• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Gastritis - Gambaran Pola Makan dalam Terjadinya Gastritis pada Biarawati di Yayasan Santa Maria

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Gastritis - Gambaran Pola Makan dalam Terjadinya Gastritis pada Biarawati di Yayasan Santa Maria"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Gastritis

2.1.1. Definisi

Gastritis berasal dari kata gaster yang artinya lambung dan itis yang berarti

inflamasi/peradangan. Gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung.

Menurut Hirlan dalam Suyono (2006), gastritis adalah proses inflamasi pada

lapisan mukosa dan submukosa lambung, yang berkembang bila mekanisme

protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain. Gastritis

merupakan inflamasi dari mukosa lambung klinis berdasarkan pemeriksaan

endoskopi ditemukan eritema mukosa, kerapuhan bila trauma yang ringan saja

sudah terjadi perdarahan (Hadi, 2002).

Penyebab asam lambung tinggi antara lain : aktivitas padat sehingga telat

makan, stress tinggi yang berimbas pada produksi asam lambung berlebih. Faktor

lain yaitu infeksi kuman (e-colli, salmonella atau virus), pengaruh obat-obatan,

konsumsi alkohol berlebih (Purnomo, 2009). Secara hispatologi dapat dibuktikan

dengan adanya infiltrasi sel-sel. Sedangkan, menurut Lindseth dalam Prince

(2005), gastritis adalah suatu peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang

dapat bersifat akut, kronis, difus, atau lokal. Gastritis merupakan suatu

peradangan mukosa lambung paling sering diakibatkan oleh ketidakteraturan diet,

(2)

berbumbu atau terinfeksi oleh penyebab yang lain seperti alkohol, aspirin, refluks

empedu atau terapi radiasi (Brunner, 2006).

Secara garis besar, gastritis dapat dibagi menjadi beberapa macam

berdasarkan pada manifestasi klinis, gambaran hispatologi yang khas, distribusi

anatomi, dan kemungkinan patogenesis gastritis. Didasarkan pada manifestasi

klinis, gastritis dapat dibagi menjadi akut dan kronik. Harus diingat, bahwa

walaupun dilakukan pembagian menjadi akut dan kronik, tetapi keduanya tidak

saling berhubungan. Gastritis kronik merupakan kelanjutan dari gastritis akut

(Suyono, 2006).

Gejala gastritis atau maag antara lain: tidak nyaman sampai nyeri pada

saluran pencernaan terutama bagian atas, mual, muntah, nyari ulu hati, lambung

merasa penuh, kembung, bersendawa, cepat kenyang, perut keroncongan dan

sering kentut serta timbulnya luka pada dinding lambung. Gejala ini bisa menjadi

akut, berulang dan kronis. Disebut kronis bila gejala itu berlangsung lebih dari

satu bulan terus-menerus dan gstritis ini dapat ditangani sejak awal yaitu:

mengkonsumsi makanan lunak dalam porsi kecil, berhenti mengkonsumsi

makanan pedas dan asam, berhenti merokok serta minuman beralkohol dan jika

memang diperlukan dapat minum antasida sekitar setengah jam sebelum makan

atau sewaktu makan (Misnadiarly, 2009).

Lambung sering disebut sebagai maag yang berfungsi untuk menampung

makanan. Sakit maag sering dihubungkan dengan faktor stress dan makan yang

tidak teratur. Keadaan stress memang bikin makan tidak teratur. Orang masih

(3)

menyebabkan produksi cairan asam lambung meningkat sehingga “tegang” oleh

cairan asam lambung. Cairan asam lambung ini bisa mengikis dinding lambung

sehingga luka dan terasa perih bila terkena bahan asam. Bila luka lambung

semakin meluas, berisiko melukai pembuluh darah dan terjadi perdarahan yang

dimuntahkan sebagai muntah darah. Hati-hatilah jangan stress berkepanjangan,

tidak ada gunanya dan makanlah secara teratur. Makanan dari lambung akan

disalurkan ke usus untuk dicerna kemudian diserap dan masuk dalam aliran darah

menuju hati (Budiman, 2011).

Gangguan pencernaan diakibatkan oleh kebiasaan pola makan yang buruk

dan stress sehari-hari. Banyak kasus gangguan pencernaan tidak ditemukan

penyebabnya secara organik dengan adanya luka atau kerusakan pada organ.

Masalah pencernaan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor eksternal yang

membahayakan fungsi sistem pencernaan seperti stress, kebiasaan makan yang

kurang sehat, tidak teratur, diet yang salah, pengobatan yang menyebabkan

iritasi, infeksi kronis dan hadirnya bakteri dalam saluran pencernaan. Banyak

gangguan pencernaan yang dapat teratasi dengan mengubah gaya hidup dengan

mengurangi stress, berhenti merokok, berolahraga secara rutin dan menjalankan

diet yang tepat (Prita, 2010).

3.1.2 Klasifikasi Gastritis

A. Gastritis Akut

Gastritis akut merupakan peradangan pada mukosa lambung yang

menyebabkan erosi dan perdarahan mukosa lambung akibat terpapar pada zat

(4)

yang sering ditemukan dan biasanya bersifat jinak dan sembuh sempurna

(Suratum, 2010). Inflamasi akut mukosa lambung pada sebagian besar kasus

merupakan penyakit yang ringan. Penyebab terberat dari gastritis akut adalah

makanan yang bersifat asam atau alkali kuat, yang dapat menyebabkan mukosa

menjadi ganggren atau perforasi. Pembentukan jaringan parut dapat terjadi akibat

obstruksi pylorus (Brunner, 2006).

Salah satu bentuk gastritis akut yang manifestasi klinisnya dapat berbentuk

penyakit yang berat adalah gastritis erosif atau gastritis hemoragik. Disebut

gastritis hemoragik karena pada penyakit ini akan dijumpai perdarahan mukosa

lambung dalam berbagai derajat dan terjadi erosi yang berarti hilangnya

kontinuitas mukosa lambung pada beberapa tempat, menyertai inflamasi pada

mukosa lambung tersebut (Suyono, 2006).

a. Gastritis Akut Erosif

Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung

yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosi. Disebut erosi apabila kerusakan

yang terjadi tidak lebih dalam dari pada mukosa muskularis. Penyakit ini dijumpai

di klinik, sebagai akibat efek samping dari pemakaian obat, sebagai penyulit

penyakit-penyakit lain atau karena sebab yang tidak diketahui. Perjalanan

penyakit ini biasanya ringan, walaupun demikian kadang-kadang dapat

menyebabkan kedaruratan medis, yakni perdarahan saluran cerna bagian atas.

Penderita gastritis akut erosif yang tidak mengalami pendarahan sering

(5)

Untuk menegakkan diagnosis diperlukan pemeriksaan khusus yang sering

dirasakan tidak sesuai dengan keluhan penderita yang ringan saja. Diagnosis

gastritis akut erosif, ditegakkan dengan pemeriksaan endoskopi dan dilanjutkan

dengan pemeriksaan histopatologi biopsi mukosa lambung (Suyono, 2006).

