Pyrethroid
Menurut WHO pyrethroid dikelompokkan dalam racun kelas menengah.
Mengakibatkan iritasi pada mata maupun kulit yang sensitif, dan menyebabkan
penyakit asma. Pada anti nyamuk pyrethroid yang digunakan berupa d-allethrin,
transflutrin, bioallethrin, pralethrin, d-phenothrin, cyphenothrin, atau esbiothrin.
Sedangkan pada anti nyamuk jenis lotion, zat aktif yang tercantum pada label
adalah DEET Diethyltoluamid. DEET mengakibatkan iritasi kulit, bahaya bagi
kulit yang luka dan selaput lendir tubuh(Fitroh, 2010).
5. Transflutrin
Transflutrin adalah salah satu bahan anti nyamuk elektrik yang relatif
aman hingga saat ini. Transfultrin bila dipakai selama empat jam bisa
menurunkan kadar eritrosit atau sel darah merah, yang berakibat orang tersebut
akan menderita anemia. Transfluthrin merupakan salah satu insektisida Pirethroid
yang cepat bertindak dengan persistensi rendah dengan efek yang sangat spesifik
pada sel syaraf serangga, sehingga hanya jumlah yang sangat kecil dibutuhkan
untuk menghasilkan efek yang diperlukan (Hidayanti, 2012).
2.6 Jenis Anti Nyamuk 1. Bakar
Anti nyamuk bakar berbentuk spiral dengan bau khas, penggunaannya
asap yang dapat menggusir dan membunuh nyamuk karena mengandung bahan
yang dapat mematikan nyamuk dan meninggalkan debu (Teddy, 2013).
Beberapa zat aktif dari anti nyamuk bakar dichlorovynil dimetyl phosfat
(DDVP) , propoxur, transflutrin, bioallethrin, d-allethrin, cyphenothrin dan
praletrhin. Asap merupakan hasil pembakaran anti nyamuk ini ketika terhirup
akan menggangu kesehatan karena bahan kimia ini akan masuk ke dalam tubuh
menuju paru-paru. Kandungan DDVP yang terus-terusan terpapar dalam jangka
waktu panjang akan mengakibatkan kerusakan syaraf, pernapasan terganggu dan
memicu kanker. Selain itu kandungan zat kimia yang terdapat di dalam anti
nyamuk mampu membuat aktivitas enzim turun sehingga adanya pengaruh yang
buruk terhadap hati dan reproduksi (Arif, 2014).
Penggunaan anti nyamuk ini dianjurkan pada ruangan atau kamar dengan
sirkulasi udara yang baik seperti berventilasi ataupun terbuka. Karena anti
nyamuk ini menghasilkan asap yang dapat dapat menyebabkan pedih di mata,
batuk, sesak napas, alergi dan sinusitis. Penggunakan anti nyamuk ini sebaiknya
dengan melihat arah pergerakan udara dan kurang lebih 6-8 jam sebelum ruangan
digunakan ( Anonim, 2013).
Merek anti nyamuk bakar yang dapat dijumpain dipasaran adalah tiga roda,
baygon, vape dan sebagainnya. Anti nyamuk bakar seperti baygon menggunakan
bahan aktif d-aletrin 0,3% sehingga gejala keracuna dininya adalah keluhan
gemetar dan sesak nafas. Penggunakan anti nyamuk ini harusnya pada ruangan
yang memiliki sirkulasi udara yang baik seperti ventilasi yang cukup serta
2. Elektrik
Anti nyamuk elektrik mengandung bahan aktif d-allethrin yang
merupakan golongan dari pyrethroid, metoflutrin, sifenotrin. Anti nyamuk ini
menggunakan listrik sebagai medianya, sedangkan anti nyamuknya berbentuk
cairan atau lempengan.
Listrik membantu cairan di dalam rangkaian alat tersebut berubah menjadi
gas yang berperan sebagai mengusir nyamuk. Gas tersebut mengeluarkan aroma
khas atau wewangian yang tidak disukai nyamuk. Seperti anti nyamuk bakar, jenis
elektrik juga tidak dianjurkan digunakan sepanjang malam. Lebih baik dipasang
beberapa jam menjelang tidur. Anti nyamuk elektrik tetap mengeluarkan asap
yang tidak terlihat sehingga diperlukan sirkulasi udara yang baik.
