• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN AGAMA PADA ANAK USIA DINI DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN : KAJIAN TAFSIR QURAISH SHIHAB, IBN KATHIR, DAN SAYYID QUTHB TERHADAP SURAH AL-BAQARAH: 132, AN-NAHL: 78, DAN LUQMAN: 12 DAN 14.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDIDIKAN AGAMA PADA ANAK USIA DINI DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN : KAJIAN TAFSIR QURAISH SHIHAB, IBN KATHIR, DAN SAYYID QUTHB TERHADAP SURAH AL-BAQARAH: 132, AN-NAHL: 78, DAN LUQMAN: 12 DAN 14."

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

terhadap Surah al-Baqarah: 132, an-Nahl: 78, dan

Luqman: 12 dan 14)

Skripsi :

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) Dalam Ilmu Ushuluddin dan Filsafat

Oleh:

HEPI DWI PUTRI JAYANTI

E73212104

PRODI ILMU ALQUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ix ABSTRAK

Hepi Dwi Putri Jayanti, E73212104. Pendidikan Agama Pada Anak Usia dini dalam perspektif Al-Qur’an (Kajian Tafsir Quraish Shihab, Ibn Kathi>r, dan Sayyid Quthb terhadap Surah al-Baqarah: 132, an-Nahl: 78, dan Luqman: 12 dan 14).

Penelitian ini berawal dari pada rentang usia dini anak mengalami masa keemasan (the golden age), yang merupakan masa dimana anak mulai peka untuk menerima berbagai rangsangan. Pada masa ini anak-anak sangat terpengaruh pada perkembangan kepribadian masa dewasa seseorang. Karena pada masa ini, anak mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Untuk itu perlu diberi rangsangan agar potensi anak berkembang secara optimal. Salah satunya pendidikan anak usia dini.

Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah:(1).Bagaimana pendidikan agama pada anak usia dini perspektif al-Qur’an versi Penafsiran Quraish Shihab, Ibnu Kathir, dan Sayyid Qutbh?2).Bagaimana upaya pemberdayaan pendidikan agama pada anak usia dini perspektif al-Qur’an versi penafsiran Quraish Shihab, Ibnu Kathir, dan Sayyid Qutbh ?

Tujuan dalam penelitian ini sesuai dengan ajaran al-Qur’an ialah Untuk mengetahui tentang pendidikan agama pada anak usia dini lewat, al-Qur’an Untuk mengetahui upaya pemberdayaan pendidikan agama pada anak usia dini lewat al-Qur’an.

Dalam menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini dilakukan berdasarkan kepustakaan (library research) dengan menela’ah literatur terkait

dengan topik. Sesuai dengan tujuan tersebut, data primer yang digunakan berasal dari penjelasan-penjelasan penafsiran oleh M. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbah, Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n karya Sayyid Qut}b, dan Tafsir Ibnu katsir, karya Ibn Kathi>r, serta data sekunder yang berasal dari buku-buku yang relevan dengan penelitian ini di antaranya; Nalar Pendidikan al-Qur’an, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan al-Qur’an.

Sementara analisis dilakukan dengan mengunakan deskriptif dan content analisis. Yaitu menggambarkan dan menguraikan secara menyeluruh mengenai objek yang diteliti. Sedangkan analisis isi adalah metodologi dengan memanfaatkan sejumlah perangkat untuk menarik kesimpulan dari sebuah dokumen atau bahan pustaka.

(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

ABSTRAK ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TRANSLITERASI ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah... 7

C. Rumusan Masalah ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 9

F. Penegasan Judul ... 9

G. Kajian Pustaka ... 11

H. Metode Penelitian... 12

I. Sistematika Pembahasan ... 17

BAB II HAKIKAT PENDIDIKAN AGAMA PADA ANAK USIA DINI DALAM AL-QUR’AN A. Pengertian Pendidikan Agama ... 18

B. Pengertian Anak Usia Dini ... 24

C. Dasar- dasar Pendidikan Agama Anak Usia Dini ... 27

D. Tujuan Pendidikan Agama Pada Anak Usia Dini ... 33

(8)

xiii

BAB III PENAFSIRAN AYAT-AYAT DAN PEMBERDAYAAN

PENDIDIKAN PADA ANAK USIA DINI DALAM

AL-QUR’AN

A. Tafsiran Surat Al-Baqarah (2:132) ... 42 B. Tafsiran Surat An-Nahl (16:78) ... 47 C. Tafsiran Surat Lukman (31: 12 Dan 14) ... 51

BAB IV ANALISIS

A. Analisis Penafsiran Ayat-Ayat Al-Quran Pendidikan Agama Pada Anak Usia Dini ... 65 B. Analisis Pemberdayaan Pendidikan Agama Pada Anak Usia Dini Dalam al-Qur’an Versi Quraish Shihab, Ibn Kathi>r dan Sayyid Qut}b ... 70

BAB V PENUTUP

A.Kesimpulan ... 73 B.Saran-saran ... 75 DAFTAR PUSTAKA

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbicara tentang persoalan pendidikan sama halnya membicarakan tentang kehidupan, sebab pendidikan merupakan proses yang dilakukan oleh setiap individu menuju kearah yang lebih baik sesuai dengan potensi kemanusiaanya. Proses ini hanya berhenti ketika nyawa sudah tidak ada dalam raga manusia.1

Dan agama yang dimaksud adalah agama Islam. Allah menegaskan bahwa agama yang hak di sisi-Nya ialah agama Islam. Allah SWT berfirman Dalam Surat Al-Imran:19:











































































Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.2

1

Shofan, Pendidikan Berparadikma Profetik,Upaya Kontruktif Membongkar Dikotomi

Sistem Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Ircsod, 2004), 15. 2

Kementrian Republik Indonesia,Al Qur’an dan Tafsirnya, (Jakarta : Widya Cahaya,

(10)

2

Ayat tersebut menerangkan bahwasanya agama yang sah disisi Allah hanyalah Islam. Semua agama dan syari’at yang di bawah nabi-nabi terdahulu intinya satu ialah Islam, yaitu berserah diri kepada Allah yang Maha Esa. Menjunjung tinggi perintah-perintah-Nya dan berendah diri kepadanya, walaupun syariat-syariat itu berbeda didalam beberapa kewajiban ibadah dan lain-lain. Allah menyariatkan agama untuk dua macam:

1. Membersihkan jiwa manusia dan akalnya dari kepercayaan yang tidak benar.

2. Memperbaiki jiwa manusia dengan amal perbuatan yang baik dan memurnikan keikhlasan pada tuhan3

Pendidikan bukan sekadar proses penanaman nilai-nilai moral untuk membentengi diri dari akses negative globalisasi. Tapi yang paling urgen adalah bagaimana nilai-nilai moral yang telah ditanamkan pendidikan tersebut mampu berperan sebagai kekuatan pembebas (liberating force) dari himpitan kemiskinan, kebododahan, dan keterbelakangan sosial budaya dan ekonomi.4

Tidak dapat diragukan lagi, bahwa sejak anak manusia yang pertama lahir, telah ada dilakukan usaha-usaha pendidikan, manusia telah berusaha mendidik anak-anaknya, kendatipun dalam cara yang sangat sederhana.5 Dapat kita lihat dalam Q.S Al-Alaq, 4-5, Allah SWT ber-Firman:

3

Ibid,473. 4

Ibid, 15. 5

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT: Raja Grafindo Persada,

(11)





























Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam,(5).dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahui.6

Ayat tersebut merupakan bentuk kepemurahan Allah adalah ia mengajari manusia mampu menggunakan alat tulis. Mengajari disini maksudnya memberinya kemampuan menggunakanya. Dengan kemampuan menggunakan Alat tulis itu, manusia bisa menuliskan temuanya sehingga dapat dibaca oleh orang dapat dikembangkan.dengan demikian, manusia dapat mengetahui apa yang sebelumnya belum diketahuinya, artinya ilmu itu akan terus berkembang.7

Terutama pada zaman modern yang pesat seperti ini, banyak menimbulkan perubahan-perubahan dan kemajuan-kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan dalam masyarakat, disamping itu pertambahan penduduk yang kian hari kian meningkat cukup banyak berpengaruh terhadap perkembangan kehidupan.8 Sebagaimana dalam Hadits Rasulullah. Bersabda :

ُهَ نِإَف ْمُكِناَمَز َرْ يَغ ْمِِِاَمَز ِِ ُشْيِعَيَس ْمُهّ نِإَف ْمُكَدَاْوَا اْوُمِّلَع

ُنَََْو ْمِِِاَمَزِل َقَلَخ ْم

اَمَزِل اَنْقَلَخ

اَنِن

)ىرح(

Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian”.9

6

Kementrian Republik Indonesia, al-Qur’an dan..,721.

