• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESPON UDANG WINDU ( Penaeus monodon Fabr.) TERHADAP ANTIGEN WSSV YANG DIINAKTIVASI DENGAN FORMALDEHID

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "RESPON UDANG WINDU ( Penaeus monodon Fabr.) TERHADAP ANTIGEN WSSV YANG DIINAKTIVASI DENGAN FORMALDEHID"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

7 7 * ) Peneliti pada Loka Riset Budidaya Ikan Hias Air Tawar, Depok

* * ) Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Bogor

RESPON UDANG WINDU (Penaeus monodon Fabr.) TERHADAP

ANTIGEN WSSV YANG DIINAKTIVASI DENGAN FORMALDEHID

Melt a Rini Fahm i* ) dan Mart in B. Malole* * )

ABST RAK

Penelit ian ini bert ujuan unt uk m enget ahui respon udang windu (Penaeus monodon) terhadap pem berian antigen virus WSSV (White Spot Syndrome Virus) yang diinakt ifkan dengan m enggunakan form aldehid. Penelit ian dibagi m enjadi dua t ahapan, t ahapan pertam a yaitu m enentukan nilai VID50 (Virus Infective Doze) dengan Rancangan Acak Lengkap, tahap kedua untuk m elihat pengaruh pem berian virus WSSV yang diinaktifkan dengan f orm aldehid t erhadap respon im unit as, t ingkah laku, dan t ingkat sint asan. Pada tahap kedua penelitian dilakukan secara faktorial, faktor yang digunakan adalah konsentrasi virus terdiri atas 2 level serta konsentrasi form aldehid yang terdiri atas 3

level. Masing- m asing kom binasi di atas dibuat sebanyak 6 kali, yang digunakan untuk 3 kelom pok penelit ian yait u kelom pok t anpa diuji t ant ang, diuji t ant ang dilakukan setelah 14 hari, dan uji tantang dilakukan setelah 21 hari, dilaksanakan sebanyak 2 kali ulangan. Untuk sem ua kelom pok percobaan respons udang paling sensitif berupa b er en an g k e p er m u k aan t er j ad i set el ah 1 j am p er l ak u an d i b er i k an , d i i k u t i ol eh penurunan akt ivit as dan penurunan naf su m akan. Tingkat kerusakan organ paling t inggi t erdapat pada kelom pok penelit ian ke- 2 (uji t ant ang set elah 14 hari). Unt uk kelompok 1 (divaksinasi) kondisi organ hampir normal, hal ini menandakan virus berhasil dilem ahkan dan m am pu m em acu t im bulnya ant ibodi. Tingkat sint asan udang lebih t inggi setelah diuji tant ang dibandingkan yang tidak divaksinasi.

ABST RACT : The im m une response of black tiger shrim p (Penaeus monodon Fabr.) against f or m aldehyde inact ivat ed WSSV. By: M elt a Rini Fah m i an d M ar t i n B. M al ol e

The purpose of the research was to determine response of black tiger shrimp (Penaeus monodon) toward formaldehyde inactivated White Spot Syndrome Virus (WSSV).The study was divided into two phases, the first phase was to determine the VID50 (Virus Infective Doze) using Completely Randomize Design, the second phase was to determine of effectiveness of inactive WSSV antigen on the immune response of Penaeus monodon, behavior and pathological respond of Penaeus monodon larvae. VID50 value determined during research was 10-5. The second research was carried using factorial design. The factors involved two levels of virus and three levels of formaldehyde concentration, with two replicates and three groups. The results indicated that for all experiment groups, the most sensitive response of shrimp were swimming to the surface at 1 hours after treatment, following by decreased activity and anorexia. The highest degree of organ damage was found on 2 group experiment (challence test group after 14 days). Organ condition for group 1 (vaccination) almost normal, indicated that virus has been able to stimulate immune response. Degree of survival was increase after challenged test rather than non vaccinated.

(2)

PENDAHULUAN

Usaha budi daya udang windu (Penaeus monodon) d i In d o n esi a d ar i t ah u n 1 9 9 2 mengalami penurunan dengan angka produksi 130.000 ton turun hingga 50.000 ton di tahun 1998 (Anonim, 2000). Penurunan produksi ini disebabkan turunnya kualitas lingkungan dan munculnya berbagai wabah penyakit. Di antara wabah penyak it yang sangat dit ak ut i oleh pet am bak ialah penyakit akibat virus. Wang & Chang (2000) m engat akan bahwa penyakit viral berdam pak serius t erhadap kelest arian dan ekonom i indust ri budi daya udang, lebih spesisf ik lagi Wang et al. (1998) m engat akan bahwa virus yang paling ditakutkan petambak yait u White Spot Syndrome Virus (WSSV).

