• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Peran - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Media Radio dalam Pelestarian dan Pengembangan Budaya Daerah: Studi terhadap Programa 4/Programa Budaya Lembaga Penyiar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Peran - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Media Radio dalam Pelestarian dan Pengembangan Budaya Daerah: Studi terhadap Programa 4/Programa Budaya Lembaga Penyiar"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Peran

Peran menurut Kamus Besar bahasa Indonesia memiliki pengertian pemain sandiwara; tukang lawak pada permainan ma’yung. Sedangkan peranan diartikan sebagai sesuatu yang jadi bagian bagian atau yang

memegang pimpinan yang terutama (dalam terjadinya suatu hal atau

peristiwa).

Tentang peran radio secara umum menurut Theo Stokkink (1997:

5), pada masa yang akan datang radio tetap akan memainkan peran penting.

Namun, peranan penting itu hanya akan dimainkan oleh radio-radio yang

berani berubah secara cukup radikal. Pendapat ini dikemukakan oleh Stokkink

tentu tidak terlepas dari pesatnya perkembangan televisi pada saat itu (sampai

sekarang). Stokkink tidak sependapat dengan pandangan pesimis bahwa radio akan “ditenggelamkan” oleh televisi betapapun televisi menjadi popular di Negara kita.

2.1.2. Radio

Sebagai unsur dari proses komunikasi, dalam hal ini sebagai media

massa, radio siaran mempunyai ciri dan sifat berbeda dengan media massa

lainnya. Penyampaian pesan melalui radio siaran dilakukan dengan

menggunakan bahasa lisan; kalaupun ada lambang-lambang nirverbal yang

dipergunakan jumlahnya sangat minim. Misalnya tanda waktu pada saat akan

memulai acara warta berita dalam bentuk bunyi telegrafi atau musik. Penyajian

yang menarik dalam rangka menyampaikan suatu pesan adalah penting, karena

(2)

6

artinya dalam proses komunikasi. terutama melalui media massa radio,

disebabkan sifatnya yang satu arah (one way traffic communication).

Kelemahan lainnya dari radio adalah ‘sekilas dengar’ pesan yang

sampai kepada khalayak hanya sekilas dan lalu menghilang, sehingga tidak

memungkinkan adanya feedback. Konsep tentang informasi ini beranjak dari

pemikiran Claude Shannon dan Warren Weaver tentang proses transformasi

informasi (Gane and Beer, 2008:35-37), bahwa dalam proses komunikasi ada

komponen yang mempengaruhi bagaimana sebuah informasi itu diproses dan berjalan; proses ini diskemakan sebagai model “of communication systems a mathemathical function” sebagaimana proses transmisi dalam radio atau

televisi dalam gambar berikut ini:.

GAMBAR 1.

MODEL KOMUNIKASI SHANNON DAN WEAVER

Sumber : Shannon C. And Weaver.W. (1949). The Mathemathical Theory of communication

Urbana : University of Illinois Press

Berbicara tentang kelemahan radio tanpa berbicara kekuatannya tentu

tidak lengkap. Torben Brandt dan Eric Sasono (dalam Arya Gunawan, editor

(3)

7

1. Langsung; radio adalah satu-satunya media yang memiliki kemampuan

untuk menyampaikan isi/kandungan programnya secara langsung ke

hadapan pendengar.

2. Cepat; Radio juga memiliki kecepatan yang sulit ditandingi oleh media jenis

lain. Suatu peristiwa yang terjadi di suatu tempat, bisa dengan cept disiarkan

pula oleh sebuah stasiun radio. Si pelapor hanya membutuhkan telepon

untuk berhubungan dengan penyiar di stasiun radio. Faktor kecepatan yang

menjadi keunggulan radio ini harus selalu dikedepankan oleh radio, terlebih

lagi mengingat persaingan yang begitu ketat dengan media jenis lainnya.

3. Menciptakan gambar dalam ruang imajinasi pendengarnya; Radio makes

pictures. Radio menciptakan gambar. Inilah salah satu ungkapan paling

terkenal mengenai radio. Tidak salah memang untuk mengatakan bahwa

hanya radiolah satu-satunya media komunikasi modern yang memiliki kemampuan istimewa dalam menciptakan “gambar” atau rekaan di ruang imajinasi pendengarnya. Radio justru membuka ruang yang lebar bagi

penggambaran imajinasi ini, dan hasilnya malah seringkali lebih dahsyat

dibandingkan dengan menyaksikan langsung gambar di layar televisi.

