• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGANTAR AMDAL PROYEK MRT JAKARTA FAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGANTAR AMDAL PROYEK MRT JAKARTA FAS"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS BESAR MATA KULIAH PENGANTAR AMDAL

DOKUMEN AMDAL

PROYEK MASS RAPID TRANSIT (MRT) JAKARTA

SEGMEN LAYANG CP. 102 - 104

Tugas ini Dibuat Untuk Memenuhi Persyaratan Nilai Tugas Mata Kuliah Pengantar AMDAL Semester Genap

Disusun Oleh:

Anneesha Fairuz

(1115020004)

Muhammad Fakhry

(1115020052)

Dosen Pembimbing:

Drs. Budi Damianto, A.Md, S.T, M.T

NIP. 195801081984031002

PROGRAM STUDI KONSTRUKSI SIPIL

JURUSAN TEKNIK SIPIL

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

4.11.1 Latar Belakang Proyek

Sejak 1980, mulai dirancang berbagai studi kasus dalam mempelajari kemungkinan

diberlakukannya sistem Mass Rapid Transit (MRT) di Jakarta. Mass Rapid Transit (MRT)

dianggap sebagai salah satu solusi dalam menangani masalah mobilitas berupa kemacetan antara

kota Jakarta dengan daerah penyangganya.

Proyek MRT Jakarta direncanakan membelah Jakarta dalam 2 jalur, jalur Utara – Selatan dan jalur Timur – Barat. Jalur Utara - Selatan sendiri pun dibagi menjadi 2 fase, fase pertama dikerjakan

sejak 2013 sampai 2018, sedangkan fase kedua dimulai tahun 2020 nanti. Tahap pertama yang

membentang sepanjang 15,7 km ini akan menghubungkan Lebak Bulus sampai dengan Bundaran HI,

dengan total 13 stasiun (7 stasiun layang dan 6 stasiun bawah tanah).

Proyek infrastruktur besar yang berlokasi tepat di jalur – jalur protokol Jakarta ini diperkirakan

akan mempengaruhi banyak hal dalam pembangunannya, baik pada masa perencanaan, konstruksi

maupun setelah masa operasional. Oleh karena itu, sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan

Hidup No.11/2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau kegiatan yang Wajib dilengkapi dengan

AMDAL dan keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta No.2863/2011 tentang Jenis Usaha

dan/atau kegiatan yang Wajib dilengkapi AMDAL di Wilayah DKI Jakarta, rencana kegiatan

pembangunan MRT Jakarta merupakan dalam kegiatan yang wajib dilengkapi dengan dokumen

AMDAL. Pada 31 Agustus 2005 akhirnya proyek MRT Jakarta mendapatkan Pengesahan

AMDAL dari Komisi Penilai AMDAL Daerah Propinsi DKI Jakarta melalui surat Nomor :

37a/-1.774.151

4.21.2 Lokasi Proyek

Proyek pembangunan MRT Jakarta ini memiliki rute dari Lebak Bulus, Jakarta Selatan

dengan rencana pembuatan stasiunnya berada di sisi utara terminal Lebak Bulus dan berakhir di

Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat. Dengan total panjangnya ± 15,7 km.

(3)

BAB II

PERMASALAHAN

4.32.1 Tahap Konstruksi

Kegiatan yang berlangsung selama proses konstruksi yang diamati diantaranya

peningkatan pencemaran udara dan kebisingan, gangguan dan kemacetan lalu lintas, timbulnya

gangguan getaran dan kerusakan bangunan sekitar, berkurangnya populasi tanaman pelindung

jalan.

2.1.1 Peningkatan Pencemaran Udara dan Kebisingan

 Sumber Dampak,

Pekerjaan penyiapan lahan, konstruksi struktur layang dan stasiun, pengangkutan

material dan pekerjaan dengan menggunakan alat berat lainnya.