Usaha m engendalikan penyakit ini t elah banyak dilakukan sepert i pem akaian bahan kim ia unt uk skrining benur at au pengobat an, nam un pem akaian bahan kim ia dalam wakt u p an j an g ak an b er d am p ak n eg at i f b ag i lingkungan perairan, m enim bulkan resistensi p at o g en ser t a r esi d u b ah an k i m i a yan g berdam pak t erhadap kesehat an konsum en. Untuk itu peningkatan ketahanan tubuh udang m en j ad i sal ah sat u u sah a p en g en d al i an penyakit yang efektif. Peningkatan daya tahan t u b u h u d an g i n i d ap at d i l ak u k an m el al u i pemberian imunostimulan maupun vaksinasi.

Vaksinasi merupakan tindakan memasuk-kan antigen ke dalam tubuh hewan yang dapat m em icu tim bulnya ketahanan spesifik. Secara k onvensional vak sin dapat dibagi m enj adi vaksin hidup dan vaksin m at i. Vaksin m at i berasal dari pat ogen yang dim at ikan, salah sat u d i an t ar an ya d en g an m en g g u n ak an form aldehid. Penggunaan form aldehid dalam upaya inakt ivasi virus um um digunakan pada virus- virus yang beramplop.

Respon im unit as t ubuh udang t erdiri at as r esp o n p er t ah an an sel u l ar d an r esp o n p er t ah an an h u m or al . Resp on p er t ah an an selular yang bersif at non- spesif ik m eliput i: fagositik, nodulasi, dan enkapsulasi. Sedang-kan pertahanan humoral yang bersifat spesifik m encakup phenolox idase (PO), prophenol-ok sidase (ProPO), dan lek t in (Johansson & Soderhall, 1989). Pada kenyat aannya udang m enggunakan kom binasi respon pert ahanan sel u l ar d an h u m o r al secar a b er sam aan (Johansson & Soderhall, 1989).

Sejauh ini penelit ian t ent ang im unisasi-vaksinasi pada udang m asih sangat sedikit . Unt uk it u penelit ian yang m engar ah pada

p en g g u n an vak si n p er l u d i l ak u k an u n t u k m elihat ef ekt ivit as kerja pert ahanan t ubuh spesif ik pada udang. Salah sat u usaha yang harus dilakukan adalah inakt ivasi virus WSS.

Penelit ian ini b er t uj uan unt uk m elihat r esp on ud ang wind u t er had ap p em b er ian ant igen virus WSS yang diinakt if kan dengan m enggunakan f orm aldehid. Dengan m elihat respon udang tersebut diharapkan virus inaktif i ni d ap at d i g unak an seb ag ai vak si n p ad a udang windu sebagai usaha pengendalian t erhadap penyakit WSSV.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Vir ologi, Fak ult as Ked ok t er an Hewan- IPB, pemeliharaan dilakukan di Pusat Studi Kelautan IPB di Ancol, pem buat an preparat hist ologi dilakukan di Laborat orium Kesehat an Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan- IPB.

Udang windu PL- 12 yang dipak ai pada penelit ian ini berasal dari pem benihan udang di Tanjung Pasir, Tangerang (Bant en) yang dipijahkan secara alam i. St at us kesehat annya d i l ak uk an d eng an sk r i ni ng m eng g unak an f orm alin 150 m g/ L selam a 30 m enit . Udang sehat dicuci dengan air laut bersih, kem udian diadapt asikan dengan lingkungan penelit ian selama 3 hari.

Virus WSS yang digunakan berasal dari Balai Budidaya Air Payau di Jepara, yait u dengan cara m em bawa udang yang telah terinfeksi ke Bogor dalam keadaan beku.

Pembuatan Inokulum Virus

Preparasi inokulum virus m engikut i Sano

et al. (1985) yaitu dengan cara: Sam pel udang yang posit if t erinf eksi virus, dengan ciri- ciri adanya bint ik put ih pada bagian karapasnya, kem udian dicuci dengan alkohol 70%, dan dicincang sert a dihaluskan dengan m ort ar, set el ah i t u t am b ah k an PBS (Phosphate Bufferred Saline) dengan pengenceran 10% (w/ v). Larutan di atas disentrifugasi selama 15 m en i t d en g an k ec ep at an 3 . 0 0 0 r p m , sel an j u t n ya su p er n at an d i f i l t er d en g an m iliphor e 0 ,4 5 µm dan hasil penyar ingan ditambahkan dengan antibiotik (streptomycin). Hasil penyaringan m erupakan larut an baku virus WSS sebagai sum ber inf ekt or.

