• Tidak ada hasil yang ditemukan

PM TUGAS AKHIR FIX PRINT.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PM TUGAS AKHIR FIX PRINT.docx"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

KOMUNITAS KOMPETEN YANG MAMPU MENDUKUNG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

MEIDHA DEWI MAHARDIONO

L1C015007 ILMU KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

ILMU KELAUTAN PURWOKERTO

2016

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan rahmat-Nyalah makalah ini dapat terselesaikan dengan baik untuk memenuhi tugas mata kuliah pemberdayaan masyarakat. Makalah ini disajikan sesederhana mungkin untuk memudahkan pembaca dalam memahami isi makalah ini.

Tak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu Mata kuliah Pemberdayaan Masyarakat sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Dengan adanya makalah ini mahasiswa diharapkan dapat menerapkan aspek-aspek pemberdayaan masyarakat kota untuk memajukan Negara Indonesia dengan terciptanya masyarakat yang berkompeten.

Penulis

(3)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar... i

Daftar Isi... ii

I. PENDAHULUAN... 1

I.1. Latar Belakang... 1

I.2. Tujuan Karya Tulis... 2

II. PEMBERDAYAAN ASYARAKAT... 3

II.1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat... 3

II.2. Komunitas Yang Baik... 4

III. PEMBANGUNAN MASYARAKAT KOTA... 5

III.1. Model Dunia Ketiga... 5

III.2. Model Keseimbangan... 6

III.3. Model Negara Maju... 7

III.4. Model Kelompok Sasaran... 8

IV. KOMUNITAS KOMPETEN... 9

IV.1. Komponen Komunitas Kompeten... 9

IV.2. Empat Unsur Komunitas Menurut Dunham... 14

V. KESIMPULAN... 17

VI. DAFTAR PUSTAKA... 1

(4)
(5)

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Suatu negara dapat dikatakan negara maju apabila negara tersebut dapat memenuhi kebutuhan masyarakatnya, serta menjamin kehidupan masyarakatnya. Keberhasilan negara maju sangat dipengaruhi oleh perilaku masyarakatnya yang mandiri dan mampu memberdayakan dirinya sendiri sehingga tidak lagi tergantung sepenuhnya pada pemerintah. Namun pada negara berkembang masyarakatnya sebagian besar belum mampu untuk memberdayakan kemampuan individunya sehinngga perlu dilakukan pemberdayaan.

Pemberdayaan masyarakat muncul karena adanya suatu kondisi-kondisi sosial ekonomi masyarakat yang rendah mengakibatkan mereka tidak mampu dan tidak tahu. Ketidakmampuan dan ketidaktahuan masyarakat mengakibatkan produktivitas mereka rendah. Pemberdayaan masyarakat diartikan sebagai suatu proses membangun manusia atau sekelompok orang dengan cara pengembangan kemampuan masyarakat, perubahan perilaku masyarakat, dan pengorganisasian masyarakat.

Pengorganisasian masyarakat atau biasa disebut komunitas merupakan suatu upaya masyarakat untuk saling mengatur dalam mengelola kegiatan atau program yang mereka kembangkan. Adanya komunitas ini sangat bermanfaat, mereka bisa melakukan pembagian tugas, saling mengawasi, merencanakan

(6)
(7)

diharapkan masyarakat dapat pengembangkan kemampuan sehingga dapat menjadi masyarakat yang mandiri dan tidak tergantung pada pemerintah serta mewujudkan masyarakat yang mandiri dan berpotensi sehingga dapat menumbuhkan kesejahteraan sosial yang berakhirnya pada kesejahteraan negara.

I.2. Tujuan

I.2.1. Tujuan penulisan ini adalah untuk membahas yang berkaitan tentang pemberdayaan masyarakat.

I.2.2. Untuk membahas model pembangunan masyarakat kota. I.2.3. Untuk membahas komponen komunitas kompeten.

(8)

II. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

II.1. PENGERTIAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai upaya untuk memulihkan atau meningkatkan kemampuan suatu komunitas untuk mampu berbuat sesuai dengan harkat dan martabat sebagai anggota masyarakat (Mubarak, 2010). Pemberdayaan masyarakat ditandai adanya kemandirian yang dapat dicapai melalui proses pemberdayaan masyarakat. (Sumodiningrat, 2007). Kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat yang ditandai dengan kemampuan memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi (Widjajanti, 2011).

Pemberdayaan masyarakat memiliki tujuan utama yang tidak terbatas pada terciptanya better-farming, better business, dan better living, tetapi juga untuk memfasilitasi masyarakat untuk mengadopsi strategi yan ada agar mempercepat terjadinya perubahan-perubahan kondisi sehingga mereka dapat meningkatkan taraf hidup pribadi dan masyarakatnya dalam jangka panjang (Sulistiyani, 2006).

(9)
(10)

2.2. KOMUNITAS YANG BAIK 2.2.1. kelompok primer

Pentingnya kelompok bagi kehidupan manusia bertumpu pada kenyataan bahwa manusia adalah mahluk sosial. Artinya, secara alamiah manusia tidak dapat hidup sendirian (Carolina, 2009). Kelompok sosial merupakan kumpulan individu yang hidup bersamaan dengan mengadakan hubungan timbal balik yang cukup intensif dan teratur, sehingga diharapkan adanya pembagian tugas, sturktur, serta norma-norma tertentu yang berlaku bagi mereka. Kelompok juga dapat mempengaruhi lingkungan sosial dimana anggotanya yang saling tergantung satu sama lain (J. Dwi Narwoko, 2006).

Karakteristik kelompok sosial, yaitu: ada dorongan atau motif yang sama antara individu diantara mereka sendiri adalah konsekuensi dari interaksi yang berbeda dari individu satu dengan yang lain berdasarkan selera dan kemampuan bervariasi antara individu yang terlibat. Adanya penegasan dan pembentukan struktur atau organisasi kelompok yang jelas dan terdiri dari peran dan posisi (Zubaidah, 2013).