4. Tanpa batas; radio praktis tidak memiliki batas, baik geografis, maupun

batas-batas usia, ras, tingkat ekonomi-sosial-pendidikan (orang

bytahurufpun bisa menikmati siaran radio. Hanya orang tuna rungu yang

tidak bisa menikmati radio).

5. Tak banyak pernik; radio adalah media yang tak memerlukan banyak pernik,

paling tidak jika dibandingkan dengan televisi. Untuk meliput suatu

peristiwa, televisi membutuhkan setidaknya 2 orang kru, satu kamerawan

dan satu reporter. Bahkan tidak jarang lebih dari itu, misalnya harus

ditambahi dengan tenaga teknisi untuk meengurusi lampu (lightning) dan

suara (sound engineer). Sedangkan radio hanya memerlukan satu orang kru,

yang cukup membawa tiga peralatan penting saja yaitu alat perekam,

(4)

8

6. Murah; radio jelaslah media yang relative murah dibandingkan televise dan

bahkan media cetak.Murah dari segi investasi awal maupun dari segi biaya

produksi.

7. Bisa dinikmati sambil mengerjakan hal lain; Radio bisadinikmati sambil

sang pendengar melakukan aktivitas lain, entah itu membaca, menyeterika,

memasak,menyusui anak, menyetir mobil dan berbagai kegiatan lainnya.

8. Hangat dan dekat; Sampai saat ini, rasanya tidak ada media selain radio yang

memiliki kemampuan untuk selalu hangat dan dekat dengan penikmatnya.

9. Mendidik; Radio sangat efektif untuk dipakai sebagai media pendidikan.

Apalagi jika diingat jangkauan pendengarnya yang luas dan sebagian besar

pendengar radio di Indonesia bermukim di wilayah-wilayah pinggiran yang

mungkin belum memiliki sarana pendidikan formal yang memadai.

10. Tempat mendengar musik; Radio adalah media yang paling andal untuk

menikmati music. Hampir tidak ada radio di dunia ini yang tidak

menyiarkan musik sama sekali dalam programnya. Radio merupakan salah

satu media yang memegang peran terpenting dalam perjalanan musik dunia.

2.1.3. Memahami Budaya

Budaya menurut Poerwadarminta (1993: 157) adalah pikiran, dan

atau akal budi. Sedangkan kebudayaaan diartikan sebagai hasil penciptaan

batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, adat istiadat, dan

sebagainya). Dari gambaran ini dapat dikatakan bahwa kebudayaan itu sangat

luas karena menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia. Budaya menjadi

dasar lahirnya kebudayaan. Kebudayaan dapat juga diartikan sebagai hasil

olah pikir dan tindakan manusia untuk kehidupan yang lebih baik.

Koentjaraningrat (2009: 164) memberi arti yang lebih luas bagi

kebudayaan. Kebudayaan dikelompokkan menjadi 7 (tujuh) unsur, yaitu:

bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan

teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem religi dan kesenian. Dari

(5)

9

Banyak studi ilmiah telah dilakukan untuk menunjukkan hubungan

antara kualitas hidup manusia dengan kebudayaan. Hasilnya tidak diragukan

lagi bahwa kebudayaan mempunyai pengaruh besar terhadapkemajuan suatu

bangsa. Menurut Huntington (2006: xiii, dalam Pedoman Penyelenggaraan

Siaran Programa 4 Radio Republik Indonesia), pada tahun 1960-an, kondisi

Korea Selatan (Asia Timur) dengan Ghana (Afrika) tidak jauh berbeda.

Keduanya mempunyai Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita yang setara,

dan menerima bantuan ekonomi yang seimbang. Akan tetapi tiga puluh tahun

kemudian keadaannya menjadi sangat berbeda. Korea Selatan telah

berkembang menjadi Negara industri dengan tingkat ekonominya menduduki

urutan 14 dunia, sedangkan PDE Ghana hanya seperlimabelas Korea Selatan.

Huntington yakin bahwa budaya memainkan peran besar dalam menciptakan

perbedaan tersebut. Menurut Huntington, budaya Korea Selatan membentuk

masyarakatnya hidup hemat, pekerja keras, mengedepankan pendidikan, suka

berorganisasi, dan disiplin. Rupanya tidak demikian dengan budaya orang

Ghana.