Penderita gastritis erosif yang disebabkan oleh bahan toksik atau korosif

dengan etiologi yang dilakukan pada bahan kimia dan bahan korosif antara lain

HCL, H2SO4, HNO3, Alkali, NaOH, KOH dan pemeriksaan klinis dapat

ditemukan antara lain mulut, lidah nampak edema, dyspagia dan nyeri

epigastrium, juga ditemukan tanda yaitu mual, muntah, hipersalivasi,

hiperhidrosis dan diare sampai dehidrasi. Penatalaksanaan secara umum

perhatiakan tanda-tanda vital, respirasi, turgor dan produksi urine serta tentukan

jenis racun untuk mencari anekdote (Misnadiarly, 2009).

b. Gastritis Akut Hemoragik

Ada dua penyebab utama gastritis akut hemoragik. Pertama diperkirakan

karena minum alkohol atau obat lain yang menimbulkan iritasi pada mukosa

gastrik secara berlebihan (aspirin atau NSAID lainnya). Meskipun pendarahan

mungkin cukup berat, tapi pendarahan pada kebanyakan pasien akan berhenti

sendiri secara spontan dan mortalitas cukup rendah. Kedua adalah stress gastritis

yang dialami pasien di Rumah Sakit, stress gastritis dialami pasien yang

mengalami trauma berat berkepanjangan, sepsis terus menerus atau penyakit berat

lainnya (Suyono, 2006).

Erosi stress merupakan lesi hemoragik majemuk pada lambung proksimal

(6)

dengan ulserasi menahun yang biasa pada traktus gastrointestinalis atas, jarang

menembus profunda kedalam mukosa dan tak disertai dengan infiltrasi sel radang

menahun. Tanpa profilaksis efektif, erosi stress akan berlanjut dan bersatu dalam

20% kasus untuk membentuk beberapa ulserasi yang menyebabkan perdarahan

gastrointestinalis atas, yang bisa menyebabkan keparahan dan mengancam

nyawa.

B. Gastritis Kronik

Gastritis Kronik merupakan peradangan bagian mukosa lambung yang

menakronik sering dihubungkan dengan ulkus peptik dan karsinoma

lambung tetapi hubungan sebab akibat antara keduanya belum diketahui. Penyakit

tidak disembuhkan. Awalnya sudah mempunyai

disembuhkan, maka penyakit gastritis menjadi kronik dan susah untuk

disembuhkan. Gastritis kronik terjadi infiltrasi sel-sel radang pada lamina propria

dan daerah intra epiteil terutama terdiri dari sel-sel radang kronik, yaitu limfosit

dan sel plasma. Gastritis kronis didefenisikan secara histologis sebagai

peningkatan jumlah limfosit dan sel plasma pada mukosa lambung. Derajat

ringan pada gastritis kronis adalah gastritis superfisial kronis, yang mengenai

bagian sub epitel di sekitar cekungan lambung. Kasus yang lebih parah juga

mengenai kelenjar-kelenjar pada mukosa yang lebih dalam, hal ini biasanya

berhubungan dengan atrofi kelenjar (gastritis atrofi kronis) dan metaplasia

(7)

Sebagian besar kasus gastritis kronis merupakan salah satu dari dua tipe,

yaitu: tipe A yang merupakan gastritis autoimun adanya antibody terhadap sel

parietal yang pada akhirnya dapat menimbulkan atropi mukasa lambung, 95%

pasien dengan anemia pernisiosa dan 60% pasien dengan gastritis atropik kronik.

Biasanya kondisi ini merupakan tendensi terjadinya Ca Lambung pada fundus

atau korpus dan tipe B merupakan gastritis yang terjadi akibat helicobacter pylory

terdapat inflamasi yang difusi pada lapisan mukosa sampai muskularis, sehingga

sering menyebabkan perdarahan dan erosi (Suratum, 2010).

Klasifikasi histologi yang sering digunakan pada gastritis kronik yaitu:

1. Gastritis kronik superficial

Gastritis kronik superfisial suatu inflamasi yang kronis pada permukaan

mukosa lambung. Pada pemeriksaan hispatologis terlihat gambaran adanya

penebalan mukosa sehingga terjadi perubahan yang timbul yaitu infiltrasi limfosit

dan sel plasma dilamina propia juga ditemukan leukosit nukleir polimorf dilamina

profia. Gastritis kronik superfisialis ini merupakan permulaan terjadinya gastritis

kronik.

Seseorang diketahui menderita gastritis superficial setelah diketahui

melalui PA antara lain: hiperemia, eksudasi, edema, penebalan mukosa, sel-sel

limfosit, eosinofil dan sel plasma. Pemeriksaan klinis tidak jelas tetapi pasien

mengalami mual, muntah, pain-foof-pain dan nafsu makan berkurang. Pasien

gastritis superficial disarankan untuk istirahat total, mengkonsumsi makanan

(8)

2. Gastritis kronik atrofik.

Gastritik kronik atrofik yaitu sel-sel radang kronik yang menyebar lebih

dalam disertai dengan distorsi dan destruksi sel kelenjar mukosa lebih nyata.

Gastritis atrofik dianggap sebagai kelanjutan gastritis kronik superfisialis.

Seseorang menderita atropi gastritis setelah menjalani PA dan diketahui, antara

lain: mukosa tipis, muskularis atropi, kelanjar-kelenjar menurun dan adanya

sel-sel limfosit.

Pemeriksaan klinis, penderita mengalami epigastrik diskomfort, dyspepsia,

lambung rasanya penuh, nafsu makan menurun, mual, muntah, anemia peniciosa,

defisiensi Fe dan pellagra. Pengobatan yang harus dijalani adalah istirahat total,

mengkonsumsi makan lunak dan mengkonsumsi vitamin B12, Fe, dan liver

ekstrak (Misnadiarly, 2009).

Menurut Misnadiarly (2009) gastritis diklasifikasikan menjadi beberapa

bentuk yaitu:

a. Gastritis gastropati dengan keluhan umum nyeri pada ulu hati, mual,

muntah dan diare. Penyebabnya obat-obatan seperti aspirin, alkohol,

trauma pada lambung seperti pengobatan dengan laser, kelainan pembuluh

darah pada lambung dan luka akibat operasi.

b. Gastritis spesifik yaitu nyeri pada ulu hati, mual dan muntah. Penyebabnya

karena infeksi bakteri, virus, jamur, parasit, nematoda dan adanya penyakit

pada saluran pencernaan. Bila disebabkan oleh toksin biasanya disertai

dengan diare, nyeri perut, badan menjadi panas, menggigil, dan kejang

(9)

c. Gastritis kronis. Keluhan pada gastritis kronis pada umumnya tidak

spesifik berupa perasaan tidak enak pada ulu hati yang disertai mual,

muntah dan perasaan penuh dihati. Penyebabnya antara lain: infeksi

C.Pylori, gastropati reaktif, autoimun, adanya tumor pada lambung dan

faktor stress.