Uji Virus Infektif Dosis 5 0 (VID5 0)

(3)

7 9

udang sebanyak 50% selam a 5 hari. Konsen-t r asi vi r u s yan g d i g u n ak an ad al ah p ad a pengenceran 10- 4, 10- 5, 10- 6, 10- 7, 10- 8, 10- 9

dilakukan sebanyak 3 kali ulangan. Udang seb anyak 2 5 ek or / t op les (volum e 3 lit er ) direndam dengan virus pada konsent rasi vi-r us yang b evi-r b ed a. Pevi-r end am an d ilak uk an selama 20 jam. Pengamatan dilakukan terhadap t i n g k at k er u sak an o r g an m el i p u t i o r g an lim poid, hepat opankt reas, insang, dan usus. Set elah 5 hari udang yang t erinf eksi dif iksasi unt uk selanjut nya dibuat preparat hist ologi. D at a y an g d i d ap at d i an al i s i s d en g an m enggunakan rum us Reed & Muench.

Inaktivasi Virus WSS

Percobaan inakt if asi virus dilaksanakan secar a f ak t o r i al d en g an r an can g an acak l en g k ap . Fak t o r yan g d i g u n ak an ad al ah k o n sen t r asi v i r u s (V) d an k o n sen t r asi

f or m al d eh i d (K). Un t u k k on sen t r asi vi r u s digunakan 2 level yaitu 100 VID50 (V1) dan 1.000 VID50 (V2), sedangkan konsentrasi formaldehid t erdiri at as 3 level yait u 0,2% (K1); 0,25% (K2); dan 0,3% (K3) dengan kom binasi seperti pada Tabel 1.

Masing- m asing kom binasi di at as dibuat sebanyak 6 k ali, yang digunak an unt uk 3 kelom pok penelit ian dan 2 ulangan. Kont ak antara virus dan formaldehid dilakukan dengan pengadukan secara merata menggunakan mag-net ic st irer selam a 20 jam pada suhu 4°C.

Vak sinasi Udang

Virus yang telah diinaktifkan diaplikasikan ke udang dengan cara perendaman selama 20 j am . Masi n g - m asi n g sat u an p er co b aan menginfeksi 50 ekor udang yang ditempatkan d al am sat u t op l es vol u m e 4 l i t er . Di sai n percobaan t ert era pada Tabel 2.

Tabel 1. Kombinasi konsentrasi virus (V) dan konsentrasi formaldehid (K)

Table 1. Combination concentration of virus (V) and concentration of formaldehyde (K)

Tabel 2. Desain percobaan in akt ivasi virus WSSV

Table 2. Experiment design of inactivation virus WSSV

Ko nsent rasi f o rmald ehid ( For m a ld eh yd e con cen t r a t ion )

0.2% ( K1) 0.25% ( K2) 0.3% ( K3)

100 VID50 (V1) K1V1 (A) K2V1 (B) K3V1 (C)

1,000 VID50 (V2) K1V2 (D) K2V2 (E) K3V2 (F)

Ko nsent rasi virus Vir us con cen t r a t ion

Keterangan (Note) :

1 = Ulangan 1 (replication 1) 2 = Ulangan 2 (replication 2) K = Konsentrasi formaldehid (Formaldehyde concentration)

V = Konsentrasi virus (Virus concentration)

Kelo mp o k (Gr oup)

A1 B1 C1 D1 E1 F1

A2 B2 C2 D2 E2 F2

A1 B1 C1 D1 E1 F1

A2 B2 C2 D2 E2 F2

A1 B1 C1 D1 E1 F1

A2 B2 C2 D2 E2 F2

Ko nt ro l Con t r ol

Ko mb inasi (Com b in a t ion)

Kelompok I (Tidak UT)

Group I (without test challenge)

Kelompok II (UT setelah 14 hari) Group II (test challenge after 14 days)

Kelompok II (UT setelah 12 hari) Group II (test challenge after 12 days)

Ko nt ro l 1 Con t r ol 1

Ko nt ro l 2 Con t r ol 2

Ko nt ro l 3 Con t r ol 3

B = K2 V1 E = K2 V2

C = K3 V1 F = K3 V2 Keterangan (Note) :

UT = Uji tantang (test challenge); 1 = Ulangan 1 (replication 1); 2 = Ulangan 2 (replication 2) A = K1 V1

(4)

Uj i T an t an g

Dosis yang diberikan saat uji tantang adalah sebanyak virus yang diberikan saat vaksinasi yai t u 1 0 0 VID5 0 d an 1 .0 0 0 VID5 0 d en g an rancangan penelit ian sebagai berikut :

