• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi dampak musik religi bagi masyarakat Desa Ketegan Tanggulangin Sidoarjo.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi dampak musik religi bagi masyarakat Desa Ketegan Tanggulangin Sidoarjo."

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Strata Satu (S-1) dalam Ilmu Ushuluddin dan Filsafat

Oleh :

Devi Anindya Widari

NIM: E32213048

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN AGAMA JURUSAN STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Skripsi ini merupakan hasil Penelitian yang berjudul “Studi Dampak Musik Religi Terhadap Praktik Keaagamaan Masyarakat Desa Ketegan” merupakan penelitian lapangan. Musik religi dalam penelitian ini menjadi fenomena masyarakat dan telah masuk dalam sendi-sendi kehidupan keagamaannya. Untuk itu penelitian ini menjelaskan permasalahan tentang asal mula musik religi dalam perspektif Islam, dampak musik religi terhadap praktik keagamaan masyarakat desa Ketegan, serta pandangan musik religi bagi masyarakat. Metode yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hal tersebut berdasarkan pada alasan, bahwa peneliti ini lebih diarahkan untuk mendeskripsikan data-data yang terdapat pada lapangan sehingga dalam pengolahan data menggunakan analisis yang berdasarkan data dari konsep-konsep yang diperoleh dari subjek yang diteliti. Dengan metode pengumpulan data antara lain: observasi, wawancara, dan dokumentasi untuk menunjang data yang diperlukan. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa: pertama, Musik religi dalam perspektif Islam berawal dari sastra Arab praIslam, yang diadopsi menjadi musik religi. Namun hal ini diperbolehkan oleh Nabi dengan tujuan religius seperti lagu-lagu penyemangat perang. Dari hal ini menjadi awal perkembangan musik religi di daerah-daerah penyebaran Islam lainnya mengikuti kesenian lokal yang ada. Kedua, Musik religi memberikan stimulus (rangsangan) terhadap pendengarnya, pesan musik religi yang dapat membangkitkan motivasi memiliki dampak subyektif bagi masyarakat seperti ketenangan, membuat masyarakat lebih semangat dalam bekerja, menjalankan kegiatan sosialnya seperti: upacara peringatan HUT RI. Ketiga, Pandangan masyarakat terhadap musik religi merupakan hiburan, pelajaran karena syairnya mnceritakan hikmah kehidupan, ajakan untuk mentaati perintah-Nya dan ajaran kebaikan lainnya. Juga warisan dari pendahulu yang harus dijaga untuk menunjang budaya Islam agar tidak luntur seiring perkembangan zaman. Penelitian ini menunjukkan bahwa musik religi tetap eksis keberadaannya dalam masyarakat. Meskipun kandungan syairnya tetap seperti sholawat pada umumnya, tapi irama dan nadanya dapat diubah mengikuti perkembangan zaman.

(7)

ix

(8)

Musik menjadi bagian dari kehidupan manusia, yang tidak pernah lepas

dari kehidupan beragama pula. Ada keyakinan bahwa musik memiliki kekuatan

untuk mempengaruhi jiwa, untuk mengubah nasib seluruh peradaban.1 Dapat

dikatakan sejak manusia prasejarah musik sudah dimulai dari alat-alat yang ada

disekitarnya yang menghasikan irama, yang kemudian menjadi tradisi dan

berlanjut sampai saat ini. Tidak heran bila dalam acara apapun musik selalu

menjadi salah satu bagian dari acaranya, karena sifat musik merupakan salah satu

bahasa universal yang mudah dinikmati sekaligus menjadi media atau sarana

untuk mempersiapkan jiwa.2

Musik adalah sebuah bahasa, sebuah bentuk komunikasi.3 Komunikasi

yang dapat membangkitkan berbagai respon pada siapa saja yang mendengarnya.