7

Ibid.,721. 8

Moh. Surya, Bimbingan Dan Penyuluhan Di Sekolah, (Bandung:CV.Ilmu

Bandung,1975), 05. 9

Heru Kusumadahi,Https:// Hifdzi. Wordpress.Com/2012/04/Sunah-Menjadikan-Hidup

(12)

4

Keadaan seperti itu akan menantang kepada individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan kemajuan-kemajuan itu. Perubahan dan perkembangan sebagaimana disebutkan diatas akan mengakibatkan bertambahnya jenis-jenis pekerjaan, pendidikan, pola-pola kehidupan dan sebagainya. Dengan demikian setiap individu akan menghadapi berbagai masalah seperti masalah penyesuaian diri, masalah pemilihan pekerjaan, masalah pendidikan, masalah sosial, masalah keluarga, masalah keuangan dan masalah pribadi.10

Dalam kehidupan sehari-hari, perkembangan pada anak usia dini juga merupakan bentuk pembicaraan yang selalu menarik, baik oleh orang tua yang mempunyai anak juga para ahli yang mempunyai spesialisasi atau keilmuan di bidang itu. Di sekolah, guru kadang-kadang gembira menghadapi anak didik yang berprestasi dan mempunyai moral yang baik, akan tetapi kadang-kadang juga pusing dalam menghadapi anak didiknya yang berlaku ganjil, kurang ajar, mengganggu dan melanggar peraturan yang telah ditetapkan. Hal yang sama juga dialami oleh orang tua mereka sendiri.

Adapun naiknya jumlah kriminalitas remaja setiap tahunya menunjukkan permasalahan yang cukup kompleks. Ini tidak diakibatkan oleh satu perilaku menyimpang tetapi akibat berbagai bentuk pelanggaran terhadap agama, norma masyarakat atau tata tertib sekolah. Berikut bentuk kenakalan remaja yang sejatinya mengarah pada kejahatan yang sering mendominasi pemberitaan media massa:

10

(13)

Dalam penyalagunaan narkoba dikalangan remaja makin menggila. Penelitian yang pernah dilakukan Badan Narkotika Nasionl (BNN) menemukan 50-60 % pengguna narkoba di Indonesia adalah kalangan remaja dan mahasiswa. Total seluruh pengguna narkoba berdasarkan penelitian yang dilakukan BNN sebanyak 3,8 sampai 4,2 juta. Diantara jumlah itu 48% diantaranya adalah pecandu dan sisanya sekadar coba-coba dan pemakai.11

Seperti halnya juga kasus siswi SMP di Bengkulu di media bernama Yuyun (14) diperkosa secara bergiliran oleh 14 pemuda mabuk kemudian dibunuh. Menurut catatan tahunan 2016 komnas perempuan, dari kasus kekerasan terhadap perempuan, kekerasan seksual berada di peringkat kedua, dengan jumlah mencapai 2.399 kasus (72%), pencabulan mencapai 601 kasus (18%) dan sementara pelecehan seksual mencapai 166 kasus (5%).12

Dilihat dari kasus tersebut, Pendidikan bagi anak usia dini sangat penting dilakukan, karena dalam pendidikan tersebut merupakan dasar bagi pembentukan kepribadian manusia. Sebagai peletak dasar budi pekerti luhur, kepandaian dan keterampilan. Kita memahami bahwa setiap anak adalah unik dalam arti pola dan saat pertumbuhan dan perkembangan gaya pembelajaran dan latar belakang keluarga berbeda-beda dan tidak sama persis. Pembelajaran anak usia dini adalah hasil dari interaksi antara pemikiran anak dan pengalamannya dengan materi-materi, ide-ide dan representasi mentalnya tentang dunia sekitarnya.13

11

Faris Husen Http:// Hibut-Tahrir.or.id/2012/11/05/Kriminlitas Remaja-Di-Sekitar-Kita

(16 Juni 2016, 2:55). 12

Abdul Karim, http:// www.dw.

com/id/Pemerkosaan-Berjamaah-Indonesia-Darurat-Kekerasan - Seksual/a- 19233807, (6 Juni 2016), 3:24). 13

Diana Mutiah, Psikologi Bermain Anak Usia Dini,(Jakarta: Kencana Prenada Media

(14)

6

Pendidikan anak harus dilengkapi dengan pendidikan agama yang memadahi. Dalam al-Qur’an sendiri banyak sekali ayat yang menyindir, memerintahkan atau menekankan pentingnya agama bagi setiap hamba Allah yang beriman. Maka dalam rangka mendidik agama kepada anak-anak, selain harus diberikan keteladanan yang tepat, juga harus ditunjukkan tentang bagaimana harus menghormati dan seterusnya. Karena pendidikan agama penting sekali, bahkan rasul sendiri diutus oleh Allah untuk menyempurnakan oleh agama maka agar lebih jelas akan dibahas dalam bab tersendiri.14

Selain pembentukan sikap dan perilaku terbaik anak memerlukan pula kemampuan intelektual agar anak siap menghadapi tuntutan masa kini dan masa datang. Maka dari itu anak memerlukan penguasaan berbagai kemampuan dasar agar anak siap dan dapat menyesuaikan diri dalam setiap segi kehidupanya. Sehubungan dengan itu maka progam pendidikan anak usia dini dapat mencakup bidang pembentukan sikap dan pengembangan kemampuan dasar yang keseluruhanya berguna untuk mewujudkan manusia Indonesia yang mampu berdiri sendiri bertanggung jawab dan mempunyai bekal untuk memasuki pendidikan selanjutnya.15

Proses pendidikan dipengaruhi oleh penggayaan pengalaman pada periode

post-sekolah. untuk mempersiapkan manusia menuju sukses hidup dengan prinsip-prinsip al-Qur’an Harus mengacu pada kesiapan kehidupanya

14

Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam, (Yogyakarta: PT Pustaka Pelajar,

2009),117. 15

(15)

menyongsong kehidupan akhirat yang abadi nanti dan hubunganya dengan dorongan-dorongan individual dalam kehidupan.

Dengan demikian pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik, pembelajaran anak usia dini harus menggunakan sesuatu yang memungkinkan anak belajar secara kongkrit. mengarahkan anak usia dini kearah yang lebih positif, yang titik beratnya untuk terciptanya suatu system dalam menanggulangi kemerosotan akhlak dan moral dikalangan masyarakat.

Berdasaran penjelasan di atas penulis tertarik untuk mengkaji serta menganalisa konsep pendidikan agama dalam al-Qur’an, untuk itu penulis mengambil judul, “ Pendidikan Agama Pada Anak Usia Dini Dalam

perspektif al- Qur’a>n, (Kajian Tafsir Quraish Shihab, Ibn Kathi>r, dan

Sayyid Quthb terhadap Surah al-Baqarah: 132, al-Nahl: 78, dan Luqman: 12

dan 14).”

Singkatnya peneliti berupaya mengemas penelitian ini sedemikian rupa agar mampu memberikan penjelasan semangat guna mencapai pendidikan yang mulia.