Dari gambaran diatas jelaslah bahwa budaya itu sangat penting dalam

kehidupan suatu masyarakat/ bangsa. Tilaar (2003: xii dalam Pedoman

Penyelenggaraan Siaran Programa 4 Radio Republik Indonesia) menjelaskan

bahwa proses menjadi manusia (human being) terjadi dalam ruang

kemanusiaan yang tidak lain adalah kebudayaan. Budaya lahir sebagai akibat

adanya daya cipta, rasa, dan karsa dari manusia, tetapi kemampuan manusia

untuk memiliki ketiga daya tersebut sangat ditentukan oleh ruang

kemanusiaan yang disebut kebudayaan. Oleh karena itu tidak berlebihan jika

dikatakan bahwa kebudayaan merupakan akar peradaban dari suatu bangsa.

Budaya pada dasarnya merupakan nilai-nilai yang muncul dari proses

interaksi antar-individu. Nilai-nilai ini diakui, baik secara langsung maupun

tidak, seiring dengan waktu yang dilalui dalam interaksi tersebut. Bahkan

terkadang sebuah nilai tersebut berlangsung di dalam alam bawah sadar

individu dan diwariskan pada generasi berikutnya. (Rulli Nasrullah, 2012:15).

(6)

10

Martin dan Nakayama, 1997:47) mengartikan budaya sebagai nilai yang secara

historis memiliki karakteristiknya tersendiri dan bisa dilihat dari simbol-simbol

yang muncul. Simbol tersebut bermakna sebagai sebuah sistem dari konsep

ekspresi komunikasi di antara manusia yang mengandung makna dan terus

berkembang seiring pengetahuan manusia dalam menjalani kehidupan ini.

Oleh karena itu, dalam definisi ini budaya merupakan nilai, kebiasan atau

kepercayaan yang akan terus berkembang. Masih beranjak dari definisi

tersebut, penulis hendak pula memaparkan pandangan Raymond Williams

(dalam Sutrisno dan Putranto (eds), 2005:8 dalam melihat istilah budaya,

sebagai :

1. Mengacu pada perkembangan intelektual, spiritual, dan estetis dari

seorang individu, sebuah kelompok, atau masyarakat;

2. Mencoba memetakan khazanah kegiatan intelektual dan artistik

sekaligus produk-produk yang dihasilkan;

3. Menggambarkan keseluruhan cara hidup, berkegiatan,

keyakinan-keyakinan dan adat istiadat sejumlah orang, kelompok atau

masyarakat.

Perbedaan budaya yang kita jumpai dalam segala aspek sosial, memberi

banyak sisi positif maupun negatif. Dari kedua sisi inilah -terutama sisi positif-

disinilah pentingnya peran komunikasi dalam strategi pelestarian dan

pengembangan budaya.

Siaran budaya Programa 4 RRI hadir untuk memperkuat akar budaya

bangsa. Siaran budaya RRI menjadi bagian dari upaya melestarikan dan

mengembangkan budaya yang positif/ atau baik, sebaliknya budaya yang

dianggap tidak relevan dengan kemajuan jaman, perlahan dihilangkan.

Budaya yang disebut tidak relevan dengan kondisi saat ini misalnya, tradisi

menyembelih hewan dalam jumlah besar saat upacara kematian dan

(7)

11 2.1.3. Teori Komunikasi Massa

Yang dinamakan komunikasi massa ialah komunikasi yang

menggunakan media massa-dalam hal ini media massa modern yang terdiri

dari surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film. Itu pun kalau menunjukkan

ciri-ciri tertentu, yang terpenting diantaranya ialah ciri “keserempakan”

(stimultaneity). Disebut media massa apabila media itu menyebabkan

khalayak secara serempak bersama-sama memperhatikan pesan yang sama

yang dikomunikasian media itu pada saat yang sama. Sebagai saluran

komunikasi, media massa memiliki karakteristik tersendiri dibandingkan

media lainnya. Hafied Cangara (2007: 134-135) memaparkan lima

karakteristik media massa. Pertama, bersifat melembaga, pihak yang

mengelola media melibatkan banyak individu mulai dari pengumpulan,

pengelolaan sampai pada penyajian informasi. Kedua, bersifat satu arah.

Ketiga jangkauan yang luas, artinya media massa memiliki kemampuan untuk

menghadapi jangkauan yang lebih luas dan kecepatan dari segi waktu. Juga,

bergerak secara luas dan simultan dimana dalam waktu yang bersamaan

informasi yang disebarkan dapat diterima oleh banyak individu. Keempat,

pesan yang disampaikan dapat diserap oleh siapa saja tanpa membedakan

faktor demografi seperti jenis kelamin, usia, suku bangsa dan bahkan tingkat

pendidikan. Kelima, dalam penyamaian pesan media massa memakai peralatan

teknis dan mekanis.