 Indikator / Parameter

Dampak lingkungan yang diamati berdasarkan parameter TSP, SO2, NO2, dan CO

 Besaran Dampak

Pada jarak 50 m dari lokasi proyek kadar TSP, SO2, NO2, dan CO masing masing

bertambah dengan pesat sehingga menyebabkan pencemaran udara selain itu semua

pekerjaan yang dilakukan berakibat meningkatkan tingkat kebisingan menjadi 55 – 60 dB

untuk daerah dengan radius 100 m sekitar proyek.

2.1.2 Gangguan Lalu Lintas

 Sumber Dampak

Kegiatan konstruksi rel dan stasiun layang, pengangkutan material, keluar masuknya

kendaraan proyek, penutupan jalan dan pengalihan lalu lintas

 Indikator / Parameter

Tingkat kemacetan, Volume Lalu Lintas, dan kecepatan kencadaraan sekitar proyek

(4)

Dengan adanya proyek MRT Jakarta ini menyebabkan menurunnya kecepatan kendaraan

yang melalui bahkan sampai terhenti yang menimbulkan antrian kendaraan yang makin

panjang.

2.1.3 Timbulnya Gangguan Getaran Dan Kerusakan Bangunan Sekitar

 Sumber Dampak

Pekerjaan Alat Berat,Pekerjan pondasi

 Indikator / Parameter

Intensitas getaran, tingkat kerusakan bangunan sekitar

 Besaran Dampak

Seiring dengan pekerjaan alat berat yang dilakukan menyebabkan peningkatan intesitas

getaran pada area sekitar proyek sebesar 4,5 ritcher (105 dB) yang dapat menggangu warga

sekitar proyek bahkan dapat menimbulkan kerusakan pada bangunan sekitar

2.1.4 Berkurangnya populasi tanaman pelindung jalan

 Sumber Dampak

Pekerjaan penebanangan pohon untuk pembebasan lahan.

 Indikator / Parameter

Berkurangnya pohon/tanaman hijau di jalan sekitar Lebak Bulus – Sisingamaraja (sekitar

± 300 pohon/tanaman)

 Besaran Dampak

Walaupun segmen laying akan dibangun diatas eksisting jalan, namun namun masih

membutuhkan lahan tambahan yang harus dibebaskan. Oleh karena itu banyak

pohon/tanaman pelindung jalan yang ditebang/dihilangkan untuk keperluan konstruksi.

Hal ini bisa berdampak ke berkurangnya sumber oksigen&penghijauan disekitar proyek

(5)

BAB III

ANALISA PERUBAHAN RONA LINGKUNGAN

4.4Peningkatan Pencemaran Udara dan Kebisingan

Hasil pemantauan kualitas udara yang telah dilakukan oleh kantor BLPHD DKI Jakarta

dari tahun 2005 untuk parameter NO2 masih dibawah baku mutu. Sedangkan pada Desember 2006

untuk parameter NO2 sudah melampaui baku mutu.

Sedangkan untuk parameter SO2 hasil semua pengukuran dari tahun 2005, 2006, dan 2009

pengukuran masih menunjukan angka di bawah baku mutu yang diijinkan

Dari 3 periode pengukuran (2005,2006 dan 2009) hasil pengukuran parameter TSP pada

tahun 2006 menunjukan kualitas udara yang kurang bagus yaitu sebesar 1,7 kali dari baku mutu

yang ada.

Untuk parameter Pb data yang tersedia sangat minim karena data di tahun 2005 dan 2006

tidak ada data, yang ada hanya ada pada tahun 2009. Dari data satu kali pengukuran ini, hasilnya

menunjukan nilai di bawah baku mutu yang di ijinkan.

Bisa disimpulkan dari pengukuran pada saat AMDAL 2005,2006,2009, maupun saati ini

bahwa nilai pencemaran udara telah melewati baku mutu yang ditetapkan dalam keputusan

Gubernur DKI Jakarta No.551/2001.

