• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMUNIKASI ORGANISASI KARANG TARUNA WADOELJO DALAM TINJAUAN TEORI BUDAYA ORGANISASI PACANOWSKI DAN O'DONNELL TRUJILLO DI DUSUN MARGOMULYO DESA WAGE SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KOMUNIKASI ORGANISASI KARANG TARUNA WADOELJO DALAM TINJAUAN TEORI BUDAYA ORGANISASI PACANOWSKI DAN O'DONNELL TRUJILLO DI DUSUN MARGOMULYO DESA WAGE SIDOARJO."

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

KOMUNIKASI ORGANISASI KARANG TARUNA WADOELJO DALAM TINJAUAN TEORI BUDAYA ORGANISASI PANCANOWWSKI DAN

O’DONNELL TRUJILLO DI DUSUN MARGOMULYO DESA WAGE SIDOARJO

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)

Oleh: M. AMRULLAH

NIM. B06212058

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

JURUSAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ix

ABSTRAK

M. Amrullah, NIM B06212058, 2017, Penelitian ini berjudul KOMUNIKASI ORGANISASI KARANG TARUNA WADOELJO DALAM TINJAUAN TEORI BUDAYA ORGANISASI PACANOWSKI DAN O’DONNELL TRUJILLO DI DUSUN MARGOMULYO DESA WAGE SIDOARJO

Keyword : Komunikasi Organisasi, Karang Taruna, Teori Budaya organisasi

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui proses komunikasi organisasi antara pengurus dan anggota dalam tinjauan teori budaya organisasi Pacanowski dan O’Donnell Trujillo. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dan diperoleh informan berjumlah enam orang. Data diperoleh melalui wawancara mendalam, studi pustaka, observasi, dan studi literature. Adapun teknik analisis data yang dilakukan, melalui beberapa

tahap yaitu, pengumpulan data, penyajian data, penarikan kesimpulan, dan evaluasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa proses komunikasi organisasi karang taruna Wadoeljo terjalin melalui budaya organisasi yang dimiliki oleh Karang Taruna Wadoeljo Itu sendiri. Budaya Organisasi menurut Pacanowski dan O’Donnell Trujillo itu terkait dengan adanya simbol dalam organisasi, ritual atau kebiasaan yang terjalin dan nilai-nilai dari organisasi Wadoeljo. Komunikasi organiasasi sendiri berjalan sesuai dengan aliran komunikasi organisasi. Namun ada beberapa hambatan selama proses kegiatan berlangsung dengan adanya permasalahan dan konflik yang timbul. Beberapa upaya dilakukan ketua dan pengurus lainnya yang berguna untuk menjadikan komunikasi organisasi karang taruna Wadoeljo berjalan efektif. Sehingga berguna untuk terlaksananya program kerja yang sudah disusun dan dibuat.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR BAGAN ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Kajian Hasil penelitian Terdahulu ... 5

F. Definisi Konsep ... 7

G. Kerangka Pikir Penelitian ... 9

H. Metode Penelitian ... 11

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 11

2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian ... 12

3. Jenis dan Sumber Data ... 12

4. Tahap-Tahap Penelitian ... 13

(8)

6. Teknik Analisis Data ... 15

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 17

I. Sistematika Pembahasan ... 18

BAB II : KAJIAN TEORITIS A. KAJIAN PUSTAKA ... 19

1. Pengertian Komunikasi Organisasi ... 19

a. Komunikasi Organisasi ... 19

b. Fungsi Komunikasi dalam Organisasi ... 22

c. Bentuk Model dalam Komunikasi Organisasi... 24

d. Aliran Komunikasi Organisasi ... 27

e. Hambatan-Hambatan Komunikasi Organisasi ... 29

f. Hubungan Interpersonal dalam Organisasi yang Efektif .... 30

2. Karang Taruna ... 32 A. Profil Data Karang Taruna Wadoeljo ... 48

1. Profil Umum Karang Taruna ... 48

a. Sejarah Karang Taruna Wadoeljo ... 48

b. Lambang Karang Taruna Wadoeljo ... 50

c. Struktur Kepengurusan Karang Taruna Wadoeljo ... 50

(9)

B. Deskripsi Subyek, Obyek, dan Lokasi penelitian ... 53

1. Subyek Penelitian ... 53

2. Obyek Penelitian ... 57

3. Lokasi Penelitian ... 58

C. Deskripsi Data Penelitian ... 59

1. Proses Komunikasi Organisasi Karang Taruna wadoeljo dalam membangun solidaritas untuk menjalankan program kerja ... 60

a. Komunikasi dalam Internal Karang Taruna Wadoeljo ... 61

b. Membangun Solidaritas dalam menyelesaikan permasalahan dan konflik ... 65

c. Menjalankan Program Kerja karang Taruna Wadoeljo dalam Masyarakat ... 69

d. Hambatan dalam Komunikasi Organisasi karang Taruna Wadoeljo ... 71

BAB IV : ANALISIS DATA DENGAN TEORI BUDAYA ORGANISASI A. Komunikasi dan Budaya Organisasi Karang Taruna Wadoeljo . 75 1. Budaya Organisasi Karang Taruna Wadoeljo ... 75

2. Komunikasi Organisasi Karang Taruna Wadoeljo ... 78

3. Penyelesaian Masalah dan Konflik dengan Membangun Hubungan Interpersonal dalam Komunikasi Organisasi Efektif ... 85

4. Hambatan Proses Komunikasi Organisasi Karang Taruna Wadoeljo ... 86

a. Hambatan Internal ... 86

b. Hambatan Eksternal ... 87

B. Konfirmasi Temuan Dengan Teori Budaya Organisasi ... 88

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 94

B. Rekomendasi ... 96 DAFTAR PUSTAKA

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karang Taruna adalah organisasi sosial kemasyarakatan sebagai wadah

dan sarana pengembangan setiap anggota masyarakat yang tumbuh dan

berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial dari, oleh dan

untuk masyarakat terutama generasi muda di wilayah desa/kelurahan

terutama bergerak dibidang usaha kesejahteraan sosial. Sehingga diharapkan

dengan adanya Karang Taruna, generasi muda dapat turut berpartisipasi

dalam mengembangkan dan memajukan masyarakat dari berbagai bidang

yang ada. Selain itu juga untuk mengembangkan berbagai potensi yang ada di

masyarakat dan generasi muda untuk dapat dioptimalkan dan dikembangkan

untuk memajukan pribadi, masyarakat, bangsa dan negara. Organisasi ini

bisaanya tumbuh atas dasar kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial

generasi muda dan anak muda yang giat bergerak di bidang kesejahteraan

sosial.

Pada era globalisasi ini, Karang Taruna di masyarakat sudah mulai

berkurang. Dapat dilihat, Karang Taruna hanya terdapat di desa dan kota

pinggiran. Hal itu diperkuat dengan pengelolaan yang tidak maksimal dan

kurangnya sarana dan prasarana serta program-program yang tidak

dilaksanakan dengan baik. Keadaan itu dikarenakan sumber daya manusia

yang kurang terlatih, kurang pengetahuan dan kurang pengalaman serta

(11)

2

kurangnya dukungan kegiatan Karang Taruna secara optimal oleh

pemerintah. Apabila ditinjau lebih lanjut, dengan berkembangnya Karang

Taruna di masyarakat luas atau bahkan di seluruh Indonesia akan sangat

membantu tugas pemerintah untuk mewujudkan kesejahteraan sosial di

Indonesia yang merata dan menyeluruh.

Minimnya konstribusi Karang Taruna dalam masyarakat bukan hanya

karena faktor eksternal seperti yang sudah disebutkan diatas. Namun

permasalahan muncul ketika dalam suatu organisasi proses terjadinya

komunikasi dalam internal tidak berjalan semestinya. Setiap pengoperasian

suatu organisasi sangat tergantung pada komunikasi, komunikasi dianggap

sebagai masalah pokok dalam organisasi karena komunikasi memungkinkan

para anggota dalam organisasi saling bertukar pikiran tentang tujuan-tujuan

yang ingin dicapai organisasinya, begitu juga komunikasi merupakan saluran

yang menghubungkan masukan atau keluaran dalam organisasi.1

Sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa

aspek seperti penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan

perwujudan eksistensi sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat.