B. Batasan Masalah

(16)

8

Ibn Kathi>r, dan Sayyid Quthb terhadap Surah al-Baqarah: 132, al-Nahl: 78, dan Luqman: 12 dan 14).

Selanjutnya dari masalah-masalah pendidikan agama yang muncul tersebut, penulis menelaah suatu alternatif pemecahan dari berbagai pandangan para ulama untuk bisa memberikan alternatif pemecahan kepada masyarakat khususnya para anak-anak, dengan harapan alternatif jawaban tersebut dapat mengatasi dekadensi moral yang bergejolak di masyarakat.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pendidikan agama dalam perspektif al-Qur’an versi penafsiran Quraish Shihab, Ibnu Kathir, dan Sayyid Qutbh ?

2. Bagaimana upaya pemberdayaan pendidikan agama pada anak usia dini dalam perspektif al-Qur’an versi penafsiran Quraish Shihab, Ibnu Kathir, dan Sayyid Qutbh ?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tentang pendidikan agama pada anak usia dini lewat al-Qur’an versi penafsiran Quraish Shihab, Ibnu Kathir,dan Sayyid Qutbh. 2. Untuk mengetahui upaya pemberdayaan pendidikan agama pada anak usia

(17)

E. Manfaat Penelitian

Adapun Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan dan menambah khazanah studi atau literatur dalam kajian Ilmu Tafsir Hadis, khususnya yang membahas tentang pendidikan agama pada anak usia dini, dan upaya pemberdayaan pendidikan agama pada anak usia dini.

2. Sebagai motivasi tersendiri yang akan dijadikan sebuah bacaan atau panduan dalam pencapaian kemuliaan pendidikan agama.

3. Membangun dan membangkitkan kesadaran masyarakat terutama mahasiswa itu sendiri tentang perlunya mempelajari dan memahami arti adanya pendidikan agama yang terkandung didalamnya.

F. Penegasan Judul

Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam latar belakang skripsi ini berjudul “ Pendidikan Agama Pada Anak Usia Dini Dalam Perspektif al-Qur’an

(Kajian Tafsir Quraish Shihab, Ibn Kathi>r, dan Sayyid Quthb terhadap Surah al-Baqarah: 132, an-Nahl: 78, dan Luqman: 12 dan 14).“ maka untuk menghindari salah paham dan interprestasi, kiranya perlu memberi batasan pengertian sehingga apa yang menjadi pembahasan menjadi jelas dan mudah di mengerti antara lain:

(18)

10

menghayati makna dan maksud serta tujuannya dan pada akhirnya dapat mengamalkanya serta menjadikan ajaran-ajaran agama yang telah di anutnya itu sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat mendatangkan keselamatan dunia dan akhirat kelak. 16

Agama : Suatu institusi yang mengemban tugas (fungsi) agar masyarakat berfungsi dengan baik, baik dalam lingkup local, regional, nasional.17

Anak usia dini : Secara umum anak-anak yang berusia dibawah 6 tahun. Jadi mulai dari anak itu lahir hingga ia mencapai umur 6 tahun ia akan dikategorikan sebagai anak usia dini.18

Perspektif : Sudut pandang atau pandangan seseorang terkait dengan suatu hal atau masalah tertentu.19

Al-Qur’an : Firman Allah Swt. Yang mu’jiz (dapat melemahkan orang -orang yang menentangnya), diturunkan kepada Rasulullah Saw., tertulis dalam mushaf, disampaikan secara mutawatir dan membacanya dinilai ibadah.20

16

Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1992), hal.88.

17

Hendro Puspito, Sosiologi Agama, (Malang: kanisus 1984), 29.

18

Sunarto, http:// Karya Tulis Singkat Padat.com/

Pengertian-Perspektif-Anak-Usia-Dini-Yang Perlu kita ketahui.html, (Selasa, 19 april 2016, 2:30). 19

Ahmad Reza, http;//karya Tulis.Singkat-Padat.com.Pengertian-Perspektif..htm,

(Kamis, 14 April 2016, 09:2).

20

Muhammad Sayyid Thanthawi, Ulumul Qur’an Teori dan Metodologi, (Jogjakarta:

(19)

G. Kajian Pustaka

Ada beberapa karya yang membahas masalah yang hampir serupa dengan penelitian ini :

1. Skripsi dari fakultas Usuluddin dengan judul : Konsep Agama dalam Keluarga menurut Nurcholish Madjid ditinjau dari tujuan pendidikan Islam, oleh Maharani Sayyidah pada Tahun 2014, di Universitas Sunan Ampel Surabaya, skripsi ini membahas tentang bagaimana menumbuhkan sikap nilai sosial yang beragama yang di mulai dari keluarga.

2. Skripsi dari fakultas Usuluddin dengan judul : konsep pendidikan Islam perspektif Taqiyuddin Al-Nabhani dan Hasan Langgulung, oleh Listiawati pada Tahun 2015, di Universitas Sunan Ampel Surabaya. Skripsi ini membahas tentang konsep pendidikan kritisisme dan rekonstruksionisme yang menggunakan paradigma fundamentalisme pendidikan yaitu mengembalikan seluruh sistem pendidikan seluruhnya kepada Islam dan memurnikan dari nilai-nilai Barat.

3. Skripsi dari fakultas Usuluddin dengan judul konsep pendidikan ahklaq

perspektif ‘Abd Al-Wahhabal Sya’Rani dalam kitab Al-Minah

Al- Saniyya, oleh Mochammad Shofyan pada Tahun 2015, di Universitas Sunan Ampel Surabaya, skripsi ini membahas mengenai konsep pendidikan akhlaq pada diri sendiri yaitu melalui taubat, dzikir, istifar, dan berbuat baik kepada sesama, shalat berjamaah dan shalat malam.

(20)

12

namun secara terperinci pastinya memiliki perbedaan seperti yang pertama lebih fokus konsep pendidikan dalam keluarga dan kedua lebih fokus pada konsep pendidikan yang mengembangkan pesan Islam dalam konteks perubahan sosial serta melakukan liberalisasi pandangan yang adaptif terhadap pemikiran keilmuan Barat Dan yang ketiga lebih fokus pada penciptaan konsep pendidikan pada diri sendiri. Sedangkan dalam penelitian kali ini, peneliti lebih fokus pada kajian tafsir yakni kajian pendidikan agama pada usia dini Dan Upaya pemberdayaan pendidikan agama pada anak usia dini dalam prespektif al-Qur’an versi penafsiran Quraish Shihab, Ibnu Kathir,dan Sayyid Qutbh

H. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

Studi ini merupakan studi penelitian kepustakaan (library research), yaitu menjadikan bahan pustaka dengan sumber data utama yang dimaksudkan untuk menggali teori-teori dan konsep-konsep yang telah ditemukan oleh para peneliti terdahulu, mengikuti perkembangan penelitian dalam bidang yang akan diteliti, memperoleh orientasi yang luas mengenai topik yang akan dipilih, memanfaatkan data sekunder serta menghadirkan diaplikasi penelitian.

