• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rohayu Sepatu Sandal Etnik Tenun Khas Sa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Rohayu Sepatu Sandal Etnik Tenun Khas Sa"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 Sepatu Sandal Etnik Tenun Khas Sasak : Inovasi Budaya Lokal

Berbasis Industri Kreatif

Erny Rohayu1), Fatimatuzzahra2), Yunita Maharani3), Eva Yulia Widiantari4), Lira Purnamawati5) Pendidikan kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mataram

1 dimanfaatkan menjadi fashion selain dalam bentuk kain yang hanya digunakan pada saat upacara pernikahan adat setempat. Padahal kain tenun khas sasak adalah salah satu buda ya Lombok yang seringkali wisatawan memburunya untuk menjadi oleh-oleh khas daerah yang dikunjungi. “Spandel

Enak” (Sepatu Sandal Etnic Tenun Sasak) merupakan suatu produk sepatu sandal terobosan baru yang

menggunakan bahan dasar kain tenun khas sasak yang di inovasikan dengan kain polos tambahan yang dibuat dengan desain yang unik serta motif yang bernilai estetika tinggi. Kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan di kalangan mahasiswa sehingga mendorong terciptanya wirausahawan muda yang peduli dengan keadaan daerahnya, dan mencari profit yang sebesar besarnya dengan memanfaatkan peluang pasar sehingga dapat mengembangkan usaha yang berkelanjutan. Untuk tahap awal pembuatan produk ini dibuat dengan bekerja sama dengan jasa pembuatan sepatu dan sandal, sedangkan ide desain, pola serta bahan telah dirancang dan dipersiapkan. Ada empat metode yang digunakan dalam kegiatan ini yaitu tahap persiapan dan survey, tahap promosi, tahap pemasaran dan tahap evaluasi. Dalam pelaksanaan penjualan selama 5 bulan produk ini mampu terjual sebanyak 60 pasang sepatu dan 32 pasang sandal dengan keuntungan sebesar Rp.1.061.000,- sedangkan BEP (Break Even point) diperoleh setelah 1,81 bulan. Dari hasil yang dicapai dan potensi pengembangan usaha maka dapat dikatakan “Spandel Enak” layak untuk bersaing dengan produk-produk sepatu dan sandal yang ada di pasaran.

This study based on the limits of utilization woven sarong product which used to as a sarong in

wedding ceremony in Lombok. Meanwhile, Sasak’s woven sarong is one of Lombok’s culture that tourist

used to hunt Sasak’s woven sarong, that uses as a special souvenir in which region they have been

visited. Spandel Enak (Sepatu Sandal Ethnic Tenun Sasak) is one of new penetration product of shoes which uses woven sarong as its material. Spandel Enak is innovated with plain sarong which made by unique design and high aesthetic motive. The goal of study is to rise the spirit of entrepreneur in university student in order to push the creation of young entrepreneur who care with their local potential and find the biggest profit by utilizing the chance in order to develop the continuous of business. The first step of Spandel Enak program is making partnership with shoes and slipper service, whereas the design and idea have been reserved. There are four methods that use in study. They are preparation and survey, promotion, marketing, and evaluation. During study for 5 months, 60 shies and 32 slippers have been selling with profit Rp.1.061.000,- while the BEP (Break Even Point) gets after 1,81 months. From the result which have been gotten and business development, we could state that Spandel Enak is proper to compete with other shoes and slipper in market.

(2)

2 BAB 1. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Fashion merupakan sesuatu yang tidak pernah ada matinya dan merupakan separuh dari kehidupan masyakat. Masyarakat tidak bosan-bosannya memburu segala jenis fashion baik fashion modern maupun tradisional. Dari waktu ke waktu fashion selalu mengalami perubahan dan konsumenpun semakin banyak, mengikuti banyaknya jumlah dan kebutuhan penduduk. Semakin banyak jumlah penduduk maka semakin banyak pula kebutuhan mereka terhadap fashion. Salah satu fashion yang saat ini sedang digandrungi baik oleh kalangan muda, dewasa, orang tua, maupun anak-anak adalah sepatu dan sandal. Bagi kalangan muda dan dewasa sepatu dan sandal setara dengan kebutuhan primer. Setiap waktu pasar-pasar, toko-toko, mall hampir selalu dipenuhi oleh kalangan muda dan dewasa untuk memburu sepatu dan sandal. Satu orang tak puas hanya dengan memiliki satu sepatu ataupun satu sandal. Berdasarkan laporan www.keynoteco.uk (2012) kebutuhan alas kaki di pasar regional pada tahun 2012 sebesar 10.123 miliar pasang per-tahun untuk semua jenis golongan pemakai dan terus berkembang setiap tahunnya.