(11)

2.2.2. Komunitas memiliki otonomi

Dalam bahasa Yunani, otonomi berasal dari autos berarti sendiri dan namos berarti aturan atau undang-undang, sehingga dapat diartikan sebagai kewenangan untuk mengatur diri sendiri atau kewenangan untuk membuat aturan untuk mengurus rumah tangganya sendiri (Sarundajang, 2011).

Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai peraturan perundang-undangan. Sedangkan daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas daerah tertentu, berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam negara kesatuan republik Indonesia (Suragih, 2011). Pemberdayaan masyarakat dalam deskripsi dimaksudkan sebagai upaya untuk melindungi dan memperjuangkan nilai-nilai dan kepentingan di dalam arena segenap aspek kehidupan (Sanit 2008).

Komunitas yang baik salah satunya juga harus memiliki otonomi. Konsep otonomi desa adalah sebagai adanya kemampuan serta prakarsa masyarakat desa untuk dapat mengatur dan melaksanakan dinamika kehidupannya dengan sedapat mungkin didasarkan pada kemampuannya sendiri dengan mengurangi intervensi pihak luar, berdasarkan wewenang yang dimilikinya dengan bersandar pada peraturan yang berlaku. Pemberlakuan kebijakan otonomi desa juga mengundang berbagai tanggapan serta pandangan baik itu dari pemerintah maupun masyarakat, tentang dampak ataupun hal-hal yang ingin dicapai dari pemberlakuannya (Nadir, 2013).

(12)

2.2.3. Komunitas memiliki viabilitas

Viabilitas atau problem solving merupakan salah satu indikator dalam menentukan komunitas yang baik. Problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan masalah dan memecahkan berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat (Aldous, 2007).

Kurangnya komunikasi yang terjadi antara para penentu kebijakan dengan rakyat kebanyakan, menyebabkan model atau bentuk pembangunan yang diterapkan lebih memperlihatkan suatu model ‘top-down planning’ yang menurut satu kondisi dianggap lebih baik, namun dari sisi yang lain memberikan dampak yang kurang diharapkan, sejauh perkembangan masyarakat yang ada, ternyata sisi ke dua inilah yang dirasakan lebih memperlihatkan substansinya dalam masyarakat Indonesia ini (Sanit, 2008).

(13)

2.2.4. Distribusi kemampuan yang rata

Kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau kelompok guna menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan, kewenangan tidak boleh dijalankan melebihi kewenangan yang diperoleh. Dalam suatu kelompok organisasi maupun komunitas pasti ada salah satu yang berkuasa atau menjabat peranan penting. Dalam hal ini “distribusi kekuasan yang merata” yaitu dimana dalam suatu kelompok organisasi maupun komunitas alangkah baiknya apabila individu yang memegang peranan penting tidak mempergunakan kekusaanya dengan semena-mena. Pemegang kuasa haruslah mendengarkan aspirasi atau pendapat dari anggotanya (Sitepu, 2010).

Setiap orang berkesempatan yang sama dan bebas menyatakan

kehendaknya (Roesmidi dan Risyanti, 2006). Kekuasaan seseorang dalam suatu

masyarakat berhubungan dengan besarnya pengaruh orang tersebut terhadap orang-orang yang ada di sekitarnya. Sumber-sumber kekuasaan tidak pernah terdistribusikan secara merata dalam setiap masyarakat atau sistem politik. Hal ini bertolak belakang dengan paham demokrasi yang memostulatkan kekuasaan berada di setiap diri individu. Akibatnya, tidak hanya semakin tidak kreatif dia dalam melaksanakan fungsi dan perannya dalam bertugas tetapi juga semakin cenderung mungkin dalam menyalahgunakan jabatan untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya. Karena itu, peralihan kewenangan dari seseorang atau kelompok orang kepada orang atau kelompok lain merupakan suatu keharusan (Wrahatnala, 2012).

(14)

2.2.5. Kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam kepentingan bersama

Keberdayaan masyarakat dapat diwujudkan melalui partisipasi aktif masyarakat yang difasilitasi dengan adanya pelaku pemberdayaan. Partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosional dari orang dalam situasi kelompok. Dan mendorong mereka untuk berkontribusi pada tujuan kelompok, dan juga berbagai tanggung jawab dalam mencapai tujuan (Newstrom, 2010). Secara garis besar partisipasi adalah suatu wujud dari peran serta masyarakat dalam aktivitas berupa perencanaan dan pelaksanaan untuk mencapai tujuan pembangunan masyarakat. Wujud dari partisipasi dapat berupa saran, jasa, ataupun dalam bentuk materi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam suasana demokratis (Willie, 2007).

(15)

2.2.6. Komunitas yang memberi makna pada anggotanya

Kelompok sosial adalah kesatuan yang hidup bersama dan saling mempengaruhi. Setiap anggota kelompok harus sadar bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan. Ada suatu faktor yang dimiliki bersama, sehingga hubungan antara mereka bertambah erat, misalnya: nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang sama, dan lain-lain (Soekanto, 2007).

Pemberian makna kepada orang lain lebih dikenal dengan istilah presepsi. Presepsi adalah suatu proses memberikan makna yang sebenarnya merupakan akar dari opini yang dipengaruhi oleh pendirian yang juga dibentuk oleh tiga factor penentu yaitu affect, behavior dan cognition. Presepsi yang sudah dipengaruhi dapat membentuk opini, latar belakang budaya, pengalaman masa lalu, nilai-nilai yang dianut dan berita yang berkembang dapat dipengaruhi seseorang dalam proses pembentukan presepsi (Asariansyah, 2013).

(16)

proses pengembangan kebijakan, perencanaan, aksi sosial politik, dan proses pendidikan.