Sedangkan metode pembahasan yang penulis pakai sebagai berikut:

Metode Tafsir Maudlu’i Suatu cara menafsirkan al-Qur’an dengan

(21)

dengan tema tersebut, kemudian dijelaskan satu persatu dari sisi sistematisnya dan, penafsiranya, dihubungkan dengan satu dengan yang lain, sehingga membentuk suatu gagasan yang utuh dan komprehensip mengenai pandangan al-Qur’an terhadap tema yang dikaji.21

Yang mana prosedur yang harus dilalui dalam menafsirkan ayat ayat al-Qur’an yang digunakan oleh Abd. AL-Hayy al-Farmawi, yaitu:

a. Memilih atau menetapkan masalah al-Qur’an yang dikaji secara tematik.

b. Melacak dan menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah yang ditetapkan; ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah. c. Menyusun ayat-ayat tersebut secara runtut menurut kronologi

masa turunya disertai pengetahuan asbab al-nuzul.

d. Mengetahui kolerasi (munasabah) ayat-ayat itu di dalam masing-masing suratnya.

e. Menyusun tema bahasan di dalam outline yang pas,sistematis, sempurna dan utuh.

f. Melengkapi pembahasan dan uraian dengan Hadith, bila dipandang perlu, sehingga penjelasan menjadi semakin sempurna dan semakin jelas.

g. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara tematik dan menyeluruh dengan cara menghimpun ayat-ayat yang mengandung pengertian serupa, mengkompromikan antara ‘am dan khas,

21

Abdul Mustaqim, Metode Penelitian al- Qur’an dan Tafsir, (Yogyakarta: CV. Idea

(22)

14

mutlaq dan muqayyad, mensinkronkan ayat-ayat yang

tampaknya kontadiktif, menjelaskan nasikh-mansukh sehingga semua ayat bertemu pada satu muara, tanpa perbedaan dan kontradiksi atau tindak pemaksaan.22

2. Sumber Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini bersumber dari dokumen perpustakaan tersendiri dari 2 jenis. Sumber yaitu primer dan sekunder. Sumber primer adalah rujukan yang akan kita pakai:

a.Sumber Data primer

Sedangkan sumber data sekunder mencakup literature-literatur pendukung penelitian seperti buku-buku ataupun artikel yang terkait, seperti:

1. Al-Qur’an 2. Hadits Nabi

3. Tafsir Al Misbah karya Qurais Shihab 4. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an karya Sayyid Quthb 5. Terj Tafsir Ibnu Katsir, karya Ibnu Katsier.

Dan kitab-kitab yang terkait dengan pembahasan secara langsung maupun tidak langsung.

22

Rosidin, Epistemologi Pendidikan Islam Integrasi al-Tarbiyyah dan alTa’lim dalam a

(23)

b. Sumber data sekunder

1. Dasar-dasar Ilmu pendidikan karya Wiji Suwarno.

2. Teori-teori Pendidikan Berdasarkan al-Qur’an karya Abdurrahman Saleh Abdullah.

3. Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam, oleh Mansur. 4. Nalar pendidikan al-Qur’an karya Acmad

3. Pengumpulan Data

Teknik pegumpulan data dalam penulisan skripsi ini adalah dengan menggunakan dokumentasi. Mencari data mengenai hal-hal variable berupa catatan, buku, kitab, dan lain sebagainya. Melalui metode dokumentasi, diperoleh data-data yang berkaitan dengan penelitian bedasarkan konsep-konsep kerangka penulisan yang telah dipersiapkan sebelumnya.

4. Pengolahan Data

a. Editing,yaitu memeriksa kembali secara cermat data-data yang diperoleh terutama dari segi kelengkapan, kejelasan, kesesuaian, relevansi dan keragaman.

(24)

16

5. Tehnik Analisa Data

Dalam penelitian ini, tehnik analisa data memakai pendekatan metode deskriptif-analitis. Penelitian yang bersifat deskritif-analitis memaparkan data-data yang diperoleh dari kepustakaan.23

23

Ibnu Hajar, Dasar-dasar Metode Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan, (Jakarta:

(25)

I. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Untuk memudahkan dalam penulisan skripsi ini, maka penulisan ini disusun atas Lima bab, sebagai berikut:

BAB I : Berisikan Pendahuluan Yang Meliputi: Latar Belakang Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Penegasan Judul, Kajian Pustaka, Metode Penelitian Sistematika Pembahasan.

BAB II : Pada Bab ini Berisikan Tentang Pengertian Pendidikan Agama Pada Anak Usia Dini, Pengertian Anak Usia Dini, Dasar-dasar Pendidikan, Tujuan Pendidikan, dan Problema Pendidikan Anak Usia Dini.

BAB III : Dalam Bab ini Penulis Membahas Tentang Penafsiran Ayat-ayat al-Quran Tentang Pendidikan Agama Pada Anak Usia Dini.

BAB IV : Dalam Pembahasan ini Penulis Membahas Analisis Tentang Ayat-ayat Pendidikan Agama Pada Anak Usia Dini Beserta Pemberdayaan Pendidikan Agama Pada Anak Usia Dini dalam al-Qur’an versi Penafsiran Quraish Shihab, Ibnu Kathir,dan Sayyid Qutbh.

(26)

18

BAB II

HAKIKAT PENDIDIKAN AGAMA

PADA ANAK USIA DINI DALAM AL-QUR’AN

A. Pengertian Pendidikan Agama

Banyak ahli telah membahas definisi “Pendidikan”, tetapi dalam pembahasanya mengalami kesulitan, karena antara satu definisi dengan yang lain sering terjadi perbedaan. Dalam hal ini ada beberapa pengertian yang dijelaskan oleh beberapa pendapat:

a. Menurut kamus besar bahasa Indonesia1, Pendidikan berasal dari kata “didik,” lalu diberikan awalan kata “me-“ sehingga menjadi “ mendidik” yang artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pemikiran.

b. Menurut Ahmad Marimba, Pendidikan adalah bimbingan atau didikan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan anak didik, baik jasmani maupun rohani, menuju terbentuknya kepribadian utama. Definisi ini sangat sederhana meskipun secara subtansi telah mencerminkan pemahaman tentang proses pendidikan. Menurut definisi ini, pendidikan hanya terbatas pada pengembangan pribadi anak didik oleh pendidik. 2

1

Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1985),232.

2

(27)

c. Di dalam UU No. 20/2003 tentang sistem pendidikan Nasional, tercantum pengertian pendidikan :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat bangsa dan negara.3

d. Sedangkan Ahmad Tafsir mendefinisikan pendidikan secara luas, yaitu; “Pengembangan pribadi dalam semua aspeknya”, dengan catatan bahwa yang

dimaksud pengembangan pribadi mencakup pendidikan oleh diri sendiri, lingkungan dan orang lain. Sedangkan kata “semua aspek” mencakup aspek

jasmani, akal dan hati. Dengan demikian tugas pendidikan bukan sekadar meningkatkan kecerdasan intelektual, tetapi juga mengembangkan seluruh aspek kepribadian anak. Definisi inilah yang dikenal dengan istilah tarbiyah. Dimana peserta didik bukan hanya sekadar orang yang mampu berfikir, tetapi juga orang yang belum mencapai kedewasaan. Oleh karena itu, ia tidak dapat diidentikan dengan pengajaran.4

Pendidikan dalam kontek Islam, mengacu pada tiga unsur yaitu: al-tarbiyah, al-ta’lim, dan al-ta’dib. Dari ketiga istilah tersebut, al-tarbiyah yang terpopuler digunakan dalam praktek pendidikan islam. Sedangkan term al-ta’lim

3

Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta:Ar-Ruzz, 2006), 21.

4

(28)

20

dan al-ta’dib jarang digunakan.5 Penggunaan istilah al-tarbiyah berasal dari kata

rabb. Walaupun kata ini, akan tetapi pengertian dasarnya menunjukkan makna tumbuh, berkembang memelihara, mengatur dan menjaga kelestarian atau eksistensinya. Memang kata tarbiyah dengan kata” rabba” merupakan kata umum, kata yang digunakan adalah kata “pengajaran” pendidikan dan pengajaran dalam

bahasa Arab berarti “tarbiyah wa ta’lim, dengan kata kerjanya “allma.”