2.1.3 Tanda dan Gejala Gastritis

a. Tanda dan gejala Gastritis Akut

Gejala yang paling sering dijumpai pada penderita penyakit gastritis adalah

keluhan nyeri, mulas, rasa tidak nyaman pada perut, mual, muntah, kembung,

sering platus, cepat kenyang, rasa penuh di dalam perut, rasa panas seperti

terbakar dan sering sendawa ( Puspadewi, 2012)

b. Tanda dan Gejala Gastritis Kronis

1. Gastritis sel plasma

3. Nyeri yang menetap pada daerah epigastrium

4. Mausea sampai muntah empedu

5. Dyspepsia

6. Anorreksia

7. Berat badan menurun

8. Keluhan yang berhubungan dengan anemia

2.1.4 Penyebab Gastritis:

a. Makan tidak teratur atau terlambat makan. Biasanya menunggu lapar dulu,

baru makan dan saat makan langsung makan terlalu banyak (Puspadewi,

(10)

b. Bisa juga disebabkan oleh bakteri bernama Helicobacter pylori. Bakteri

tersebut hidup di bawah lapisan selaput lendir dinding bagian dalam lamung.

Fungsi lapisan lendir sendiri adalah untuk melinudngi kerusakan dinding

lambung akibat produksi asam lambung. Infeksi yangt diakibatkan bakteri

Helicobacter menyebabkan peradangan pada dinding lambung yang disebut

gastritis (Aziz, 2011).

c. Merokok akan merusak lapisan pelindung lambung. Oleh karena itu, orang

yang merokok lebih sensitive terhadap gastritis maupun ulser. Merokok juga

akan meningkatkan asam lambung, melambatkan kesembuhan dan

meningkatkan resiko kanker lambung (Yuliarti, 2009).

d. Stress. Hal ini dimungkinkan karena karena system persarafan di otak

berhubungan dengan lambung, sehingga jika seseorang mengalami stress, bisa

muncul kelainan dalam lambungnya. Stress bisa menyebabkan terjadi

perubahan hormonal di dalam tubuh. Perubahan itu akan merangsang sel-sel

dalam lambung yang kemudian memproduksi asam secara berlebihan. Asam

yang berlebihan ini membuat lambung terasa nyeri, perih dan kembung.

Lama-kelamaan hali ini dapat menimbulkan luka di dinding lambung (Sari, 2008).

e. Efek samping obat-obatan tertentu. Konsumsi obat penghilangan rasa nyeri,

seperti obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) misalnya aspirin, ibuproven

(Advil, Motrin dll), juga naproxen (aleve), yang terlalu sering dapat

menyebabkan penyakit gastritis, baik itu gastritis akut maupun kronis (Aziz,

(11)

f. Mengkonsumsi makanan terlalu pedas dan asam. Minum minuman yang

mengandung alkohol dan cafein seperti kopi. Hal itu dapat meningkatkan

produksi asam lambung berlebihan hingga akhirnya terjadi iritasi dan

menurunkan kemampuan fungsi dinding lambung (Suratum, 2010).

g. Alkohol, mengkonsumsi olkohol dapat mengiritasi (merangsang) dan mengikis

permukaan lambung (Suratum, 2010).

h. Terapi radiasi, refluk empedu, zat-zat korosif (cuka, lada) menyebabkan

kerusakan mukosa gaster dan menimbulkan edema dan pendarahan.

i. Kondisi yang stressful (trauma, luka bakar, kemoterapi dan kerusakan susunan

syaraf pusat) merangsang peningkatan produksi HCl lambung.

j. Asam empedu adalah cairan yang membantu pencernaan lemak. Cairan ini

diproduksi di hati dan dialirkan ke kantong empedu. Ketika keluar dari kantong

empedu akan dialirkan ke usus kecil (duodenum). Secara normal, cincin

pylorus (pada bagian bawah lambung) akan mencegah aliran asam empedu ke

dalam lambung setelah dilepaskan ke duodenum. Namun, apabila cincin

tersebut rusak dan tidak bisa menjalankan fungsinya dengan baik atau

dikeluarkan karena pembedahan maka asam empedu akan mengalir ke

lambung sehingga mengakibatkan peradangan dan gastritis kronis (Suratum,

2010).

i. Serangan terhadap lambung. Sel yang dihasilkan oleh tubuh dapat menyerang

lambung. Kejadian ini dinamakan autoimun gastritis. Kejadian ini memang

jarang terjadi, tetapi bisa terjadi. Autoimun gastritis sering terjadi pada orang

(12)

tipe I. Autoimun gastritis juga berkaitan defisiensi B12 yang dapat

membahayakan tubuh (Aziz, 2011).

Patofisiologi Gastritis

0bat-obatan, alkohol, garam empedu, zat iritan lainnya dapat merusak

mukosa lambung (gastritis erosif). Mukosa lambung berperan penting dalam

melindungi lambung dari autodigesti oleh HCl dan pepsin. Bila mukosa lambung

rusak maka terjadi difusi HCl ke mukosa dan HCl akan merusak mukosa.

Kehadiran HCl di mukosa lambung menstimulasi perubahan pepsinogen menjadi

pepsin. Pepsin merangsang pelepasan histamine dari sel mast. Histamine akan

menyebabkan peningkatan pemeabilitas kapiler sehingga terjadi perpindahan

cairan dari intra sel ke ekstrasel dan meyebabkan edema dan kerusakan kapiler

sehingga timbul perdarahan pada lambung. Lambung dapat melakukan regenerasi

mukosa oleh karena itu gangguan tersebut menghilang dengan sendirinya.

Bila lambung sering terpapar dengan zat iritan maka inflamasi akan terjadi

terus menerus. Jaringan yang meradang akan diisi oleh jaringan fibrin sehingga

lapisan mukosa lambung dapat hilang dan terjadi atropi sel mukasa lambung.

Faktor intrinsik yang dihasilkan oleh sel mukosa lambung akan menurun atau

hilang sehingga cobalamin (vitamin B12) tidak dapat diserap diusus halus.