Walaupun banyak defenisi tentang komunikasi massa, namun dapat

dikatakan bahwa intinya adalah sama. Nurudin (2014: 3) mengatakan,

komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (cetak dan

elektronik). Sebab awal perkembangannya saja, komunikasi massa berasal dari

pengembangan kata media of mass communication ( media komunikasi massa).

Teori ini memberikan penekanan pada proses, yakni bagaimana komunikasi itu

menjangkau khalayak yang besar dalam waktu seketika.

Michael W. Gamble dan Teri Kwal Gamble (dalam Nurudin, 2014: 8),

mengatakan sesuatu bisa didefenisikan sebagai komunikasi massa jika

(8)

12

1. Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan modern

untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat kepada khalayak

yang luas dan tersebar. Pesan itu disampaikan melalui media modern pula

antara lain, surat kabar, majalah, televisi, film, atau gabungan diantara

media tersebut.

2. Komunikator dalam komunikasi massa dalam menyebarkan pesan-pesannya

bermaksud mencoba berbagi pengertian dengan jutaan orang yang tidak

saling mengenal atau mengetahui satu sama lain. Anonimitas audience

dalam komunikasi massa inilah yang membedakan pula dengan jenis

komunikasi yang lain. Bahkan pengirim dan penerima pesan tidak saling

mengenal satu sama lain.

3. Pesan adalah milik publik. Artinya bahwa pesan ini bisa didapatkan dan

diterima oleh banyak orang. Karena itu diartikan milik publik.

4. sebagai sumber, komunikator massa biasanya organisasi formal seperti

jaringan, ikatan ataupun perkumpulan. Dengan kata lain, komunikatornya

tidak berasal dari seseorang, tetapi lembaga. Lembaga inipun biasanya

berorientasi pada keuntungan, bukan organisasi sukarela atau nirlaba.

5. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper (penapis informasi). Artinya,

pesan-pesan yang disebarkan atau dipancarkan dikontrol oleh sejumlah

individu dalam lembaga tersebut sebelum disiarkan lewat media massa. Ini

berbeda dengan komunikasi antar pribadi, kelompok atau publik, dimana

yang mengontrol bukan sejumlah individu. Beberapa individu dalam

komunikasi massa itu ikut berperan dalam membatasi, memperluas pesan,

yang disiarkan. Contohnya adalah seorang reporter, edotor film, penjaga

rubik, dan lembaga sensor lain dalam media itu bisa berfungsi sebagai

gatekeeper.

6. Umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda. Kalau dalam jenis

komunikasi lain, umpan balik bisa bersifat langsung. Misalnya dalam

komunikasi antar persona. Dalam komunikasi ini umpan balik langsung

dilakukan, tetapi komunikasi lewat lewat surat kabar tidak bisa dilakukan

(9)

13

Beberapa catatan dapat diberikan untuk teori komunikasi massa dari

Michael W. Gamble dan Teri Kwal Gamble ini. Pertama, keduanya tidak

secara tegas menyebutkan salah satu media komunikasi massa adalah radio.

Boleh jadi yang ada dalam benak kedua pakar ini, radio adalah media

komunikasi yang masih seperti dulu. Dalam kenyataannya sekarang, radio

telah memanfaatkan teknologi komunikasi yakni internet sehingga siaran radio

dapat didengar lewat streaming audio. Dengan teknologi ini, siaran radio dapat

didengar dimana saja sepanjang ada ada jaringan internet dan telepon pintar

(android). Demikian pula terkait umpan balik. Baik radio maupun televisi, saat

ini bisa mendapatkan feedback seketika dari pendengarnya melalui program

Phone in atau Interaktif.

Menarik jika kita melihat pandangan sejumlah pakar tentang media

komunikasi massa. Rainer Adam (Politik dan Radio, 2000: 8)

mengatakan,Fungsi media (dalam demokrasi) berlipat ganda: mereka

melaporkan fakta dan memberi informasi, mendidik publik, memberi

komentar, menyampaikan dan membentuk opini, karena itu member

sumbangan terhadap debat dan opini publik. Jika pandangan ini dikaitkan

dengan peran radio dalam pelestarian budaya, maka dapat dikatakan, radio

melaporkan fakta budaya, member informasi budaya, mendidik public tentang

budaya, member komentar tentang budaya,menyampaikan dan membentuk

opini tentang budaya. Ini merupakan pandangan yang paling jelas tentang

peran yang dapat disumbangkan media radio.