Pendidikan dan pengajaran dalam bahasa arab berarti tarbiyah wa ta’lim”. Kata kerja Rabba (mendidik), sudah digunakan pada zaman Nabi Muhammad Saw. Dalam kata benda “rabba” ini digunakan juga untuk “Tuhan” mungkin karena

Tuhan yang bersifat mendidik, mengasuh, memelihara, malah menciptakan. Kata lain yang berarti pendidikan itu ialah ‘addaba’ kata ta’lim dengan kata kerjanya

‘allama’ juga sedang digunakan pada zaman Nabi.6

Adapun pengertian pendidikan tersebut adalah mengajari anak semenjak kecilnya untuk berpegang pada Etika agama yang utama dan dasar-dasar kejiwaan yang mulia, bersumber dari akidah Islam yang abadi dan perasaan keimanan yang tulus. Dari sinilah Islam memberikan perhatian serius terhadap pendidikan anak, baik sosial maupun tingkah laku. Dengan demikian tatkala mereka telah terdidik dan terbentuk. Mereka akan mengarungi kehidupan dengan memberikan gambaran sesungguhnya akan sosok manusia yang cakap, seimbang, cerdas dan bijaksana.7

5

Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam, (Pengembangan Pendidikan Integratif Di Sekolah,

Keluarga, Dan Masyarakat, (Yogyakarta: LKiS, 2009), 14. 6

Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan .. ,25-26.

7 Abdullah Nashih ‘Ulwan,

(29)

Kesimpulan tersebut, selaras dengan pendapat para ahli pendidikan dalam menafsirkan pendidikan, diantaranya menurut H.A.R. Tilaar dan Sardine Pabbadja, pendidikan adalah sebagai proses sosialisasi anak, yang berarti akan mengarahkan kegiatan pada sosialisasi anak dalam lingkungan sosial. Menurut Santoso S. Hamidjojo sebagaimana dikutip St. Vembriarto, mengatakan bahwa pendidikan adalah suatu proses yang diusahakan dengan segaja di dalam dalam masyarakat untuk mendidik (atau membina, membimbing, membangun) individu dalam lingkungan sosial dan alamnya supaya bebas bertanggung jawab menjadi pendorong kearah perubahan dan kemajuan.8

Berbagai pendekatan telah dan sedang dilakukan untuk menyelamatkan masa depan peradaban manusia dari rendahnya perilaku moral. Pentingnya pendidikan bukan hanya dirasakan oleh masyarakat yang mayoritas penduduknya beragama Islam, tapi kini sudah mulai diterapkan diberbagai negara.9

Untuk itu diperlukan adanya kesadaran manusia tentang dirinya sendiri, dimana manusia melihat atau merasakan diri sendiri, sebagai berhadapan dengan baik dan buruk. Disitulah membedakan halal dan haram, hak dan bathil, boleh dan tidak boleh dilakukan, meskipun dia bisa melakukan. Itulah hal yang khusus manusiawi. Dalam dunia hewan tidak ada hal yang baik dan buruk atau patut tidak patut, karena hanya manusialah yang sebagai subjek menginsafi bahwa dia berhadapan pada perbuatannya itu, sebelum, selama dan sesudah pekerjaan itu

8

Vembriarto, Pendidikan Sosial, (Yogyakarta: Paramita, 1982), 07.

9

Muhaimin,Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta; PT: Raja

(30)

22

dilakukan. Sehingga sebagai subjek yang mengalami perbuatanya dia bisa dimintai pertanggung jawaban atas perbuatanya itu.10

Imam Ghozali Seperti-halnya dalam bukunya”Ihya Ulumuddin” menyatakan sebagai berikut :

ف ة ْيه ْنع را ع قلخلْ

ى

ةجاحرْيغ ْنم رْسيب اعفْناْ ر دْصت ا ْنع ًةخس ر سْفَنلْ

.ةي ْؤر رْ ف ىل

Akhlaq ialah sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang menimbulkan segala perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pikiran dan pertimbangan.11

Yang dimaksud sifat dengan sifat dan amal perbuatan lahir disini ialah sifat dan amal yang dijelmakan oleh anggota lahir manusia misalnya kelakuan-kelakuan yang dikerjakan oleh mulut, tangan, gerakan badan dan sebagainya.12

Penafsiran Muhammad Abu Zahrah berikut ini semakin mempertegas posisi Allah SWT sebagai sumber pendidikan.oleh karena itu, Rabb bisa berasal dari kata Rabba yang berarti memperbaiki dan mengembangkan. Keduanya mengandung pengertian bahwa Allah SWT adalah yang memberi makan.mengembangkan, mengurusi, dan memperbaiki mereka serta mengatur urusan-urusan mereka. Allah adalah Murabby (pendidik) mereka, karena Allah SWT telah mengurusi dan mendidik mereka melalui apa diciptakan pada diri mereka, berupa akal yang dapat mempersepsi kebaikan dan keburukan. Dan dapat memilih apa yang dikerjakan dan akan dihisab yang pernah dilakukan, sehingga

10

Oemar Bakry.Akhlak Muslim, (Bandung:Angkasa, 1981), 32.

11Masy’ari Anwar,

Akhlaq al-Qur’an, (Surabaya: PT Bina Ilmu 1990), 3. 12

(31)

dia memperoleh pahala, serta keburukan yang pernah dilakukan, sehingga ia memperoleh siksa.13

Ketika HAMKA menjelaskan Surat Al- A’raf: 172, yang berbunyi :





"Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), Kami menjadi saksi".14

Pertanyaan Allah SWT kepada manusia yang masih dalam wujud Ilmi (menurut istilah HAMKA), yaitu masih dalam ilmu Tuhan yang berarti sebelum manusia dilahirkan, merupakan fitrah manusia. Keterangan HAMKA ini sekaligus memberikan penjelasan Bahwa Allah menciptakan fitrah dalam diri manusia itu jauh sebelum manusia dilahirkannya.15

Allah SWT Berfirman dalam surat Ar-Ruum ayat 30 :



































Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada

13

Rosidin, Epistemologi pendidikkan..,141.

14

Kementrian Republik Indonesia, al-Qur’an dan.,56.

15

(32)

24

perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) Agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.16

Dari ayat tersebut Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantaran pengaruh lingkungan.

Sebagai langkah awal untuk mengerti konsep, definisi kiranya dapat digunakan. Namun untuk mengerti konsep sebagaimana mestinya, Definisi selalu tidak representative. Hal ini Disebabkan oleh keterbatasan bahasa dan kemampuan intelektual untuk merumuskan definisi, disamping subyektifitas si perumus itu sendiri.

Dari beberapa pendapat diatas, penulis dapat mengambil kesimpulkan bahwa pendidikan agama adalah usaha sadar melalui bimbingan dan latihan oleh remaja baik anak-anak maupun orang dewasa, melalui bimbingan dan latihan dalam rangka proses untuk meyakini, memahami terhadap Perkembangan jasmani dan rohani, untuk menumbuhkan dan personalitas dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab di masyarakat. Dalam mencapai kesempurnaan hidup didunia dan akhirat serta mencapai tujuan yang ditetapkan.

B.Pengertian Anak Usia Dini

Usia dini merupakan momen yang amat penting bagi tumbuh kembang anak. Selain bagian otak anak mengalami perkembangan yang sangat pesat,

16

(33)

usia dini juga sering disebut sebagai masa keemasan (golden age), yaitu masa dimana semua stimulasi segenap aspek perkembangan mengambil peran penting bagi pertumbuhan anak selanjutnya. 17

Terdapat banyak pendapat mengenai usia dini. Menurut J. Black (1995), usia dini itu dimulai sejak anak masih dalam kandungan atau sebelum dilahirkan (pranatal) sampai dengan usia 6 tahun. Ketika masih dalam

kandungan ini, otak anak sebagai Pusat kecerdasan, mengalami perkembangan yang

sangat pesat sekali. Setelah anak lahir, sel-sel otak ini sebagian mengalami eleminasi, sementara yang lainya membentuk jalinan yang sangat kompleks. Hal inilah yang menyebabkan anak bisa berfikir logis dan rasional. Ketika anak dalam kandungan, organ-organ penting lainya seperti organ keseimbangan dan organ sensoris seperti pendengaran, penglihatan, pengecap, pencium, dan peraba juga sudah mulai berkembang.18

