• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perencanaan Sekolah Ramah Anak (SRA) di SD Negeri Gebugan 01 Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang T2 942012068 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perencanaan Sekolah Ramah Anak (SRA) di SD Negeri Gebugan 01 Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang T2 942012068 BAB I"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah sebuah hak asasi sekaligus sebuah sarana untuk merealisasikan hak-hak asasi manusia lainnya. Sebagai hak pemampuan, pendidik-an adalah sarpendidik-ana utama bagi setiap orpendidik-ang termasuk anak-anak yang mengalami hambatan secara eko-nomi, sosial dan geografis untuk tumbuh kembang mandiri termasuk untuk berpartisipasi dalam pemba-ngunan berkelanjutan. Pendidikan memiliki peran penting untuk memberdayakan perempuan, melin-dungi anak-anak perempuan dan laki-laki dari eks-ploitasi kerja dan ekseks-ploitasi seksual yang berbahaya, mempromosikan hak asasi manusia dan demokrasi, melindungi lingkungan hidup, dan mengendalikan pertumbuhan populasi. Pendidikan merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa, oleh karena itu setiap warga negara wajib mengikuti jenjang pendidik-an baik jenjpendidik-ang pendidikpendidik-an usia dini, pendidikpendidik-an dasar, pendidikan menengah, atas maupun pendidik-an tinggi (Munpendidik-andar, 2012:3).

(2)
(3)

Penelitian yang dilakukan oleh UNICEF pada tahun 2006 di Jawa Tengah, Sulawesi Selatan dan Sumatra Utara mengungkapkan bahwa hampir 80% guru pernah memberikan sangsi berupa hukuman termasuk hukuman verbal. Selain itu juga ditunnjuk-kan bahwa sebagian besar tindaditunnjuk-kan kekerasan pada anak dilakukan oleh orang-orang di sekitar anak di antaranya orang tua, guru dan teman-temannya (Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, 2013: 4).

Selain itu hasil pemetaan bentuk kekerasan di sekolah dalam rangka pengembangan sekolah ramah anak melalui konsultasi guru dan siswa di Kabupaten Klaten, Kabupaten Pemalang mulai Juni 2012 yang telah lalu, menunjukkan bahwa terdapat kekerasan terhadap murid di SD/MI, SMP/MTs maupun SLTA baik kekerasan fisik, psikis maupun seksual yang dilakukan guru, teman termasuk kakak kelas, mau-pun penjaga sekolah, orang tua dan orang di sekitar sekolah (Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, 2013:4).

Sekolah Ramah Anak (SRA) merupakan sekolah/ madrasah yang aman, bersih, sehat, hijau, inklusif dan nyaman bagi perkembangan fisik, kognisi dan psikososial anak perempuan dan anak laki-laki terma-suk anak yang memerlukan pendidikan khusus dan/ atau pendidikan layanan khusus.

(4)

mengutamakan hak-hak anak yang meliputi hak hidup, hak tumbuh kembang, hak perlindungan, dan hak mendapat pendidikan. Dalam pelaksanaan program, manajemen sekolah harus ramah terhadap siswa dengan melibatkan siswa dalam pembuatan per-aturan sekolah untuk disepakati bersama. Manajemen kelas disesuaikan pada perkembangan dan kebutuhan psikologis siswa; tata kelola dan bangunan sekolah yang ramah untuk keselamatan siswa; menjadikan program sebagai budaya yang tercermin dari perilaku warga sekolah dengan membangun hubungan baik antar warga sekolah melalui sikap yang ramah dan tidak menggunakan kekerasan pada siswa. Dalam model pembelajaran guru menerapkan pembelajaran PAKEM dilengkapi nilai-nilai universal melalui pende-katan motivasi, bersifat demokratis dan mendidik siswa dengan cinta. Dengan adanya program ini diharapkan sekolah dengan tugas dan fungsinya tetap mampu memberikan help and support pada siswa dengan hakikat ramah sebagai pelaksana pendidikan.

(5)

potensi yang berbeda dari semua peserta didiknya sehingga memberikan kesempatan kepada siswanya untuk memilih kegiatan dan aktivitas bermain yang sesuai dengan minat dan bakatnya.

Kondisi riil di lapangan masih banyak kekerasan terhadap anak yang terjadi di Indonesia dimana kebanyakan kekerasan itu dilakukan oleh orang terde-kat si anak tersebut. Berdasarkan data dari BPS tahun 2006, guru menyumbang angka 3% untuk kekerasan anak yang dilakukan di sekolah. Bentuk kekerasan di sekolah beragam, seperti kekerasan fisik, psikis, kekerasan verbal, dan kekerasan seksual (Bapedda Surakarta, 2013:1). Hal itu diperkuat oleh Murtaza (2011:1) yang menyatakan bahwa dalam lingkungan yang ramah anak, hal yang paling penting bagi guru adalah melihat anak-anak sebagai siswa yang memiliki kompetensi dan kuat daripada yang lemah dan kurang berkompeten. Dalam situasi seperti itu, guru menghin-dari hukuman fisik karena mereka percaya bahwa hal tersebut sangat berbahaya bagi anak-anak.

(6)

optimal bila berada pada lingkungan yang mendu-kung, baik pada saat peserta didik berada di lingkung-an keluarga, sekolah maupun lingkunglingkung-an masyarakat sekitarnya.