Karena pada dasarnya, organisasi di bentuk dan di pertahankan atas dasar

kebersamaan kepentingan di kalangan anggotanya. Banyak orang

memandang organisasi sebagai sarana untuk membantu mencapai tujuan

mereka, sedangkan organisasi membutuhkan orang-orang untuk membantu

1Drs. Tommy Suprapto, M.S,

Pengantar Teori & Manajemen Komunikasi ( PT. Buku Kita:

(12)

3

pencapaian tujuan organisasi.2

Organisasi yang dianggap baik adalah organisasi yang dapat diakui

keberadaannya oleh masyarakat disekitarnya, karena memberikan kontribusi

seperti; pengambilan sumber daya manusia dalam masyarakat sebagai

anggota-anggotanya. Akan tetapi sebuah organisasi juga susah untuk

mencapai apa yang menjadi tujuannya tanpa beberapa faktor seperti loyalitas,

solidaritas, tanggungjawab, disiplin, dan sebagainya. Apabila tidak ada

kebersamaan, tidak masuk akal mencoba membentuk kelompok dan membina

kerja sama, karena tidaka ada landasan yang sama untuk membangun

Begitu juga dengan halnya organisasi Karang Taruna Wadoeljo,

organisasi ini sempat vakum beberapa tahun dikarenakan para anggotanya

mempunyai aktivitas penting lainnya. Dan beberapa tahun mulai dihidupkan

lagi dengan arahan dari Ketua RW. Wadoeljo adalah nama Karang Taruna

yang diambil dari singkatan Wage Kidoel Sidoarjo. Dengan adanya struktural

baru, dan karakter anggota yang berbeda-beda, program kerja organisasi

susah dijalankan karena adanya hambatan-hambatan yang muncul.

Diantaranya sebagian dari pengurus dan anggotanya masih berstatus

mahasiswa dan sebagian lainnya adalah pekerja. Kesibukkan yang terjadi

bisaanya mengakibatkan kegiatan yang sudah direncanakan belum berjalan

secara optimal. Berjalannya waktu kendala-kendala yang membuat program

kerja Karang Taruna Wadoeljo masih diupayakan untuk bisa berjalan sesuai

keinginan dibentuknya kembali Karang Taruna. Upaya-upaya tersebut

dilakukan melalui komunikasi yang terjadi dalam internal organisasi dan juga

2Keith Davis, Ph.D & John w. Newstrom, Ph.D,

Perilaku Dalam Organisasi (PT Gelora

(13)

4

membangun rasa solidaritas antar anggotanya.

Oleh karena itu dari latar belakang inilah peneliti ingin mengetahui

komunikasi organisasi yang terjadi di Karang Taruna wadoeljo dalam

tinjauan teori budaya organisasi Pacanowski dan O’Donnel Trujillo.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan konteks penelitian tersebut, maka peneliti akan menjabarkan

pokok permasalahan yang akan dijabarkan dalam fokus penelitian adalah

bagaimana proses komunikasi organisasi yang terjadi di Karang Taruna

Wadoeljo dalam tinjauan teori budaya organisasi Pacanowski dan O’Donnel

Trujillo?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui proses komunikasi organisasi yang terjadi di Karang

Taruna Wadoeljo dalam tinjauan teori budaya organisasi Pacanowski dan

O’Donnel Trujillo.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini adalah manfaat teoretis dan

praktis, yaitu :

1. Teoretis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

penambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti untuk

mengetahui proses komunikasi organisasi yang terjadi di Karang

Taruna Wadoeljo dalam tinjauan teori budaya organisasi

Pacanowski dan Trujillo dengan menggunakan metode kualitatif.

(14)

5

2. Praktis

Penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi bagi

penelitian selanjutnya mengenai komunikasi organisasi yang

digunakan dalam proses komunikasi yang efektif dalam Program

Studi Ilmu Komunikasi. Penelitian ini juga dapat diharapkan

menjadi sumber informasi tentang komunikasi organisasi Karang

Taruna yang masih belum diketahui sebelumnya oleh masyarakat

umum.

E. Penelitian Terdahulu

Dalam penyusunan suatu penelitian tidak lepas dengan adanya suatu

hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu yang relevan,

sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dengan penelitian

yang disusun oleh peneliti. Adapun kajian terdahulu yang dipilih oleh peneliti

yaitu :

Tabel 1.1

No Nama (Tahun) Feni Hardiyanti (2010)

1. Univesitas UIN Sunan Ampel Surabaya

2. Judul Penelitian Komunikasi Interpersonal Anggota Karang

Taruna Dalam Partisipasi Pembangunan (Studi

Di Desa Kedung Bocok, Kec. Tarik, Sidoarjo)

3. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui faktor penghambat dan

penunjang komunikasi organisasi Karang Taruna

(15)

6

dalam partisipasi pembangunan Desa Kedung

Bocok di Sidoarjo

4. Metode Penelitian Kualitatif

5. Hasil Penelitian Peneliti menjelaskan bahwa komunikasi dan

integrasi sangat penting dalam suatu organisasi

demi tercapainya tujuan organisasi tersebut.

6. Kesimpulan Komunikasi organisasi sangat bergantung pada

proses berjalannya komunikasi antar anggota

sehingga mampu membantu tercapainya suatau

tujuan organisasi dalam hal ini partisipasi

pembangunan desa Kedung Bocok Sidoarjo

Tabel 1.2

No Nama (Tahun) Dwi Sukmawanti sa`diyah (2016)

1. Univesitas UIN Sunan Ampel Surabaya

2. Judul Penelitian Komunikasi Organisasi Efektif PT. Media

Promosindo (Cita Entertainment)

3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan memahami dan

mendeskripsikan secara mendalam komunikasi

organisasi antara pimpinan dan karyawan PT. Cita

(16)

7

Media

4. Metode Penelitian Kualitatif

5. Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan peran penting

komunikasi organisasi di PT. Cita Media

Promosindo (cita Entertainment) terjalin secara

kekeluargaan, erat dan akrab

6. Kesimpulan Komunikasi yang diterapkan mampu memberikan

motivasi kerja karyawan secara efektif dan mampu

mengelola sumber daya dengan baik.

F. Definisi Konsep Penelitian

Untuk memperoleh pemahaman tentang penelitian yang dilakukan ini,

maka peneliti perlu menjelaskan definisi konsep sesuai judul. Definisi konsep

dalam penelitian dimaksudkan untuk mengetahui makna dari judul yang diteliti

dan untuk menghindari salah penafsiran tentang inti persoalan yang diteliti

1. Komunikasi Organisasi

Menurut Karl Weick oganisasi terdiri dari struktur yang

ditandai oleh perilaku pengorganisasian. Pengorganisasian terdiri

dari penyesuaian dengan suatu lingkungan yang diperankan, yaitu

lingkungan yang terbentuk oleh tindakan-tindakan manusia yang

saling tergantung. Pengorganisasian membantu mengurangi

ketidakpastian tentang informasi yang diperoleh para anggota

(17)

8

organisasi ketika mereka mencoba membuat keputusan untuk

keselamatan dan keberhasilan organisasi.3

Menurut Goldhaber (1986) komunikasi organisasi adalah

proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan

hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi

lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah. Definisi

tersebut mengandung konsep yang terdiri dari proses, pesan,

jaringan, saling tergantung, hubungan, lingkungan dan

ketidakpastian.4

2. Karang Taruna

Karang Taruna adalah organisasi sosial kemasyarakatan

sebagai wadah dan sarana pengembangan setiap anggota masyarakat

yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung

jawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat terutama generasi

muda di wilayah desa/kelurahan terutama bergerak di bidang usaha

kesejahteraan sosial.

Sebagai organisasi kepemudaan, Karang Taruna berpedoman

pada Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga dimana telah

pula diatur tentang struktur penggurus dan masa jabatan

dimasing-masing wilayah mulai dari Desa / Kelurahan sampai pada tingkat

Nasional. Semua ini wujud dari pada regenerasi organisasi demi

3Pace, R. Wayne dan Don F. Faule.

Komunikasi Organisasi. (Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya, 1998) hal. 79

4Muhammad, Arni.

Komunikasi Organisasi. (Jakarta : Bumi Aksara, 1995) hal. 67

(18)

9

kelanjutan organisasi serta pembinaan anggota Karang Taruna baik

dimasa sekarang maupun masa yang akan datang.