Menurut Suryani (2007), usia dini adalah, usia fase yang dimulai dari usia 0 tahun sampe anak berusia 6 tahun. Hal yang sama dikemukakan oleh Direktorat pendidikan Anak Usia Dini (PAUD, 2004), bahwa usia dini itu dimulai dari usia 0 sampai 6 tahun. Menurut hasil penelitian Direktorat paud, di ketahui bahwa pada usia dini otak anak mengalami perkembangan sekitar 80 persen dari total proses perkembangan. Lebih tepatnya, perkembangan otak dimulai pada bulan keempat anak dalam kandungan.19

17

Agus Wibowo, Pendidikan Karakter Usia Dini, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012),

25-26. 18

Ibid., 25. 19

(34)

26

Dalam kehidupan sehari-hari pernah timbul dalam pikiran kita pertanyaan;” mengapa sebagian orang lebih cerdas dari pada orang lainya?” Menurut William Sears (2004) terdapat dua aspek penting yang sangat berpengaruh dalam pertumbuhan otak, yaitu: (1) seberapa besar interaksi orang tua dan anak, dan (2) seberapa cepat pesan-pesan bergerak dari satu saraf ke saraf lainya, serta seberapa baik koneksi antara saraf itu. Ketika otak bayi tengah berkembang, jutaan sel-sel saraf berbentuk peraba seperti jari yang kecil berusaha membuat cabang dan saling menyambung dengan saraf-saraf yang lain. Semakin banyak synapses tercipta semakin cerdas pula otak. Banyak sedikitnya sambungan/synapses ini, di pengaruhi oleh seberapa banyak pengalaman terbaik yang dialami anak, oleh karena itu peran orang tua agar buah hatinya cerdas adalah berusaha menciptakan pengalaman-pengalaman dan kondisi dengan kualitas terbaik.20

Berdasarkan uraian tersebut jelaslah mengapa menurut ajaran agama Islam, para orang tua harus memberikan suri teladan yang baik pada putra-putrinya sejak kecil. Segenap laku, tutur kata, bahkan gerak gerik orang tua akan terekam secara sempurna oleh anak. Maka benar kata Ustad Wijayanto yang disampaikan dalam acara swalayan keluarga Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2011, bahwa jika ingin mencetak pendidikan karakter yang baik, orang tua yang pertama kali baik karakternya, baru disusul guru atau para pengajar dan seterunya.21

20

Ibid., 27. 21

(35)

Dari beberapa pendapat sebagaimana diuraikan, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa usia dini itu dimulai ketika bayi berumur 0 tahu sampai 6 tahun. Usia dini merupakan momen yang penting bagi tumbuh-kembang anak yang sering disebut sebagai golden age atau usia keemasan. Banyak pakar psikologi yang merekomendasikan optimalisasi usia dini, karena hanya terjadi satu kali dalam perkembangan kehidupan anak. Usia dini juga disebut sebagai masa yang kritis bagi perkembangan anak. Sebab, jika dalam masa ini perawatan, pengasuhan dan layanan kesehatan serta kebudayaan gizinya dikhawatirkan anak tidak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.

C. Dasar-Dasar Pendidikan Agama

Merupakan bagian aktifitas yang bergerak dalam bidang pendidikan dan pembinaan kepribadian, tentunya pendidikan agama memerlukan landasan kerja untuk memberi arah bagi programnya. Sebab dengan dasar juga berfungsi sebagai sumber peraturan yang akan di jadikan sebagai jalur langkah yang menentukan arah usaha tersebut.22

Dasar pendidikan agama menurut pandangan hidup (teologi) adalah al-Qur’an dan as-Sunnah diyakini mengandung kebenaran mutlak yang bersifat universal dan eternal (abadi). Pendidikan agama Islam merupakan pendidikan formal yang harus diberikan kepada peserta didik. Dasar pendidikan itu terdiri dari al-Qur’an, dan as-Sunnah Nabi Muhammad SAW yang dapat

22

(36)

28

dikembangkan dengan ijtihad, al- Maslahah al-Mursalah, Istihsan, Qiyas dan sebagainya.23

1). Al-Qur’an:

Abdul wahab khallaf mendefinisikan al-Qur’an sebagai berikut: “Kalam Allah yang diturunkan melalui Malaikat Jibril kepada Hati Rasulullah anak Abdullah dengan lafadz bahasa arab dan makna hakiki untuk menjadi hujjah bagi Rasulullah atas kerasulanya dan menjadi hujjah bagi Rasulullah atas kerasulannya dan menjadi pedoman bagi manusia dengan petunjuknya serta beribadah Membacanya.’’24Adapun definisi al-Qur’an menurut sebagian besar ulama Ushul Fiqih adalah sebagai berikut:

“ Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dalam

bahasa arab yang dinukilkan kepada generasi sesudahnya secara mutawatir, membacanya merupakan ibadah, tertulis dalam mushaf dimulai, dari surat Al-Fatihah dan ditutup dengan An-Nash.25

Dari definisi-definisi diatas, disini dapat disimpulkan beberapa ciri khas al-Quran, antara lain sebagai berikut: al-Qur’an merupakan kalam Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad Saw:

a. Bahasa al-Qur’an adalah bahasa arab Quraisy.

b. al- Qur’an menjadi pedoman dan petunjuk bagi umat manusia.

c. al-Qur’an dinukilkan kepada beberapa generasi sesudahnya secara mutawatir.

23

Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan.,19-20.

24

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : kalam Mulia, 2006), 122.

25 Rachmat syafe’I,

(37)

d. al-Qur’an dimulai dari surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nash.

Nabi Muhammad SAW sebagai pendidik pertama, pada awal masa pertumbuhan Islam menjadikan al-Qur’an sebagai dasar pendidikan agama Islam disamping Sunnah beliau sendiri. Kedudukan al-Qur’an sebagai sumber pokok/dasar yang pendidikan Agama Islam dapat dipahami dari ayat al-Qur’an itu sendiri. yang mana Allah berfirman dalam Q.S an-Nahl: 64











Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (al-Quran) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. 26

Sehubungan dengan ayat al-Qur’an diatas, Muhammad Fadhil Al-Jamali menyatakan sebagai berikut: “Pada hakekatnya al-Qur’an diatas itu merupakan

perbendaharaan yang besar untuk kebudayaan manusia, terutama bidang kerohanian. Ia pada umumnya merupakan kitab pendidikan kemasyarakatan, moral (akhlak) dan spiritual (kerohanian).27

26

Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan .., (Semarang: C.V. Toha

Putra, 1989), 411.

27 Muhammad Fadhil al–jamali,

(38)

30

2). As-Sunnah (al-Hadith)

Arti Sunnah dari segi bahasa adalah jalan biasa dilalui atau suatu cara yang senantiasa dilakukan, tanpa mempersalahkan apakah cara tersebut baik atau buruk. Arti tersebut bisa ditemukan dalam sabda Rasulullah SAW, yang berbunyi:

َملسم اورُ ىىدْعَ ب ْنىم اَىِ َلىمَع نَم ُرْجاَو ُُرْجَا ُهَلَ ف َةََسَح ة ُس ىمَاْسىاا ىِ نَس ْنَم

Barang siapa yang membiasakan sesuatu yang baik didalam Islam, maka ia

menerima pahalanya dan pahalah orang-orang sesudahnya yang mengamalkannya.28

Secara terminologi, pengertian Sunnah bisa dilihat dari disiplin ilmu:

1. Ilmu Hadith: para ahli hadisi mengidentikkan sunnah dengan hadist, yaitu segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW baik perkataan,

perbuatan, maupun ketetapannya.

2. Ilmu Ushul Fiqh: menurut ulama ahli Ushul Fiqh, sunnah adalah segala yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW berupa perbuatan, perkataan, dan ketetapan yang berkaitan dengan hukum.