Tingkat 1 = int i sel m em bengkak bersif at

eosinophilic (k em er ahan) dan sedikit basophilic (kebiruan), inti di t engah (centranuklear) di-kelilingi oleh lingkaran (halo) Tingkat 2 = sel m engalam i pem bengkakan,

warna biru kehit am an, bersifat

basophilic, krom at in bergerak kepinggir, lingkaran hilang Tingkat 3 = sel pecah di mana inti sel keluar

d ar i sel d an sel b er w ar n a kemerahan

HASIL DAN BAHASAN

Uji VID5 0

Hasil uji VID50 yang dilihat secara m ikros-kopis melalui preparat histologi disajikan pada Tab el 3 . Uj i VID5 0 m er u p ak an p en en t u an k onsent rasi virus yang dapat m enginf ek si udang sebanyak 50% setelah 5 hari. Nilai VID50 berguna unt uk m enent ukan jum lah vaksin yang diberikan dan jum lah virus unt uk uji tantang. Penentuan nilai VID50 berpatokan pada jum lah t ot al organ t erinf eksi. Dengan per-hitungan sebagai berikut:

1. Tent ukan rat a- rat a int ensit as organ yang terinfeksi dari masing- masing konsentrasi:

0,3

Pengam at an t ingkah laku udang m eliput i: naf su m ak an, ak t ivit as renang, perubahan warna t ubuh udang, dan respons t erhadap r an san g an , yan g m en g acu p ad a Li h g t n er (1996). Selain it u juga dilakukan pengam at an terhadap kemunculan bintik putih dengan cara m elepaskan karapas udang kem udian dicuci dengan air tawar dan ditambah dengan gliserin setelah itu diamati dengan mikroskop cahaya.

Pem buat an Pr epar at Hist ologi

Sebayak 3 ekor udang diam bil saat sam -pling unt uk pem buat an preparat hist ologi, udang yang diam bil t erlebih dahulu dif iksasi dalam larut an Davidson selam a 24—48 jam . Set elah it u digant i dengan alkohol 70% unt uk disim pan hingga proses dehidrasi dilakukan. Setelah proses fiksasi m aka tahap selanjutnya adalah dehidrasi, clearing, embeding, bloking,

pem otongan, dan pewarnaan.

Preparat hist ologi diam at i dengan m eng-gunakan m ikroskop binokuler. Pengam at an dilakukan t erhadap organ hepat opankreas, lim poid, insang, dan usus. Dari 100 sel yang diamati akan dikelom pokkan menurut tingkat kerusakannya. Pengelom pokan kerusakan sel mengacu pada pengelompokan kerusakan sel yang disampaikan oleh Lihgtner (1996). Tingkat k er usak k an sel t er sebut dibagi m enj adi 4 tingkatan yaitu:

Tingkat 0 = sel d al am k ead aan n o r m al dengan inti sel berada di tengah

2. Nilai yang kecil dari 50 (31,5) dan yang lebih besar (58,26) digunakan dalam rumus Reed & Muench

VID50 = 10- 5,3 dibulatkan menjadi 10- 5 Ket erangan (Note):

M1 = Minggu 1 (First week); M2 = Minggu 2 (Second week); dan set erusnya (etc.)

Kelom pok penelit ian 1 Research group 1

M 1 M 2 M 3 M 4 M 5 M 6

Diberi vaksin With vaccine

Kelom pok penelit ian 1 Research group 2

Diberi vaksin With vaccine

Diberi vaksin With vaccine Kelom pok penelit ian 1

(5)

8 1

Tabel 3. Tingkat kerusakan organ udang yang t erinfeksi virus WSSV selam a 5 hari dengan konsentrasi 10- 4 hingga 10- 9

Table 3. The degree of shrimp organ degeneration infected by WSSV during 5 days at 10-4 to 10-9 concentration