Anti nyamuk HIT-MAT merupakan salah satu merek anti nyamuk elektrik
yang beredar di pasaran. Merek ini berwarna biru dan efektif dipakai 8 jam untuk
ruangan 40 meter3 dengan penggunaan listrik 5 watt. Bahan aktifnya adalah
d-aletrin 45 mg/mat dan transfluthrin 4 mg/mat dengan gejala keracunan dini adalah
muntah, pusing dan sesak napas (HIT, 2014).
3. Lotion
Anti nyamuk ini umumnya berbentuk cairan (krim) yang digunakan
dengan cara mengoleskannya ke bagian tubuh untuk menggusir nyamuk agar
tidak menempel pada kulit. Anti nyamuk lotion adalah krim kulit yang
ditambahkan kandungan diethytoluamide (DEET) pada level tertentu. Komposisi
Sehingga ketika dioleskan pada kulit, produk ini mempunyai dua keuntungan
yaitu sebagai pengusir nyamuk dan sebagai pelembab kulit (Siswiyanti ).
Konsentrasi DEET sebesar 15% dalam etanol akan diserap ke dalam tubuh
rata-rata 8,4%. Penyerapannya ke dalam tubuh akan dimulai dalam 2 jam setelah
penggunaan. Penyerapan DEET juga tergantung pada umur dan massa tubuh.
DEET merupakan bahan korosif. Walaupun telah ditambahkan dengan zat-zat lain
yang berfungsi sebagai pelembab tetap berbahaya (POM, 2010).
Daya tahan anti nyamuk bergantung dari masing-masing produk, ada yang
mulai dari 4-8 jam. Anti nyamuk jenis ini pali diminatin karena harganya
terjangkau dan mudah ditemukan di tempat penjualan. Selain itu penggunaannya
mudah dan praktis. Kandungan pyrethroid dan diethytoluamide (DEET) pada
losion anti nyamuk memang lebih aman ketimbang kandungan yang ada pada
obat nyamuk semprot atau bakar, namun bukan berarti aman sama sekali. Anti
nyamuk oles tetap bisa menimbulkan iritasi pada kulit. Terutama bagi kulit
sensitif dan bila dikenakan pada lipatan kulit. Karena anti nyamuk jenis ini
berisiko menyerap bahan aktif berlebihan melalui kulit, produk ini tidak
dianjurkan digunakan pada anak di bawah usia 4 tahun dan jangan terlalu sering
atau berulang-ulang menggunakan. Sebaiknya menghentikan penggunaan bila
terjadi keluhan dengan cara membasuh kulit dengan air mengalir. Hindari
pemberian pada daerah kulit sekitar mata, hidung dan mulut karena di
masing-masing organ tubuh yang penting ini terdapat banyak kelenjar dan pembuluh
Soffel adalah salah satu contoh nama merek anti nyamuk lotion dengan
kandungan DEET sebesar 13%. Karena pemakaian langsung di kulit maka apa
bila terjadi iritasi hentikan penggunaan dan lakukan perawatan menurut gejala
yang timbul (Soffel, 2014).
4. Semprot
Anti nyamuk semprot berbentuk cairan yang digunakan dengan cara di
semprotkan. Anti nyamuk jenis semprot memang lebih efektif membunuh banyak
nyamuk dibanding obat nyamuk lainnya (Teddy, 2013).
Bahan aktif anti nyamuk semprot utaman adalah DEET, cairan pelarut,
bahan pembakar dan bahan lain. Cairan pelarut biasanya adalah sebuah alcohol
organic seperti etanol atau propanol, yang digunakan untuk mencairkan bahan
aktif pada konsentrasi yang sesuai. Ini juga akan mengikat seluruh material yang
dicampurkan dan akan menjamin bahwa produk tersebut tetap terjaga secara
efektif meskipun disimpan dalam kurun waktu yang lama. Zat pembakar adalah
sebuah komposisi yang mudah menguap yang menghasilkan tekanan yang besar
dan dimasukkan dalam tabung. Zat pembakar pada umumnya berbentuk gas-gas
hidrokarbon cair seperti propane, butane atau isobutene, hydrofluoro carbons
dan dimethyl ether. Bahan-bahan yang lainnya seperti getah tanaman juga
ditambahkan untuk membuat produk tersebut bisa diterima sebagai kosmetik atau
pelembab kulit. Masih ada komposisi yang lain yang ditambahkan untuk
mencegah korosi dan menjaga keawetan produk (Siswiyanti ).