G. Kerangka Pikir Penelitian

Proses penelitian ini bermula dari keinginan peneliti mengetahui

proses komunikasi yang ada pada organisasi Karang Taruna. Sering

terjadinya mati suri dalam organisasi Karang Taruna dalam proses

keorganisasiannya oleh elemen dalam Karang Taruna. Sehingga tujuan

dari sebuah organisasi yang sudah dirancang ternyta berhenti pada proses

perencanaan saja dan terjadi stagnan proses organisasi.

Karang Taruna Wadoeljo juga hampir memiliki masalah yang

sama seperti kondisi Karang Taruna yang lain, namun ada upaya-upaya

yang dilakukan aggotanya untuk tetap melanjutkan tujuan organisasinya.

Dari sini peneliti ingin mengetahui bagaimana proses komunikasi yang

terjadi antara internal dan eksternal komunikasi organisasi Karang

Taruna Wadoeljo dalam tinjauan teori budaya organisasi yang

dikembangkan oleh Pacanowski dan O’Donnell Trujillo tersebut dengan

kerangka pikir penelitian sebagai berikut.

(19)

10

Teori budaya organisasi menjelaskan esensi kehidupan

organisasi dapat di temukan pada budaya yang dimiliki organisasi

bersangkutan. yang termasuk ke dalam budaya organisasi adalah

atmosfir emosi, moral, sikap dan tingkat produktivitas anggota

organisasi bersangkutan. Budaya organisasi mencakup seluruh symbol

yang ada seperti tindakan, rutinitas, percakapan serta makna yang di

berikan anggota organisasi kepada berbagai symbol tersebut.

Teori budaya organisasi menekankan pada cara-cara manusia

mengkonstruksikan suatu realitas organisasi.budaya organisasi meneliti

pada cara-cara individu anggota organisasi menggunakan symbol dan Karang Taruna Wadoeljo

Teori Budaya Organisasi

Pengurus dan Anggota Karang Taruna Wadoeljo Proses Komunikasi Organisasi

Jaring Laba-Laba

Organisasi

Pertunjukkan

(20)

11

kegiatan lainnya untuk menghasilkan seperangkat pengertian. Gerakan

budaya organisasi juga mencakup aspek yang sangat luas yang

menyentuh seluruh aspek kehidupan organisasi.

Penggunaan teori budaya organisasi yang dikembangkn oleh

Pacanowski dan O’Donnel Trujillo ditekankan untuk mengetahui

bagaimana Karang Taruna Wadoeljo dalam mengkonstruksikan

kegiatan-kegiatan yang direncanakan melalui proses komunikasi. Serta meninjau

sejauh mana hambatan komunikasi yang terjadi dalam organisasi

sehingga mampu meminimalisir kesenjangan berkomunikasi dalam

interal Karang Taruna Wadoeljo.

H. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian

deskriptif, dimana peneliti akan mendeskripsikan dan memaparkan situasi

atau peristiwa secara mendalam melalui hasil wawancara, analisis dan

menginterpretasikan fakta-fakta.5 Dengan melihat cara hidup manusia,

misalnya bahasa, praktek komunikasi, kebisaaan-kebisaan yang bisaa

dilakukan seperti kegiatan-kegiatan atau tindakan-tindakan sosial.

Dalam penelitian tentang Komunikasi organisasi di Karang Taruna

Wadoeljo ini penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif,

menurut Meleong, mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu

5Koentjaraningrat. Metode-metode Penelitian Masyarakat. (Jakarta : Gramedia, 1981). hal 16

(21)

12

penelitian ilmiah, yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena secara

alami dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang

mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti.6

2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian

Subyek dari penelitian ini adalah pengurus inti dari Karang Taruna

Wadoeljo seperti ketua, sekretaris, bendahara, Koordinator divisi.

Menyertakan juga anggota biasa. Obyek penelitian ini adalah Karang

Taruna yang dalam hal ini berkaitan dengan komunikasi organisasi antara

ketua dengan pengurus atau pengurus dengan anggota biasa dan

komunikasi eksternal antara pengurus dan anggota Karang Taruna kepada

masyarakat. Untuk lokasi penelitian, peneliti mengambil di dusun

Margomulyo Desa Wage Taman Sepanjang Sidoarjo.

3. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis data

Adapun jenis data dalam penelitian tentang komunikasi Organisasi

Karang Taruna dalam dalam tinjauan teori budaya organisasi

Pacanowski dan Trujillo ini ada dua, antara lain:

1. Data Primer

Adalah data pokok atau utama. Dalam penelitian ini yang

termasuk data utama adalah hasil dari observasi dilapangan dan

wawancara dengan yang bersangkutan.

6Herdiansyah, Haris.

Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. (Jakarta:

(22)

13

2. Data Sekunder

Adalah data tambahan. Dalam penelitian ini data tambahan

yang digunakan yaitu literatur buku, jurnal, dll yang bersangkutan

dengan tema penelitian.

b. Sumber data

primer dalam penelitian ini yaitu informan yang sudah dipilih

peneliti, yang mengetahui fenomena tersebut. Sedangkan sumber data

sekunder didapat di lapangan pihak-pihak yang mengerti tentang proses

komunikasi organisasi Karang Taruna Wadoeljo dalam tinjauan teori

budaya organisasi Pacanowski dan Trujillo, serta sumber-sumber lain

seperti buku umum, internet yang membantu peneliti dalam melengkapi

data

4. Tahap-Tahap Penelitian

Tahap-tahap dalam pengumpulan data dalam suatu penelitian, yaitu

tahap pra lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisa data, tahap

penulisan laporan

Tahap pra lapangan, dalam tahap ini yang dilakukan peneliti adalah

melakukan pra survey ke lokasi yang akan diteliti dalam penelitian ini, pra

survey dilakukan di tempat berkumpulnya anggota organisasi Karang

Taruna, lalu memilih informan untuk melakukan wawancara sederhana

dengan beberapa pengurus, maupun beberapa anggota. Kemudian peneliti

juga menyiapkan perlengkapan penelitian untuk melakukan studi

(23)

14

dokumentasi serta kepustakaan dan untuk melihat serta mencatat data-data

yang diperlukan dalam penelitian ini.

Tahap pekerjaan lapangan, tahap ini merupakan tahap pengumpulan

data di lokasi penelitian, dengan melakukan wawancara dengan

unsur-unsur yang terkait, dengan pedoman wawancara yang telah disediakan

peneliti, dan melakukan observasi tidak langsung tentang keadaan kantor

dan mengadakan pengamatan langsung proses komunikasi organisasi

Karang Taruna Wadoeljo..

Tahap analisis data, Analisis data merupakan proses mengatur urutan

data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori kesatuan uraian

dasar.7 Pada tahap ini data yang diperoleh dari berbagai sumber yaitu:

wawancara, pengamatan, catatan lapangan, dokumen dan data lain yang

mendukung dikumpulkan, diklasifikasikan dan dianalisis dengan analisis

induktif. Hasil dari perolehan data dikumpulkan dan diklasifikasikan

menjadi data primer dan data skunder kemudian dilanjutkan dengan

membuat identifikasi dari data tersebut untuk dipilih menjadi data khusus.

Hasil dari penemuan yang berupa data-data khusus digeneralisasikan

menjadi analisis dari sebuah temuan di lapangan. Hasil penelitian yang

sudah dianalisis dengan analisis induktif inilah yang disebut sebagai hasil

akhir penelitian.

Tahap penulisan laporan, Dalam penulisan laporan merupakan hasil

akhir dari suatu penelitian, sehingga dalam tahap ini peneliti mempunyai

7

Lexy J. Maleoung, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002), hal.

(24)

15

pengaruh terhadap hasil penulisan laporan. Penulisan laporan yang sesuai

dengan prosedur penulisan yang baik, akan menghasilkan kualitas yang

baik pula terhadap hasil penelitian. 8 Hasil dari keseluruhan proses

penelitian mulai dari rumusan masalah sampai hasil akhir yaitu analisis

yang ditunjang dengan keabsahan data ditulis dalam penelitian laporan

yang berbentuk skripsi. Dalam penelitian laporan ini ditunjang dengan

sistematika yang baik maka hasil penelitian laporan juga baik pula

5. Tahapan Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a) Studi literatur, dengan meneliti sejumlah literatur yang relevan

berkaitan dengan komunkasi organisasi Karang Taruna.

b) Observasi lapangan, melakukan pengamatan, dokumentasi dan

pencatatan secara langsung untuk mencari gejala atau fenomena

yang diselidiki dan untuk memperoleh data yang valid.

c) Wawancara, melakukan tanya jawab tentang obyek yang diteliti

kepada orang-orang yang mempunyai pengetahuan sehubungan

dengan obyek yang diteliti.