Untuk updating data kebisingan diperlukan data sekunder dan data primer. Data sekunder

diambil dari Laporan Implementasi RKL/RPL Koridor Busway yang dilakukan oleh Operator

(6)

lokasinya mengikuti AMDAL 2005, Yaitu daerah Lebak Bulus (KU-1), Jl.Cipete Utara (KU-2),

SDN Kramat Pela (KU-3), Ratu Plaza (KU-4), Bundaran HI (KU-5), dan Monas (KU-6).

Hasil pengukuran tingkat kebisingan baik pengukuran yang dilakukan pada saat AMDAL

2005 maupun saat ini telah melewati baku mutu yang ditetapkan dalam Keputusan Gubernur DKI

Jakarta No. 551/2001.

4.5Gangguan dan Kemacetan Lalu Lintas

Berdasarkan Survei Lalu Lintas yang dilakukan selama periode 27 – 29 Juli 2010, selama

hari kerja normal (Selasa sampai dengan Kamis) dan hasil analisi pada kapasitas lalu lintas didpata

status derajat kejenuhan sebagai berikut

Sebagian besar ruas jalan memiliki jangka waktu dengan tingkat kejenuhan (V/C) lebih

dari 0.81 (kondisi yang tidak stabil, kecepatan kurang dari 30 km/jam) di waktu puncak pagi, waktu

(7)

Jl. Kartini, Jl. Fatmawati (RL-B) dan Jl. Jend. Sudirman mempunyai jangka waktu dengan

tingkat kejenuhan (v/c) lebih dari 1.0 (kondisi terpaksa, dengan kecepatan kurang dari 15 km/jam).

Jl. Fatmawati (RL-2), Jl. Panglima Polim, Jl. Sisingamangaraja dan Jl. MH. Thamrin

dengan tingkat kejenuhan yang relatif lebih kecil di antara ruas jalan yang disurvei walaupun ada

jangka waktu dengan kondisi tidak stabil.

4.6Timbulnya Ganguan Getaran dan Kerusakan Bangunan Sekitar

Hasil pengukuran data tingkat getaran pada semua lokasi menunjukan kategori “Tidak

menyebabkan kerusakan bangunan – bangunan”. Diantara lokasi – lokasi yang telah di survey

menunjukan kondisi tinggi tetapi masih dalam status “Tidak menyebabkan kerusakan”. Hasil

selengkapnya bisa dilhat pada table dibawah ini

Hasil pengukuran yang telah dilakukan menunjukan bahwa tingkat getaran masih dibawah

standar baku mutu, baik dalam AMDAL 2005 maupun Updating AMDAL. Tingkat getaran pada

(8)

perusakkan” menurut Keputusan Kementrian Lingkungan Hidup No.49 tahun 1996 mengenai Baku Mutu Tingkat Getaran.

4.7Berkurangnya Populasi Tanaman Pelindung Jalan

Mengingat lokasi kegiatan proyek MRT Jakarta merupakan daerah yang telah terbangun,

maka komponen biologi yang ada pada umumnya berupa tanaman tepi jalan yang termasuk ke

dalam golongan pohon penghijauan, pohon pelindung dan tanaman hias. Keadaan di sekitar proyek

MRT Jakarta sangat padat dengan bangunan, sehingga mempunyai nilai biologi yang terbatas.