Sementara vitamin B12 ini berperan penting dalam pertumbuhan dan maturasi sel

darah merah. Selain itu dinding lambung menipis rentan terhadap perforasi

(13)

2.1.5 Pencegahan dan Penanganan Gastritis

Penyembuhan penyakit gastiritis harus dilakukan dengan memperhatikan

diet makanan yang sesuai. Diet pada penyakit gastritis bertujuan untuk

memberikan makanan dengan jumlah gizi yang cukup, tidak merangsang, dan

dapat mengurangi laju pengeluaran getah lambung, serta menetralkan kelebihan

asam lambung. Secara umum ada pedoman yang harus diperhatikan yaitu :

a. Makan secara teratur. Mulailah makan pagi pada pukul 07.00 Wib. Aturlah

tiga kali makan makanan lengkap dan tiga kali makan makanan ringan.

b. Makan dengan tenang jangan terburu-buru. Kunyah makanan hingga hancur

menjadi butiran lembut untuk meringankan kerja lambung.

c. Makan secukupnya, jangan biarkan perut kosong tetapi jangan makan

berlebihan sehingga perut terasa sangat kenyang.

d. Pilihlah makanan yang lunak atau lembek yang dimasak dengan cara

direbus, disemur atau ditim. Sebaiknya hindari makanan yang digoreng

karena biasanya menjadi keras dan sulit untuk dicerna.

e. Jangan makan makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin karena akan

menimbulkan rangsangan termis. Pilih makanan yang hangat (sesuai

temperatur tubuh).

f. Hindari makanan yang pedas atau asam, jangan menggunakan bumbu yang

merangsang misalnya cabe, merica dan cuka.

g. Jangan minum minuman beralkohol atau minuman keras, kopi atau teh

kental.

(14)

i. Hindari konsumsi obat yang dapat menimbulkan iritasi lambung, misalnya

aspirin, vitamin C dan sebagaianya.

j. Hindari makanan yang berlemak tinggi yang menghambat pengosongan isi

lambung (coklat, keju dan lain-lain).

k. Kelola stres psikologi seefisien mungki (Misnadiarly, 2009).

2.1.6 Diet Penyakit Gastritis/Penyakit Lambung

Diet penyakit gastritis adalah untuk memberikan makanan dan cairan

secukupnya yang tidak memberatkan lambung serta mencegah dan menetralkan

sekresi asam lambung yang berlebihan. Syarat-syarat diet penyakit gastritis

adalah:

a. Mudah dicerna, porsi kecil dan sering diberikan.

b. Energi dan protein cukup, sesuai dengan kemampuan pasien untuk

menerimanya.

c. Lemak rendah yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total yang ditingkatkan

secara bertahap hingga sesuai dengan kebutuhan.

d. Rendah serat, terutama serat tidak larut air yang ditingkatkan secara

bertahap.

e. Cairan cukup, terutama bila ada muntah.

f. Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang tajam, baik secara

termis, mekanis, maupun kimia (disesuaikan dengan daya tahan terima

perorangan).

g. Laktosa rendah bila ada gejala intoleransi laktosa, umumnya tidak

(15)

h. Makan secara perlahan dilingkungan yang tenang.

i. Pada fase akut dapat diberikan makanan parenteral saja selama 24-48 jam

untuk memberi istirahat pada lambung.

Toleransi pasien terhadap makanan sangat individual, sehingga perlu

dilakukan penyesuaian, frekuensi makan dan minum susu yang sering pada pasien

tertentu dapat merangsang pengeluaran asam lambung secara berlebihan. Perilaku

makan tertentu dapat menimbulkan gastritis misalnya porsi makan terlalu besar,

makan terlalu cepat atau berbaring/tidur segera setelah makan (Almatsier, 2010).

2.1.7 Jenis Makanan yang Boleh dan Tidak boleh diberikan kepada

Penderita Gastritis (Almatsier,2010).

No Jenis Bahan Makanan Boleh diberikan Tidak Boleh Diberikan

1. Sumber hidrat arang (nasi atau penggantinya).

Beras, kentang, mie,bihun,

makaroni, roti, biskuit dan

tepung- tepungan.

Beras ketan, bulgur, jagung

cantel,singkong, kentang

goreng, cake, dodol.

2. Sumber protein hewani. Ikan, hati, daging sapi, telur ayam, susu.

Daging, ikan, ayam (yang

diawetkan/dikalengkan

digoreng,dikeringkan

atau didendeng), telur ceplok

atau goreng.

3. Sumber Protein Nabati. Tahu, tempe, kacang hijau direbus atau

dihaluskan.

Tahu, tempae, kacang merah,

kacang tanah yang digoreng atau

panggang.

4. Lemak. Margarine, minyak (tidak

untuk menggoreng dan

(16)

santan encer).

6. Buah-bauhan. Pepaya, pisang rebus,

sawo, jeruk garut, sari

buah.

Buah yang banyak mengandung

serat, dan menimbulakn gas mis;

jambu, nenas, durian, nangka dan

buah yang dikeringkan.

7. Bumbu-bumbu. Gula, garam, vitsin,

kunyit, kunci, serasi,

salam, lengkuas, jahe dan

bawang

Cabai, merica, cuka, dan bumbu

bumbu yang merangsang.

2.2 Pola Makan

2.2.1 Pengertian Pola Makan

Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah atau

jenis makanan dengan maksud tertentu. (Depkes RI ,2009). Dengan demikian,

pola makan yang sehat dapat diartikan sebagai suatu cara atau usaha untuk

melakukan kegiatan makan secara sehat. Sedangkan yang dimaksud pola makan

sehat dalam penelitian ini adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah

dan jenis bahan makanan dengan maksud tertentu seperti mempertahankan

(17)

makan sehari-hari merupakan pola makan seseorang yang berhubungan dengan

kebiasaan makan setiap harinya (Anonym, 2009).

Pola makan yang baik selalu mengacu kepada gizi yang seimbang yaitu

terpenuhinya semua zat gizi sesuai dengan kebutuhan dan seimbang. Tidak

diragukan, terdapat enam unsur gizi yang harus dipenuhi yaitu karbohidrat,

protein, lemak, vitamin, mineral dan air. Karbohidrat, lemak dan protein

merupakan zat gizi makro sebagai sumber energi, sedangkan vitamin dan mineral

merupakan zat gizi mikro sebagai pengatur kelancaran metabolisme tubuh.

Kebutuhan zat gizi tubuh hanya dapat terpenuhi dengan pola makan yang

bervariasi dan beragam, sebab tidak ada satupun bahan makanan yang

mengandung makro dan mikronutrien yang lengakap maka semakin beragam,

semakin bervariasi dan semakin lengkap jenis makanan yang kita peroleh maka

semakin lengkaplah perolehan zat gizi untuk mewujudkan kesehatan yang optimal

(Prita, 2010).

Pola makan atau pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah

makanan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu.

(Baliwati, 2004). Sedangkan menurut Santosa dan Anne, (2004) mengatakan

bahwa pola makan merupakan berbagai informasi yang memberi gambaran

mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan oleh setiap orang

dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu.

Pendapat pakar yang berbeda-beda dapat diartikan secara umum bahwa

pola makan adalah cara atau perilaku yang ditempuh seseorang atau sekelompok

(18)

setiap hari yang meliputi jenis makanan dan frekwensi makan yang berdasarkan

pada beberapa faktor yaitu :

1. Budaya

Budaya cukup menentukan jenis makanan yang sering dikonsumsi.

Demikian pula letak geografis mempengaruhi makanan yang di inginkannya.