Respon yang menggugah pikiran maupun disertai dengan tindakan. Musik yang di

dalamnya memuat lagu dan irama akan menjadi bentuk komunikasi pada

seseorang yang mendengarkannya dengan penuh penghayatan. Pendengar akan

menghayati bila terjadi keinginan jiwa untuk menikmati musik tersebut. Ini

berarti, terbangkitnya respon akan terjadi ketika pendengar musik tersebut

mendengarkan dengan penuh perhatian, pengertian dan penerimaan.

1

Don Campbell, Efek Mozart Bagi Anak-Anak, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001), 12.

2

Darmo Budi Suseno, Lantunan Shalawat+Nasyid Untuk Kesehatan dan Melejitkan IQ, EQ, SQ, (Yogyakarta: Media Insane), 7.

3

(9)

Berkaitan dengan musik sendiri yang memiliki banyak genre yang

mendukung dalam penyesuaian kebutuhan manusia, antara lain musik pop,

dangdut, jazz, klasik serta musik religi. Musik religi adalah hiburan yang

menyenangkan karena mendekatkan kita dengan Sang Pencipta. Kekuatan musik

religi terdapat pada lirik atau syair, karena memiliki makna yang lebih mendalam.

Liriknya bisa mendamaikan hati dan menggugah pendengarnya, sehingga

perasaannya tersentak untuk menambah ketebalan iman kepada Tuhan. Musik

religi terkadang merupakan bentuk nyata dari yang dianalkan. Musik religi juga

merupakan dakwah yang dapat menyentuh segala lapisan usia, status ekonomi,

maupun kedudukan masyarakat. Melalui musik, peringatan agar orang berbuat

kebaikan dan menghindari keburukan disampaikan dengan cara yang

menyenangkan, sehingga tidak menggurui ataupun mendikte pendengarnya.4

Tokoh wali yang menyebarkan agama di pulau Jawa juga menggunakan

musik sebagai medianya, gamelan sebagai alat musik yang digunakan pada saat

itu.5 Maka dalam beragama juga tidak lepas dari musik yang menggabungkan

unsur seni kebudayaan setempat serta penyelipan dakwah agama. Di atas

menguraikan peran musik sebagai sarana dakwah, menjadi sarana dakwah karena

mengandung unsur yang mudah diterima masyarakat. Pesan yang berupa

ajaran-ajaran disampaikan melalui lirik dengan bahasa musik yang universal dan bisa

dipahami oleh semua golongan.

Kemudian saat ini, masyarakat memilih musik religi sebagai kebutuhan

tertentu terutama pada saat bulan Ramadhan, masyarakat cenderung memilih

4

Indriyana R. Diani dan Indri Guli, Kekuatan Musik Religi: Mengurai Cinta Merefleksi Iman

Menuju Kebaikan Universal, (Jakarta: Gramedia, 2010), 13.

5

(10)

musik yang lebih religius. Terbukti dengan banyaknya band-band maupun

penyanyi solo yang menampilkan album terbarunya dengan musik religi.

Sehingga musik religipun disesuaikan dengan kondisi keagamaan masyarakat

pada waktu tertentu. Terkadang musik pop dikombinasikan secara religi agar

masyarakat merasa lebih terhibur dengan perpaduannya maupun menarik kaum

muda untuk menikmatinya, karena kaum muda dewasa ini lebih tertarik dengan

jenis pop. Untuk itu, agar kaum muda tertarik dalam pengembangan musik religi,

di sekolah-sekolah banyak yang memberikan ekstra kurikuler nasyid juga

al-Banjari. Ada pula grup nasyid yang memang murni berkelut dengan album religi.

Dalam penelitian ini, lebih memfokuskan pada musik religi saja.