Sepatu dan sandal yang ada di pulau lombok sebagian besar bukan merupakan sepatu dan sandal khas daerah. Ini dikarenakan hampir sebagian besar kebutuhan sepatu dan sandal merupakan impor dari daerah-daerah besar lain yang ada di Indonesia. Padahal komoditas khas daerah sangat diminati oleh wisatawan baik mancanegara ataupun domestik. Salah satu khas daerah Lombok yang dapat diminati wisatawan adalah kerajinan Kain Tenun Sasak. Kain tenun khas sasak memiliki motif yang berbeda dari kain-kain tenun lainnya yang ada di Indonesia. Kain tenun khas sasak sendiri memiliki desain dan motif khusus yang menggambarkan gaya hidup kuno pulau lombok dan masih dipertahankan sampai sekarang. Akan tetapi kain tenun sasak sangat jarang dimanfaatkan menjadi fashion selain dalam bentuk kain yang hanya digunakan pada saat upacara pernikahan adat setempat. Padahal seringkali wisatawan memburu tenun untuk menjadi oleh-oleh khas daerah yang dikunjungi. Tenun sasak ini sangat potensial untuk dijadikan bahan dasar sepatu dan sandal karena selain merupakan oleh-oleh khas Lombok tenun sasak merupakan benda unik yang disukai oleh wisatawan dan masyarakat setempat.

(3)

3 (Kemenperin), Euis Saedah juga mengatakan bahwa, kedua subsektor tersebut memang memiliki potensi besar untuk terus dibina dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh fakta di lapangan bahwa industri fashion dan kerajinan di Indonesia tidak pernah surut. Ditambah lagi kreasi industri kreatif fashion dan kerajinan Indonesia sudah digemari oleh masyarakat di luar negeri.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka didapatkan rumusan masalah, antara lain : 1. Bagaimana memaksimalkan pemanfaatan kain tenun khas sasak menjadi sepatu/sandal

yang diminati oleh konsumen?

2. Bagaimana peluang pasar usaha dari “Spandel Enak” (Sepatu Sandal Etnic Tenun Sasak) di

pulau Lombok?

3. Bagaimana cara memasarkan produk “Spandel Enak” (Sepatu Sandal Etnic Tenun Sasak) kepada wisatawan maupun masyarakat lokal?

4. Bagaimana cara mendapatkan keuntungan yang optimal sehingga mampu menjaga keberlanjutan usaha?

Tujuan

Secara umum tujuan dari program ini antara lain :

1. Menumbuhkan jiwa kewirausahaan di kalangan mahasiswa untuk mendorong terciptanya wirausahawan muda yang peduli dengan keadaan daerahnya.

2. Memasarkan produk “Spandel Enak” (Sepatu Sandal Etnic Tenun Sasak) kepada wisatawan maupun masyarakat lokal.

3. Mencari profit yang sebesar-besarnya dengan memanfaatkan peluang pasar. 4. Mengembangkan usaha yang berkelanjutan.

Manfaat

Program kegiatan ini bermanfaat untuk :

1. Mengasah kreatifitas untuk menciptakan desain pola produk yang diminati oleh semua kalangan.

2. Mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dari hasil pemasaran “Spandel Enak” (Sepatu Sandal Etnic Tenun Sasak).

BAB 2. METODE

Waktu dan Tempat

(4)

4 Alat dan Bahan

Untuk tahap awal pembuatan produk “Spandel Enak” ini dibuat dengan bekerja sama dengan jasa pembuatan sepatu dan sandal dengan menggunakan desain dan pola yang telah kita rancang serta bahan-bahan kain tenun yang telah dipersiapkan. Oleh karena itu, dalam kegiatan ini bahan yang dipersiapkan oleh pengusaha hanya sebatas kain tenun khas sasak, kain polos tambahan (beludru, kulit sintetis, dan lain-lain) sedangkan dalam hal pengemasan dipersiapkan bahan seperti kotak sepatu, kertas merk, sedangkan alatnya adalah gunting dan tag gun.