Sebagai contoh nasi untuk orang asia dan orientalis, pasta untuk

orang-orang Italia, carry untuk orang-orang India merupakan makanan pokok, selain

makanan-makanan lain yang mulai ditinggalkan. Makanan laut banyak disukai oleh

masyarakat sepanjang pesisir Amerika Utara. Sedangkan penduduk Amerika

bagian selatan lebih banyak menyukai goreng-gorengan.

2. Agama/kepercayaan

Agama/ kepercayaan juga mempengaruhi jenis makanan yang dikonsumsi.

Sebagai contoh, agama Islam dan Yahudi Ortodoks mengharamkan daging babi,

agama Roma Khatolik melarang makan daging setiap hari, dan beberapa aliran

agama (Protestan) melarang pemeluknya mengkonsumsi teh, kopi atau alkohol.

3. Status sosial ekonomi

Pilihan seseorang terhadap jenis dan kualitas makanan turut dipengaruhi

oleh status social dan ekonomi. Sebagai contoh, orang kelas menengah kebawah

atau orang miskin di desa tidak sanggup membeli makanan jadi, daging, buah dan

sayuran yang mahal. Pendapatan akan membatasi seseorang untuk mengkonsumsi

makanan yang mahal harganya. Kelompok social juga berpengaruh terhadap

(19)

masyarakat, sedangkan kelompok masyarakat yang lain lebih menyukai

hamburger dan pizza.

4. Personal preference

Hal-hal yang disukai dan tidak disukai sangat berpengaruh terhadap

kebiasaan makan seseorang. Orang seringkali memulai kebiasaan makannya sejak

dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Misalnya, ayah tidak suka ikan, begitu

pula dengan anak laki-lakinya. Ibu tidak suka makan kerang, begitu juga dengan

anak perempuannya. Perasaan suka dan tidak suka seseorang terhadap makan

tergantung asosiasinya terhadap makanan tersebut. Anak-anak yang suka

mengunjungi kakek dan neneknya akan ikut menyukai acar karena mereka sering

dihidanghkan acar. Lain lagi dengan anak yang suka dimarahi bibinya, akan

tumbuh perasaan tidak suka pada daging ayam yang dimasak bibinya.

5. Rasa lapar, nafsu makan dan rasa kenyang

Rasa lapar umumnya merupakan sensasi yang kurang menyenangkan

karena berhubungan dengan kekurangan makanan. Sebaliknya, nafsu makan

merupakan sensasi yang menyenangkan berupa keinginan seseorang untuk

makan. Sedangkan rasa kenyang merupakan perasaan puas karena telah

memenuhi keinginannya untuk makan. Pusat pengaturan dan pengontrolan

mekanisme lapar, nafsu makan dan rasa kenyang dilakukan oleh system sraf

pusat, yaitu hipotalamus.

6. Kesehatan

Kesehatan seseorang berpengaruh besar terhadap kebiasaan makan.

(20)

yang lembut. Tidak jarang orang yang kesulitan menelan, memilih menahan lapar

daripada makan. Pola makan yang dianjurkan adalah pola yang sumbangan

energinya 60-70% berasal dari karbohidrat , 15-20% dari protein dan 20-30% dari

lemak, disamping cukup akan vitamin, mineral dan serat. Pola makan tersebut

terbagi dalam 3 periode yaitu sarapan, makan siang dan makan malam. Peranan

sarapan tidak boleh diabaikan, karena makanan menentukan kerja tubuh dari pagi

hingga siang hari.

2.2.2 Tujuan Makan

Secara umum tujuan makan menurut ilmu kesehatan adalah memperoleh

energi yang berguna untuk pertumbuhan, mengganti sel tubuh yang rusak,

mengatur metabolisme tubuh serta meningkatkan daya tahan tubuh terhadap

serangan penyakit (Uripi, 2004). Tujuan utama dari makanan yang kita makan

adalah untuk menyediakan berbagai

nutrisi penting yang ditemukan dalam makanan yaitu: karbohidrat, lemak, protein,

vitamin, mineral, dan air. Nutrisi ini melakukan tiga fungsi dasar yaitu:

memberikan energi untuk metabolisme tubuh, meningkatkan pertumbuhan dan

pengembangan, serta membantu mengatur proses tubuh.

Fungsi makanan bagi tubuh yaitu : sebagai sumber energi (tenaga),

sumber bahan pembangun sel dan jaringan tubuh serta menggantikan sel-sel tubuh

yang rusak atau tua, dan pengatur proses yang terjadi di dalam tubuh serta sebagai

pelindung tubuh terhadap berbagai penyakit. Energi yang diperlukan aktivitas

(21)

berfungsi sebagai bahan pembangun tubuh adalah protein. Zat pengatur dan

pelindung tubuh terdiri dari mineral, vitamin dan air (Wenny, 2010).

2.2.3 Jumlah/porsi makanan yang dikonsumsi

WHO, secara sederhana menggambarkan kebutuhan pangan yang

dikonsumsi sebagai sebuah piramida makanan. Bagian terbawah piramida

makanan tersusun atas bahan-bahan pangan sumber karbohidrat (roti, nasi, seral,

pasta, jagung dan lain-lain), yang dianjurkan untuk dikonsumsi sebanyak 6-11

porsi sehari. Bagian tengah piramida terdiri atas 2-4 porsi buah-buahan, 3-5 porsi

sayur- sayuran, 2-3 porsi daging, unggas, ikan, telur, dan kacang-kacangan.

Sedangkan bagian atas piramida hanya terdiri atas sedikit lemak, minyak dan

pemanis gula (Prita, 2010).

Sebagai pedoman secara umum setiap hari dianjurkan makan tiga kali

sehari yang terdiri dari 1 piring nasi atau penukarnya, 1 potong ikan atau

penukarnya, 1 potong tempe atau penukarnya, 1 mangkok sayuran dan

buah-buahan. Kita harus menyeimbangkan jumlah kalori yang masuk dengan jumlah

energy yang dikeluarkan. Porsi merupakan suatu ukuran maupun takaran makanan

yang dikonsumsi setiap kali makan. Dalam mengkonsumsi makanan haruslah

seimbang dengan kebutuhan remaja atau dewasa yang disesuaikan dengan umur

dan porsi ini disesuaikan dengan piramide makanan yaitu karbohidrat 50-60%,

lemak 25-30% dan protein 15-20%. Apabila jumlah kalori yang masuk lebih besar

dari energi yang dikeluarkan maka akan mengalami kelebihan berat badan.