Namun demikian masih terdapat areal terbuka hijau / taman dan tanaman pohon di beberapa bagian

lokasi proyek antara lain :

1. Taman di Jl. Sungai Sambas

2. Taman di Jl. Sultan Hasandin

(Blok M)

3. Taman di Jl. Pattimura

4. Taman di Jl. Sisingamangaraja

5. Istora senayan dan kompleks

Hotel Sultan

6. Pohon Hias sepanjang jalan

protocol (Jl. Sudirman sampai

awal Jl. MH. Thamrin)

Table dibawah ini menunjukan perbandingan antara hasil inventaris AMDAL 2005 dan

saat ini. Dalam AMDAL 2005 tidak mencantumkan data inventarisasi vegetasi di setiap stasiun

oleh karena itu perbandingan tidak dapat disimpulkan. Berdasarkan jenis vegetasi, hasil survey

saat ini mengidentifikasi jumlah spesies lebih banyak dibandingkan AMDAL 2005. Data ini

memiliki identifikasi secara detail tentang jenis vegetasi. Dapat disimpulkan tidak ada perubahan

(9)

BAB IV

RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN

& RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN

4.1RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (RKL) 4.1.1 Peningkatan pencemaran Udara & Kebisingan

a) Sumber Dampak

Pekerjaan penyiapan lahan, pekerjaan konstruksi struktur layang, pengoperasian alat

berat, pengangkutan material.

b) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup

Mencegah terjadinya peningkatan pencemaran udara dan peningkatan kebisingan,

terutama di kawasan pemukian dan tempat sensitif.

c) Pengelolaan Lingkungan Hidup

1) Bak truk pengangkut material ditutup terpal

2) Pengaturan jadwal kegiatan / operasional alat berat

3) Pengaturan kecepatan kendaraan pengangkutan material

4) Sekeliling lokasi proyek dipagar seng setinggi 2 – 2,5 m

5) Perawatan alat – alat berat secara berkala, sehingga kebisingan dan emisi polutan

udara yang timbul sekecil mungkin

6) Kepala tiang pancang dilengkapi dengan “rubber pad” dan pada tempat- tempat

sensitive, pemasangan tiang pancang dilakukan dengan metode bor pile.

d) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup

Di lokasi proyek sepanjang koridor jalur rel layang selama tahap konstruksi

e) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Periode pengelolaan dilakukan selama komponen kegiatan sebagai sumber dampak

terhadap peurunan kualitas udara dan kebisingan berlangsung

f) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

1) Pelaksana : PMU / Satker Pengadaan Tanah

(10)

3) Penerima Laporan : BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Direktorat Jenderal

Perkeretaapian.

4.1.2 Gangguan lalu lintas

a) Sumber Dampak

Kegiatan konstruksi struktur rel dan stasiun layang

b) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pencegahan terjadinyan kemacetan lalu lintas

c) Pengelolaan Lingkungan Hidup

1) Sosialisasi tentang rencana pelaksanaan konstruksi

2) Pengaturan lalu lintas di sekitar lokasi proyek

3) Pengalihan arus lalu lintas merujuk ke kajian lalu lintas oleh Dishub

4) Pemasangan rambu lalu lintas di sekitar lokasi proyek termasuk pemasangan

papan pengumuman pada jarak ± 500 m sebelum proyek

d) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup

Di lokasi proyek sepanjang koridor Lebak Bulus – Sisingamangaraja.

Sementara itu kajian manajemen lalu lintas dpat mencakup ruas jalan di luar

koridor proyek khususnya yang terkait dengan koridor segmen layang.

e) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Selama komponen kegiatan sumber kemacetan lalu lintas berlangsung.

f) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

1) Pelaksana : PMU / Satker Manajemen Lalu Lintas

2) Pengawas : PT. MRT Jakarta

3) Penerima Laporan : Dinas Perhubungan dan BPLHD Provinsi DKI Jakarta

4.1.3 Timbulnya Gangguan Getaran dan Kerusakan Bangunan Sekitar

a) Sumber Dampak

Kegiatan / pekerjaan pondasi struktur segmen layang dan stasiun layang

b) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup

Untuk menghindari atau mencegah terjadinya gangguan getaran dan kerusakan

(11)

c) Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pelaksanaan pemasangan tiang pancang pada lokasi yang dekat dengan

pemukiman penduduk dan lokasi sensitif lainnya (rumah sakit, kantor

pemerintahan, dll) menggunakan metode bore pile.

d) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup

Sepanjang koridor jalan Fatmawati, Panglima Polim dan Sisingamangaraja,

selama pelaksanaan pekerjaan pondasi struktur segmen layang.

e) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Selama komponen kegiatan sumber getaran dan kerusakan bangunan

berlangsung

f) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

1) Pelaksana : PMU / Satler Pembangunan Infrastruktur dan Satker Pembangunan

Stasiun

2) Pengawas : PT MRT Jakarta

3) Penerima Laporan : BPLHD Provinsi DKI Jakarta & Walikota Jakarta Selatan

4.1.4 Berkurangnya Populasi Tanaman Pelindung

a) Sumber Dampak

Penyiapan dan Pembersihan Lahan

b) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup

Mengganti tanaman pelindung proyek yang terkena proyek

c) Pengelolaan Lingkungan Hidup

1) Menanam kembali tanaman pelindung jalan di areal terbuka di lokasi proyek

2) Memindahkan tanaman pelindung yang terkena proyek ke lokasi ruang terbuka

hijau atau taman di tempat lain yang terdekat ke lokasi proyek, sesuai dengan

petunjuk dari Suku DInas Pertamanan setempat

d) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup

Di sekitar lokasi proyek dan sekitarnya, pada tahap konstruksi dan dilanjutkan

(12)

e) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Selama kegiatan sumber pengugaran populasi tanaman lindung berlangsung

f) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

1) Pelaksana : PMU / Satker Pembangunan Infrastruktur dan Satker

Pembangunan Stasiun

2) Pengawas : PT. MRT Jakarta

3) Penerima Laporan : Dinas Pertamanan dan BPLHD Provinsi DKI Jakarta

4.2RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN

4.2.1 Peningkatan Pencemaran Udara & Kebisingan

a) Indikator Dampak

Kandungan debu dan gas polutan dalam udara dan tingkat kebisingan di sekitar

koridor segmen layang

b) Parameter Lingkungan Hidup yang Dipantau

Parameter lingkungan hidup yang dipantau antara lain : TSP, NO2, SO2, NO, CO, Pb,

Tingkat Kebisingan

c) Tujuan Pemantauan Lingkungan

Untuk mendeteksi kondisi kualitas udara, kebisingan, serta mengevaluasi efektivitas

upaya pengelolaan lingkungan hidup yang telah dilaksanakan oleh Pemraksara

kegiatan

d) Metode Pemantauan Lingkungan Hidup

1. Metode Pengumpulan dan Analisis Data

 Menampung keluhan masyarakat

 Pengukuran langsung tingkat kebisingan di lapangan  Pengambilan sampel udara untuk dianalisis di laboratorium

2. Lokasi Lingkungan Hidup

Di sekitar lokasi rencana pembangunan segmen layang

3. Jangka dan Frekuensi Pemantauan

 Setiap 6 bulan untuk pengukuran lapangan

(13)

e) Institusi Lingkungan Hidup

1. Pelaksana : PMU / Satker Pembangunan Infrastruktur & Satker

Pembangunan Stasiun

2. Pengawas : BPLHD Wilayah Kota Jakarta Selatan

3. Penerima Laporan : BPLHD Propinsi DKI Jakarta, Walikota Jakarta Selatan

4.2.2 Gangguan Lalu Lintas

a) Indikator Dampak

Gangguan kelancara arus lalu lintas

b) Parameter Lingkungan Hidup yang Dipantau

Panjang antrian kendaraan, waktu tempuh kendaraan, kecepatan kendaraan yang

lewat serta keluhan pengguan jalan

c) Tujuan Pemantauan Lingkungan

Untuk mendeteksi kondisi lalu lintas, dan mengevaluasi efektivitas upaya

pengelolaan lingkungan hidup yang telah dilaksanakan dilaksanakan oleh

Pemraksara kegiatan

d) Metode Pemantauan Lingkungan Hidup

1. Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Pengamatan langsung secara visual dilapangan dan dikonfirmasi dengan survey

lalu lintas

2. Lokasi Lingkungan Hidup

Di jl. TB. Simatupang, Fatmawati, Pangeran Antasari dan Pattimura, serta ruas

jalan lain yang menerima pengalihan lalu lintas.