2.2.7. Adanya heterogenitas dan perbedaan pendapat

Heterogenitas adalah permasalahan yang memang selalu ada dalam kehidupan ini. Masyarakat terbentuk karena adanya perbedaan, sementara perbedaan sendiri menjadikan kehidupan dalam bermasyarakat menjadi lebih hidup, lebih menarik dan layak untuk diperbincangkan. Dalam suatu kelompok organisasi ataupun komunitas heterogenitas dapat dikaitkan kedalam suatu perbedaan pendapat (Soetomo, 2006). Perbedaan pendapat inilah yang terkadang menjadi momok yang selalu dihindari dalam suatu kelompok organisasi atau komunitas. Tapi hal itu tidak akan mungkin bisa untuk dihindari, karena hal tersebut yang sebenarnya membuat setiap anggota memiliki pemikiran yang kritis, dengan maksud dan tujuan yang sebenarnya bukan untuk kepentingan pribadi melainkan kepentingan bersama dengan suatu capaian yang diinginkan bersama. Tidak menepis kemungkinan suatu heterogenitas atau perbedaan dapat menjadikan suatu hubungan menjadi lebih erat, hal tersebut tergantung masing-masing pihak memandang makna dari “Heterogenitas” itu sendiri, ada yang memandang heterogenenitas adalah awal suatu perpecahan adapula yang beranggapan bahwa heterogenitas itu awal dari suatu persatuan yang sangat kuat (Cholisin, 2011).

(17)

menjadi tolak ukur utama dalam menghitung tingkat keberhasilan pembangunan (Elmubarok, 2008). Seringkali kepercayaan yang dianut dapat bertentangan dengan konsep-konsep yang ada karena adanya beda pendapat antara mesyarakatnya (Astra, 2007).

2.2.8. Pelayanan masyarakat ditempatkan sedekat dan secepat mungkin pada yang berkepentingan

Permintaan pelayanan publik terus meningkat baik kuantitas maupun kualitasnya. Pelayanan publik bukan hanya merupakan persoalan administratif saja tetapi lebih tinggi dari itu yaitu pemenuhan keinginan dari publik. Oleh karena itu diperlukan kesiapan bagi adminitator pelayan publik agar dapat dicapai kualitas pelayanan yang baik. (Sumartono, 2007).

Pelayanan Publik dapat diartikan sebagai pemberian layanan keperluan masyarakat yang mepunyai kepentingan pada organisasi tersebut sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan (Widodo Joko, 2009). Alasan penting kehadiran pelayanan pemerintah, termasuk pelayanan publik yaitu diperlukan untuk melindungi kepentingan masyarakat, jika layanan yang dibutuhkan itu ternyata tidak dapat dijangkau masyarakat atau disediakan oleh mekanisme pasar. Meluasnya peran pemerintah dalam menyelenggarakan fungsi pelayanan (public) berkembnag dengan munculnya paham atau pandangan tentang filsafat negara. Adanya perluasan fungsi tersebut tidak lain adalah untuk kesejahteraan rakyat (karmani, 2011).

(18)

penggunaan dan pemanfaatan teknologi informasi. Secara ringkas tujuan E-government adalah untuk membentuk jaringan komunikasi diantara masyarakat, swasta dan pemerintah lainnya yang dapat memperlancar interaksi, transaksi dan layanan (Hasibuan, 2006)

2.2.9. Komunitaas harus mempunyai kemampuan untuk managing konflik

Manajemen konflik merupakan langkah yang dapat digunakan individu atau kelompok untuk menghadapi pertentangan atau perselisihan yang terjadi di dalam kehidupan. Manajemen konflik menjadi suatu kajian yang penting untuk dipelajari dalam menyelesaikan potensi konflik sehingga menghasilkan kesamaan sudut pandang dan kepentingan (Karimah, 2014).

(19)

Konflik sebenarnya sesuatu yang tidak bisa dihindarkan terjadi, untuk itu perlu dikelola dengan baik dan bernilai positif yang pada akhirnya mampu membawa kemajuan bagi pengembangan organisasi (Wirawan, 2010).

Manajemen konflik merupakan proses pihak yang terlibat konflik dalam menyusun strategi konflik dan menerapkannya untuk mengendalikan konflik agar menghasilkan penyelesaian konflik yang diinginkan (Usman, 2009).

III. MODEL PEMBANGUNAN MASYARAKAT DI PERKOTAN

III.1. Model Dunia Ketiga

Teori pembangunan dunia ketiga adalah teori-teori pembangunan yang berusaha menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh negera-negara miskin atau negara-negara yang sedang berkembang dalam sebuah dunia yang didominasi oleh kekuatan ekonomi, ilmu pengetahuan dan militer negara-negara adikuasa atau negara-negara industri maju (Suwarsono, 2006).

(20)

pembangunan berbagai jenis industri secara bebarengan sehingga industri tersebut saling menciptakan pasar bagi yang lain (arsyad, 2010).

Secara umum model pengembangan wilayah di negara-negara berkembang lebih menitikberatkan pada sektor agraris, yaitu sektor-sektor yang berhubungan dengan upaya-upaya pengolahan sumber daya alam secara langsung (Haryono, 2009).

III.2. Model Keseimbangan

Pembangunan seimbang adalah pembangunan berbagai jenis industri atau keseimbangan pembangunan di berbagai sektor secara bebarengan sehingga industri tersebut saling menciptakan peluang. Misalnya antara sektor industri dan sektor pertanian, antara industri barang konsumen dan industri barang modal, antara sektor luar negeri dan sektor domestik, dan antara sektor produktif dan sektor dan sektor prasarana. Singkatnya, strategi pembangunan seimbang ini mengharuskan adanya pembangunan yang serentak dan harmonis di berbagai sektor ekonomi sehingga keseluruhan sektor akan tumbuh bersama (Arsyad, 2010).