(22)

a. Makanan pokok

Makanan pokok berupa nasi, roti tawar dan mie, jumlah atau porsi makanan

pokok terdiri dari nasi 100 gram, roti tawar 50 gram, mie untuk ukuran

besar 100 gram dan ukuran kecil 60 gram.

b. Lauk pauk

Lauk pauk mempunyai dua golongan lauk nabati dan lau hewani, jumlah

atau porsinya: daging 50 gram, telur 50 gram, ikan 50 gram, tempe 50 gram

(dua potong), tahu 100 gram (dua potong).

c. Sayur

Sayur merupakan bahan makanan yang berasal dari dari tumbuh-tumbuhan,

jumlah atau porsi sayuran dari berbagai jenis masakan sayuran antara lain:

sayur 100 gram.

d. Buah

Buah merupakan sumber vitamin terutama karoten, vitamin B1, vitamin B6,

vitamin C, dan sumber mineral, jumlah atau porsi buah ukuran buah 100

gram, ukuran potongan 75 gram.

e. Makanan selingan atau kecil biasanya dihidangkan antara waktu makan

pagi, makan siang maupun sore hari. Porsi atau jumlah untuk makanan

selingan tidak terbatas jumlahnya (bisa sedikit atau banyak).

f. Minuman

Minuman mempunyai fungsi membantu proses metabolisme tubuh, tiap

jenis minuman berbeda-beda pada umumnya jumlah atau ukurannya untuk

(23)

susu 1 gelas (200 gram). Jumlah (porsi) makanan tersebut di atas adalah

sesuai dengan anjuran makanan menurut Achmad (2004).

Menurut Anonym (2009) bahwa porsi yang tepat pada saat makan

memainkan peranan besar untuk menurunkan dan mempertahankan berat badan.

Menghidangkan porsi untuk semua kelompok makanan yang menentukan jumlah

jenis tertentu nakanan yang harus dikonsumsi saat makan. Porsi yang tepat dan

baik makan yang baik adalah:

a. Karbohidrat

Setengah cangkir beras, kentang tumbuk atau pasta adalah setara dengan

satu porsi sekitar ukuran satu sendok es cream. Sebuah kentang kecil

dipanggang, wafel atau sepotong roti juga satu porsi. Satu porsi roti jagung

atau roll adalah seukuran sebatang sabun.

b. Sayuran dan buah-buahan

Satu porsi sayuran setara dengan secangkir sayuran yang dimasak atau ¾

cangkir jus sayuran. Satu porsi buah setara dengan setengah cangkir berry,

apel sedang, atau setengah jeruk atau mangga. Sayuran dan buah harus

seukuran kepalan tangan.

c. Daging, susu dan kacang

Satu porsi daging sama dengan tiga ons, sekitar satu dada ayam atau ¼

pon daging ukuran telapak tangan atau setumpuk kartu. Tiga ons ikan

adalah ukuran buku cek. Satu porsi susu sama dengan ½ - 1 ons keju atau

satu cangkir susu atau yoguart. Satu cangkir kacang dimasak sama dengan

(24)

d. Satu porsi makanan ringan sama dengan tiga atau empat crackers,

segenggam keripik atau pretzel, satu sendok es criem atau satu ons coklat.

Satu porsi mentega adalah seukuran perangko tetapi setebal jari. Satu porsi

salad dressing sama dengan dua sendok makan seukuran bola ping-pong.

2.2.4 Jenis makanan yang dikonsumsi

Jenis makanan yang kita konsumsi harus mengandung karbohidrat,

protein, lamak dan nutrient spesifik. Karbohidrat kompleks bisa kita penuhi dari

gandum, beras, terigu, buah dan sayuran. Pilih karbohidrat yang berserat tinggi

dan kurangi karbohidrat yang berasal dari gula, sirup dan makanan yang

manis-manis. Konsumsi makanan yang manis 3-5 sendok makan perhari.

Makanan terbagi atas 2 jenis yaitu makanan ringan/makanan selingan dan

makanan utama yang memenuhi kalori tubuh sehari-hari. Makanan ringan atau

makanan selingan atau snack yang terdiri dari makanan ringan kering, basah

maupun berkuah adalah makanan yang dikonsumsi untuk selingan di sela-sela

makanan utama. Makanan utama terdiri dari makanan pokok, lauk pauk hewani

dan nabati, sayur, buah dan minuman. Di alam terdapat berbagai jenis bahan

pangan baik yang berasal dari tanaman maupun yang berasal dari hewan. Diantara

beragam jenis bahan pangan tersebut, ada yang kaya akan satu jenis zat gizi dan

ada yang kekurangan zat gizi karena itu manusia memerlukan berbagai macam

bahan pangan untuk menjamin agar semua zat gizi yang diperlukan tubuh dapat

dipenuhi dalam jumlah yang cukup (Prita, 2010)

Kebutuhan tubuh akan serat sebanyak lebih dari 25 gram perhari. Untuk

(25)

harus lengkap antara protein nabati dan protein hewani. Sumber protein nabati

didapat dari kedelai, tempe dan tahu, sedangkan protein hewani berasal dari ikan,

daging (sapi, ayam, kambing, kerbau). Sumber vitamin dan mineral terdapat pada

vitamin A (hati, susu, wortel dan sayuran), vitamin D (ikan, susu dan kuning

telur), vitamin E (minyak, kacang-kacangan dan kedelai), vitamin K (brokoli,

bayam dan wortel), vitamin B (gandum, ikan, susu dan telur), serta kalsium (susu,

ikan dan kedelai). Jenis makanan yang dikonsumsi dapat dikelompokkan sebagai

berikut :

a. Makanan Utama

Makanan utama adalah makanan yang dikonsumsi seseorang berupa

makan pagi, makan siang, dan makan malam yang terdiri dari makanan

pokok, seperti nasi, lauk pauk, sayur, buah, dan minum.Makanan pokok

adalah makanan yang dianggap memegang peranan penting dalam

susunan hidangan. Pada umumnya makanan berfungsi sebagai sumber

energi (kalori) dalam tubuh dan memberi rasa kenyang.

(Achmad, 2004).

b. Makanan Selingan

Makanan selingan adalah makanan kecil yang dibuat sendiri maupun yang

dijual di depan rumah atau di toko atau di supermarket. Makanan selingan

menurut bentuknya terdiri dari :

- Makanan selingan bentuk kering seperti kripik pisang, kripik

(26)

- Makanan selingan berbentuk basah seperti lemper, semar,

mendem, tahu isi, pastel, pisang goreng dan sebagainya.

- Makanan selingan berbentuk kuah seperti bakso, mie ayam,

empek-empek, mie ketupat dan sebagainya.

2.2.5 Fungsi makanan

Setiap makhluk hidup akan membutuhkan makanan untuk dapat tetap

bertahan hidup. Mengapa manusia memerlukan makanan? karena makanan

diperlukan tubuh manusia untuk pertumbuhan dan melakukan kegiatan sehingga

tubuh tetap sehat. Asupan gizi yang baik tidak akan terpenuhi tanpa makanan

yang sehat. Makanan yang sehat adalah makanan yang mengandung semua zat

gizi. Zat gizi tesebut di butuhkan tubuh untuk memperoleh energi. Selain itu, zat

gizi digunakan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan sel-sel tubuh serta

memelihara kesehatan. Zat zat makanan yang diperlukan tubuh diantaranya

karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan, air. Berikut ini merupakan

fungsi umum dari makanan yang kita makan setiap hari:

a. Untuk memberikan tenaga atau energi pada tubuh makhluk hidup sehingga

dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari.

b. Sumber pengatur dan pelindung tubuh terhadap penyakit

c. Sumber pembangun tubuh baik untuk pertumbuhan maupun perbaikan

tubuh.