6. Teknik Analisis Data

Analisis dilakukan untuk menarik kesimpulan data. Untuk

menganalisa data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka peneneliti

menggunakan teknis analisa data deskriptif kualitatif, yang digunakan

8Ibid.. Hal. 215

(25)

16

untuk menganalisa data, baik data dari hasil observasi, interview, maupun

dokumentasi, dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data

yang telah terkumpul.

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum

memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.

Analisis data sebelum memasuki lapangan dilakukan terhadap data hasil

studi pendahuluan, atau data sekunder, yang akan digunakan untuk

menentukan fokus penelitian. Proses analisis data dalam penelitian

kualitatif adalah sebagai berikut :

a. Reduksi data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan

polanya.

b. Display data

Display data adalah penyajian data, sehingga data yang

diperoleh terorganisasikan dan mudah difahami.

c. Conclusion Drawing

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah

penarikan kesimpulan. Kesimpulan awal yang dikemukakan

masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan

bukti-bukti yang kuat.

(26)

17

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Usaha peneliti untuk memperoleh keabsahan data agar temuan dan

interpretasi yang valid, peneliti akan menggunakan teknik perpanjangan

keikutsertaan peneliti dilapangan, observasi yang diperdalam, triangulasi

(menggunakan beberapa sumber, metode, peneliti teori) diskusi dengan

sejawat.

(27)

18

I. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan merupakan urutan sekaligus kerangka berpikir

dalam penulisan penelitian, untuk mudah memahami penulisan penelitian ini,

maka disusun sistematika pembahasan :

BAB I : Pendahuluan berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, kajian hasil penelitian terdahulu,

definisi konsep penelitian, kerangka pikir penelitian, metode

penelitian dan sistematika pembahasan.

BAB II : Kajian teoritis, berisikan kajian pustaka, kajian teori.

BAB III : paparan data penelitian, berisikan profil data dan deskripsi hasil.

BAB IV : Interpretasi hasil penelitian, berisikan analisis data dan konfirmasi

dengan teori.

BAB V : Penutup berisikan tentang kesimpulan dan rekomendasi.

(28)

BAB II

KERANGKA TEORITIS

A. KAJIAN PUSTAKA

1. Komunikasi Organisasi

a. Pengertian Komunikasi Organisasi

Komunikasi adalah hal yang penting bagi organisasi dan berperan lebih banyak dari pada sekedar melaksanakan rencana-rencana dalam organisasi. Komunikasi diteorisasikan untuk memberi pandangan atas perilaku organisasi, seperti adaptasi kepada orang lain.9

Menurut Gerald M. Goldhaber (1986) komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah. Definisi tersebut mengandung konsep yang terdiri dari proses, pesan, jaringan, saling tergantung, hubungan, lingkungan dan ketidakpastian.10

Zelko dan Dance mendefiniskan komunikasi organisasi sebagai suatu sistem yang saling bergantung mencakup komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Komunikasi internal adalah komunikasi dalam organisasi seperti komunikasi dari atasan kebawahan, komunikasi bawahan

9Pace, R. Wayne dan Don F. Faules. Komunikasi Organisasi. (Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya, 1998), hal. 34

10

(29)

20

kepada atasan, komunikasi sesama karyawan yang sama tingkatnya. Sedangkan komunikasi eksternal adalah komunikasi yang dilakukan organisasi terhadap masyarakat luar.11

Komunikasi organisasi juga dapat didefinisikan sebagai suatu pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi dari suatu bagian organisasi dalam hubungan antara satu dengan lainnya.

Menurut Karl Weick oganisasi terdiri dari struktur yang ditandai oleh perilaku pengorganisasian. Pengorganisasian terdiri dari penyesuaian dengan suatu lingkungan yang diperankan, yaitu lingkungan yang terbentuk oleh tindakan-tindakan manusia yang saling tergantung. Pengorganisasian membantu mengurangi ketidakpastian tentang informasi yang diperoleh para anggota organisasi ketika mereka mencoba membuat keputusan untuk keselamatan dan keberhasilan organisasi.12

Organisasi dapat dilihat dalam berbagai perspektif, menurut Gareth Morgan terdapat 8 pandangan yang dapat digunakan untuk melihat organisasi, diantaranya13 :

1. Organisasi ibarat mesin, organisasi mengolah segala sumberdaya yang ada dan menghasilkan produk dan pelayanan

2. Organisasi ibarat organisme, seperti tumbuhan atau hewan, organisasi lahir dan tumbuh, berfungsi dan beradaptasi terhadap

11Ibid., hal. 66 12

Pace, R. Wayne dan Don F. Faules. Op.Cit., hal. 79

13

(30)

21

perubahan lingkungan dan pada akhirnya mati

3. Organisasi ibarat otak, yang dapat memproses informasi, yang mempunyai intelegensia, yang dapat mengkonseptualisasikan dan membuat perencanaan

4. Organisasi ibarat budaya, karena organisasi menciptakan pengertian, memiliki nilai dan norma dan diperkuat dengan cerita-cerita dan ritual-ritual bersama

5. Organisasi seperti sistem politik, dimana kekuasaan dibagi, pengaruh dijalankan dan keputusan-keputusan dibuat

6. Organisasi sebagai penjara supranatural, karena organisasi dapat membentuk dan membatasi kehidupan anggota-anggotanya

7. Organisasi sebagai perubahan dan transformasi, karena organisasi menyesuaikan diri, berubah, tumbuh atas dasar informasi, umpan balik dan kekuatan logika

8. Organisasi sebagai instrument dominasi, karena organisasi mengandung kepentingan-kepentingan yang bersaing dan beberapa diantaranya mendominasi yang lain.

Komunikasi didalam organisasi sangat penting dan dapat dipakai untuk melaksanakan fungsi-fungsi sebagai berikut :

1. Fungsi kontrol, yaitu untuk mengontrol atau mengendalikan perilaku anggota organisasi dalam berbagai cara

(31)

22

3. Fungsi informasi, yaitu menyediakan informasi yang berguna bagi individu atau kelompok untuk membuat keputusan yang dikehendaki

b. Fungsi komunikasi dalam Organisasi14

1. Fungsi Informative

Organisasi dapat dipandang sebagai suatu system proses informasi. Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih tepat. Informasi yang didapat memungkinkan setiap organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti. Informasi pada dasarnya dibutuhkan oleh semua orang yang mempunyai perbedaan kedudukan dalam suatu organisasi. orang-orang dalam tatanan manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan dalam organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi dalam organisasi.

2. Fungsi Regulative

Fungsi regulative ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. pada semua lembaga atau organisasi, ada dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulative ini:

a. Atasan atau orang-orang yang berada dalam tatanan manajemen yaitu mereka yang memiliki kewenangan

14

(32)

23

untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Disamping itu mereka juga mempunyai kewenangan untuk memberikan intruksi atau perintah, sehingga dalam struktur organisasi kemungkinan mereka ditempatkan pada lapisan atau supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana mestinya. Namun demikian, sikap bawahan untuk menjalankan perintah banyak tergantung pada

1. Keabsahan pimpinan dalam mnyampaikan perintah 2. Kekuatan pemimpin dalam member sanksi

3. Kepercayaan bawahan terhadap atasan sebagai seorang pemimpin sekaligus sebagai pribadi.

4. Tingkat kredibilitas pesan yang diterima bawahan .

b. Berkaitan dengan pesan atau message. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh untuk dilaksanakan

3. Fungsi Persuasif

(33)

24

karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar disbanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.