T KO

D O D

I nt ensi t as

I nt ensit y

T KO

D OD

I nt ensit as

I nt ensi t y

T KO

D OD

I nt ensit as

I nt ensi t y

T KO

D O D

I nt ensi t as

I nt ensit y

H5 10-9 0 90 0 100 0 80 0 90

1 10 1 0 1 16 1 10

2 0 2 0 2 4 2 0

3 0 3 0 3 0 3 0

Tot Inf 10 0 20 10

H5 10-8

0 70 0 80 0 100 0 70

1 14 1 15 1 0 1 30

2 10 2 5 2 0 2 0

3 6 3 0 3 0 3 0

Tot Inf 30 20 0 30

H5 10-7 0 55 0 60 0 70 0 75

1 25 1 36 1 30 1 10

2 20 2 4 2 0 2 15

3 0 3 0 3 0 3 0

Tot Inf 45 40 30 25

H5 10-6

0 48 0 70 0 66 0 80

1 20 1 30 1 32 1 0

2 12 2 0 2 0 2 20

3 10 3 0 3 2 3 0

Tot Inf 42 30 34 20

H5 10-5

0 45 0 45 0 50 0 49

1 0 1 0 1 30 1 10

2 38 2 25 2 19 2 11

3 25 3 30 3 15 3 30

Tot Inf 63 55 64 51

H5 10-4

0 25 0 45 0 50 0 25

1 20 1 0 1 0 1 0

2 15 2 30 2 25 2 35

3 30 3 25 3 25 3 40

Tot Inf 65 55 50 75

U sus

I nt est i ne

I nsang

Gi l l

Ko nsent r asi vi r us

V i r us co ncent r at i o n

Hep at o p ankr eas

Hep at o p ankr eat i c

Li mp o i d

Lymp o i d

(6)

Dari penelit ian ini didapat kan bahwa nilai VID 50 adalah 10- 5

T ingk ah Lak u Udang

Tingkah laku udang yang diam at i selam a penelit ian m eliput i penurunan naf su m akan (anorexia), warna t ubuh m em erah, berenang ke perm ukaan, dan akt ivit as m enurun. Dari Tabel 4 t erlihat unt uk k elom pok yang di-vaksinansi respons udang yang paling sensitif t erhadap perlakuan ini adalah berenang ke per m uk aan yak ni t er j adi sat u j am set elah perlakuan diberikan, selanjut nya set elah dua jam perlakuan diberikan, akt ivit asnya m ulai m enurun diikuti oleh warna tubuh yang m ulai m em erah, dan t erakhir pada jam ke- 5 naf su m akannya pun m ulai m enurun. Udang baru normal lagi setelah 36 hingga 48 jam berikut-nya. Pada pengam atan selajutnya udang pada kelom pok divaksin ini t erlihat sangat sehat d i b u k t i k an d en g an r esp o n n ya t er h ad ap gangguan sangat cepat, dan warna tubuh agak kebiruan.

Untuk kelom pok udang yang diuji tantang warna t ubuh udang t idak m em erah. Nam un responnya t im bul t erhadap penurunan naf su makan, berenang ke permukaan, dan penurun-an aktivitas terjadi spenurun-angat cepat yakni 1 hingga 2 j am set elah perlak uan diberik an. Wak t u pulihnya pun lebih cepat yaitu setelah 24 jam .

Udang pada kelom pok yang diberi virus akt if t anpa divaksin juga sensit if t erhadap berenang ke permukaan dan penurunan nafsu m akan. Sedangkan responnya berupa per-ubahan warna t ubuh (m em erah) lebih lam a dibandingkan dengan kelom pok perlakuan yang lainnya (divaksinansi dan diuji t ant ang).

Ham eed et al. (1 9 9 8 ); Light ner (1 9 9 6 ) m engat akan bahwa udang yang t erinfeksi vi-rus WSS akan m em perlihat kan gejala sebagai berikut ; sering di perm ukaan, gerakan pasif , lem ah, naf su m ak an m enur un, t ub uh k e-merahan, muncul bintik putih dan usus kosong. Sed an g k an u d an g seh at m em p er l i h at k an tanda- tanda sebagai berikut; warna tubuh biru/ kehijauan, sering di bawah, bergerak akt if , n af su m ak an n o r m al , u su s p en u h , d an h ep at o p an k r eas c o k l at . Pen el i t i an i n i m em perlihat kan bahwa udang yang t elah di vaksinasi t erlihat sangat sehat karena warna t ubuhnya yang biru kehijauan dibandingkan dengan kontrol warna tubuh udang coklat dan agak pucat . Bint ik put ih pada penelit ian ini hanya m uncul pada udang yang di beri virus

aktif, yaitu pada konsentrasi 10- 4 pada hari

ke-19.

Pengam at an Pr epar at H ist ologi

Hasi l p en g am at an t er h ad ap p r ep ar at histologi menjelaskan bahwa untuk kelompok yang tidak diuji tantang memperlihatkan organ-organ yang diam ati cenderung norm al seperti diperlihat kan pada Gam bar 1, 2, 3, dan 4. Hal ini menunjukkan bahwa virus yang digunakan berhasil dilemahkan (diinaktifkan). Virus inaktif hanya m am pu m enginf eksi sel nam un t idak m am pu m em perbanyak dirinya di dalam sel yang t erinf eksi t ersebut . Hal ini dit unjukkan oleh int i sel berada dalam keadaan norm al, tidak mengalami pembengkakan (hypertropy). Malole (1988) m engat akan virus inakt if yang dapat digunakan sebagai vaksin adalah virus yang hanya memiliki daya imunogenik dan tidak memiliki asam inti.