Anti nyamuk jenis semprot lebih efektif membunuh banyak nyamuk
semprot adalah membunuh nyamuk dan efek residu yang ditujukan untuk
menghalau nyamuk. Sebaiknya penyemprotan dilakukan/diarahkan pada dinding
atau gorden, bukan ke udara. Lakukan penyemprotan berkisar dua atau tiga jam
sebelum anak masuk ruangan atau kamar tidur. Lebih baik lagi jika didiamkan
lebih lama lagi. Setelah bau sudah tidak tercium, buka jendela – utamanya yang
menggunakan ventilasi kawat anti nyamuk. Hindari terkena bahan makanan atau
benda yang bisa menyebabkan kontak langsung dengan kulit. Sebelum
menyemprot usahakan menutup tempat makanan atau minuman, tutupi
pakaian-pakaian yang di gantung, alasi tempat tidur dengan plastik agar racunnya tidak
menempel pada kasur, bantal dan guling. Jangan menyemprotkan obat nyamuk
saat anak sedang tidur Saat menyemprot, sebaiknya pendingin ruangan (AC)
dimatikan terlebih dulu. Orang yang menyemprot sebaiknya menggunakan
masker, supaya cairan yang disemprotkan tidak langsung terisap. Dengan cara
penyemprotan yang benar, obat nyamuk masih efektif selama dua-tiga hari. Jadi
tidak perlu menyemprot obat nyamuk setiap hari.
2.7 Cara Masuk Bahan Aktif Anti Nyamuk ke Tubuh Serangga dan Manusia
26.1 Cara Masuk Bahan Aktif Anti Nyamuk ke dalam Tubuh Serangga Berdasarkan cara masuk bahan aktif anti nyamuk ke dalam tubuh serangga
sasaran dibedakan menjadi tiga kelompok (Djojosumarto, 2004):
1. Racun kontak (contact poison)
Insektisida masuk melalui eksoskelet ke dalam badan serangga dengan
mengandung residu insektisida. Pada umumnya dipakai untuk
memberantas serangga yang mempunyai bentuk mulut tusuk isap.
2. Racun perut (stomach poison)
Insektisida masuk ke dalam badan serangga melalui mulut, jadi harus
dimakan. Biasanya serangga yang diberantas dengan menggunakan
insektisida ini mempunyai bentuk mulut untuk mengigit, lekat isap, kerap
isap dan bentuk menghisap.
3. Racun pernapasan (fumigants)
Insektisida masuk melalui sistem pernapasan (spirakel) dan juga melalui
permukaan badan serangga. Insektisida ini dapat digunakan untuk
memberantas semua jenis serangga tanpa harus memperhatikan bentuk
mulutnya. Penggunaan insektisida ini harus hati-hati sekali terutama bila
digunakan untuk pemberantasan serangga di ruang tertutup.
2.6.2 Cara Masuk Bahan Aktif Anti Nyamuk ke Tubuh Manusia
Berdasarkan cara masuk bahan aktif anti nyamuk ke dalam tubuh manusia
adalah sebagai berikut:
1. Masuk Melalui Mulut (Oral)
Racun masuk ketubuh karena tertelan material ini, kemudian masuk ke
sistem pencernaan yaitu mulut, kerongkongan, hingga usus halus, bahkan
usus besar dan rectum. Efek racun mengakibatkan mual, muntah,
2. Masuk Melalui Mata
Penggunaan anti nyamuk dapat menyebabkan iritasi pada mata. Kontak
mata secara langsung bisa menghasilkan air mata, pelipatan pada kelopak
mata, kontraksi atau pengucupan anak mata, kehilangan fokus,
penggaburan pengelihatan, dilasi ataupun pembesaran anak mata.