Pandangan bahwa radio dapat memainkan peran besar dalam

peradaban manusia juga dikemukakan oleh ilmuwan Jerman Bartolt Brecht (Radiotheorie, 1932, dalam Adam, 2000: 8). Menurutnya, “radio harus diubah dari alat distribusi menjadi sistem komunikasi. Radio menjadi alat komunikasi

kehidupan masyarakat yang paling besar yang dapat dipikirkan, sistem saluran

yang besar. Artinya, radio bertugas tak hanya mengirim/ menyiarkan tetapi

juga menerima. Ini mengandung implikasi bahwa radio akan membuat

pendengar tak hanya mendengar tetapi juga berbicara, dan tidak membuat

(10)

14

Negara dan masyarakat”. Menarik untuk dilihat, bagaimana peran besar yang dapat dimainkan oleh media radio sudah “terbaca” oleh Brecht justru pada masa awal kehadiran radio. Radio Siaran (broadcasting) diperkenalkan pada

tahun 1915 (Albig dalam Effendy, 1990: 22). Walaupun ada pandangan yang

mengatakan pelopor radio siaran adalah Dr. Lee de Forest, yang menggunakan

stasiun radio eksperimen untukmenyiarkan bulletin kampanye Pemilihan

Presiden Amerika Serikat di tahun 1916 (Effendy, 1990: 23).

2.1.3.1 Elemen-Elemen Komunikasi Massa

a. Komunikator

Komunikator dalam komunikasi massa sangat berbeda dengan

komunikator dalam bentuk komunikasi yang lain. Komunikator di sini

meliputi jaringan, stasiun local, direktur dan staf teknis yang berkaitan

dengan sebuah acara televisi. Dengan demikian, komunikator dalam

komunikasi massa bukan individu, tetapi kumpulan orang yang bekerja

satu sama lain. Meskipun ada orang yang dominan, pada akhirnya ia akan

terbatasi perannya oleh aturan kumpulan orang. Kumpulan itu bias disebut

organisasi, Lembaga, institusi, atau jaringan. Jadi apa yang dikerjakan oleh komunikator dalam komunikasi massa itu “atas nama” Lembaga dan bukan atas nama masing-masing individu dalam Lembaga tersebut. (Nurudin,

2014 : 96)

b. Isi

Setiap media massa memiliki karakteristik dalam pengelolaan

isinya. Sebab,

sasaran dan audience yang beragam entah audience yang berasal dari

kelompok sosial maupun individu. Bagi Ray Eldon Hiebert dkk (1985) isi

media setidak-tidaknya bias dibagi kedalam lima kategori yakni 1) berita

dan informasi, 2) analisis dan interpertrasi, 3) Pendidikan dan sosialisasi, 4)

hubungan masyarakat dan persuasi, 5) iklan dan bentuk penjualan lain, dan

(11)

15

Penyampaian berita dan informasi merupakan esensi utama dalam

pengelolaan media massa. Seriap media massa harus menyampaikan

informasi dan berita terbaru setiap hari kepada audience agar masyarakat

dapat memahami dan lebih tahu. Menurut buku pedoman penyelenggaran

programa 4 (2013 : 2) media massa mempunyai rutinitas terbit sehingga ada

keajegan untuk diakses dan tentu memiliki peluang besar untuk terus

menerus mempengaruhi pikiran orang yang mengaksesnya. Kemudian

sebaran informasi media massa besifat masif sehingga mampu

mempengaruhi khalayak luas dalam rentang waktu yang sama.

Media massa juga berperan untuk menganalisis kejadian-kejadian

yang terjadi di sekitar dan kemudian menginterpretasikannya dalam bentuk

informasi sehingga audience dari berbagai Kalangan mampu memahami isi

pesan yang hendak disampaikan media massa. Media massa dituntut untuk

menyajikan berita/informasi yang objektif, tidak sembarangan, dan tidak

berat sebelah. Demikian media massa memenuhi tugasnya sebagai pendidik seperti dikutip dari Nurudin (2014 : 103) “Ketika media massa dengan informasi dan analisisnya memberikan ilmu pengetahuan pada masyarakat,

secara tidak langsung media sedang memfungsikan dirinya sebagai seorang pendidik”.