Khususnya musik religi yang berada di tengah masyarakat desa Ketegan. Karena

musik religi memiliki banyak jenis, salah satunya musik pop religi, sholawat,

nasyid, Hadrah, al-Banjari, maupun pujian atau syair-syair. Berbagai varian

tersebut mendukung jenis kebutuhan masyarakat. Maka masyarakat desa Ketegan

dengan mudah memilih jenis musik religi sesuai kebutuhannya. Demikan karena

kesukaan orang berbeda, bergantung pada tingkat kebutuhan yang dimiliki

manusia sangat bersifat personal (subyektif).6 Bagi masyarakat penggemar nasyid

misalnya, ketika terdengar sayup-sayup nasyid kesayangannya didendangkan oleh

Snada di sebuah radio, boleh jadi perhatiannya tercurahkan penuh ke lagu dan

irama musiknya sembari matanya terpejam penuh penghayatan. Namun, respon

dan tingkah laku yang sama belum tentu terjadi pada orang lain yang berada

dalam situasi dan ruangan yang sama. Dari penjelasan tersebut maka diperoleh

6

(11)

musik religi berinteraksi dengan diri karena kebutuhan yang timbul dari jiwa

manusia.

Menurut salah satu warga, masyarakat desa Ketegan cenderung menyukai

musik religi yang syairnya lebih menggugah untuk meningkatkan keimanan.7

Karena syair pada musik religi mempunyai makna yang dapat menggugah

pendengarnya, yang mana musik religi sendiri merupakan komunikasi, maka

komunikasi yang didengar dengan penuh penghayatan akan memberikan

pemaknaan serta dorongan untuk melakukan suatu tindakan yang diperlukan.

Karena apa yang dirasakan seseorang akan membangkitkan terjadinya tindakan.

Tindakan masyarakat desa Ketegan salah satu wujudnya berupa praktik

keagamaan, praktik keagamaan sendiri menjadi lebih termotivasi karena adanya

musik. Masyarakat desa Ketegan sering menjalankan praktik keagamaan antara

lain pengajian, dalam unsur pengajian tidak lepas dari musik religi yang menjadi

bagiannya. Musik religi sebagai pembuka maupun isi serta dalam ranah lainnya.

Dalam praktik keagamaan dan acara apapun di desa Ketegan pada umumnya

menggunakan musik religi, acara pada saat peringatan HUT RI, acara pesta

perkawinan, acara khitan, acara pertemuan keluarga dan acara lainnya.

Secara subyektif masyarakat desa Ketegan mendengar musik ketika

bersantai, ketika pagi, ketika sore hari, bahkan ketika remaja desa akan memulai

perkumpulan. Mereka yang sudah mengenal teknologi juga semakin

meningkatkan kebutuhan musik dalam kehidupannya. Karena teknologi yang

sudah canggih masyarakatpun mengakses musik dari benda-benda elektronik yang

7

(12)

sudah ada. Seperti: HP, MP3, radio, DVD, kotak musik dan bahkan fitur-fitur

pada android masa kini yang semakin meningkatkan pembaruan aplikasinya demi

memberi kenyamanan penggunanya dalam mendengarkan musik. Masyarakat

memanfaatkan sarana ini untuk mendengar musik religinya. Ibu rumah tangga

ketika melakukan pekerjaan rumah tangga juga diiringi dengan musik. Bila kita

ketahui masyarakat secara umumpun banyak berisikan musik pada ponselnya.

Mereka memutarnya pada saat butuh hiburan, terjadi penyesuaian kebutuhan

musik antara satu dengan lainnya. Jadi, ketika seorang dalam nuansa sedih

mendengarkan musik energik untuk memacu semangatnya, ketika santai ada yang

berkeinginan mendengar musik relaksasi, demikian juga pada waktu tertentu

dimana masyarakat ingin mendengarkan musik religi.

Masyarakat desa Ketegan percaya bahwa dalam musik religi mengandung

pesan-pesan yang membawa mereka untuk melaksanakan praktik keagamaan atau

ibadah serta kegiatan lainnya. Karena hal tersebut masyarakat menggunakan

musik religi dalam kegiatan formal maupun non formal termasuk juga dalam

rangka hiburan secara personal terlebih lagi dalam kehidupan keseharian lainnya.