3. Masuk Melalui Kulit
Kontak antara kulit dengan material berbahaya dan efek sitemik dapat
terjadi bila material terserap. Material masuk melalui epidermis terluar,
atau cela keringat atau folikel rambut.
4. Masuk Melalui Hidung
Masuk melalui udara yang terhirup oleh hidung dan tenggorokan. Secara
anatomis sistem saluran napas bagian atas berliku-liku membuat
permukaan menjadi luas, permukaan berlendir sehingga sebelum sampai
ke paru-paru sering sekali tersangkut, pada saluran napas bagian atas.
Selain itu saluran napas dilengkapin dengan sistem syaraf yang
mengaktifkan reflek batuk atau besin untuk mengeluarkan benda asing
yang masuk (Achmadi 2011).
2.8 Gejala Keracunan Anti Nyamuk
Keracunan biasanya ditandai dengan adanya iritasi dan kerusakan jaringan
yang terkena pada keracunan lokal dan jaringan yang dilewatinnya terutama
1. Saluran Percernaan
Terasa panas pada bagian mulut dan tenggorokan, mual, muntah, nyerih
abdomen dan diare
2. Mata
Mata terasa gatal, berair dan gangguan pengelihatan/ kabur. Pupil dapat
menyempit dan melebar.
3. Kulit
Kulit terasa panas, iritasi keringgat berlebihan dan bercak pada kulit.
4. Saluran Pernapasan
Terasa nyerih pada bagian dada, batuk, sesak, susah bernafas dan nafas
berbunyi/ wheezing (Munaf, 1995).
2.9 Pengaruh Anti Nyamuk Terhadap Kesehatan
Seorang yang terpapar oleh bahan kimia anti nyamuk dapat
memperlihatkan lebih dari satu gejala penyakit. Beberapa gejala timbul langsung
setelah seseorang terpapar, sementara gejala lainnya tidak terlihat sampai
beberapa jam, beberapa hari, bahkana sampai puluhan tahun atau lebih (Soemirat,
2003).
– Bagian kepala : Sakit kepala dan masalah penglihatan
– Bagian hidung : Ingusan dan mengeluarkan liur
– Bagian dada : Sulit bernapas dan batuk
– Bagian kaki : Kejang otot atau sakit dan kedutan
– Bagian perut : Sakit, diare, mual dan muntah
Sementara dalam jangka panjang mengakibatkan penyakit kanker,
gangguan fungsi sistem reproduksi, fungsi hati rusak, fungsi otak menurun. Sakit
kepala, masalah penglihatan, kejang otot, kedutan, kulit gatal, kulit ruam, kulit
bengkak, kulit memerah, kulit melepuh, kulit terbakar merupakan dampak dari
golongan organoklorin, sedangkan ingusan, mengeluarkan liur, sulit bernafas,
batuk, diare, mual, dan muntah merupakan dampak dari golongan organoposfat.
2.10 Keputusan Pemilihan Jenis Anti Nyamuk
Menurut Daryanto (2011) bahwa ada lima tahap dalam proses pemilihan
yaitu berdasarkan keputusan yang diambilan yaitu:
1. Pengenalan atau kebutuhan.
Kebutuhan adalah keadaan yang dapat digerakkan oleh rangsangan dari
dalam atau dari luar pemilih. Dengan menghimpun sejumlah informasi
dari sejumlah masyarakat dan para pemasar dapat mengenal rangsangan
yang lebih sering terjadi untuk membangkitkan minat dalam memilih jenis
produk anti nyamuk tertentu.
2. Pencarian informasi.
Biasanya pencarian informasi meningkat disaat masyakat mulai bergerak
dari keputusan situasi pemecahan masalah yang lebih luas.