Iklan bias disebut juga ‘nafas’ sebuah media massa. Lewat iklanlah hidup mati media massa ditentukan. Tetap bisa ditemukan media massa

yang mampu bertahan hidup tanpa harus mengandalkan iklan, tetapi sulit

untuk tidak mengatakan ada media yang mampu bertahan hidup tanpa iklan.

Iklan juga menmenuhi bersifat persuasi sehingga ada hubungan timbal balik

antara pihak produsen iklan/produk dan juga media massa yang

menayangkan iklan tersebut.

c. Komunikator

Komunikator dalam komunikasi massa pula bersifat khalayak

(heterogen) contohnya

seperti jutaan penonton televisi, ribuan pembaca buku, majalah, koran atau

(12)

16

mereka terima juga berbeda-beda. Mereka dapat menanggapi pesan sesuai

pengalaman dan juga orientasi hidupnya.

Dengan menggunakan individual differences perspective seperti

dikutip pada pada gambar dibawah ini masing-masing individu anggota

audience (A1, A2, A3) bertindak menanggapi pesan yang disiarkan media

secara berbeda. Hal itu pulalah, mengapa mereka menggunakan dan

merespons pesan secara berbeda (R1, R2, R3) Nurudin (2014 : 107)

A1 R1

percepction

Media stimulus A2

R2

A3 R3

(Sumber: Hiebert, Ungurait, dan Bohn, 1995)

2.1.4. Pelestarian Dan Pengembangan Budaya

Bangsa Indonesia kaya akan bentuk kebudayaan. Pluralisme bangsa

memunculkan keragaman budaya yang terpelihara dalam kehidupan

masyarakat. Indonesia memiliki lebih dari 120 suku dan 546 bahasa daerah.

Bahkan sumber lain mengatakan jumlah bahasa daerah yang ada di Indonesia

mencapai 742. Indonesia juga memiliki 17. 000 pulau dengan keunikan dan

kekayaan masing-masing. Kekayaan seperti itu tentu saja membawa implikasi

munculnya keberagaman budaya di Indonesia. Keberagaman itu sendiri pada

suatu sisi dapat memperkuat identitas kebangsaan Indonesia dan tentu

merupakan kekayaan patutu disyukuri. Namun, pada sisi lain jika tidak dikelola

secara baik, keberagaman berpotensi menimbulkan permasalahan dalam

(13)

17

keberagaman yang tidak terkelola dengan baik berpotensi besar besar menjadi

sumber konflik yang tidak mudah diselesaikan.

Sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, provinsi

Nusa Tenggara Timur yang berdiri sejak tahun 1958, (sebagai pemekaran dari

provinsi Sunda Kecil) menyimpan keragaman budaya yang tinggi. Provinsi

NTT yang terdiri atas 1192 pulau, dengan 40 pulau berpenghuni, terdiri atas 16

etnis atau suku dan 49 rumpun bahasa daerah.

Mengacu pada pengertian kebudayaan dalam arti luas, sebagaimana

dikemukakan oleh Koentjaraningrat (dalam Pedoman Programa 4 RRI, 2015)

yang dikelompokkan dalam 7 unsur, yaitu: bahasa, sisitem pengetahuan

organisasi sosial,sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata

pencaharian hidup, sistem religi dan kesenian, maka dapat dibayangkan betapa

kayanya NTT akan budaya. Sebagai nilai luhur, sudah sepatutnya kebudayaan

dapat dilestarikan dan diwariskan dari generasi ke generasi.

Kebudayaan daerah adalah bagian dari kekayaan nasional. Kebudayaan

sebagai akar peradaban dari suatu bangsa berperan penting dalam pembentukan

karakter manusia. Suatu bangsa yang memiliki akar budaya kuat cenderung

lebih mampu menghadapi berbagai tantangan hidup.

Fakta menunjukkan banyak bentuk kebudayaan di tanah air yang

terancam punah. Punahnya sejumlah bentuk kebudayaan seperti musik,

kesenian tradisonal, tarian, bahasa daerah, legenda, sistem peralatan hidup dan

teknologi, sistem mata pencaharian sistem religi dan sebagainya, bisa karena

proses alih generasi, tidak adanya upaya pelestarian, tidak adanya dokumentasi

(karena tradisi kita yang masih lisan) dan sebagainya.