(27)

e. Mengatur metabolisme dan mengatur berbagai keseimbangan, misalnya

keseimbangan air, keseimbangan asam-basah dan keseimbangan mineral

didalam cairan tubuh.

Untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh manusia dan untuk

memperoleh energi agar manusia dapat melakukan kegiatan fisiknya sehari-hari,

maka tubuh manusia harus dipenuhi kebutuhan zat-zat makanan atau zat-zat

gizinya. zat-zat makanan yang diperlukan itu dapat dikelompokkan menjadi 6

macam yaitu karbohidrat, vitamin, lemak, protein, mineral dan air.

2.2.6 Frekwensi Makan

Menu sehari (frekuensi makan) adalah susunan hidangan yang disajikan

dalam sehari beberapa kali waktu makan. Frekuensi makan adalah jumlah waktu

makan dalam sehari meliputi makanan lengkap (full meat) dan makan selingan

(snack). Makanan lengkap biasanya diberikan tiga kali sehari (makan pagi, makan

siang dan makan malam), sedangkan makanan selingan biasa diberikan antara

makan pagi dan makan siang, antara makan siang dan makan malam atau setelah

makan malam. Frekuensi makan di suatu institusi berkisar anatara tiga hingga

enam kali sehari tergantung dari biaya tenaga kerja yang tersedian.

Frekwensi makan adalah jumlah makan dalam sehari-hari baik kwalitatif

maupun kwantitatif. Secara alamiah makanan diolah dalam tubuh melalui alat-alat

pencernaan mulai dari mulut sampai ke usus halus. Lama makanan dalam

lambung tergantung sifat dan jenis makanan. Umumnya lambung kosong antara

3-4 jam maka jadwal makan inipun menyesuaikan dengan kosongnya lambung

(28)

Frekuensi yang telah distandarkan oleh Depkes di mana anjuran makan

satu hari rata-rata remaja/dewasa secara umum orang Indonesia dengan energi

2550 kkl dan protein 60 bagi laki-laki dan bagi perempuan 1900 dan proteinnya

50. (Depkes RI, 2009). Orang yang memiliki pola makan tidak teratur mudah

terserang penyakit gastritis. Pada saat perut harus diisi, tapi dibiarkan kosong, atau

ditunda pengisiannya, asam lambung akan mencerna lapisan mukosa lambung,

sehingga timbul rasa nyeri . Secara alami lambung akan terus memproduksi asam

lambung setiap waktu dalam jumlah yang kecil, setelah 4-6 jam sesudah makan

biasanya kadar glukosa dalam darah telah banyak terserap dan terpakai sehingga

tubuh akan merasakan lapar dan pada saat itu jumlah asam lambung terstimulasi.

Bila seseorang telat makan sampai 2-3 jam, maka asam lambung yang diproduksi

semakin banyak dan berlebih sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung serta

menimbulkan rasa nyeri di sekitar epigastrium. Kebiasaan makan tidak teratur ini

akan membuat lambung sulit untuk beradaptasi. Jika hal itu berlangsung lama,

produksi asam lambung akan berlebihan sehingga dapat mengiritasi dinding

mukosa pada lambung dan dapat berlanjut menjadi tukak peptik. Hal tersebut

dapat menyebabkan rasa perih dan mual. Gejala tersebut bisa naik ke

kerongkongan yang menimbulkan rasa panas terbakar.

2.2.7 Jadwal makan

Jadwal makanan sama dengan manusia pada umumnya, yaitu pagi (jam

07.00-08.00), selingan (jam 10.00) siang (jam 13.00-14.00), selingan (jam 17.00)

sore/malam (jam 19.00). Jadwal adalah teratur makan pagi, selingan pagi, makan

(29)

umumnya, yaitu pagi, siang dan sore. Disini hanya ditekankan untuk

mengkonsumsi makanan yang tidak menyebabkan pengeluaran asam lambung

secara berlebih. Jadi jadwal makan harus teratur, lebih baik makan dalam jumlah

sedikit tapi sering dan teratur daripada makan dalam porsi banyak tapi tidak

teratur (Almatsier, 2010).

Direktorat Gizi Masyarakat Republik Indonesia mengeluarkan Pedoman

Umum Gizi seimbang sebagai berikut:

1. Makan aneka ragam makanan

2. Makan makanan untuk memenuhi kecukupan energy

3. Makan makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energy

4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kebutuhan energy

5. Gunakan garam beryodium

6. Makan makanan sumber zat besi

7. Berikan ASI pada bayi

8. Biasakan makan pagi

9. Minum air bersih, aman yang cukup jumlahnya

10. Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur

11. Hindari minum minuman beralkohol

12. Makan makanan yang aman bagi kesehatan

(30)

2.2.8 Cara Pengolahan Makanan

Dalam menu Indonesia pada umumnya makanan dapat diolah dengan

cara sebagai berikut :

a. Merebus (boiling) adalah mematangkan makanan degan cara merebus

suatu cairan bisa berupa air saja atau air kaldu dalam panci sampai

mencapai titik didih 1000 C.

b. Memasang (braising) adalah cara memasak makanan dengan

menggunakan sedikit cairan pemasak. Bahan makanan yang diolah

dengan teknik ini adalah daging.

c. Mengukus (steaming) adalah proses mematangkan makanan dalam

uap air.

d. Bumbu-bumbuan (simmering) hampir sama dengan mengukus tapi

setelah dikukus makanan dibumbui dengan bumbu tertentu.

Agar zat-zat gizi yang terdapat dalam makanan tidak banyak rusak atau

hilang, maka makanan sebaiknya diolah dengan cara sebagai berikut:

a. Memasak lebih dekat dengan waktu makan.

b. Menggunakan api kecil atau memasak dengan cepat (pressure cooker).

c. Memasak bahan makanan dalam keadaan utuh lebih baik daripada

memasak potongan terutama sayuran yang umumnya mengandung

vitamin B dan C yang mudah larut dalam air.

d. Cucilah sayuran dan buah-buahan dalam keadaan utuh tanpa

(31)

e. Usahakan untuk tidak memasak bahan makanan dalam waktu terlalu

lama karena kandungan zat gizinya akan lebih banyak yang hilang.