Sel yang t idak m engalam i pem bengkakan (hypertrophy) dan tidak terdapat badan inklusi setelah divaksinasi menjadi syarat utama dalam pembuatan vaksin mati. Malole (1988); Tizard (1 9 8 2 ); Har per (1 9 9 4 ) m enyat ak an bahwa um um nya k egagalan vak sin inak t if adalah timbulnya penyakit pada hewan yang divaksin disebabkan m asih t erdapat nya part ikel virus vir ulen yang m asih ak t if . Hal ini b isa d i-sebabkan oleh proses inakt ivasi yang t idak sempurna.

(7)

Respon udang windu (Penaeus monodon Fabr.) ... (Melta Rini

F

ahmi)

8

3

Table 4. The changes of shrimp behaviours

M ulai Pulih M ulai Pulih M ulai Pulih M ulai Pulih

St a r t Recover y St a r t Recover y St a r t Recover y St a r t Recover y

K1V1 5 36 3 24 1 9 2 24

K2V1 5 42 3 20 1 9 2 30

K3V1 5 48 3 36 1 9 2 30

K1V2 5 36 3 36 1 9 2 24

K2V2 5 48 3 36 1 9 2 30

K3V2 5 42 3 36 1 9 2 30

K1V1 1 24 - - 1 3 2 5

K2V1 1 24 - - 1 3 2 5

K3V1 1 24 - - 1 3 2 5

K1V2 1 24 - - 1 6 1 8

K2V2 1 24 - - 1 6 1 8

K3V2 1 24 - - 1 6 1 8

4-Oc t 2 42 5 48 1 8 5 52

5-Oc t 2 36 5 48 1 7 5 52

6-Oc t 3 36 8 36 1 7 6 48

7-Oc t 5 36 8 36 1 5 8 48

8-Oc t 5 30 8 36 1 5 8 48

9-Oc t 5 24 8 36 1 5 8 36

Diinfeksi v irus inaktif (div aksinasi); Infected with inactive virus

Diinfeksi v irus aktif tanpa div aksinasi; Infected with active virus

Diinfeksi v irus aktif sebelumny a div aksinasi (diuji tantang); Challenge Test

Perlakuan

T r ea t m en t

Perub ahan T ing kah Laku Ud ang ( jam ke); Ch a n g es of sh r im p b eh a viour

Pening kat an naf su makan

Mor e a pet it e

T ub uh memerah

Red d ish color a t ion

Ke p ermukaan

Er r a t ive swim m in g

Akt ivit as menurun

(8)

Gam bar 5. Insang udang pada kelom pok perla-kuan 2 dan 3. Angka (0) menunjukkan sel norm al, (1) inti sel m em bengkak (k ariorek sis), (2) sel m em bengk ak , warna kebiruan ada halo

Figure 5. Gill of shrimp group 2 and 3. Number

(0) cell look normal, (1) nukleus swol-len (karyoreksis), (2) cell become big-ger, blueish, halo

Gam bar 6. Li m p o i d u d an g p ad a k el o m p o k perlakuan 2 dan 3. Angka (2) sel m em bengkak, warna kebiruan ada halo, (3) sel pecah, lingkaran hilang

Figure 6. Lympoid of shrimp group 2 and 3.

Number (2) cell become bigger, blueish, halo, (3) cell lysis

Gam bar 3. Li m p o i d u d an g p ad a k el o m p o k p er lak uan 1 (t id ak d iuj i t ant ang ) terlihat lim poid cenderung norm al

Figure 3. Lympoid of shrimp group1 (without

challenge test) lympoid of shrimp look normal

Gambar 4. Hepatopankreas udang pada kelompok perlakuan 1 (tidak diuji tantang) terlihat hepatopankreas cenderung normal

Figure 4. Hepatopankreatic of shrimp group1

(without challenge test) hepatopankreatic of shrimp look normal

Gam bar 2. In san g u d an g p ad a k el o m p o k p er l ak u an 1 (t i d ak d i u j i t an t an g ) terlihat sel insang cenderung norm al

Figure 2. Gill of shrimp group 1 (without

challenge test) gill of srimp look nor-mal

Gam bar 1. Usus udang pada kelom pok perlakuan 1 (tidak diuji tantang) terlihat sel usus cenderung norm al

Figure 1. Intestine of shrimp group 1 (without

challenge test) intestine of shrimp look normal

2

1

0

(9)

8 5

dan konsentrasi virus 1.000 VID 50) dan K3 V2 (konsentrasi formaldehid 0,3% dan konsentrasi virus 1.000 VID 50) m em perlihatkan intensitas t erinfeksi lebih sedikit .