4. Fungsi Integratif

Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi formal, seperti penerbitan khusus daam organisasi tersebut (newsletter, bulletin) dan laporan kemajuan organisasi juga saluran komunikasi informasi, seperti perbincangan antar pribadi selama masa istirahat kerja, kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.

c. Bentuk Model dalam Komunikasi Organisasi

Model komunikasi organisasi merupakan gambaran untuk menjelaskan hubungan komunikasi dalam organisasi, terdapat 3 model komunikasi organisasi menurut Stewart L. Tubbs yaitu sebagai berikut: 1. Model Komunikasi Linear adalah model yang dikemukakan oleh

(34)

25

Bagan 2.1

Model Komunikasi Linear

Pengirim Pesan Penerima

Semantik Fisik Gangguan Psikologis Fisiologis

(35)

26

Bagan 2.2

Model Komunikasi Interaksional

Penerima

Pengirim Pesan

Gangguan

3. Model Komunikasi Transaksional adalah model yang dikembangkan oleh Barnlund, model transaksional merupakan model yang hanya dapat dipahami dalam konteks hubungan antara dua orang atau lebih dan juga mencapai kesamaan makna dalam komunikasi verbal dan non verbal. Model ini menekankan bahwa semua perilaku adalah komunikatif, tidak ada satupun yang tidak dapat dikomunikasikan, model tersebut dapat digambarkan sebagai berikut

(36)

27

Bagan 2.3

Model Komunikasi Transaksional

Gangguan :

- Semantik

- Fisik

- Psikologis

- Fisiologis

Pesan dan umpan Balik

Komunikator Komunikator

Kesamaan Makna

d. Aliran Komunikasi Organisasi

Arah Aliran informasi dalam komunikasi organisasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu komunikasi internal dan komunikasi eksternal.

1. Komunikasi internal dapat dibagi menjadi komunikasi vertikal, komunikasi horizontal dan komunikasi pribadi atau selentingan - Komunikasi vertikal adalah komunikasi dari atas ke bawah

(37)

28

lebih tinggi kepada mereka yang berotoritas lebih rendah. Disamping perintah dan instruksi, komunikasi ke bawah juga berisi pesan mengenai tujuan komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas, komunikasi lintas saluran, komunikasi horizontal organisasi, kebijaksanaan kebijaksanaan perusahaan, peraturan, pembatasan, insentif, tunjangan, dan pengembangan rasa memiliki tugas (sense ofmission)15.

Dan dari bawah keatas (upward communication) yaitu komunikasi dari pimpinan kepada bawahan dan dari bawahan kepada pimpinan secara timbal balik. Komunikasi ke atas dalam sebuah organisasi berarti bahwa pesan mengalir dari tingkat yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang lebih tinggi (penyelia). Semua pegawai dari sebuah organisasi, kecuali mungkin mereka yang menduduki posisi puncak mungkin berkomunikasi ke atas. - Komunikasi horizontal adalah komunikasi secara mendatar yang

terjadi antara para anggota dalam sebuah organisasi.16

- Komunikasi pribadi atau selentingan adalah komunikasi yang mengandung laporan rahasia dari apa yang dikatakan atau didengar seseorang yang tidak dapat dikenali sumbernya.17

2. Komunikasi eksternal terdiri dari dua jalur secara timbal balik, yaitu komunikasi dari organisasi kepada khalayak dan dari khalayak kepada

15

Rudy, May, Teuku, Komunikasi dan Humas Internasional ( Bandung : PT. Refika Aditama, 2005)

16Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek. (Bandung : PT Remaja

Rosdakarya, 1995). hal. 122-12

17

(38)

29

organisasi. Komunikasi dari organisasi kepada khalayak pada umumnya bersifat informatif, yang dilakukan sedemikian rupa sehingga khalayak merasa memiliki keterlibatan, setidaknya terdapat hubungan batin dan komunikasi dari khalayak kepada organisasi merupakan umpan balik sebagai efek dari kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh organisasi.18

Secara tradisional, struktur organisasi dipandang sebagai suatu jaringan tempat mengalirnya informasi. Oleh karena itu dalam hubungannya dengan suatu jaringan, maka isi komunikasi akan terdiri dari hal-hal berikut ini19

1. Intruksi dan perintah selalu dikomunikasikan kebawah melalui komando pimpinan kepada orang yang berada dibawah

2. Laporan, pertanyaan maupun permohonan selalu dikomunikasikan keatas melalui rantai komando dari seseorang kepada atasannya

e. Hambatan-hambatan Komunikasi Organisasi

Didalam komunikasi seringkali apa yang menjadi pesan atau isi dari komunikasi tidak dapat dimengerti langsung oleh penerima pesan, bahkan harus dilakukan secara berulang. Ada diantara komunikator yang tidak memahami materi yang sedang dibicarakan oleh komunikator atau komunikator tidak dapat menyampaikan pesan secara sistematis.

Hambatan yang dialami oleh komunikan lebih banyak dipengaruhi oleh suasana pada saat berlangsungnya komunikasi, misalnya jika

18Effendy, Onong Uchjana. Op. Cit hal. 122-129 19

(39)

30

berbicara dengan orang yang sedang mengantuk atau orang dalam keadaan sibuk dan orang yang tidak mempunyai minat terhadap pesan yang disampaikan. Hal seperti ini dapat menjadi penghambat komunikasi sehingga komunikan tidak dapat mengerti pesan yang telah disampaikan

Ada beberapa langkah untuk dapat mengatasi hambatan atau distorsi dalam berkomunikasi, diantaranya dengan berbicara dengan jelas, tidak berbelit-belit, mudah dimengerti lawan bicara, dengan memperhatikan intonasi dan tekanan suara pada waktu berbicara. Untuk pembicaraan yang bersifat instruktif maka harus memperhatikan juga bahasa komunikasi verbal dari orang yang diberi instruksi. Dari gerakan- gerakan tangan, mata, aggota badan lainnya yang dapat menunjukkan apakah instruksi itu sudah dipahami secara baik oleh penerima pesan.

Apabila ada kesan ragu-ragu terlihat dari penerima pesan maka dari pihak pemberi pesan diharapkan mengulangi isi pesan yang disampaikan dengan kata-kata yang lain. Hindari memotong suatu pembicaraan yang sedang berlangsung, jika terpaksa dilakukan pergunakan cara yang baik yang dirasa tidak merusak suasana serta menyinggung pembicara.20

f. Hubungan Interpersonal dalam Organisasi yang Efektif

Menurut Roger hubungan interpersonal akan terjadi secara efektif apabila kedua pihak memenuhi kondisi seperti berikut :21

1. Bertemu satu sama lain secara personal

20Pandji Anoraga & Sri Suyati. Perilaku Keorganisasian. (Jakarta : PT Dunia Pustaka Jaya,

1995) hal. 66

21

(40)

31

2. Berkomunikasi secara tepat dan dapat dipahami satu sama lain 3. Menghargai, berpikir positif dan wajar tanpa menilai satu sama

lain

4. Menghayati pengalaman dan bersikap menerima satu sama lain dengan sungguh-sungguh

5. Memperlihatkan tingkah laku penuh percaya dan memperkuat perasaan aman terhadap yang lain

Pace dan Born mempunyai cara-cara untuk menyempurnakan hubungan interpersonal dan akan menjadi sempurna apabila kedua pihak memenuhi standar sebagai berikut:22

1. Mengembangkan suatu pertemuan personal dan mengkomunikasikan perasaan secara langsung

2. Mengkomunikasikan secara tepat dengan pribadi orang lain melalui keterbukaan diri

3. Mengkomunikasikan suatu kehangatan dengan berpikir positif mengenai orang lain dengan bersikap merespon dan mendengarkan

4. Berkomunikasi dengan ramah tamah, wajar dan menghargai secara positif melalui respon yang tidak bersifat menilai 5. Berkomunikasi untuk menciptakan kesamaan arti dengan

memberikan respon yang relevan

(41)

32

2. Karang Taruna

a. Pegertian Karang Taruna

Karang Taruna merupakan Organisasi Sosial Kepemudaan, pilar kekuatan masyarakat yang berperan langsung sebagai insan-insan pembangunan baik di desa maupun kelurahan, dan Karang Taruna harus terus mengikuti dinamika perkembangan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat dengan jernih dan memakai akal sehat.23

b. Logo dan Makna Karang Taruna

Gambar 2.1

Logo Karang Taruna

Karang Taruna dapat memiliki identitas berupa lambang, bendera,

23 Dikutip dari Iin, Gubsu: Karang Taruna Pilar Kekuatan Masyarakat, (http://beritasore.com/

(42)

33

panji, lagu yang menjadi identitas resmi Karang Taruna. Lambang Karang Taruna mengandung unsur-unsur sekuntum bunga teratai yang mulai mekar, dua helai pita terpampang di bagian atas dan bawah, sebuah lingkaran, dengan bunga teratai mekar sebagai latar belakang. Keseluruhan makna tersebut mengandung makna, antara lain:

1. Bunga teratai yang sedang mekar melambangkan unsur remaja yang dijiwai semangat kemasyarakatan (jiwa sosial). Empat helai daun bunga dibagian bawah, melambangkan keempat fungsi Karang Taruna, yaitu:

a. Memupuk kreativitas untuk belajar tanggung jawab;

b. Membina kegiatan-kegiatan sosial, rekreatif, edukatif, ekonomi produktif, dankegiatan lainnya yang praktis; c. Mengembangkan dan mewujudkan harapan serta cita-cita

anak dan remaja melalui bimbingan interaksi yang dilakukan baik secara individu maupun kelompok;

d. Menanamkan pengertian, kesadaran dan memasyarakatkan penghayatan dan pengalaman pancasila.