Sumber-sumber informasi terbagi menjadi empat, yaitu:
a. Sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga, kenalan)
b. Sumber komersial (iklan, wiraniaga, agen, kemasan, pajangan)
d. Sumber pengalaman (penanganan, pemeriksaan, dan penggunaan
produk)
3. Penilaian alternatif.
Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan masyarakat untuk memilih
satu alternatif dari yang tersedia adalah:
a. Sifat-sifat produk (kinerjanya)
b. Kepercayaan merek
c. Fungsi kemanfaatan untuk setiap ciri
d. Prosedur pemilihan merek
4. Keputusan memilih
Keputusan memilih ini melibatkan lima sub keputusan, yaitu: keputusan
tentang merek, keputusan dari siapa membeli, keputusan tentang jumlah,
keputusan waktu membeli dan keputusan cara pembayarannya.
5. Perilaku pasca pembelian.
Kepuasan atau ketidakpuasan pembeli produk akan mempengaruhi
perilaku berikutnya. Bila masyarakat puas maka ada peluang memilih lagi
dan mereka pada umumnya akan bercerita pada orang lain. Ini merupakan
iklan yang paling efektif dan murah. Sebaliknya bila tidak puas atau
kecewa akan mengakibatkan mereka tidak mau memilih lagi dan bercerita
negatif kepada orang lain.
Proses pengambilan keputusan dimulai jauh sebelum terjadi kegiatan
pemilihan dan mempunyai kelanjutan yang panjang setelah kegiatan dipilih
yang menyebabkan rasa kebutuhan itu bagaimana kebutuhan itu mengarah pada
objek tertentu. Perilaku konsumen akan menentukan proses pengambilan
keputusan dalam pemilihan mereka.
2.11 Karakteristik Responden 2.11.1 Umur
Umur adalah tahapan siklus hidup dapat membentuk pola berfikir orang
dewasa biasanya menggalami perubahandan tranformasi (perubahan bentuk, rupa
dan sikap) tertentu pada saat mereka menggalamin hidupnya (Setiadi, 2003).
Wanita dan pria dewasa menggalamin proses perkembangan dan
pertumbuhan yang berbeda disetiap tahapan umurnya.seorang wanita akan
mengakhirin remajannya pada umur 19 tahun. Ini artinya dia akan minginjak
dewasa dan secara biologis adalah masa yang produktif. Masa produktif seorang
wanita sampai 45 tahun sebelum memasukin masa menopause. Sedangkan untuk
seorang pria akan memulai masa remajanya pada umur 13-15 tahun dan akan
mengakhirin remajannya pada umur 18 tahun, kemudia memasuki masa
climacteric sydrome pada umur 60-70 tahun (Irwanto, 2002).
2.11.2 Pendidikan
Pendidikan pribadi mempengaruhi pemilihan pengendalian nyamuk.
Seseorang yang memiliki pendidikan lebih tinggi cenderung memilih anti nyamuk
yang lebih sedikit menimbulkan efek terhadap kesehatan dibandingan mereka
2.11.3 Penghasilan
Pendapatan adalah besarnya penghasilan yang diperoleh dalam keluarga.
Pendapatan dapat bearti jumlah uang yang didapat oleh seseorang dari hasil kerja
pada tiap bulan.
2.12 Perilaku
Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta
interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk
pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon
atau reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari
dalam dirinya. Respon dapat bersifat pasif (tanpa tindakan seperti berfikir,
berpendapat dan bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan).
Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu
sendiri, yang mempunyai bentangan yang sangat luas mencakup berjalan,
berbicara, bereaksi, berfikir, persepsi dan emosi. Perilaku juga dapat diartikan
sebagai aktifitas organisme, baik yang dapat diamati secara langsung maupun
tidak langsung (Notoadmodjo, 2007).
Menurut Notoadmdjo (2005), merumuskan bahwa prilaku merupakan
respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku
manusia terjadi melalui proses stimulus, organisme, dan respon sehingga teori
skinner ini disebut “S-O-R” (Stimulus-Organisme-Respons). Bentuk operasional
dari perilaku dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu:
1. Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yaitu dengan mengetahui situasi dan
2. Perilaku dalam bentuk sikap, yaitu tanggapan perasaan terhadap keadaan
atau rangsangan dari luar diri si subjek sehingga alam itu sendiri akan
mencetak perilaku manusia yang hidup di dalamnya, sesuai dengan sifat
keadaan alam tersebut (lingkungan fisik) dan keadaan lingkungan sosial
budaya yang bersifat non fisik tetap mempunyai pengaruh kuat terhadap
pembentukan perilaku manusia. Lingkungan ini merupakan keadaan
masyarakat dan segala budi daya masyarakat itu lahir dan
mengembangkan perilakunya.