3. Jangka dan Frekuensi Pemantauan

Selama pelaksanaan konstruksi dan setiap bulan dilakukan pengamatan visual

e) Institusi Lingkungan Hidup

1. Pelaksana : PMU / Satker Pembangunan Infrastruktur & Satker

Manajemen Lalu Lintas

2. Pengawas : Suku Dinas Perhubungan Kota Jakarta Selatan

(14)

4.2.3 Timbulnya Gangguan Getaran dan Kerusakan Bangunan Sekitar

a) Indikator Dampak

Intensitas getaran dan tingkat kerusakan banguna sekitar, serta keluhan masyarakat

b) Parameter Lingkungan Hidup yang Dipantau

Tingkat getaran yang terjadi selama proyek & adanya kerusakan bangunan di sekitar

proyek serta adanya complain dari masyarakat.

c) Tujuan Pemantauan Lingkungan

Untuk mendetekso terjadinya getaran dan kerusakan pada bangunan sekitar

d) Metode Pemantauan Lingkungan Hidup

1. Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Pengamatan langsung di lapangan & wawancara dengan masyarakat sekitar

2. Lokasi Lingkungan Hidup

Di lokasi pembangunan MRT Jakarta segmen layang

3. Jangka dan Frekuensi Pemantauan

Selama pelaksanaan pekerjaan konstruksi

e) Institusi Lingkungan Hidup

1. Pelaksana : PMU / Satker Pembangunan Infrastruktur & Satker

Pembangunan Stasiun

2. Pengawas : Suku Dinas Perhubungan Jakarta Selatan

3. Penerima Laporan : BPLHD Propinsi DKI Jakarta & Walikota Jakarta Selatan

4.2.4 Berkurangnya Populasi Tanaman Pelindung

a) Indikator Dampak

Banyaknya pipulasi tanaman pelindung jalan yang terkena proyek

b) Parameter Lingkungan Hidup yang Dipantau

Jumlah dan jenis tanaman (sekitar ± 300 pohon/tanaman)

c) Tujuan Pemantauan Lingkungan

(15)

d) Metode Pemantauan Lingkungan Hidup

1. Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Pengamatan langsung di lapangan

2. Lokasi Lingkungan Hidup

Di lokasi pembangunan rel dan stasiun layang

3. Jangka dan Frekuensi Pemantauan

Selama pelaksanaan pekerjaan konstruksi

e) Institusi Lingkungan Hidup

1. Pelaksana : PMU / Satker Pembangunan Infrastruktur & Satker

Pembangunan bangunan Stasiun

2. Pengawas : Suku Dinas Pertamanan Kota Jakarta Selatan

(16)

BAB IV

KESIMPULAN

Dalam rangka mengurangi tingkat kepadatan lalu lintas di kota Jakarta, Pemerintah Kota DKI

Jakarta bekerja sama dengan Pemerintah Jepang merencanakan proyek Pembangunan MRT

Jakarta yang akan dibuat dari Lebak Bulus – Bundaran Hotel Indonesia dengan panjang + 15,7

km.

Maka pembangunan proyek MRT Jakarta mengacu pada surat arahan Komisi Penilai AMDAL

Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor : 37a/-1.774.151 pada 31 Agustus 2005 diwajibkan untuk

menyusun Dokumen ADENDUM AMDAL dan RKL-RPL dengan lingkup kajian rencana pengembangan kegiatan yang akan dilaksanakan termasuk evaluasi atas pelaksanaan rencana

Referensi

Dokumen terkait