Teknik Perolehan Hasil

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka dalam pengembangan usaha ini digunakan empat metode yaitu tahap persiapan dan survey, tahap promosi, tahap pemasaran dan tahap evaluasi.

1. Tahap Persiapan dan Survey

Dalam tahap persiapan dilakukan survei pasar. Survei pasar dilakukan di tempat penjualan sepatu/sandal di kota Mataram dan memperhatikan perilaku konsumen mengenai model, motif serta warna yang diminati konsumen saat ini. Dalam kegiatan produksi dilakukan persiapan alat dan bahan untuk pembuatan sepatu/sandal kain tenun sasak. Kemudian dilakukan beberapa perundingan dan perjanjian dengan pengrajin jasa pembuatan sepatu dan sandal. Selanjutnya, dilakukan pengontrolan secara bertahap selama produksi ke tempat pembuatan sepatu dan sandal. Berikut adalah skema tahap pembuatan produk oleh jasa pengrajin sepatu dan sandal :

Pembuatan pola sepatu/sandal

Penempelan pola pada

material bahan

Proses penjahitan material bahan

Pencocokkan dengan cetakan sepatu/sandal Pemasangan sol

sepatu/sandal (bagian bawah sepatu/sandal) Finishing (pemasangan

merk, cleaning, dan

(5)

5 2. Tahap promosi

Untuk tahap promosi dilakukan dengan dua teknik, yaitu melalui media online dan melalui penyebaran alat promosi secara langsung. Promosi melalui online dilakukan dengan menggunakan media sosial dan online shop sedangkan penyebaran brosur dilakukan di pusat keramaian seperti di tempat pariwisata, kampus, dan taman kota.

3. Tahap pemasaran

Tahap pemasaran dilakukan dengan 2 cara yaitu membuka stand dan distribusi. Membuka stand biasanya dilakukan di pameran dan bazar atau membuka stand langsung (direct selling) di mall, kampus, pasar/toko sepatu dan sandal. Tahap distribusi juga dilakukan dengan cara partnership yaitu sepatu dan sandal dialihkan ke beberapa art shop, pengusaha sepatu lain, hotel, Bandara Internasional Lombok (BIL), hotel, dan bekerja sama

dengan perusahaan sepatu batik Lombok “Heels Gallery.”

4. Tahap Evaluasi

Tahap evaluasi dilakukan dengan cara analisis perhitungan pendapatan, pengeluaran dan keuntungan dari penjualan sepatu dan sandal kain tenun sasak dalam setiap satu bulan sekali. Pada tahap ini dilakukan pula review produk dan strategi pemasaran dan promosi yang telah dilakukan sehingga keberlanjutan dari usaha ini akan tetap terjaga.

Tahap pengembangan dan keberlanjutan program

Pada tahap ini dilakukan strategi lanjutan, baik dengan cara improvisasi produk, maupun improvisasi tahap promosi dan pemasaran. Hal itu dilakukan dengan cara menambah desain terbaru dan bentuk produk sepatu/sandal kain tenun khas sasak, memperluas jaringan usaha, pemasaran dan promosi yang lebih aktif, mempertahankan eksistensi dan kualitas produk yang lebih baik serta akan berusaha ke depannya untuk mematenkan produk “Spandel Enak” (Sepatu Sandal Etnik Tenun Sasak).

BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan pelaksanaan program dari bulan Februari-Juli dihasilkan beberapa target yakni salah satunya adalah terciptanya usaha yang menjanjikan di pulau Lombok sehingga menghasilkan keuntungan yang memuaskan. Untuk tahap awal pembuatan produk diproduksi antara lain jenis sepatu selop perempuan serta jenis sandal perempuan dan laki-laki. Harga sepatu selop perempuan adalah Rp.135.000,00 per pasang. Sedangkan harga untuk per pasang sandal adalah Rp.65.000,00 untuk jenis sandal perempuan dan jenis sandal laki-laki. Dalam pelaksanaan program telah diproduksi 120 pasang sepatu dan sandal dan telah terjual 92 pasang sepatu dan sandal. Untuk lebih jelasnya diuraikan beberapa progres yang telah dicapai dari bulan Februari sampai bulan Juli.