Agroindustri adalah industri yang memberi nilai tambah pada produk pertanian termasuk hasil laut, hasil hutan dan peternakan (Masyhuri, 2009). Agroindustri mencakup penanganan pasca panen, industri pengolahan makanan dan minuman, industri biofarma, industri bioenergi, industri pengolahan hasil ikutan (by-product) serta industri agrowisata (Soetrisno, 2010).

(21)

administrasi maka bisa diartikan suatu upaya untuk meningkatkan, memperbaiki teknik, proses, dan sistem untuk menaikkan atau meningkatkan kapasitas administrasi suatu negara berkembang (Agustine, 2010). Pengembangan pada Kelautan dan Perikanan termasuk dalam teori Pengembangan Kapasitas (Capacity Building), yaitu sebagai proses agar individu, organisasi, dan masyarakat mengembangkan kemampuannya untuk meningkatkan fungsi untuk memecahkan masalah dan adanya pelatihan meningkatkan pengetahuan dan kecakapan secara umum (Milen, 2006).

III.3. Model Negara Maju

Negara maju merupakan negara yang mempunyai ciri utama antara lain tingkat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tinggi serta aktivitas perekonomiannya berbasis industri pengolahan (manufaktur) dan jasa. Orientasi model pengembangan di negara maju yang paling utama adalah pemberdayaan sumber daya manusia secara optimal melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (Haryono, 2009). Melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, negara maju mampu mengolah kekayaan sumber daya alam yang terdapat di wilayahnya ataupun di wilayah negara lain melalui kerja sama antarnegara secara efektif dan efisien. Melalui industrialisasi negara-negara maju mampu memacu pertumbuhan ekonominya, dengan demikian, pendapatan per kapita penduduknya menjadi meningkat, dalam arti lain tingkat kesejahteraan penduduk di negara maju secara ekonomi menjadi tinggi (Aisyah, 2010).

(22)

mendorong ekspor pertanian rakyat sebagai sumber devisa negara, dan merupakan salah satu langkah strategis menyelesaikan pengangguran (Supriyadi, 2009).

Kemiskinan juga dianggap sebagai bentuk permasalahan pembangunan yang diakibatkan adanya dampak negatif dari pertumbuhan ekonomi yang tidak seimbang sehingga memperlebar kesenjangan pendapatan antar masyarakat maupun kesenjangan pendapatan antar daerah (Harahap, 2006). Kemiskinan struktural adalah bentuk kemiskinan yang disebabkan karena rendahnya akses terhadap sumber daya (Suryawati, 2011).

III.4. Model Kelompok Sasaran

Orientasi pemberdayaan haruslah membantu sasaran agar mampu mengembangkan diri atas dasar inovasi-inovasi yang ada, ditetapkan secara partisipatoris, yang pendekatan metodenya berorientasi pada kebutuhan masyarakat. Peran petugas pemberdayaan masyarakat adalah sebagai konsultan, peran pembimbingan dan peran penyampai informasi. Dengan demikian peran serta kelompok sasaran menjadi sangat dominan (Asngari, 2008).

Pertambahan penduduk daerah perkotaan mengakibatkan kebutuhan sarana dan pasarana perkotaan semakin meningkat terutama kebutuhan perumahan. Masalah pemenuhan kebutuhan perumahan sampai saat ini masih sulit dipecahkan, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah (Panudju, 2009).

(23)

esensial bagi suatu negara untuk dapat berkembang. Kelompok kapitalis juga mempercayai teori modernisme, dimana untuk mencapai pertumbuhan suatu negara harus mengikuti alur modernitas dengan menggunakan metode yang sama dengan negara-negara maju (Thomas, 2008).

Kelompok minoritas adalah kelompok individu yang tidak dominan dengan ciri khas bangsa, suku bangsa, agama, atau bahasa tertentu yang berbeda dari mayoritas penduduk. Dari sudut pandang ilmu sosial pengertian minoritas tidak selalu terkait dengan jumlah anggota. Adapun istilah “dominasi mayoritas”, dimana pihak mayoritas mendominasi sehingga pihak minoritas terkalahkan kepentingannya (Huang, 2012).

III.5.Model Lembaga Swadaya

Model lembaga swadaya merupakan prinsip ideal pembangunan masyarakat yang meliputi swadaya prakarsa dan swadaya kerjasama. Prakarsa atau inisiatif adalah salah satu pilar utama dari proaktivitas (Wati, 2012). Gagasan pembentukan kelompok dibedakan menjadi dua bagian yaitu prakarsa pemerintah dan non pemerintah. Pada kelompok yang diprakarsai oleh pemerintah, kelompok terbentuk dengan cepat dan selalu berdasarkan program yang diturunkan melalui kebijakan pemerintah. Pola pembentukan seperti ini dapat membuat kelompok bergantung pada pemerintah sehingga kelompok cenderung menjadi lemah dalam menggunakan potensi yang ada (Thamrin, 2006).

(24)

banyak dianut dalam sistem pendidikan di masyarakat dan di sekolah, yang mendorong manusia untuk bersifat individualistik dan mengejar kemajuan tanpa solidaritas social (Linda, 2012).

Model kerjasama dapat diatur sedemikian rupa untuk : Mempermudah pencapaian dan keberhasilan yang disepakati, masing-masing pihak memberikan kontribusi teknis tertentu sesuai kesepakan pembagian tugas, peran dan tanggung jawab, mengatur kebijakan yang dapat mendukung pencapaian dan keberhasilan yang diinginkan, masing-masing pihak memberikan kontribusi dan dukungan yang terukur, proses dan hasil terdokumentasi untuk tujuan pelaporan masing-masing pihak yang bekerjasama (Tarigan, 2007).

IV. KOMUNITAS KOMPETEN

IV.1. Komponen Komunitas Kompeten

IV.1.1. Mampu Megidentifikasi Masalah Masalah

Identifikasi masalah itu merupakan suatu cara bagaimana kita melihat, menduga, memperkirakan, dan menguraikan serta menjelaskan apa yang menjadi masalah. Salah satu cara untuk memudahkan seseorang mengungkapkan atau menyatakan identifikasi masalah dengan baik adalah dengan mengetahui secara jelas masalah yang dihadapi (Suminar, 2011).