Dimana musik religi memiliki peran yang penting. Karena musik sendiri

dapat membangkitkan respon apabila didengar dengan penuh penerimaan dan

perhatian.8 Dari pemaparan musik religi yang menjadi fenomena dan telah masuk

dalam sendi-sendi kehidupan diatas, membuat penulis tertarik untuk melakukan

suatu penelitian, terkait adanya dampak bagi masyarakat serta sejauh mana

dampak dari mendengar musik religi tersebut dengan kehidupan masyarakat. Dari

8

(13)

kegiatan sosialnya, dalam bekerja, saat santai, sebagai ranah hiburan, serta dalam

praktik masyarakat sehari-hari, seperti perayaan-perayaan hari besar, maupun

kegiatan masyarakat seperti tradisi lokal.

B. Rumusan Permaslahan

Berdasarkan dari latar belakang masalah di atas dapat ditarik beberapa

permasalahan yang tekait dengan inti pembahasan, diantaranya:

1. Bagaimana asal mula musik religi dalam perspektif Islam?

2. Bagaimana dampak musik religi bagi masyarakat desa Ketegan Tanggulangin

Sidoarjo?

3. Bagaimana pandangan musik religi bagi masyarakat desa Ketegan

Tanggulangin Sidoarjo?

C.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang dirumuskan di atas, maka tujuan dari

penulis di dalam karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:

1. Menjelaskan asal mula musik religi dalam perspektif islam, yang di mulai

dari zaman khususnya pada masa Rasulullah dan perkembangan musik religi

sampai saat ini di Indonesia. Dari mulai penyebarannya di Indonesia yang

berawal dari masuknya Islam sampai menjadi konsumsi dalam masyarakat.

Hal ini menjadi dasar musik religi bertahan dan tetap eksis sampai sekarang.

2. Menjelaskan dampak musik religi bagi masyarakat khususnya dampak

pada etos bekerja, pada pemahaman agama, perayaan hari-hari besar, serta

kegiatan tertentu seperti tradisi lokal yang terdapat pada masyarakat desa

(14)

3. Menjelaskan tentang tanggapan masyarakat terkait musik religi perspektif

subjektif masing-masing hingga tanggapan mendalam dari masayarakat yang

mendengarkannya.

D. Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu :

pertama, manfaat secara teoritis diharapkan dapat memberikan wawasan keilmuan

dan juga dapat dijadikan rujukan dalam upaya pengembangan pengetahuan baik

sebagai bahan bacaan maupun perbandingan. Serta digunakan sebagai refrensi

untuk peneliti-penelitian selanjutnya khususnya mahasiswa Studi Agama-agama

mengenai dampak musik religi terhadap praktik keagamaan masyarakat. Peneliti

berharap penelitian ini dapat memberikan informasi dan konstribusi teoritis

kepada jurusan Studi Agama-Agama Fakultas Ushuluddin dan Filsafat.

Kedua, manfaat secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan

konstribusi bagi masyarakat berupa bentuk praktik-praktik yang selama ini

dijalankan, yang menjadikan semakin meningkatkan keimanan, serta dapat

menyikapi fenomena yang terjadi di tengah masyarakat dengan lebih bijak.

E. Telaah Kepustakaan

Untuk menghindari pengulangan dalam penelitian ini penulis menjelaskan

beberapa penelitian yang sebelumnya memiliki keterkaitan dengan judul

penelitian. Penulis sadar bahwa pembahasan tentang dampak musik religi

bukanlah suatu hal yang baru, melainkan telah ada beberapa peneliti yang telah

membahas sebelumnya, terutama oleh mahasiswa dari Fakultas dakwah. Akan

(15)

Berdasarkan pengamatan penyusunan, sampai saat ini terdapat beberapa

riset kesarjanaan yang membahas mengenai musik religi yang pernah dikaji

sebelumnya. Salah satu penelitian yang menjelasakan pengruh musik religi tetapi

lebih fokus pada pengaruh musik nasyid, menjelaskan pengaruh musik nasyid

terhadap para staff pengetikan di sekolah. Dalam penelitian ini, staff pengetikan di

suatu SMK mendengarkan musik nasyid saat melakukan aktivitas kerjanya.