(6)

6 itu untuk bulan pertama dihasilkan jumlah sepatu/sandal yang akan dibuat yakni 50 pasang sepatu dan 20 pasang sandal.

Pada bulan kedua penyebaran alat-alat promosi dilakukan ke tempat-tempat keramaian yang ada di Pulau Lombok. Oleh karena itu, pada tahap ini masyarakat sudah banyak yang

mengenal produk “Spandel Enak” dan mulai banyak yang menanyakan tentang informasi dan

memesan produk ini. Oleh karena itu, untuk bulan kedua sebagai bulan awal pemasaran terjual hanya 18 pasang sepatu dan 6 pasang sandal.

Pada bulan ke 3 lebih ke tahap meningkatkan hasil yang telah dilakukan sebelumnya.

Pada tahap ini usaha “Spandel Enak” mencoba strategi-strategi lain dengan tujuan memperluas

jaringan dengan cara metode partneship dan direct selling. Oleh karena itu, pada bulan ini

pemesanan produk “Spandel Enak” meningkat menjadi 21 pasang sepatu dan 14 pasang sandal

termasuk pemesanan dari wisatawan lokal maupun mancanegara meskipun masih dalam jumlah sedikit. Pada bulan ini dilakukan produksi yang kedua yakni sepatu sebanyak 30 sepatu dan 20 sandal. Biaya yang digunakan pada produksi ini berasal dari omzet yang dihasilkan dari penjualan sepatu dan sandal.

Pada bulan ke 4 memfokuskan kepada peningkatan kualitas produk. Melalui hasil wawancara terkait kepuasan konsumen serta masukan dari beberapa konsumen pengusaha

“Spandel Enak” maka dihasilkan beberapa langkah atau strategi yang harus dikembangkan. Pada

bulan ini pengusaha dapat membuka pameran di Gedung Sangkareang, area kantor kegubernuran. Hal ini menjadi suatu langkah yang tepat untuk lebih mengenalkan produk

“Spandel Enak” ke masyarakat luas. Akan tetapi pada tahap ini terjadi penurunan jumlah produk

yang terjual dari bulan sebelumnya yakni hanya 9 pasang sepatu dan 8 pasang sandal.

Pelaksanaan usaha ini mulanya dilaksanakn selama 4 bulan yakni februari sampai bulan mei akan tetapi untuk meningkatkan keuntungan maka dilakukan penulisan laporan pelaksanaan proposal sampai bulan juni dan juli. Pada bulan juni 8 pasang sepatu dan 4 pasang sandal terjual dan pada bulan juli hanya 9 pasang sepatu yang dapat terjual.

Tabel 1. Penjualan produk “Spandel Enak” dari bulan Maret-Juli 2015

Bulan Harga Jumlah Barang Total Harga

Maret 2015 Sepatu Sandal Sepatu Sandal

Rp 135.000 Rp 65.000 18 6 Rp 2.820.000

April 2015 Rp 135.000 Rp 65.000 21 14 Rp 3.745.000

Mei 2015 Rp 135.000 Rp 65.000 9 8 Rp 1.735.000

Juni 2015 Rp 135.000 Rp 65.000 6 4 Rp 1.070.000

Juli 2015 Rp 135.000 - 6 - Rp 810. 000

Jumlah 60 32 Rp 10.180.000

Sehingga diperoleh:

Keuntungan = Total penjualan – Total Biaya Produksi

(7)

7 = Rp 10.180.000– Rp 9.119.000

= Rp 1.061.000,-

BEP (Break Even point) = (Investasi + Biaya Produksi) : Keuntungan x Lama Produksi = (Rp. 504.000 + Rp 9.119.000) : Rp 1.061.000 x 5 bulan = Rp 9.623.000 : Rp 5.305.000

= 1, 81 bulan

Berikut adalah grafik penjualan dan pendapatan “Spandel Enak” selama 5 bulan:

Gambar 1. Grafik penjualan produk Gambar 2. Grafik pendapatan produk

Potensi Pengembangan Usaha

Usaha “Spandel Enak” ini merupakan suatu usaha yang masih jarang dilakukan di Pulau

Lombok. Hal tersebut dikarenakan, usaha sepatu/sandal di pulau Lombok masih hanya sebatas menggunakan motif batik lokal ataupun motif batik interlokal. Hal ini membuat usaha “Spandel

Enak” memiliki peluang yang cukup besar dikembangkan, mengingat minimnya produk yang

menggunakan bahan kain tenun khas sasak.