Sebuah penelitian tentang pelaksanaan sekolah ramah anak yang dilakukan oleh Balgia (2013: 2) yang berjudul “Child Friendly School Initiative At Three Primary Health Centers Of Belgaum District, Karnataka” menyatakan bahwa untuk menjadi sekoah ramah anak setidaknya ada 10 komitmen yang harus di penuhi oleh sekolah yaitu:

(1) Tidak ada hukuman fisik, (2) jumlah ruang kelas yang memadai, (3) lingkungan yang aman dan tepat untuk sekolah, (4) air minum yang higienis, (5) ruang kantin yang bersih, (6) sekolah melakukan kegitan refresing bagi siswa, (7) ruang kelas yang terang dan nyaman, (8) check-up kese-hatan secara berkala setelah sekolah, (9) Fasilitas untuk pertolongan pertama dalam keadaan daru-rat, dan (10) jumlah toilet yang memadai.

Kondisi riil yang ada di SD N Gebugan 01 belum memenuhi syarat untuk menjadi sekolah ramah anak. Dari hasil pra observasi yang dilakukan peneliti di-peroleh gambaran kondisi riil di lapangan sebagai berikut: (1) Belum memiliki pagar pelindung sekolah; (2) Sarana air bersih sangat terbatas; (3) Kamar mandi/WC siswa dan guru belum standar; (4) Sarana prasaran belum memadai (hanya 6 ruang kelas dan 1

(7)

terjadi pencurian; (7) Pelayanan kantin sekolah masih belum layak; (8) Kegiatan kesiswaan yang menonjol (karawitan, rebana, komputer) proses latihannya ber-gantian dengan ruang kelas; (9) Guru masih sering menghardik siswa dengan suara keras dan terkadang sampai mencubit, menjewer atau memukul siswa; (10) Kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru juga kurang kreatif dan cenderung monoton dan membo-sankan bagi siswa.

Gambaran di atas menjadi faktor pendorong bagi sekolah untuk melakukan perencanaan sekolah yang ramah anak. Alasannya adalah apabila kondisi terse-but terus dibiarkan, dikhawatirkan semakin berku-rang siswa yang akan mendaftar di SD Negeri Gebugan 01 karena kondisinya yang kurang layak bagi siswa, baik dari segi kenyamanan maupun keamanan siswa pada saat berada di lingkungan sekolah.

(8)

mandi yang bersih, dst). Oleh sebab itu diperlukan adanya partisipasi secara aktif oleh seluruh anggota sekolah yaitu kepala sekolah, guru, orang tua siswa, komite sekolah serta stakeholder.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti ter-tarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Perencanaan Sekolah Ramah Anak (SRA) Di SD Negeri Gebugan 01 Kecamatan Bergas”

1.2

Rumusan Masalah Penelitian

Peneliti merumuskan masalah tentang bagaima-na kegiatan perencabagaima-naan sekolah dalam upaya menciptakan sekolah ramah anak (SRA) di SD Negeri Gebugan01 Kecamatan Bergas? Selanjutnya dijabar-kan menjadi:

1. Bagaimana peranserta guru dalam perencanaan sekolah ramah anak (SRA) di SD Negeri Gebugan 01 Kecamatan Bergas?

2. Bagaimana peranserta orang tua siswa, masya-rakat dan komite dalam perencanaan sekolah ramah anak (SRA) di SD Negeri Gebugan 01 Kecamatan Bergas?

(9)

1.3

Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui peranserta guru dalam peren-canaan sekolah ramah anak (SRA) di SD Negeri Gebugan 01 Kecamatan Bergas;

2. Untuk mengetahui peranserta orang tua siswa, masyarakat dan komite dalam perencanaan seko-lah ramah anak (SRA) di SD Negeri Gebugan 01 Kecamatan Bergas;

3. Peneliti menghasilkan sebuah draf perencanaan sekolah ramah anak (SRA) yang partisipatif di SD Negeri Gebugan 01 Kecamatan Bergas.

1.4

Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas, maka manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Memberikan pengetahuan dan wawasan tentang perencanaan sekolah ramah anak (SRA) dan sebagai referensi bagi peneliti yang melakukan peneli-tian tentang hal sejenis.

2. Manfaat Praktis

(10)

sekolah dalam mempersiapkan sekolah ramah anak;

b. Bagi Guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi atau pedoman dalam melaksanakan pembelajaran yang ramah anak dan bagaimana melayani siswa dengan baik sesuai dengan kebutuhan mereka;

Referensi

Dokumen terkait

18.3 Pembuktian kualifikasi untuk menilai pengalaman yang sejenis dan besaran nilai pekerjaan yang sesuai dengan nilai pekerjaan yang akan dikompetisikan dilakukan

Rajan, T.V., Sharma, C.P., dan Sharma, A., 1997, Heat Treatment–Principles and Techniques, revised edition, Prentice Hall of I ndia, New Delhi, I ndia.. Pradnya

[r]

Pengertian pengujian dan pemeriksaan bahan teknik dapat dijelaskan dengan benar. Dapat melakukan

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa aspek biologi reproduksi ikan layang meliputi nisbah kelamin, Indeks Kematangan Gonad (IKG), Tingkat Kematangan

Hal ini membuktikan teori perilaku (Teori Behavioristik) yang yang dikemukakan oleh Thorndike dalam Rahyubi (2012, hlm. 31),“belajar adalah proses interaksi antara

 Mahasiswa mampu mengevaluasi konsep perencanaan bangunan infrastruktur air dalam suatu wilayah sungai (WS), meliputi irigasi dan saluran (drainase), waduk