2.2.9 Membentuk Pola Makan yang Baik

Pola makan yang baik merupakan hasil dari sebuah rangkaian proses

upaya untuk membentuk pola makan yang baik hendaknya dilaksanakan

secara dini. Lingkungan sangat besar peranannya dalam membentuk pola

makan seseorang. Beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam membentuk

pola makan yang baik yaitu :

a. Menyediakan makanan yang bervariasi.

b. Makan makanan sumber tepung-tepungan, lauk pauk, sayuran dan buah.

c. Kurangi makanan belemak.

d. Batasi makanan bergula.

e. Kurangi makanan yang banyak mengandung garam.

f. Makan teratur.

g. Memberikan pengetahuan gizi.

h. Menciptakan suasana yang menggembirakan saat makan.

i. Menananmkan norma-norma yang berkaitan dengan makanan.

j. Menanamkan adat sopan santun saat makan.

Pada kasus gastritis diawali dengan pola makan yang tidak teratur sehingga

mengakibatkan peningkatan produksi asam lambung yang memicu terjadinya

(32)

2.3 Stres

Stres merupakan keadaan yang disebabkan oleh adanya tuntutan internal

maupun eksternal (stimulus) yang dapat membahayakan, tak terkendali atau

melebihi kemampuan individu sehingga individu akan bereaksi baik secara

fisiologis maupun psikologis (respon) dan melakukan usaha-usaha penyesuaian

diri terhadap situasi tersebut (Al Banjary, 2009).

Sumber stres yang menyebabkan seseorang tidak berfungsi optimal atau

yang menyebabkan seseorang sakit, tidak saja datang dari satu macam pemicu

tetapi ada beberapa faktor pemicu stres yaitu :

1. Faktor intrinsik dalam pekerjaan seperti tuntutan fisik misalnya faktor

kebisingan, dan faktor tugas mencakup kerja malam, beban kerja, resiko

dan bahaya.

2. Faktor struktur dan iklim kelompok adalah terpusat pada ssejauh mana

individu dapat berperan serta pada support sosial. Kurangnya peran serta

atau partisipasi dalam pengambilan keputusan sehuubngan dengan

suasana hati dan perilaku negatif. Peningkatan peluang untuk berperan

serta menghasilkan peningkatkan produktivitas dan peningkatan taraf dari

kesehatan mental dan fisik.

3. Faktor ciri-ciri individu sebagai faktor alainnya yang dapat memicu

terjadinya stres artinya stres ditentukan oleh individunya sendiri, sejauh

mana ia melihat situasinya sebagai kondisi stres. Reaksi-reaksi psikologis,

fisiologis dan bentuk perilaku terhadap stres adalah hasil dari interaksi

(33)

dan pola-pola perilaku yang didasarkan pada sikap, kebutuhan, nilai-nilai,

pengalaman masa lalu, keadaan kehidupan dan kecakapan (intelegensi,

pendidikan, pelatihan dan pembelajaran). Faktor-faktor dalam diri

individu berfungsi sebagai faktor pengaruh antara rangsang dari

lingkungan yang merupakan pembangkit stres potensial dengan individu.

Faktor pengubah ini yang menentukan bagaimana individu bereaksi

terhadap pembangkit stres potensil (Davis dan Newstrom dalam Margiati,

1999).

2.3.1 Tahapan Stres

Seseorang yang stres akan mengalami beberapa tahapan stres,

sebagaimana dikemukakan oleh Dadang Hawari (2001) bahwa tahapan stres

yaitu:

1. Stres tahap pertama (paling ringan) yaitu stres yang disertai perasaan nafsu

bekerja yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa

memperhitungkan tenaga yang dimiliki dan penglihatan menjadi tajam.

2. Stres tahap kedua, yaitu stres yang disertai keluhan seperti bangun pagi

tidak segar atau letih, cepat lelah pada saat menjelang sore, mudah lelah

sesudah makan, tidak dapat rileks, lambung dan perut tidaknyaman (bowel

discomfort), jantung berdebar, otot tengkuk dan punggung tegang. Hal ini

terjadi karena cadangan makanan tidak memadai.

3. Stres tahap ketiga, yaitu tahapan stres dengan keluhan seperti defekasi yang

(34)

susah tidur lagi, bangun terlalu pagi, koordinasi tubuh terganggu dan terasa

mau jatuh pingsan.

4. Tahap keempat, yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti tidakmampu

bekerja sepanjang hari, aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan,

respon tidakadekuat, kegiatan rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering

menolak ajakan, konsentrasi dan daya ingat menurun, serta timbul ketakutan

dan kecemasan.

5. Stres tahap kelima, yaitu tahapan stres yang ditandai dengan kelelahan fisik

dan mental, ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan

ringan, gangguan pencernaan berat, meningkatnya ras takut dan cemas,

bingung dan panik.

6. Stres tahap keenam (paling berat), yaitu tahapan stres dengan tanda-tanda

seperti jantung bedebar keras, sesak nafas, badan gemetar, dingin dan

banyak keluar keringat, lemah serta pingsan.

Davis dan Newstrom dalam Margiati (1999) bahwa stres kerja disebabkan

oleh tugas yang telalu banyak, terbatanya waktu, kurang mendapatkan

tanggungjawab, ambiguitas peran, perbedaan nilai, frustrasi,perubahan tipe

pekerjaan dan perubahan atau konflik peran. Tugas yang terlalu banyak memang

tidak selalumenjadi penyebab stres, namun akan menjadi sumber stres bila

banyaknya tugas tidak sebanding dengan kemampuan baik fisik maupun keahlian

dan waktu yang tersedia bagi individu. Dalam kondisi tertentu, pihak atasan

seringkali memberikan tugas dengan waktu yang terbatas. Akibatnya, individu

Referensi

Dokumen terkait

Pro-poor Growth and Pro-Growth Poverty Reduction: Meaning, Evidence, and Policy Implications.. A

Formula dari Cycle Time Efficiency digunakan untuk mengukur persentase aktivitas yang telah dilakukan dengan menggunakan aktivitas Real Value-Added yang digunakan

Hasil perbandingan ini sesuai dengan hipotesis yang dibuat, sehingga model pendugaan laju erosi tanah berbasis data satelit penginderaan jauh yang digunakan pada kegiatan

• Pasifisme, yang berpendapat bahwa orang-orang Kristen tidak boleh berpartisipasi dalam perang sampai pada poin membunuh orang lain, karena Allah telah memerintahkan

(4) Tarif pelayanan gawat darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tercantum dalam Lampiran sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari peraturan daerah

Alat uji getaran engine (AUGE) adalah sebuah sarana penunjang untuk mengetahui karakteristik getaran dari kombinasi engine dan propeller yang akan digunakan pada

Hal ini dilihat dari hasil penelitian yang menyatakan bahwa membaca menurut mahasiswa adalah kegiatan melafalkan lambang tulis yang berupa bacaan, kegiatan membaca

Jasa sarana, adalah imbalan yang diterima oleh Puskesmas, Laboratorium Kesehatan Masyarakat, RSUD atas pemakaian sarana, fasilitas, obat-obatan dasar, bahan kimia dan