(25)

peraturan wilayah atau daerah penangkapan belum berpihak pada nelayan kecil tradisional, ketidakmampuan biaya operasional untuk melaut, sarana dan prasana pendukung hasil tangkapan yang tersedia sangat terbatas kebiasaan dan pola hidup nelayan yang konsumtif. Kebiasaan dan pola hidup nelayan yang konsumtif yang kurang memikirkan masa depan (Kusnaidi, 2007).

Hampir 80% nelayan kita masuk katagori nelayan kecil dan tradisional dengan kapal berkapasitas kurang dari 30 GT (Nikijuluw, 2011). Selain kapal, keterbatasan alat dan teknologi penangkapan. Sebagian besar masih sederhana dan tradisional sehingga jumlah tangkapan yang dihasilkan pun relatif rendah (Mayaut, 2012).

IV.1.2. Program Jangka Panjang Dan Jangka Pendek Untuk Kesejahteraan Nelayan

(26)

menggerus kemandirian masyarakatnya. Pada gilirannya menyebabkan kemiskinan struktural masyarakat pesisir (Sudianto, 2016).

Sasaran dari program-program yang ada ialah terwujudnya kemudahan akses terhadap faktor (input) produksi dan pemasaran hasil bagi usaha perikanan tangkap skala kecil termasuk dalam hal manajemen, penguatan modal maupun peningkatan fasilitas pendukung usaha (Budiharsono, 2008).

Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap Skala Kecil merupakan upaya pemberdayaan nelayan yang mencakup usaha perikanan tangkap secara terintergrasi, baik itu usaha penangkapan, pengolahan, maupun pemasaran, termasuk di dalamnya perkuatan manajemen usaha serta penangkapan kualitas SDM, serta fasilitasi permodalan (Allison, 2011).

IV.1.3. Mampu Menemukan Dan Menyepakati Cara Dan Alat Mencapai Sasaran Upaya peningkatan hasil produksi melalui program pemberdayaan ditentukan oleh berbagai informasi yang tersedia dilingkungan sekitar nelayan. Keterhubungan antara nelayan dan sumber informasi tidak hanya untuk bekerja sama dan bertukar informasi tetapi juga memanfaatkan jaringan yang ada untuk membantu peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan (Setiawan, 2009).

(27)

masyarakat. Interaksi sosial pada kelompok nelayan terjadi karena adanya hubungan pertemanan, kekeluargaaan, dan adanya suatu kepentingan-kepentingan tertentu dalam pertukaran informasi. Dengan demikian terbentuklah jaringan komunikasi (communication network) pada kelompok nelayan melalui interaksi sosial yang ada (Mardikanto, 2010).

Ada berbagai faktor yang membentuk pola jaringan komunikasi dan informasi pada kelompok nelayan, diantaranya akses terhadap sumber informasi, jarak anggota kelompok terhadap sumber informasi, intensitas mengikuti pertemuan kelompok, kepercayaan mereka terhadap informasi, kesehatan, dan intervensi pihak lain (Paramita, 2011).

IV.1.4. Mampu Bekerjasama Rasional Untuk Bertindak Mencapai Tujuan

(28)

Nelayan merupakan bagian dari masyarakat yang hidup di pedesaan pesisir dan memiliki kekhasan tersendiri yang berbeda dengan kondisi masyarakat diluar komunitasnya, baik dari sudut pandang geoekologi, ekonomi dan sosial (Soetomo, 2013). Untuk menjawab permasalahan yang dihadapi oleh nelayan, maka harus adanya kerja sama antar lembaga pemerintah maupun swasta (stakeholder) dalam rangka mencari solusi, dukungan dan masukan demi kesejahteraan nelayan. (Suharto, 2010).

Sebagai contoh Badan Kemamanan Laut (Bakamla) Republik Indonesia lakukan penandatangan kerjasama dengan beberapa lembaga non pemerintahan. Kerjasama ini dilakukan dengan 10 (sepuluh) lembaga tersebut seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Organisasi Masyarakat (Ormas), Asosiasi, pihak Universitas dan pihak swasta. Kerjasama ini dilakukan dalam rangka mendukung pengembangan hak demokrasi nelayan (DJPT, 2013).

4.2. Empat Unsur Dasar Pembangunan Komunitas Menurut Dunham 4.2.1. Program Berencana

Perencanaan adalah pekerjaan mental untuk memilih sasaran, kebijaksanaan, prosedur, program yang di perlukan untuk mencapai apa yang diinginkan pada masa yang akan dating. Masyarakat harus dilatih merumuskan rencana-rencananya serta melaksanakan pembangunan mandiri dan swadaya (Bryson, 2007).

Langkah langkah dalam menyusun perencanaan :

(29)

untuk mencapai sasaran-sasaran dan wujud utama perusahaan yang bersangkutan (Morrisey, 2008).

b). Memahami keadaan saat ini : perencanaan menyangkut jangkauan masa depan dari keputusan-keputusan yang dibuat sekarang, untuk mengenal sistematis peluang dan ancaman dimasa mendatang.

c). Mempertimbangkan faktor pendukung dan penghambat tercapainya tujuan (Adam, 2009).

d). Menyusun rencana kegiatan untuk mencapai tujuan : menyusun berbagai alternatif kebijaksanaan dan tindakan-tindakan yang mungkin dapat dipilih diantara alternatif-alternatif lain (Lind, 2007).

4.2.2. Pembangkitan Tekad Masyarakat Untuk Menolong Diri Sendiri dan Tidak Bergantung Pada Pihak Lain.

Kemandirian adalah perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan atau masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu mandiri tanpa bantuan orang lain (Enung, 2008).