Namun penelitian ini membahas lebih dalam pada pengaruh kinerja pengetikan

saja.9

Penelitihan yang senada juga diteliti dengan memjelaskan pengaruh musik

Sanggraha Kumba Rasta, musik tersebut juga bagaian dari musik religi. Salah satu

jenis musik ini berpengaruh pada peningkatan ukhwah Islamiyah remaja. Namun

musik ini memang bertujuan sebagai sarana dakwah. Jadi, salah satu seni musik

yang disebut dengan Sanggraha kumba rasta dijadikan sebagai media dakwah

untuk peningkatan ukhwah.10

Musik membawa pengaruh dalam banyak hal. Dari pencarian yang peneliti

lakukan mendapati musik berjenis musik klasik sebagai obyeknya. Peneliti

tersebut menjadikan siswa sebagai sumber yang diteliti. Musik klasik yang

mampu memberikan efek rileksasi kepada siswa mampu memperdalam dan

memperkuat pernapasan, sehingga memungkinkan pikiran menjadi tenang.

Gubahan-gubahan musik klasik tersebut juga sangat membantu dalam penenangan

subyek karena dasar-dasar musik klasik secara umum berasal dari ritme denyut

9

Media Surury, Pengaruh Musik Nasyid Terhadap Kinerja Pengetikan Komputer di SMK Negeri

1 Sooko, Mojokerto (Skripsi tidak diterbitkan, Surabaya: 2005)

10

Anugerah Nuruddin, Pengaruh Dakwah Melalui seni musik Sanggraha Kumba Rasta Terhadap

Peningkatan Ukhwah Islamiyah Remaja di Kelurahan Gunung Anyar Surabaya (Skripsi tidak

(16)

nadi manusia selanjutnya rangsangan musik yang diberikan sewaktu

percobaannya dapat meningkatkan pelepasan endorfin dimana pelepasan tersebut

dapat mengurangi kecemasan. Demikian penggunaan musik yang meberikan

pengaruh-pengaruh dalam kehidupan sehari-hari.11

Dari beberapa hasil penelitian-penelitian sebelumnya yang diuraikan di

atas, penelitian ini lebih menjelaskan dalam hal dampak musik religi bagi

masyarakat. Bila dalam penelitian sebelumnya hanya berkisar pada pembahasan

peningkatan kinerja oleh musik religi, manfaat dan fungsi sebagai sarana dakwah,

serta pengaruh musik lainnya terhadap fenomena atau individu. Penelitian ini

mengkaji lebih dalam yaitu untuk mengetahui adanya dampak musik religi yang

didengarkan masyarakat. Dengan demikian penelitian ini penting untuk dilakukan.

Meskipun demikian berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti

akan dijadikan pijakan acuan penelitian ini.

F. Landasan Teori

Landasan teori dimaksudkan sebagai gambaran atau batasan-batasan

tentang teori-teori yang ada dipahami sebagai landasan penelitian yang akan

diteliti. Untuk itu setelah penulis mengetahui tentang landasan teori dalam

penelitian, maka dalam penelitian ini menggunakan teori kebutuhan manusia

perspektif Abraham Maslow. sebagai teoritisi utamanya yang mengemukakan

pendapat bahwa terdapat beberapa kebutuhan dasar manusia. diantara kebutuhan

dasar tersebut yakni: pertama, kebutuhan-kebutuhan fisiologis, kedua, kebutuhan

akan rasa aman, kebutuhan akan rasa memiliki-dimiliki dan akan kasih sayang,

11

Mirna Isyatir Rodiyah, Pengaruh Musik Klasik Terhadap Kecemasan Siswa Dalam Menghadapi