Sebagai hasil karya, karsa dan olah rasa, sepatutnya hasil karya budaya

bangsa tetap terpelihara. Peran menjaga budaya bangsa dapat dilakukan oleh

pemerintah melalui instansi terkait, dan masyarakat itu sendiri. Atas

pertimbangan itulah LPP RRI menghadirkan Programa 4 sebagai Programa

Budaya dengan tujuan melestarikan dan mengembangkan kebudayaan yang

(14)

18

Programa 4 RRI Kupang sebagai Programa Budaya resmi mengudara

pada tanggal 30 April 2015. Meskipun secara prinsipil Pro 4 sama dengan radio

lain tetapi ada faktor terpenting yang menjadi penanda bahwa Pro 4 sungguh

berbeda, yakni substansi materi siarannya sepenuhnya berbasis budaya.

2.1.5 Penelitian Terdahulu

(15)

19 2.2. Kerangka Pikir

Budaya merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia atau

bahkan merupakan bagian dari manusia itu sendiri. Ini berarti berbicara tentang

budaya berarti berbicara tentang manusia itu sendiri. Manusia hidup dalam

keteraturan budaya, dan sekaligus budaya itu ikut menentukan kemajuan suatu

bangsa. Pola berpikir, cara berpakaian etika dan perilaku pada umumnya

merupakan pengaruh dan bagian dari budaya. Merujuk arti budaya dalam

KamusBesar Bahasa Indonesia (2003:169), lema budaya bisa diartikan sebagai

1) pikiran, akal budi; 2) adat istiadat; 3) sesuatu mengenai kebudayaan yang

sudah berkembang (beradab, maju); dan 4) sesuatu yang sudah menjadi

kebiasaan dan sudah sukar diubah. Budaya yang berkembang dalam

masyarakat dipengaruhi oleh banyak hal dan bersifat dinamis, entah interaksi

manusia secara langsung atau media yang terus berkembang setiap harinya.

Ahli antropologi aliran fungsional menyatakan, bahwa budaya adalah

keseluruhan alat dan adat yang sudah merupakan suatu cara hidup yang telah

digunakan secara luas, sehingga manusia berada di dalam keadaan yang lebih

baik untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dalam

penyesuaiannya dengan alam sekitarnya untuk memenuhi kebutuhannya

(Malinowski, 1983: 65) oleh karena itu peran media, terutama radio yang

secara khusus mengambil tempat dalam pembentukan dan penyebaran

kebudayaan menentukan perkembangan budaya dalam masyarakat yang

semakin berkembang.

RRI Kupang, dalam perkembangan dan eksistensinya sebagai Lembaga

Penyiaran Publik (LPP) mencoba menjangkau masyarakat dan kebudayaan

yang beragam di NTT, serta menempatkannya di suatu wadah yang dihadirkan

dalam bentuk Programa 4 RRI Kupang (Siaran Kebudayaan) agar dapat

bersama-sama melestarikan pluralisme dalam kebudayaan NTT.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui strategi siaran yang

dilakukan pada Programa RRI Kupang dalam ikut melestarikan dan

(16)

20

Apakah strategi itu sudah tepat, dalam arti dapat ikut serta (bersama institusi

lainnya) menjaga keberadaan beragam budaya yang ada bahkan turut

mrngembangkannya dalam arti lebih dikenal, lebih diminati dan tetap tumbuh

dalam kehidupan masyarakat. Hal ini sejalan dengan fungsi sosial media massa

yakni untuk menyampaikan informasi, mendidik dan menghibur. Dalam hal

ini, Programa 4 menginformasikan adanya bentuk kebudayaan tertentu,

mendidik masyarakat agar menghargai, melestarikan dan mengembangkan

budaya tersebut, serta menyajikan kebudayaan dalam bentuk hiburan seperti

lagu daerah, kesenian tradisional, pagelaran budaya dan sebagainya.

Hypodermic Needle Theory Disebut juga teori jarum hipodermik

(hypodermic needle theory) atau teori peluru. Peluru diibaratkan sebagai

sebuah pesan yang ditembakkan dan langsung mengenai sasaran. (Mc Quail,

2011) Audience, anggota dari masyarakat dianggap punya ciri khusus yng

seragam dan dimotivasi oleh faktor biologis dan lingkungan dan mereka

mempunyai sedikit kontrol. Tidak ada campur tanggan diantara pesan dan

penerima artinya pesan yang sangat jelas dan sederhana akan jelas dan

sederhana pula direspon.