(30)

masalah-masalah yang dihadapi dengan mempergunakan daya kemampuan yang dimiliki (Sumudiningrat, 2010).

Dengan kemampuan warga komunitas berpartisipasi diharapkan komunitas mencapai kemandirian yang dapat dikategorikan sebagai kemandirian material, kemandirian intelektual, dan kemandirian manajemen (Nuryanto, 2014).

Kemandirian yang menjadi tumpuan bersama hadir untuk mewujudkan harapan masyarakat. Hubungan sosial, toleransi, kesediaan untuk mendengarkan, kebersamaan, dan kesetiaan merupakan bagian penting bagi terciptanya kemandirian. Hubungan sosial yang telah terbina sejak lama dalam lembaga kekeluargaan dan ketetanggaan membuahkan solidaritas (Debby, 2008)

4.2.3.Bantuan Teknis (Dari Pihak Lain) Termasuk Personil Peralatan Dan Dana Hakekat manusia sebagai makhluk sosial dan politik akan membentuk hukum, mendirikan kaidah perilaku, serta bekerjasama dalam kelompok yang lebih besar dan saling membantu (Hans, 2006). Dibentuknya komunitas pada suatu masyarakat juga tidak lepas dari saling keterkaitan untuk saling membantu. Bantuan ini dapat berupa bantuan personal, bantuan dana dan bantuan peralatan (Metro, 2008).

(31)

alternatif yang positif dalam mendapatkan mitra usaha, bantuan modal usaha dan bantuan alat produksi sehingga kegiatan usaha anggota KPUM menjadi lebih terarah, dapat saling bersinergi, kuat, kokoh dan mandiri (Ahmad, 2009).

Dalam memulai suatu usaha, modal merupakan salah satu faktor penting disamping faktor lainnya, sehingga suatu usaha bisa tidak berjalan apabila tidak tersedia modal. Artinya, bahwa suatu usaha tidak akan pernah ada atau tidak dapat berjalan tanpa adanya modal. Hal ini menggambarkan bahwa modal menjadi faktor utama dan penentu dari suatu kegiatan usaha. Karenanya setiap orang yang akan melakukan kegiatan usaha, maka langkah utama yang dilakukannya adalah memikirkan dan mencari modal untuk usahanya (Neti, 2009).

4.2.4. Pemanduan Berbagai Keahlian Untuk Membantu Komunitas

Peningkatan kualitas sumberdaya manusia (SDM) merupakan salah satu factor utama untuk meningkatkan daya saing tenaga kerja. Dengan demikian SDM harus dipersiapkan secara maksimal agar memiliki kemampuan, keahlian, dan keterampilan (Ketteni, 2011).

(32)

memprediksi segala sesuatu yang ada kaitannya sasaran yang akan dituju; (4) peningkatan moral adalah mampu melaksanakan koordinasi, mampu bekerjasama, selalu berusaha menghindari perbuatan tercela dan mampu bersedia mengembangkan diri; (5) peningkatan ketrampilan teknis (Kuat, 2009).

Sumber daya manusia memiliki potensi sangat strategis dalam organisasi, artinya unsur manusia memegang peranan penting dalam melakukan aktivitas untuk pencapaian tujuan. Untuk mencapai kondisi yang lebih baik maka perlu adanya manajemen terhadap SDM secara memadai sehingga terciptalah SDM yang berkualitas, loyal dan berprestasi (Ambar, 2010).

Pemanduan terbaik untuk membantu komunitas adalah dengan membagi pengetahuan dengan orang lain. Misalnya, orang dewasa dalam komunitas yang susah membaca dan menulis, kemudian dalam suatu pemanduan memiliki kapasitas yang membangun yang bermacam-macam (Sudewo, 2011).

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah :

1. Pemberdayaan merupakan usaha untuk memandirikan masyarakat agar dapat memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan masalah yang dihadapi tanpa campur tangan pihal lain.

(33)

penting, untuk itu komunitas harus memiliki syarat untuk dapat disebut komunitas yang baik seperti komunitas harus mampu memberikan makna yang baik pada setiap anggotanya, mampu mendorong sesetiap anggota untuk aktif berpartisipasi, serta mampu mendorong setiap anggotanya untuk memiliki kemampuan individu yang kompeten sehingga mampu bersaing dengan yang lain.

3. Model pembangunan pada setiap wilayah sangat berbeda tergantung pada permasalahan yang dihadapi setiap wilayah tersebut.

4. Model pengembangan di negara maju yang paling utama adalah pemberdayaan sumber daya manusia secara optimal melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Sedangkan pada negara berkembang lebih menitikberatkan pada sektor agraris, yaitu sektor-sektor yang berhubungan dengan upaya-upaya pengolahan sumber daya alam secara langsung.

5. Dalam pemberdayaan masyarakat sangat diperlukan kerjasama antara individu dengan individu, individu dengan komunitas juga komunitas dengan pemerintah.

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Adam I, Indrawijaya. 2009. Perubahan dan Pengembangan Organisasi. Bandung: Penerbit Sinar Baru.

Agustine A.d., Noor I., dan Said A. 2010. Pengembangan Sektor Kelautan Dan Perikanan Untuk Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Jurnal Administrasi Publik. Fakultas Ilmu Administrasi. Universitas Brawijaya Malang. 2(2).

Aisyah, Sinta. 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bagi Hasil Pada Bank Syariah Mandiri. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.

Aldous, C. R. (2007). Creativity, problem solving and innovative science insights from history, cognitive psychology and neuroscience. International Education Journal. (2). 176 –186.

Allison, Edward H and Ellis F. 2011. The livelihoods Approach and Management of Small-Scale Fisheries. Marine Policy Journal. (25) : 377-388.

Ambar T.S., dan Rosidah. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia: Konsep, Teori, dan Pengembangan dalam Konteks Organisasi Publik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Arsyad, Lincolin. 2010. Ekonomi Pembangunan Edisi 5. Yogyakarta: UPP STIM YKPN Yogyakarta.