3. Periaku dalam bentuk tindakan, yaitu sudah konkrit berupa perbuatan
terhadap situasi dan rangsangan dari luar.
2.12.1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan menusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman juga dapat diperoleh dari
informasi yang disampaikan orang lain, di dapat dari buku, surat kabar, atau
media massa, elektronik. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yaitu
indra penglihatan, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang
(Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kongnitif mempunyai 6
1. Tahu (know)
Tahu artikan sebagai mengigat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengigat
kembali (recail) terdapat suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang pelajari atau
rangsangan yang harus diterima. Oleh sebab itu, tahu ini adalah merupakan
tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa
orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprentasi materi tersebut secara
benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus
melakukan tindakan reuse dan reduse dalam penggunaan plastik.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat
diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat melakukan
4. Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur
organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis
ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja : dapat mengambarkan
(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompok dan sebagainya.
5. Sintesis (synthensisi)
Analisis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintensis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dari formulasi-formulasi yang ada.
Misalnya : dapat menyusun dapat merencanakan, dapat merigankan, dapat
menyusuaikan, dapat meringkaskan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau
rumusan-rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan
suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang
telah ada. Misalnya : dapat menafsirkan sebab-sebab tingginya jumlah pemilih
pengguna anti nyamuk.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoatmodjo, 2003).
2.12.2 Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan
manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan
terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan
konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam
kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap
stimulus sosial (Notoatmodjo, 2005).
Menurut Notoadmodjo (2007) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3
komponen pokok yaitu :
a. Kepercayaan (keyakinan)
b. Kehidupan emosional
c. Kecenderungan untuk bertindak
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh
(total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, penegtahuan berfikir,
keyakianan dan emosi memegang peranan penting.
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dar berbagai tingkatan
(Notoadmodjo, 2003), yakni :
a. Menerima (receiving) diartikan orang (subyek) mau dan memperhatikan
b. Merespon (responding) diartikan memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu
indikasi dari sikap ini karena dengan suatu usaha untuk menjawab
pertanyaan atau mengerakan tugas yang diberikan, terlepas pekerjaan itu
benar atau salah, adalah bahwa orang meneirma ide tersebut.
c. Menghargai (valuing) diartikan mengajak orang lain untuk mengerjakan
atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat ini.
d. Bertanggung jawab (resposible) diartikan bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan
sikap yang paling tinggi dalam tingkatan sikap.
2.12.3 Tindakan
Menurut Notoadmodjo (2007) tindakan adalah gerakan atau perbuatan dari
tubuh setelah mendapatkan rangsangan ataupun adaptasi dari dalam tubuh
maupun dari luar tubuh ataupun lingkungan.
Tindakan terdiri dari berbagai tingkatan menurut kualitasnya, yakni :
a. Persepsi (perception)
Diartikan mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan
tindakan yang akan diambil.
b. Respons terpimpin (giuded respons)
Diartikan dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai
– Mekanisme (mecanism)
Diartikan seseorang yang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar
secara otomatis, atau sudah merupakan kebiasaan.
– Adopsi (adaption)
Diartikan adaptasi adalah suatu tindakan yang sudah berkembang baik.
Artinya tindakan ini sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi
kebenaran tindakan tersebut.
Pengukuran perilaku dapat diartikan secara tidak langsung dengan
wawancara terhadap kegiatan yang telah dilakukan sedangkan dilakukan secara
2.13 Kerangka Konsep
Perilaku Ibu Rumah Tangga – Pengetahuan
– Sikap – Tindakan
Karakteristik Ibu Rumah Tangga – Umur
– Pendidikan – Penghasilan
Pemilihan Penggunaan Anti Nyamuk
– Jenis Bakar – Jenis Elektrik – Jenis Lotion – Jenis Semprot