Jika mengacu pada konsep yang lebih khusus seperti dikatakan oleh

Lasswell dan Wright dalam Sanjaya (2004), media massa mempunyai empat

fungsi, yaitu: melakukan pengamatan sosial (social surveillance), penghubung

sosial (social correlation), melakukan transformasi nilai dari generasi satu ke

generasi berikutnya (social education), dan menghibur (entertainment). Dalam

menyelenggarakan siaran budaya, Programa 4 dapat dikatakan telah

melaksanakan fungsi ini. Yang penting untuk diketahui ialah apakah

pelestarian budaya telah terjadi atau setidaknya sementara berlangsung.

Dalam upaya pelestarian dan pengembangan budaya daerah melalui

siaran radio terdapat sejumlah komponen yang ikut berperan seperti

Masyarakat Adat tempat tumbuhnya budaya tersebut, institusi lain yang

(17)

21

pemerintah, LSM, budayawan, perguruan tinggi dan sebagainya. Lembaga

Penyiaran Publik RRI Kupang termasuk salah satu komponen melalui Tim

Produksi. Tim produksi inilah yangbertanggung jawab menghasilkan suatu

acara siaran budaya yang sesuai apa adanya, selanjutnya materi kebudayaan

tersebut diolah menjadi materi siaran. Materi siaran yang dihasilkan dapat

berupa pagelaran budaya, Feature budaya, Majalah Udara kebudayaan, Berita

Budaya, Kesenian daerah, dan Filler Budaya. Materi siaran budaya ini yang

kemudian akan disiarkan (dan bisa diulang berapa kali).

Melalui programa budaya ini diharapkan masyarakat dimana budaya

itu tumbuh dan berkembang akan memiliki rasa bangga sehingga mau

melestarikan dan mengembangkan budaya tersebut. Bagi masyarakat diluar

komunitas tersebut diharapkan dapat memahami keberadaan budaya

komunitas lain untuk lebih menghargai keragaman. Pada akhirnya khalayak

pendengar diharapkan mencintai budaya daerah, sebagai bagian dari

kebudayaan. nasional. Penghargaan terhadap keberadaan kebudayaan ini pada

akhirnya dapat melestarikan dan mengembangkan tradisi budaya yanag

merupakan kekayaan dan identitas bangsa. Kerangka berpikir dimaksud dapat

(18)

22

Gambar 2. Kerangka berpikir upaya pelestarian dan pengembangan budaya daerah melalui siaran radio.

Masyarakat Adat, Institusi Budaya Pemerintah

& Swasta, Akademisi/Budayawan

1. Masyarakat Adat 2. Institusi Budaya Pemerintah/

Swasta

3. Akademisi/ Budayawan

Tim Produksi Siaran Budaya

SIARAN PROGRAMA 4/ BUDAYA RRI KUPANG

Masyarakat Umum Paham Budaya lain Masyarakat Adat

Mencintai Budayanya

Gambar

GAMBAR 1. MODEL KOMUNIKASI SHANNON DAN WEAVER
Gambar 2. Kerangka berpikir upaya pelestarian dan pengembangan budaya daerah melalui

Referensi

Dokumen terkait

[r]

dari berbagai media tumbuh dapat mengendalikan hama ulat grayak ( S. litura F.) (Lepidoptera : Noctuidae) pada tanaman tembakau di rumah kasa. Diduga waktu aplikasi

5 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan (“Permendagri 5/2007”) , karang taruna adalah Lembaga Kemasyarakatan yang merupakan wadah pengembangan generasi muda

Selanjutnya, peserta geladi dan KP mengolah dan menganalisis data yang diperoleh untuk mengidentifikasi permasalahan inti yang dialami oleh setiap UKM

ANALISIS TENTANG TINDAKAN HAKIM DALAM MENGKONSTATIR PERISTIWA PADA PEMERIKSAAN SENGKETA PERCERAIAN YANG DIPUTUS VERSTEK (STUDI KASUS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI.. CIREBON

Komitmen Perguruan Tinggi terhadap keberlangsungan program hibah kompetisi ini dapat dilihat dari dukungan Perguruan Tinggi terhadap program pengembangan yang diusulkan termasuk

Dalam menjalankan kegiatan bisnisnya, perusahaan ini masih menggunakan semi komputerisasi dimana hanya penginputan transaksi di Jakarta yang menggunakan sistem yang

Bagi siswa yaitu: peserta didik dapat meningkatkan pemahaman dalam mengenal dan memahami materi sistem pencernaan manusia, menumbuhkan kreativitas, rasa percaya diri,