Asariansyah M F, Choirul S, Stefanus P R. 2013. Partisipasi Masyarakat Dalam Pemerataan Pembangunan Infrastruktur Jalan (Studi Kasus Di Kecamatan Lawang Kabupaten Malang). Jurnal Administrasi Publik (Jap). 1(6): 1141-1150.

Asngari, P.S. 2008. “Peranan Agen Pembaruan/Penyuluh Dalam Usaha Memberdayakan Sumberdaya Manusia”. Pengelola Agribisnis. Institut Pertanian Bogor.

(35)

Bryson, Jhon M. 2007. Perencanaan Strategis Bagi Organisasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Budiharsono, S. 2008. Analisis dan formulasi kebijakan pembangunan wilayah pesisir dan lautan. Bahan kuliah program studi pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan (PS SPL) .Bogor: IPB.

Carolina N. dan Jusman I. 2009. Dinamika Kelompok. Bandung: Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial.

Cholisin. 2011. Pemberdayaan Masyarakat. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Yogyakarta.

Debby, Pranungsari. 2008. Kemandirian Masyarakat Korban Bencana. Skripsi-S1. Yogyakarta: UGM.

Dino, khhoirunnas. 2013. Bentuk-bentuk kerjasama. Yogyakarta: Universitas gunadharma.

DJPT. 2013. Kebijakan Dan Program Pembangunan Perikanan Tangkap. www.djpt.kkp.go.id. diakses pada tanggal 30 semptembaer 2016.

Elmubarok, Z. 2007. Membumikan Pendidikan Nilai. Alfabeta. Bandung. Faludi, Andreas. 2011. Planning Theory. Oxford: Pergamon Press.

Hadi, Agus Purbathin. 2009. Tinjauan Terhadap Berbagai Program Pemberdayaan Masyarakat di Indonesia. Pusat Pengembangan Masyarakat Agrikarya (PMMA).

Hans, J.Daeng. 2006. Manusia Kebudayaan Dan Lingkungan. Jakarta: Pt Pustaka Pelajar.

Harahap, Y. 2006. Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaintannya dengan Kemiskinan di Perkotaan. Laporan Penelitian Hukum Lingkungan Mahasiswa S-2 Ilmu Hukum. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Haryono, 2009, Geografi 3 Jelajah Bumi dan Alam. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. 144 – 149.

Hasibuan. 2006. Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah. Bumi Aksara : Jakarta.

(36)

Hikmat, H. 2014. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Penerbit Humoniora

Huang, G. H. & Gove, M. (2012). Confucianism and Chinese families: Values and pratices in education. International Journal of Humanities and Social Science. 2 (3). 10-14.

Ife, J.W. 2005. Community Development: Creating Community Alternatives-Vision, Analysiis And Practice. Melbourne : Longman.

J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto. 2006. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana Media Group.

Karimah. 2014. Manajemen Konflik. STIE Ukaitas Bandung. Bandung.

Karmani, Neng. 2011. “Analisis Pelayanan Publik Terhadap Masyarakat (Kasus Pelayanan Kesehatan Di Kabupaten Agam)”. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. 3 (2): 84-85.

Ketteni, Mamuneas,& Stengos. 2011. The Effect Of Information Technology and Human Capital on Economic Growth. Article of Macroeconomic Dynamic: Cambridge University Press.

Kuat, Ismanto. 2009. Asuransi Syari’ah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kusnadi. 2007. Konflik Sosial Nelayan: Kemiskinan dan Perebutan Sumber Daya Perikanan. Yogyakarta: Pelangi Aksara.

Lind, DA., WG Marchal dan SA, Wethen. 2007. Teknik-Teknik Statistika dalam Bisnis dan Ekonomi Menggunakan kelompok Data Global. Edisi ke-13. Jakarta: Salemba Empat.

Linda, 2012. Analisis Dampak Kredit Mikro Terhadap Perkembangan Usaha Mikro Di Kota Semarang. Skripsi S1. Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Tahun 2012.

Mardikanto, Totok. 2010. Komunikasi Pembangunan. Jawa Tengah : UNS Press. Martono, Nanang. 2012. Sosiologi Perubahan Sosial: Perspektif Klasik, Modern,

Posmodern, dan Poskolonial. Jakarta: Rajawali Press.

Martono, trisno. 2008. Ekonomi Pembangunan. Surakarta: UNS Press.

(37)

Mayaut, Flores G. 2012. Identifikasi Masalah Dan Upaya Pemberdayaan Nelayan: Telaah Pada Nelayan Di RW 01 Kelurahan Kamal Muara, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. JurnalINSANI, ISSN. 0216-0552.

Metro, siwan. 2008. Intervensi Komunitas Pengembangan Masyarakat sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada. Milen, Anneli. 2006. Capacity Building Meningkatkan Kinerja Sektor Publik.

Yogyakarta: Pembaharuan.

Morrisey, Georgey L. 2008. Pedoman Pemikiran Strategis Membangun Landasan Perencanaan Anda. Jakarta: Prenhallindo.

Mubarak, Z. 2010. Evaluasi Pemberdayaan Masyarakat Ditinjau Dari Proses Pengembangan Kapasitas Pada Kegiatan Pnpm Mandiri Perkotaan Di Desa Sastrodirjan Kabupaten Pekalongan. Tesis. Universitas Diponegoro: Semarang.

Nadir, S. 2013. Otonomi Daerah Dan Desentralisasi Desa: Menuju Pemberdayaan Masyarakat Desa. Jurnal Politik Profetik. 1(1): 89.

Newstorm. 2010. Perilaku Dalam Organisasi.Edisi Tujuh. Jakarta: Erlangga. Nikijuluw, PHV. 2011. Populasi dan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir serta

Strategi Pemberdayaan Mereka dalam Konteks Pengelolaan Sumberdaya pesisir Secara Terpadu. Makalah pada Pelatihan pengelolaan Pesisir Terpadu. Proyek Pesisir. Bogor. Jurnal Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan PKSPL: 16 hlm.