(17)

kebutuhan akan penghargaan,kebutuhan akan aktualisasi diri, kebutuhan estetik,

kebutuhan sosial, kebutuhan akan pertumbuhan.12

Dari berbagai kebutuhan manusia menurut Maslow tersebut, penulis tidak

menggunakan semuanya, namun penulis hanya menggunakan beberapa teori

kebutuhan saja yang lebih tepat dan sesuai dengan judul penelitian yang berkaitan

dengan musik religi terhadap praktik keagamaan masyarakat. Kebutuhan dasar

yang digunakan penulis diantaranya adalah kebutuhan dasar fisiologis, kebutuhan

keamanan, kebutuhan sosial dan kebutuhan estetik.

kebutuhan dasar fisiologis, kebutuhan yang biasanya dijadikan titik tolak

teori motivasi atas apa yang disebut dorongan fisiologis. Tidak perlu diragukan

lagi bahwa kebutuhan fisiologis ini atas kebutuhan yang paling kuat. Tegasnya ini

berarti bahwa pada diri manusia yang selalu merasa kurang dalam kehidupannya,

kebutuhan fisiologisnya dan bukan yang lainnya, yang merupakan motivasi

tersebar. Suatu ciri khas organisme manusia lainnya, yang amat dipengaruhi oleh

suatu kebutuhan tertentu, ialah bahwa seluruh falsafah mengeni masa depan juga

cenderung berubah.13 Kebutuhan fisiologis lebih cenderung pada kebutuhan

primer dengan tujuan mempertahankan hidup, namun kebutuhan Primer yang

dimaksudkan dalam penelitian ini berupa Stimulasi. Stimulasi adalah rangsangan

yang diterima manusia. Baik rangsangan yang berasal dari internal maupun

eksternal.

12

Frank G. Goble, Mazhab Ketiga Psikologi Humanisme Abraham Maslow, (Yogyakarta: Kanisius, 1987), 71.

13

Abraham Maslow, Motivation and Personality, diterj. Nurul Imam, dalam buku “Motivasi dan

(18)

Kebutuhan akan keamanan diperlukan manusia untuk menghilangkan rasa

takut, rasa cemas, bahaya, keraguan dan yang lainnya. Yang dimaksud Maslow

dengan kebutuhan akan rasa aman ini adalah sesuatu kebutuhan yang mendorong

individu untuk memperoleh ketentraman, kepastian dan keteraturan dari keadaan

lingkungan. Untuk sebagian, sistem-sistem kepercayaan agama, dan filsafat oleh

sementara orang dianggap sebagai alat yang bisa membantu mereka untuk

mengorganisasikan dunianya. Dan dengan jalan menyatukan diri dengan

nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran agama atau filsafat yang dianutnya maka

orang-orang akan merasa aman.14 Untuk menghalau rasa tersebut akan timbul

kesadaran serta motivasi orang untuk melakukan tindakan pencegahan maupun

pengontrolnya.

Serta kebutuhan sosial manusia untuk dipenuhi dalam kepentingan

bersama. Menurut Maslow, kondisi-kondisi yang merupakan prasyarat bagi

pemuasan kebutuhan dasar meliputi antara lain kemerdekaan untuk berbicara,

kemerdekaan untuk melakukan apa saja yang diinginkan sepanjang tidak

merugikan orang lain, kemerdekaan untuk menyelidiki, kemerdekaan untuk

mempertahankan atau membela diri, keadilan, kejujuran, kewajaran, dan

ketertiban.15 Karena manusia merupakan makhluk sosial yang tidak lepas dari

ikatan kelompok suatu komunitas yang mempunyai kepentingan bersama.

Kebutuhan Estetik yang memungkinkan bahwa orang memiliki kebutuhan

yang bersifat naluriah atau sejenis keindahan. Maslow menemukan bahwa paling

14

E. Koswara, Teori-teori Kepribadian, (Bandung: Eresco, 1991), 120-121.

15

(19)

tidak pada sementara orang, kebutuhan akan keindahan ini begitu mendalam,

sedangkan hal-hal yang serba jelek benar-benar membuat mereka muak.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penentuan fokus jenis penelitian ini adalah kualitatif, pada umumnya

didasarkan pada pendahuluan, pengalaman, referensi serta saran dari pembimbing

atau orang yang dianggap ahli. Fokus penelitian ini juga sifatnya masih sementara

dan dapat berkembang setelah penulis telah berada di lapangan.