2. Tujuh helai daun bunga bagian atas melambangkan tujuh unsur kepribadian yang harus dimiliki oleh anak remaja, yaitu:

a. Taat: taqwa kepada uhan Yang Maha Esa;

(43)

34

f. Trampil: mampu berkreasi dan berkarya praktis g. Tulus: sederhana, ikhlas, jujur, dan rela member.

3. Pita dibagian bawah bertuliskan Karang Taruna mengandung arti: a. Karang: pekarangan, halaman, atau tempat

b. Taruna: remaja

Secara keseluruhan berarti Tempat atau Wadah Pembinaan Remaja. Sedangkan pita dibagian atas bertuliskan Aditya Karya MahatvaYodha yang berarti :

a. Aditya : Cerdas, penuh pengalaman b. Karya : Pekerjaaan

c. Mahatya : Terhormat, Berbudi Luhur d. Yodha : Pejuang, Patriot

Secara keseluruhan berarti pejuang yang berkepribadian, berpengetahuan, dan terampil. Lingkaran menggambarkan sebuah temeng, sebagai lambing Ketahanan Nasional. Sedangkan Bunga Teratai yang mekar berdaun lima helai melambangkan lingkungan kehidupan masyerakat yang sejahtera dan merata berlandaskan Pancasila.

4. Arti warna dalam logo Karang Taruna

a. Putih: kesucian, tidak tercela, tidak ternoda

b. Merah: keberanian, sabar, tenang, dan dapat mengendalikan diri, tekad pantang mundur

(44)

35

c. Tugas Pokok Karang Taruna

Karang taruna sebagaimana tercantum adalam Peraturan Mentri Social RI No. 83/HUK/2005 adalah organisasi social wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab social dar, oleh, dan untuk masyarakat terutama generasi muda di wilayah desa/kelurahan atau komunitas sederajat dan terutama bergerak di bidang usaha kesejahteraan social.

Dengan adanya karang taruna dimaksudkan sebagai wadah untuk menampung aspirasi masyarakat, khususnya generasi muda dalam rangka mewujudkan rasa kesadaran dan tanggung jawab social terhadap masyarakat pada umumnya. Tujuannya tidak lain adalah terwujudnya kesejahteraan social yang semakin meningkat bagi generasi muda.

Untuk mencapai sasaran tersebut, tugas pokok karang taruna adalah bersama-sama dengan pemerintah dan komponen masyarakat lainnya untukj menanggulangi berbagai masalah kesejahteraan sosial terutama yang dihadapi generasi muda, baik yang bersifat preventif, rehabilitative, maupun pengembangan potensi generasi muda di lingkungannya.

d. Fungsi Pokok Karang Taruna

1. Penyelenggara Usaha Kesejahteraan Sosial.

(45)

36

3. Penyelenggara pemberdayaan masyarakat terutama generasi muda di lingkunganya secara komperhensif, terpadu dan terarah serta berkesinambungan.

4. Penyelenggara kegiatan pengembangan jiwa kewirausahaan bagi generasi muda di lingkunganya.

5. Penanaman pengertian, memupuk dan meningkatkan kesadaran tanggungjawab sosial generasi muda.

6. Penumbuhan dan pengembangan semangat kebersamaan, jiwa kekeluargaan, kesetiakawanan sosial dan memperkuat nilai-nilai kearifan dalam bingkai negara kesatuan RI.

7. Pemupukan kreatifitas generasi muda untuk dapat mengembangkan tanggung jawab sosial yang bersifat rekreatif, kreatif, edukatif, ekonomis prokduktif dan kegiatan praktis lainya dengan mendayagunakan segala sumber dan potensi kesejahteraan sosial di lingkunganya secara swadaya.

8. Penyelenggara rujukan, pendampingan, dan advokasi sosial bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial.

9. Penguatan sistem jaringan komunikasi, kerjasama, informasi dan kemitraan dngan berbagai sektor lainya.

e. Tujuan Pendirian

(46)

37

mencegah, menangkal, menanggulangi, dan mengantisipasi berbagai masalah sosial.

2. Terbentuknya jiwa dan semangat juang generasi muda warga karang taruna yang trampil dan berkepribadian serta berpengetahuan.

3. Tumbuhnya potensi dan kemampuan generasi muda dalam rangka mengembangkan keberdayaan warga karang taruna.

4. Termotivasinya setiap generasi muda warga karang taruna untuk mampu menjalin toleransi dan menjadi perekat persatuan dalam keberagaman kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 5. Terjalinnya kerja sama antara generasi muda karang taruna dalam

rangka mewujudkan taraf kesejahteraan sosial bagi masyarakat.

6. Terwujudnya kesejahteraan sosial yang semakin meningkat bagi generasi muda di desa/kelurahan atau komunitas adat sederajat yang memungkinkan pelaksanaan fungsi sosialnya sebagai manusia pembangunan yang mampu mengatasi masalah kesejahteraan sosial dilingkungannya.

7. Terwujudnya pembangunan kesejahteraan sosial generasi muda di desa/ kelurahan atau komunitas adat sederajat yang dilaksanakan secara kompherensif terpadu dan terarah serta berkesinambungan oleh karang taruna bersama pemerintah dan komponen masyarakat lainnya.

f. Visi dan Misi

(47)

38

lembaga, baik kepemudaan ataupun pemerintah dalam pengembangan kreatifitas.

Dan Misi nya adalah meningkatkan SDM demi masa depan yang lebih baik melalui bidang masyarakat dan menjalin kerja sama dengan instansi pemerintah ataupun pihak lain, melalui pengembangan kelompok usaha bersama, melestarikan kesenian daerah serta pengembangan minat untuk berolahraga, terwujudnya pemuda pemudi yang bertaqwa kepada tuhan YME, turut berpartisipasi dalam upaya peningkatan derajat kesehatan melalui perilaku hidup bersih dan sehat serta melakukan upaya antisipasif dalam rangka menjaga dan melestarikan lingkungan hidup.

g. Keanggotaan Karang Taruna

Keanggotaan karang taruna menganut sistem stelsel pasif yang berarti seluruh generasi muda dalam lingkungan desa/kelurahan atau komunitas adat sederajat yang berusia 11 tahun sampai dengan 45 tahun,selanjutnya disebut sebagai warga Karang Taruna. Setiap generasi muda dalam kedudukanya sebagai warga Karang Taruna mempunyai hak dan kewajiban yang sama tanpa membedakan asal keturunan, golongan, suku dan budaya, jenis kelamin, kedudukan social, pendirian politik dan agama.