In t i sel yan g t er ser an g vi r u s t er l i h at m engalam i pem bengkakan (hipertropy) pada penelit ian ini dik elom pok k an pada t ingk at kerusakan pert am a (1). Selanjut nya int i sel t erus m em besar k arena virus t elah m em -perbayak dirinya secara cepat di dalam int i sel . Pem b en g k ak an i n i j u g a d i i k u t i o l eh m em besarnya ukuran sel. Sif at dari sel pun berubah dari eosinofilik menjadi basofilik (biru), dan di kelilingi oleh lingkaran halo. Perubahan eosinof ilik m enjadi basof ilik t erkait dengan deposit kalsium pada sel t ersebut sehingga sel terlihat basofilik. Jika terdapat pada sel epi-derm is kut ikula, m aka akan m em perlihat kan b en t i k p u t i h seb ag ai m an a g ej al a k l i n i s penyakit ini. Pada penelit ian ini kondisi ini di kelompokkan pada tingkat kerusakan dua (2). Krom at in bergerak ke sam ping selanjut nya k eluar d ar i sel hingga sel t er seb ut p ecah (tingkat ke 3).

T ingk at Sint asan

Hasil pengamatan terhadap tingkat sintas-an udsintas-ang selama penelitisintas-an dapat dilihat pada Tabel 5.

Kem at ian udang pada um um nya t erjadi set el ah u d an g d i vak si n asi yai t u 2 4 j am

setelah perlakuan diberikan. Udang yang mati m em iliki ciri- ciri t ubuh m em erah dan organ tubuh tidak lengkap. Nam un kem atian sangat sedikit t erjadi set elah uji t ant ang diberikan t er lihat dar i t ingk at sint asannya r at a- r at a mendekati 100% (98%—100%).

Dari analisis st at ist ik t erlihat kelom pok m em berikan pengaruh yang berbeda nyat a. Setelah diuji lanjut dengan Duncan perbedaan terletak pada kelompok 1 dengan kelompok 2 dan 3 sedangkan kelom pok 2 dan 3 tiga tidak berbeda nyata. Dari uji Duncan juga diketahui b ah w a t i n g k at si n t asan u d an g set el ah vaksinasi dan set elah uji t ant ang baik unt uk kelompok 2 maupun kelompok 3 memberikan hasil yang berbeda nyat a.

KESIMPULAN

Beberapa kesimpulan yang didapatkan dari penelit ian ini adalah:

1. Udang yang diberi vaksinasi pert am a kali cenderung m engalam i st res selanjut nya t erlihat lebih sehat dibandingkan dengan kontrol.

2. Respons kebal efektif terjadi setelah 21 hari divaksinasi.

3. Vaksinasi yang paling sedikit menimbulkan d am p ak n eg at i f set el ah d i vak si n d an set elah diuji t ant ang adalah vaksin yang terbuat dari 1.000 VID50 yang dilem ahkan dengan 0,3% formaldehid.

Gam bar 8. Usu s u d an g p ad a k el o m p o k p er l ak u an 2 d an 3 . An g k a (0 ) m enunjukkan sel norm al, (1) inti sel m em bengkak (karioreksis), (2) sel m em bengkak, warna kebiruan ada halo,(3) sel pecah, lingkaran hilang

Figure 8. Intestine of shrimp group 2 and 3.

Number (1) nukleus swollen (karyoreksis), (2) cell become big-ger, blueish, halo, (3) Cell lysis

Gam bar 7. Hepatopankreas udang pada kelom-pok perlakuan 2 dan 3. Angka (0) m enunjukkan sel norm al, (1) inti sel m em bengk ak (k ariorek sis), (2) sel m em bengkak, warna kebiruan ada halo, (3) sel pecah, lingkaran hilang

Figure 7. Hepatopankreatic of shrimp group 2

and 3. Number (0) cell look normal, (1) nukleus swollen (karyoreksis), (2) cell become bigger, blueish, halo, (3) Cell lysis

0

2 3

1

2 0

(10)

DAFTAR PUSTAKA

A n o n i m . 2 0 0 0 . Shrimp Culture Health Management. MMC SPL OECF INP 2 3 , Dirjenhan, Deptan. p. 1—9.

Hameed, A.S.S., M. Anilkumar, M.L.S. Raj, and K. Jayaroman. 1998. Studies on the Pathoge-n i ci t y o f Sy st em i c aPathoge-n d M eso d er m al Baculovirus and Its Detection in Shrimp by Im unological Met hods. J. Aquacult. 160: 31—45.