3. Ilmu Fiqh : pengertian sunnah menurut ahli fiqh hampir sama dengan pengertian yang dikemukakan oleh para ahli Ushul Fiqh. Akan tetapi, istilah Sunnah dalam fiqh juga dimaksudkan sebagai salah satu hukum taklifi, yang berarti suatu perbuatan yang akan mendapatkan pahala bila dikerjakan dan tidak berdosa apabila ditinggalkan.29

28 Rachmat Syafe’i.,

Ilmu Ushul Fiqih, op cit, 59. 29

(39)

Dari beberapa definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian As-Sunnah/ Al-Hadith merupakan segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammd SAW serta diriwayatkan dari Nabi Muhammad Saw, baik berupa, perbuatan, perkataan maupun ketetapan yang berkaitan dengan hukum-hukum Islam.

As-Sunnah/ Al-Hadith adalah sumber hukum Islam (pedoman hidup kaum Muslimin) yang kedua setelah al-Qur’an, oleh karena itu As-Sunna atau Al-Hadith dapat dijadikan dasar pendidikan Agama Islam karena Allah SWT menjadikan Muhammad SAW sebagai teladan bagi umatnya. Seperti dalam Firman Allah Q.S Al-Ahzab : 21 yang berbunyi:







“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” 30

Konsepsi dasar pendidikan yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW sebagai berikut.31

1. Disampaikan sebagai rahmatan li al-alamin. 2. Disampaikan secara universal

3. Apa yang disampaikan secara mutlak

4. Kehadiran Nabi sebagai evaluator atas segala aktivitas pendidikan

30

Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan ., op.cit,670.

31

(40)

32

5. Perilaku Nabi sebagai figure identifikasi (uswah khasanah) bagi umatnya. Adanya dasar yang kokoh ini terutama al-Qur’an dan Hadith karena keabsahan dasar ini sebagai pedoman hidup sudah mendapat jaminan Allah SWT dan Rasul-Nya: seperti dalam sabda Rasulullah SAW:

اْولىضَت ْنَل ىنْيَرْمَأ ْمُكْيىف ُتْكَرَ ت

ْمُتْكسَََ اَم

ىهىلْوُسَر ٌة ُس َو ىَا َب اَتىك اَمىىِ

َملسم يرحُ

“kutinggalkan kepadamu dua perkara (pusaka) tidaklah Kamu akan tersesat selama-lamanya, selama kamu masih berpegang kepada keduanya yaitu Kitabullah dan Sunnah Rasulullah”32

Dalam dunia pendidikan sunnah mempunyai dua manfaat pokok:

pertama, Sunnah mampu menjelaskan konsep al-Qur’an serta lebih memerinci penjelasan dalam al-Qur’an. Kedua, sunnah dapat menjadi contoh yang tepat dalam penentuan metode pendidikan.33

3). Ijtihad

Ijtihad secara etimologi adalah suatu usaha keras dan bersungguh-sungguh (gigih) yang dilakukan oleh para ulama, untuk menetapkan hukum suatu perkara atau suatu ketetapan atas persoalan tertentu. Secara terminology ijtihad adalah ungkapan atas kesepakatan dari sejumlah ulil amri dari umat Muhammad SAW dalam suatu masa, untuk menetapkan hukum syari’ah

terhadap berbagai peristiwa yang terjadi. Ijtihad adalah mencurahkan berbagai

32

Ibid Ramayulis, Ilmu Pendidikan ., op. cit ., 124. 33

(41)

daya kemampuan untuk menghasilkan hukum syara berdasarkan dalil-dalil syara secara terperinci.34

Ijtihad dibidang pendidikan sangat penting karena ajaran Islam yang terdapat dalam al-Qur’an dan Sunnah bersifat pokok-pokok dan prinsip-prinsipnya saja. Walaupun ada agak yang terperinci, perincian itu adalah sekedar contoh dalam menerapkan yang prinsip tersebut. Sejak turunya al-Qur’an sampai wafatnya Nabi Muhammad SAW, ajaran Islam telah tumbuh dan berkembang melalui ijtihad yang dituntut oleh perubahan situasi dan kondisi sosial yang tumbuh dan berkembang pula.35

Ijtihad di bidang pendidikan, utamanya pendidikan Islam sangat perlu dilakukan, karena pendidikan merupakan sarana utama untuk membangun pranata kehidupan sosial dan kebudayaan manusia untuk mencapai kebudayaan yang berkembang secara dinamis, hal ini ditentukan oleh system pendidikan yang dilaksanakan senantiasa merupakan pencerminan dan penjelmaan dari nilai-nilai serta pinsip pokok al-Qur’an dan Hadits. Proses ini akan mampu mengontrol manusia dalam seluruh aspek kehidupannya, sekaligus sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan-Nya.36

D. Tujuan Pendidikan Agama

Dikatakan oleh Dr.Zakiah Daradjat bahwa tujuan pendidikan secara keseluruhan, yaitu kepribadian seseorang yang membuatnya Insan Kamil

34

Abdul Wahab Kallaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam, (Jakarta: PT.Raja Grafindo

Persada,1994). 359. 35

Zakiah Darajat,dkk,Ilmu Pendidikan.. Op Cit. 21-22. 36

Samsul Nizar, Pengantar Dasar-Dasar pemikiran Pendidikan Islam, ( Jakarta: Gaya

(42)

34

artinya manusia utuh dan jasmani, dapat hidup dan berkembang secara wajar dan normal karena takwanya kepada Allah SWT. ini mengandung arti bahwa pendidikan Islam itu diharapkan menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya dan masyarakatnya serta senang dan gemar mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam dalam berhubungan dengan Allah dan dengan sesamanya.37

Ada beberapa tujuan yang perlu kita ketahui, yaitu: 1). Tujuan Umum

Ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegitan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. tujuan itu meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan. Tujuan umum ini berbeda pada setiap tingkat, umur, kecerdasan, situasi, dan kondisi, dengan kerangka yang sama. Bentuk insan kamil dengan pola takwa harus dapat tergambar pada pribadi seseorang yang sudah di didik, walaupun dalam ukuran kecil dan mutu yang rendah, sesuai dengan tingkat-tingkat tersebut.

2).Tujuan Akhir

Pendidikan Islam itu berlangsung selama hidup, maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup didunia ini telah berakhir pula. Tujuan umum yang berbentuk Insan kamil (manusia paripurna) dengan pola takwa dapat mengalami naik turun, bertambah dan berkurang dalam

37

(43)

perjalanan hidup seseorang. Perasaan, lingkungan dan pengalaman dapat mempengaruhinya. Karena itulah pendidikan mengembangkan, memelihara dan mempertahankan tujuan pendidikan yang telah di capai.38

Tujuan akhir pendidikan Islam itu dapat dipahami dalam firman Allah Surat Al –Imron: 102 :











Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam.39

Penjelasan dari ayat diatas adalah mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagai muslim yang merupakan ujung dari takwa sebagai akhir proses pendidikan itu dapat dianggap sebagai tujuan akhirnya. Insan kamil yang mati dan akan menghadap Tuhanya merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan.

3). Tujuan Sementara

Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu

38

Ibid.,42-44. 39

(44)

36

kurikulum formal. Pada tujuan sementara bentuk insan kamil dengan pola takwa sudah kelihatan meski dalam ukuran sederhana.