(48)

39

B. KAJIAN TEORI BUDAYA ORGANISASI

Karakteristik atau sifat organisasi yang paling menonjol adalah adanya perubahan yang terus-menerus pada diri organisasi dan setiap perubahan ditandai dengan kegairahan dan antusiasme dari para anggotanya, namun sering kali perubahan disertai dengan perasaan cemas, ketidakpastian, frustasi dan ketidakpercayaan.24

Setiap organisasi memiliki perbedaan dalam hal jangkauan dan ukuran yang dimilikinya dan organisasi juga memiliki sejumlah tindakan atau kebiasaan yang unik atau khas bagi organisasi bersangkutan. Esensi kehidupan organisasi dapat ditemukan pada budaya yang dimiliki organisasi bersangkutan. Dalam hal ini, kata budaya sendiri tidak mengacu pada hal-hal seperti suku, etnis atau latar belakang budaya seseorang, namun menurut Pacanowsky dan Trujilo, budaya adalah cara hidup dalam organisasi. Termasuk kedalam budaya organisasi adalah iklim atau atmosfir emosi dan psikologis yang mencakup moral, sikap dan tingkat produktivitas karyawan atau anggota organisasi bersangkutan. Budaya organisasi juga mencakup seluruh simbol yang ada (tindakan, rutinitas, percakapan dan lainnya) serta makna yang diberikan anggota organisasi kepada simbol tersebut. Makna dan pengertian budaya organisasi dicapai melalui interaksi antara pimpinan dan karyawan. Terdapat interpretasi mengenai budaya organisasi, diantaranya :

a. Jaring Laba-laba

Pacanowsky dan Trujilo menggunakan prinsip-prinsip ilmu

24Richard West dan Lynn H. Turner, Introduction Communication Theory : Analysis and

(49)

40

etnografi dalam membangun teorinya, mereka mengadopsi pendekatan simbolik-interpretatif yang dikemukakan Clifford Geertz. Menurut Geertz. Manusia adalah hewan yang bergantung pada jaringan kepentingan, manusia membuat sendiri jaringannya sebagaimana laba-laba yang membangun sendiri sarangnya dengan desain atau bentuk yang rumit dan setiap jaring yang dibuat tidak sama satu dengan lainnya.25

Pacanowsky dan Trujilo mengatakan jaring-jaring budaya organisasi tidak muncul begitu saja, tetapi dibangun melalui berbagai kegiatan komunikasi. Manusia sebagai anggota organisasi adalah seperti laba-laba yang tergantung pada jaring yang mereka ciptakan melalui pekerjaan mereka. Budaya organisasi terdiri atas simbol-simbol bersama yang masing-masing simbol memiliki makna yang unik. Pengalaman atau cerita-cerita yang disampaikan, berbagai kegiatan atau acara yang diselenggarakan itu merupakan bagian dari budaya organisasi.

John van Maanen dan Stephen Barley mengemukakan empat aspek kehidupan organisasi, diantaranya26 :

Pertama, domain konteks ekologis, yaitu seperti lokasi, waktu, sejarahdan konteks sosial dimana organisasi berada dan bekerja. Kedua, domain jaringan atau interaksi diferensial. Ketiga, domain pemahaman bersama, yaitu cara bersama dalam menafsirkan pesan yang merupakan isi atau konten dalam budaya yang terdiri atas gagasan, nilai standar kebaikan dan kebiasaan. Keempat, domain individu, yang terdiri atas tindakan atau

25

Morissan, Teori Komunikasi Organisasi, Jakarta : Ghalia Indonesia 2009, hal. 101

26

(50)

41

kebiasaan para individu. Organisasi memberikan peluang bagi terjadinya interpretasi budaya,

organisasi menciptakan realitas bersama yang membedakan mereka dengan organisasi yang mempunyai budaya berbeda. Gareth Morgan menjelaskan bahwa makna bersama, pengertian bersama atau logika bersama, semuanya merupakan cara dalam menjelaskan budaya organisasi. Proses konstruksi realitas ada ketika kita membicarakan budaya, konstruksi realitas inilah yang memungkinkan orang untuk melihat dan memahami berbagai peristiwa, tindakan, objek, ucapan atau situasi tertentu dalam cara-cara yang berbeda. Pola-pola pemahaman seperti ini menyediakan suatu dasar untuk membuat perilaku seseorang menjadi logis dan bermakna.27

Organisasi memiliki kehidupan yang kompleks dan beragam, Richard West dan Lynn H. Turner mengemukakan tiga asumsi dasar yang memandu gagasan Pacanowsky dan Trujilo dalam mengembangkan Teori budaya organisasi, yaitu 28:

a. Anggota menciptakan dan memelihara rasa bersama terhadap realitas organisasi, pentingnya manusia dalam kehidupan organisasi, khususnya individu yang mencakup karyawan dan atasan dalam menciptakan dan mempertahankan realitas. Inti dari asumsi ini adalah nilai yang merupakan standar dan prinsip

27

Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss, Theori of Human Communication, 5th Edition, Thomson Wadsworth, Belmont 2008, hal. 269

28Richard West dan Lynn H. Turner, Introduction Communication Theory : Analysis and

(51)

42

dalam suatu budaya bersangkutan. Nilai berfungsi memberitahu anggota mengenai apa yang penting dan tidak penting dan nilai juga berasal dari pengetahuan moral dan orang menunjukkan pengetahuan melalui percakapan atau cerita.

b. Penggunaan simbol dan interpretasi terhadap simbol berperan penting terhadap budaya organisasi, Anggota organisasi menciptakan, menggunakan dan menafsirkan simbol setiap hari. Realitas dan budaya ditentukan sebagian oleh simbol yang merupakan representasi makna. Simbol mencakup komunikasi verbal dan non verbal yang menjadi hal penting bagi budaya organisasi. Simbol dapat berupa slogan yang memiliki makna. Seberapa jauh berbagai simbol atau slogan menjadi efektif bergantung pada media, selain itu juga bagaimana karyawan memberlakukan slogan organisasi untuk aktifitas organisasi. c. Berbagai organisasi memiliki budaya dan interpretasi yang

berbeda, budaya organisasi sangatlah beragam diantara berbagai organisasi lainnya. Tindakan dan kegiatan didalam organisasi satu dengan organisasi lainnya berbeda sebagaimana keragaman budaya itu sendiri.

b. Pertunjukkan Komunikasi

(52)

43

cerita, upacara dan ritual. Semuanya merupakan pertunjukan komunikasi, inilah yang menunjukkan pengalaman hidup kelompok.

Menurut Pacanowsky dan Trujillo, anggota organisasi melakukan pertunjukkan komunikasi tertentu yang menghasilkan budaya organisasi yang bersifat unik bagi organisasi yang bersangkutan. Pertunjukkan adalah sejumlah tindakan anggota organisasi untuk membentuk dan menunjukkan budaya mereka kepada diri mereka sendiri dan kepada orang lain.29

Pertunjukan yang terjadi pada organisasi sekali diumpamakan sebagai panggung sandiwara, dimana pimpinan dan karyawan memilih berbagai peran atau bagian yang ada dalam organisasi. dengan kata lain, kata pertunjukan menyatakan bahwa kehidupan organisasi ada seperti pertunjukan panggung sandiwara

Pertunjukkan membawa arti penting atau makna dari bentuk-bentuk struktural, seperti simbol, cerita, perumpamaan, ideologi atau peristiwa yang ada. Pacanowsky dan Trujillo mengemukakan empat karakteristik dari pertunjukkan komunikasi, yaitu :

Pertama, pertunjukan bersifat interaksional, lebih merupakan dialog ketimbang berbicara kepada dirinya sendiri. Dengan kata lain, pertujukan komunikasi merupakan tindakan sosial dan bukan tindakan perorangan. Pertunjukkan organisasi adalah sesuatu dimana sejumlah orang berpartisipasi didalamnya. Kedua, pertunjukan bersifat kontekstual, yang tidak dapat dipandang sebagai tindakan independen tetapi selalu melekat

29Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss, Theori of Human Communication, 5th Edition,

(53)

44

dalam bingkai kegiatan yang lebih besar, dengan kata lain, pertunjukkanmencerminkan atau menggambarkan konteks dan menghasilkan konteksnya. Ketiga, pertunjukkan terdiri atas babak atau bagian, pertunjukkan merupakan peristiwa yang memiliki awal dan akhir, para pemain dapat mengenali setiap episode dan membedakannya satu dengan lainnya, keempat, pertunjukan adalah improvisasi yang berarti terdapat fleksibilitas dalam hal bagaimana episode komunikasi dimainkan, meskipun pertunjukkan dilakukan berkali-kali, namun mereka tidak pernah mengulang pertunjukan dengan cara yang sama persis dengan pertunjukkan sebelumnya.

Pacanowsky dan Trujillo memberikan daftar sejumlah pertunjukkan komunikasi organisasi yang terdiri atas :

a. Ritual, adalah sesuatu yang diulang-ulang secara teratur atau rutin sehingga dapat dikenali dengan baik. Pertunjukkan ritual adalah pertunjukkan komunikasi yang terjadi secara teratur dan berulang-ulang, misalnya kegiatan rapat atau piknik tahunan karyawan. Terdapat beberapa jenis pertunjukan sosial, diantaranya :

- Ritual Personal, mencakup hal-hal yang dilakukan seseorang secara rutin setiap hari ditempat kerja.

- Ritual Kerja, yaitu pekerjaan rutin yang dilakukan seseorang setiap hari diwilayah pekerjaannya.