Adanya inovasi produk kain tenun khas sasak menjadi bentuk fashion sepatu/sandal membuat produk kain tenun sasak menjadi diminati oleh masyarakat baik wisatawan lokal maupun mancanegara. Hal ini juga didukung oleh adanya program MEA 2015 yang memberikan peluang bagi pengusaha untuk memperjualbelikan produk-produk lokal ke negara-negara ASEAN. Secara tidak langsung, hal tersebut akan berimbas kepada perekonomian daerah yang

juga akan semakin meningkat. Selain itu, hasil dari artikel ilmiah “Spandel Enak” ini bisa

dijadikan acuan bagi orang lain untuk dapat mengembangkan usaha dan bisa terus dikembangkan sesuai dengan usahanya masing-masing.

Selain dengan metode direct selling usaha ini juga menggunakan metode partnership yang memberikan kesempatan kerja sama bagi orang lain maupun perusahaan sepatu lainnya untuk memasarkan produk “Spandel Enak” agar dikenal lebih luas. Seiring dengan masyarakat mengetahui produk sepatu sandal kain tenun khas sasak maka langkah selanjutnya pengusaha

akan mematenkan produk “Spandel Enak” sebagai usaha sepatu/sandal pertama yang

0 5 10 15 20 25

sepatu

sandal

0 1000000 2000000 3000000 4000000

(8)

8 menggunakan bahan dasar kain tenun khas sasak. Langkah tersebut memiliki potensi yang yang cukup besar untuk direalisasikan, Hal itu dikarenakan tidak adanya usaha yang sejenis yang menggunakan bahan dasar kain tenun khas sasak di Pulau Lombok.

BAB 4. PENUTUP Kesimpulan

“Spandel Enak” (Sepatu Sandal Etnic Tenun Sasak) merupakan suatu produk sepatu

sandal terobosan baru yang menggunakan bahan dasar kain tenun khas sasak yang di inovasikan dengan kain polos tambahan dan dibuat dengan pola dan desain yang unik serta motif yang menarik sehingga menjadikannya sebagai produk kerajinan budaya lokal yang bernilai estetika tinggi. Tahap produksi dilakukan dengan berkeja sama dengan pengrajin sepatu dan sandal yang ada di Pulau Lombok. Kemudian digunakan metode direct selling dan partnership pada pelaksanaan tahap promosi dan pemasaran, yang bertujuan untuk memaksimalkan pengenalan

produk “Spandel Enak” kepada masyarakat luas sehingga masyarakat lokal maupun

mancanegara dapat tertarik untuk membeli produk ini. Dari hasil yang dicapai dan potensi

pengembangan usaha maka dapat dikatakan “Spandel Enak” layak untuk bersaing dengan

produk-produk sepatu dan sandal yang ada di pasaran

Ucapan terima kasih

Gambar

Tabel 1. Penjualan produk “Spandel Enak” dari bulan Maret-Juli 2015
Gambar 2. Grafik pendapatan produk

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian hanya dilakukan pada Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah terakreditas, yaitu STKIP Sebelas April Sumedang Wilayah IV Kopertis

Cara Community Fresh Reptile (COFER) Surabaya menampilkan diri dalam membangun image di masyarakat adalah dengan mengadakan gathering rutin dan sosialisasi

SMART juga mengelola seluruh perkebunan kelapa sawit GAR dengan total area perkebunan di Indonesia seluas 430.200 hektar (termasuk perkebunan plasma) pada 31 Maret 2010..

Permulaan infeksi jamur candida diawali dari melemahnya sistem imun sehingga berkurang akibat beberapa faktor yang menyebabkan penurunan flora bakteri oral

Penelitian ini berusaha mengetahui apakah tingkat kesadaran khalayak pada penempatan produk Nokia 5800 XpressMusic di video klip Britney Spears - Womanizer

Judul : Perancangan Sistem Informasi Akuntansi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pada Kantor Kecamatan Cileunyi Bandung dengan Menggunakan Microsoft Visual Basic 6.0

Aksesibilitas terhadap bahan baku dan daerah pemasaran industri batu bata di Desa Panggisari termasuk dalam aksesibilitas sedang yang dapat dilihat dari tiga aspek yaitu