Sejak tingkat Taman Kanak-kanak dan sekolah dasar gambaran insan kamil itu hendaknya sudah kelihatan, dengan kata lain, bentuk insan kamil dengan pola takwa itu harus kelihatan dalam semua tingkat pendidikan Islam. Karena itu setiap lembaga pendidikan Islam harus dapat merumuskan tujuan pendidikan sesuai dengan tingkatan jenis pendidikanya. 40

Hasil dari rumusan tentang tujuan pendidikan menurut Kongres pendidikan Islam se Dunia di Islam tahun 1980, menunjukkan bahwa pendidikan bahwa pendidikan harus merealisasikan cita-cita (idealitas) Islam yang mencakup pengembangan kepribadian muslim yang bersifat menyeluruh secara harmonis berdasarkan potensi psikologi dan fisiologis (jasmaniah) manusia yang mengacu kepada keimanan dan sekaligus berilmu pengetahuan secara berkeseimbangan sehingga terbentuklah manusia muslim yang paripurna yang berjiwa tawakkal ( menyerahkan diri) secara total kepada Allah SWT.41 Sebagaimana Firman Allah yang menyatakan dalam Surat Al-An’am :162











40

Ibid.,32 41

(45)

Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.42

Rumusan di atas sesuai dengan Firman Allah Surat Al-Mujadalah:11 yang berbunyi:











Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.43

Sejalan dengan tujuan pendidikan yang bersifat paripurna itu, Prof. Dr. Mohd. Fadli Al- Djamaly berpendapat bahwa: ” sasaran pendidikan Islam yang sesuai dengan ajaran al-Qur’an ialah membina kesadaran atas diri manusia sendiri dan atas system sosial yang Islam, sikap dan rasa tanggung jawab sosialnya, juga terhadap alam sekitar ciptaan Allah serta kesadarannya untuk mengembangkan dan mengelola ciptaanya bagi kepentingan kesejahteraan umum manusia. Namun yang paling utama dari semuanya itu ialah membina ma’rifat kepada Allah Pencipta Alam dan

42

Kementrian Republik Indonesia,al-Qur’an dan..,Op Cit,35.

43

(46)

38

berbadah kepada-Nya dengan cara mentaati perintah-perintah-Nya serta menjauhi segala larangan-Nya.44

Dengan demikian penulis menarik kesimpulan bahwa tujuan pendidikan sangat luas, sama luasnya dengan kebutuhan hidup manusia modern masa kini dan masa yang akan datang, dimana manusia tidak hanya memerlukan alat untuk memperoleh kesejahteraan hidup didunia sebagai sarana untuk mencapai kehidupan spiritual yang bahagia di akhirat terhindar dari siksaan neraka.

E. PROBLEMATIKA PENDIDIKAN PADA ANAK USIA DINI

Agaknya banyak sekali kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan sosial agama (Islam). Tafsir (1998) mengidentifikasikannya ke dalam dua bagian, yaitu: pertama, kesulitan yang datang dari sifat bidang studi pendidikan agama islam itu sendiri, yang banyak menyentuh aspek-aspek metafisika yang bersifat abstrak atau bahkan menyangkut hal-hal yang bersifat supra nasional. Karena sulitnya melaksanakan pendidikan agama, maka sebagian orang berpendapat pendidikan agama tidak perlu diberikan di sekolah. Kedua, ialah kesulitan yang datang dari luar bidang studi itu sendiri. Antara lain menyangkut dedikasi GPAI (guru pendidikan agama Islam) yang mulai menurun, yang lebih bersifat transaksional dalam bekerja, orang tua dirumah mulai kurang memperhatikan pendidikan agama bagi anaknya, orientasi tindakan semakin materialis, orang bersifat rasionalis, orang semakin

44

(47)

bersifat indvidualis, control sosial semakin melemah, dan lain-lain. Kesulitan ini agaknya bersumber pada watak budaya modern yang sudah betul-betul menglobal.45

Banyak faktor utama yang mempengaruhi perkembangan dalam pendidikan anak yang dapat menyeret mereka pada dekadensi moral dan pendidikan yang buruk didalam masyarakat yaitu Faktor lingkungan keluarga:

a. Faktor lingkungan keluarga

1. Status sosial ekonomi keluarga

Sebagaimana diketahui, jika anak tidak dapat menikmati sandang dan pangan secara layak didalam rumahnya, tidak mendapatkan orang yang akan memberinya sesuatu yang menunjang kehidupannya, kemudian ia melihat bahwa disekitarnya penuh dengan kemiskinan dan kesusahan, maka anak akan meninggalkan rumah untuk mencari risky dan bekal penghidupan. Dengan demikian ia akan mudah diperdaya oleh orang-orang jahat dan tidak bermoral. Sehingga ia akan tumbuh didalam masyarakat menjadi penjahat berbahaya yang mengancam jiwa, harta dan kehormatan. yang lebih banyak dalam mengembangkan bermacam-macam kecakapan yang mungkin tidak akan ia dapatkan jika keadaan ekonomi keluarga tidak memadai.46

45

Muhaimin, Rekontruksi Pendidikan Islam, (Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada, cet ke:1

2009), 242. 46

Nugraha Ali, Metode pengembangan Sosial Emosional, (Jakarta: Universitas Terbuka,

(48)

40

2. Keutuhan keluarga

Suasana disharmonis hubungan antara bapak dan ibu pada banyak mereka berkumpul dan bertemu. Ketika anak membuka matanya didalam rumah. Dan melihat secara jelas terjadinya pertengkaran antara bapak dan ibunya, ia akan lari meninggalkan suasana rumah dan melihat secara jelas terjadinya pertengkaran antara bapak dan ibunya, ia akan lari meninggalkan suasana rumah. Yang membosankan dan keluarga yang acau untuk mencari teman bergaul yang dapat menghilangkan keresahannya. Dan jatuh dalam akhlak kebiasaan yang buruk. Bahkan kenakalan dapat bertambah sehingga yang buruk. Bahkan kenakalanya itu dapat bertambah menjelma menjadi perusak Negara dan bangsa.

Dengan demikian pengalaman di dalam rumah merupakan penentu yang paling penting bagi sikap sosial dalam pendidikan dan pola perilaku anak. Jika hubungan mereka dan teman sebaya dan orang dewasa diluar rumah menyenangkan, mereka akan menikmati hubungan sosial tersebut dan ingin mengulanginya. Sebaliknya, jika hubungan itu tidak menyenangkan atau menakutkan, anak-anak akan mengindarinya dan kembali pada anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan sosial mereka.

(49)
(50)

42

BAB III

PENAFSIRAN AYAT-AYAT TENTANG PENDIDIKAN AGAMA PADA

ANAK USIA DINI DALAM AL-QUR’AN

A. Penafsiran QS. AL Baqarah Ayat 132

1. Teks dan Terjemahannya

















Dan Ibrahim telah Mewasiatkan Ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam".1

2. Makna Mufrodat

: Wasiat

:

Sesungguhnya Allah telah memilih







: Agama





:

Janganlah kamu mati kecuali dalam

memeluk Agama Islam

1

Kementrian Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Tafsirnya ,(Jakarta: Widya

(51)

3. Munasabah :

Ayat-ayat y

Referensi

Dokumen terkait

Karakter utama cakupan dasar situs permukiman di Banyuwangi Selatan adalah tingkat kemiringan lokasi hunian yang landai sampai sedang, panjang lereng yang pendek

Apakah ada kontribusi persepsi siswa tentang keterampilan mengajar guru dan lingkungan kelas terhadap konsentrasi belajar siswa kelas X Akuntansi mata pelajaran Akuntansi

Adapun teknik channel coding yang digunakan yaitu Polar Code dan Repetition Code sebagai error correction dan error detection dengan coding rate R=1/2, serta dilakuan

Pengenalpastian kawasan yang hendak dimajukan sahaja tidak memadai kerana perancangan pembangunan seharusnya mengambilkira bukan hanya persekitaran fizikal dan manusia di

Terhadap variabel hasil padi gogo terlihat bahwa perlakuan N2 yaitu dosis pupuk N 90 kg/ha mampu meningkatkan jumlah malai, jumlah gabah, bobot gabah, bobot

TAP MPR yang dimaksud dalam ketentuan Pasal 7 ayat (1) huruf b Undang-udang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, bisa djabarkan melalui

Napomena 1.4.2. Primijetimo da se graf na slici 1.3 sastoji od ulaznog sloja te potpuno povezanih slojeva, odnosno, na njemu nisu prikazani aktivacijski slojevi. Aktivacijski

Itseilmaisuksi koettiin muun muassa se, että sai itse päättää valmistettavan tuotteen tyylin, tai millaisen siitä tekee (esim. kuudennen luokan teknisen työn lamppu).. Oma