(54)

45

kedekatan meski diluar pekerjaan.

- Ritual Organisasi, yaitu ritual yang diikuti seluruh kelompok kerja didalam organisasi secara teratur.

b. Passion, adalah kegemaran atau kesukaan, karyawan berupaya menjadikan pekerjaan rutin yang membosankan dibuat menjadi menarik dan menyenangkan dengan menceritakan sesuatu, dengan kata lain passion adalah cerita-cerita pada organisasi yang sering kali disampaikan satu anggota organisasi kepada anggota lainnya. Berbagai cerita biasanya disampaikan berulang-ulang karena orang suka bercerita mengenai berbagai pengalaman dalam pekerjaan. c. Sosial, adalah berbagai bentuk kesopanan, basa-basi, penghormatan

yang dilakukan dengan maksud untuk mendorong dan meningkatkan kerja sama diantara anggota organisasi. Perilaku ramah tamah atau percakapan basa-basi adalah contoh pertunjukan sosial. Pertunjukan sosial menimbulkan rasa identifikasi diantara para anggota organisasi melalui kegiatan komunikasi informal seperti, saling bercanda, saling menggoda atau melakukan diskusi tanpa harus mengambil keputusan diantara kelompok. Pertunjukan sosial juga bertujuan untuk menyampaian hal-hal pribadi yang mencakup tindakan mengemukakan pengakuan mengenai kesulitan apapun, menyenangkan orang lain atau menyampaikan kritik. d. Politik organisasi, adalah pertunjukan yang menciptakan dan

(55)

46

memperkuat hubungan atau persekutuan. Ketika organisasi melakukan pertunjukan politik maka organisasi melaksanakan kekuasaan. Pertunjukan ini secara khusus melibatkan tindakan yang dirancang untuk memposisikan seseorang dalam organisasi karena alasan politis.

e. Enkulturasi, adalah proses pengajaran budaya organisasi oleh satu anggota organisasi kepada anggota organisasi lainnya. Dalam hal ini terdapat serangkaian pertunjukan dimana sejumlah individu mengajarkan individu lainnya mengerjakan pekerjaan tertentu. Pacanowsky dan Trujillo memberikan contoh antara anggota polisi senior bernama Davis dan anggota polisi junior bernama Benson mengenai bagaimana menangani orang mabuk yang membuat kegaduhan ditempat umum. Davis mengajarkan kepada Benson bagaimana harus menafsirkan pertunjukan. Interpretasi yang diberikan juga harus dapat dipercaya oleh anggota yang bukan termasuk anggota organisasi.30

Teori budaya organisasi mengajak peneliti untuk mengamati, mencatat dan memahami perilaku komunikasi para anggota organisasi melalui totalitas atau pengalaman memaknai pengertian mengenai bagaimana organisasi dapat bekerja dengan lebih baik, maka pendekatan yang dilakukan adalah memahami bagaimana kehidupan organisasi dapat dicapai melalui komunikasi. Untuk memahami keberadaan kehidupan organisasi maka kita tidak dapat membatasi diri kita terhadap

30

(56)

47

pertanyaan yang hanya ditujukan pada produktivitas organisasi bagi keabsahan suatu organisasi.

(57)

BAB III

KOMUNIKASI ORGANISASI KEPEMUDAAN DAN

MASYARAKAT

A. Profil Data Karang Taruna Wadoeljo

1. Profil Umum Karang Taruna

a. Sejarah Karang Taruna Wadoeljo

Karang Taruna Wadoeljo sebenarnya bukan Karang Taruna utama

yang dimiliki oleh desa, melainkan Karang Taruna sebuah dusun dari desa

Wage. Dikarenakan kevakuman Karang Taruna utama desa serta tidak

adanya program kepemudaan yang berjalan di desa. Disisi lain

pemerintahaan desa wage sedang dalam masa transisi antara kepala desa

yang lama dengan kepala desa baru yang masih bersifat pelaksana tugas

dari pemerintah sidoarjo membuat Karang Taruna desa wage seperti tanpa

tujuan. Sehingga pemuda-pemuda desa hanya membuat perkumpulan

masing-masing dari setiap RT atau Rw dalam kegiatan kepemudaannya.

Pada pertengahan tahun 2015 atas inisiatif bapak RW 10 serta kepala

dusun Margomulyo, beliau berdua mengundang semua pemuda dan

pemudi yang ada di dusun margomulyo dan RW 10 untuk dating ke

kediaman bapak RW. Undangan tersebut bertujuan untuk mempersiapkan

perayaan dirgahayu Indonesia yang ke 70 yang mana semua proses

(58)

49

merencanakannya. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang

direncanakan.

Pertemuan itu sekaligus merupakan niatan untuk membentuk

kembali Karang Taruna dusun yang sempat vakum lama. Dengan tujuan

agar pemuda dan pemudi warga dusun Margomulyo juga turut dalam

pembangunan dusun dan aktif pada kegiatan kepemudaan dan

mengembalikan program-program yang bias disentuh dan dijalankan oleh

pemuda-pemudi dusun. Dengan dukungan penuh dari kepala RW serta

kepala dusun Margomulyo, pada pertemuan itu juga terbnetuk kembali

Karang Taruna dusun sekaligus pembentukan susunan pengurus Karang

Taruna.

Pemberian nama Karang Taruna Wadoeljo bukan terjadi pada saat

pertemuan tersebut. Nama tersebut digunakan disela-sela rapat yang

terjadi selama proses pembuatan acara dirgahayu Indonesia. Guna

membuat proposal kegiatan yang lebih formal akhirnya diberi nama

Karang Taruna Wadoeljo. Mulai dari situ nama Wadoeljo melekat dalam

setiap agenda dan kegiatan yang dijalankan. Penamaan Wadoeljo sendiri

merupakan singkatan dari letak posisi dusun Karang Taruna ini berada

yaitu Wage kidoel (selatan) Sidoarjo. Sampai sekarang kegiatan-kegiatan

Karang Taruna Wadoeljo masih dilaksanakan walau intensitasnya

menurun ketika masa agustusan sudah berakhir. Namun dengan adanya

program kerja yang terbentuk serta dukungan penuh dari perangkat dusun

(59)

50

b. Lambang Karang Taruna Wadoeljo

Gambar 3.2

Logo Karang Taruna Wadoeljo

c. Struktur Kepengurusan Karang Taruna Wadoeljo

Pelindung : Kepala Desa wage

Pembimbing : Bpk. H. Achmad Su’ud

Bpk. Sunardi

Pembina : Bpk. Joko suwarno

Bpk. Ferry

Ketua : Rio abrianto

Wakil Ketua : David Nur Saputro

Sekretaris I : Naning Fatriani

Sekretaris II : Muhammad Asrori

(60)

51

Bendahara II : Reyfan Susanto

Divisi-divisi

Divisi Humas : Andik

Divisi Kesehatan : Bertian dian Nopiani

Divisi Kesenian : Muhammad Ali

Divisi Olahraga : Rizky Hadi

Divisi Keagamaan : Muhammad Amrullah

d. Program Kerja Karang Taruna Wadoeljo

1. program kerja pengurus harian

No Program Kerja Bentuk Kegiatan Sasaran Waktu

1 Rapat Koordinasi Rapat koordinasi

dengan system

anggota Dua bulan sekali pada minggu awal

anggota Selama periode berlangsung dan terjadwal

3. Penarikan uang

iuran bulanan Penarikan uang kas Karang Taruna

Pengurus dan

(61)

52

2. Divisi Humas

Table 3.1

No Program Kerja Bentuk Kegiatan Sasaran Waktu

1. Jaringan

komunikasi Menyebarkan undangan

kegiatan,

No Program Kerja Bentuk Kegiatan Sasaran Waktu

1. Partisipasi kegiatan kesehatan

No Program Kerja Bentuk Kegiatan Sasaran Waktu

1. Pendampingan

kelompok patrol Mendampingi setiap kegiatan kelompok patrol dalam mengikuti lomba

anak-anak

remaja RW 10 Setiap ada event

2. Pelatihan patrol Melatih skill dan

latihan rutin patarol

Anak-anak

Gambar

 Tabel 1.1
 Tabel 1.2  No Nama (Tahun) Dwi Sukmawanti sa`diyah (2016)
 Gambar 2.1
  Gambar 3.2
+5

Referensi

Dokumen terkait