Nur Imelda M. 2007. Managing Conflicts Within The Organizations. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis. 1(2): 12.

Nurani TW. 2010. Proses Hierarki Analitik (analytical Hierachy Process) Suatu Metoda untuk Analisis Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan Dalam Darmawan dan Novita, Editor Konsep Pengembangan Sektor Perikanan dan Kelautan di Indonesia. Bogor: Departemen.

Panudju, B. 2009. Pengadaan Perumahan Kota dengan Peran Serta masyarakat Berpenghasilan Rendah. Bandung: Penerbit Alumni.

Paramita, Eka Putri. 2011. Pola Jaringan Komunikasi pada Kelompok Tani (Analisis Jaringan pada Kelompok Tani Wiresinger, Kab.Lombok Barat). Tesis Pasca Sarjana FISIP: Universitas Gadjah Mada.

(38)

Sanit, Arbi. 2008. Reformasi Politik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sanjaya, W. 2009. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.Kencana Prenada Media: Jakarta.

Saragih, Juli Panglima. 2011. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam Otonomi. Cetakan Pertama. Penerbit Ghalia Indonesia: Jakarta.

Sarundajang S. H. 2011. Birokrasi dalam Otonomi Daerah (Upaya Mengatasi Kegagalan). Jakarta:Penerbit Kata Hasta Pustaka.

Satria, Arif. 2006. Sosiologi Masyarakat Pesisir . JakartaSelatan : PT. Pustaka Cidesindo.

Setiawan, Bambang. 2009. Pelapisan Sosial dan Jaringan Komunikasi (Penelitian di Desa Senik, Kel.Bumirejo, Kec. Lendah, Kab. Kulon Progo DIY). Tesis Pasca Sarjana FISIP : Universitas Gadjah Mada.

Soekanto, S. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Pt Raja Grafindo Persada. Jakarta Soetomo. 2006. Strategi-Strategi Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Soetomo. 2013. Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Soetrisno. 2010. Pradigma Baru Pembangunan Pertanian Sebuah Tinjauan Sosiologis. Yogyakarta : kanisius.

Sudewo, E. 2011. Character Building. Republika penerbit : Jakarta.

Sudianto. 2016. Dampak Progam Pengembangan Usaha Mina Perdesaan (Pump) Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Nelayan Di Desa Mekar Utama Kecamatan Kendawangan Kabupaten Ketapang. Jurnal S-1 Pembangunan Sosial/Ilmu Sosiatri. 1(5).

Suharto, Edi. 2010. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung : PT. Refika Aditama.

Sulistiyani, A.T. 2006. Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan. Yogyakarta: GayaMedia.

Sulistiyani, Ambar Teguh. 2009. Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan. Yogyakarta: Gava Media.

(39)

Sumodiningrat, G. 2007. Visi dan Misi Pembangunan Pertanian Berbasis Pemberdayaan. Yogyakarta: IDEA.

Sumudiningrat, G. 2010. Visi dan Misi pembangunan Pertanian Berbasis Pemberdayaan. Yogyakarta : IDEA.

Supriadi, H. 2009. Strategi dan Kebijakan Pembangunan Pertanian Di Papua Barat. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor. Suryawati, C. 2011. Memahami Kemiskinan Secara Multidimensional

Understanding Multidimension Of Poverty. Jurnal manajemen pelayanan kesehatan. 8(2)

Suwarsono & Alvin Y.SO. 2006. Perubahan Sosial dan Pembangunan: Teori-teori Modernisasi, Dependensi, dan Sistem Dunia. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia.

Tarigan, S. 2007. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta: Bumi Aksara. Thamrin, Husni. 2006. Pendekatan Pemberdayaan Pada Kelompok-Kelompok

Masyarakat Prakarsa Pemerintah, LSM, Dan Swadaya Masyarakat Di Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan. Jurnal Wawasan. 1(12).

Thomas, Caroline. 2008. Globalization and Development in the South. Dalam John Ravenhill Global Political Economy. Oxford: Oxford University Press. Usman, Sunyoto. 2009. Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat.

Wirawan. 2010. Konflik dan Manajemen Konflik: Teori. Aplikasi, dan Penelitian. Jakarta: Salemba Humanika.

Referensi

Dokumen terkait

Keragaman bentuk kekerasan terhadap kaum perempuan terjadi karena perbedaan gender muncul dalam berbagai bentuk, yaitu yang bersifat fisik seperti perkosaan, persetubuhan antar

Saya/Kami dengan ini mengizinkan Penanggung untuk menggunakan atau memberikan informasi atau keterangan mengenai Saya/Kami yang tersedia, diperoleh atau disimpan oleh Penanggung

Iklan Baris Iklan Baris Serba Serbi MOBIL DISEWAKAN MOBIL KREDIT MOBIL DICARI. ADA ABADI Beli Mobil Dgn Hrg

Pada budidaya perikanan termasuk lele tiga faktor penting yang mempengaruhi keberhasilannya, yaitu bibit, pakan, dan manajemen pemeliharaan. Selain tiga faktor tersebut,

Jenis energi sistem berubah menjadi energi bentuk lain dapat sekaligus beberapa jenis energi; sebagai sistem berubah menjadi energi bentuk lain dapat sekaligus beberapa jenis

Memperkaya penguasaan kosakata dan meningkatkan intensitas menonton berita di televisi memiliki peran penting dalam hal penulisan teks berita yang baik.Menulis tulisan yang

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2016. Penelitian ini bertujuan untuk peningkatan hasil belajar mata pelajaran menggambar busana pada kelas XI Tata

Manfaat dari penelitian ini antara lain bagi penulis dapat memperoleh pengetahuan tentang proses pembuatan video profil yang baik dan menarik, bagi Sekolah Menengah Atas Negeri