Harper, D.R. 1994. Molecular Virology. A Medi-cal Per sp ect i ves Bo o k . Bi o Sci en t i f i c Publishers. p. 51—73.

Johansson, M.W. dan K. Soedarhall. 1989. Celluler im m unit y in crust aceans and t he proPo syst em . Parasitology Today. 5(6): 171—176.

Light ner, D.V. (edit or). 1996. A Hand Book of Shrimp Pathology and Diagnostic Proce-dure of Diseases of Cultured Penacid Shrimp. The World Aqualt ure Societ y, Ba-ton Rongue, Louisiana, USA. 350 pp.

Malole, M.B. 1988. Virologi. Pusat Antar Univer-sitas (PAU), IPB. Bogor. p. 55—58.

Reed, L.J. and A.A. Muench. 1938. Am erican

Journal of Hygienic. 27:493 pp.

Sano, T., H. Fuk uda, T. Hayashida, dan K. M am o y am a. 1 9 8 5 . Bacu l o v i r al In f ect i vi t yt r i al Ku r u m a Sh r i m p Lar vae

Penaeus japanicus of Different Age. In A.E. Ellis (eds.). Fish and Shellfish Pathology. Academic Press London. 379—403. 35(1): 1—10.

Tizard, I. 1982. An Introduction to Veterinary Immunology. Pen er b i t Un i v er si t as Airlangga. 531 pp.

Wang, Y.G., M. Shariff, P.M. Sudha, P.S. Srinivasa Rao, M.D. Hassan, and L.T. Tan. 1998. Managing Whit e Spot Disease in Shrim p.

INFOFISH International. 3(98): 30- - 35. Whang, Y.C. and P.S. Chang. 2000. Yellow head

virus infection in Giant tiger prown Penaeus monodon cult ured in Taiwan. Fish Pathol-ogy. (32): 35- - 41.

Tabel 5. Rata- rata tingkat sintasan udang selama penelitian

Table 5. Mean values of shrimp survival rate during observation

S e be lum diuji t a nt a ng

B e f o re c ha lle nge t e s t

S e t e la h diuji t a nt a ng

A f t e r c ha lle nge t e s t

S e be lum diuji t a nt a ng

B e f o re c ha lle nge t e s t

S e t e la h diuji t a nt a ng

A f t e r c ha lle nge t e s t

K1V1 98% 97% 100% 97.50% 100%

K2V1 98.50% 98% 100% 98% 100%

K3V1 96% 99% 99% 96% 100%

K1V2 95% 97.50% 100% 99% 100%

K2V2 96% 96.50% 100% 98% 100%

K3V2 97% 96% 98% 95% 98%

Ke lo m po k 3 (G ro up 3 )

Ke lo m po k 1

G ro up 1

P e rla k ua n

T re a t m e nt

Gambar

Tabel 1.Kombinasi konsentrasi virus (V) dan konsentrasi formaldehid (K)Table 1.Combination concentration of virus (V) and concentration of formaldehyde (K)
Tabel 3. Uji VID50 merupakan penentuan
Table 3.The degree of shrimp organ degeneration infected by WSSV during 5 days at 10-4 to
Table 4.The changes of shrimp behaviours
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan interaksi akrab dapat terlihat pada denah gedung pertunjukan musik, kedekatan para penyaji dengan audience atau audience dengan audience dapat terlihat pada gambar.

Pengukuran kinerja adalah bagian dari analisa terhadap proses untuk mengidentifikasi aktivitas mana yang diprioritaskan untuk diperbaiki.. Menurut pandangan tradisional,

Dari kegiatan penelitian yang dilakukan diketahui bahwa Perpustakaan dan Arsip (BPA) Kota Pekanbaru hadir sebagai salah satu wujud keseriusan Pemerintah Kota

Berdasarkan foto SEM juga dapat dilihat adanya pori-pori pada permukaan elektroda yang berperan dalam proses penyerapan ion-ion Na + dan Cl pada air payau.PVA berfungsi sebagai

Hal ini sesuai dengan ketentuan pasal 171 huruf c Kompilasi Hukum Islam (KHI), dimana didalammya disebutkan yang dimaksud dengan ahli waris adalah orang yang pada saat

Dampak ekonomi diukur oleh besarnya biaya yang dikeluarkan akibat terjadinya gangguan kesehatan manusia, yang terdiri dari mortalitas dan morbiditas.Teknik estimasi melibatkan

1) Benih bermutu akan menghasilkan bibit yang sehat dengan akar yang banyak. 2) Benih yang baik akan menghasilkan perkecambahan dan pertumbuhan yang seragam. 3) Ketika