Bogdan dan Taylor mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata tertulis atau lisan

seseorang, dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya

perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain.16

Dengan berdasarkan penelitian berjudul Studi Dampak Musik Religi Bagi

Masyarakat Desa Ketegan untuk itu penelitian kualitatif lebih tepat digunakan.

karena proses penulisan penelitian ini berdasarkan kesimpulan dari pengumpulan

data yang telah di observasi. Tentunya penulis mempunyai beberapa alasan

memilih metode tersebut, diantaranya: pertama, objek penelitian merupakan

fenomena yang terjadi pada masyarakat khususnya Desa Ketegan. Kedua, karena

penelitian ini merupakan pengalaman masyarakat yang setiap harinya sebagai

penikmat musik religi. Maka dari beberapa alasan tersebut penulis merasa metode

16

(20)

kualitatif sesuai supaya penulis sendiri lebih mudah dalam memahami fenomena

yang ada.

2. Sumber Data

Adapun sumber data yang digunakan untuk penelitian ini adalah yang

pertama sumber data primer adalah data atau informasi yang didapat dari sumber

pertama.17 Data ini diambil di lapangan, berupa keterangan yang berasal dari

pihak-pihak tertentu. Maka disini penulis perlu membatasi permasalahan yang

akan di bahas dengan fokus pada beberapa permasalahan saja. Hal ini didasarkan

pada tingkat kebaruan informasi yang akan diperoleh dari keadaan di lapangan.

Diantaranya objek yang diteliti ialah masyarakat yang bertempat tinggal di desa

Ketegan. Serta mengamati suatu kegiatan maupun praktik keagamaan dari subjek

yang diteliti. Seperti kegiatan keagamaan yang dilakukan sehari-hari oleh

masyarakat tersebut. Dalam mendapatkan informasi yang diperlukan tentunya

didapat melalui pengamatan, yaitu penggabungan antara kegiatan melihat,

mendengar dan bertanya yang terarah dan sitematis, sehingga jawaban tidak

melebar dari pembahasan. Sehingga bisa mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa

kejadian yang terjadi saat sekarang.

Sumber data yang kedua yakni data sekunder adalah sumber atau data

yang didapat dari atau disimpan oleh orang lain.18 Data yang diperoleh dari

sumber data yang sifatnya sebagai pendukung data primer. Bentuk data sekunder

ini juga bisa seperti dokumen penelitian yang sebelumnya, buku-buku dan

17

Jhonatan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), 16

18

(21)

sebagainya. Pengumpulan data ini merupakan proses pengumpulan dokumen

(bahan-bahan tertulis) sebagai dasar penelitian.

3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan langkah yang harus ditempuh

dalam mengadakan suatu penelitian. Begitu juga dalam penelitian ini agar

diperoleh data yang sesuai dengan apa yang dikonsepkan dan

dipertanggungjawabkan. Untuk mendapatkan data yang valid dan obyektif dalam

penelitian maka langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini dengan

teknik pengumpulan data sebagai berikut: pertama, observasi adalah metode

pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui

pengamatan dan pengindraan.19 Observasi juga merupakan mengumpulkan data

atau keterangan dalam suatu penelitian melalui pengamatan secara langsung di

tempat atau objek yang diteliti.20

Dalam penelitian ini Penulis terjun ke lapangan dengan mengadakan

pengamatan secara langsung mengenai objek penelitian dengan mengambil bagian

suatu kegiatan masyarakat desa Ketegan saat mendengarkan musik religi

berkaitan dengan aktivitasnya. Penulis juga melakukan observasi, mencatat

kegiatan masyarakat di Desa ketegan, juga mencatat nama-nama masyarakat yang

sering terdengar aktif mendengar musik religi, serta nama-nama masyarakat yang

cenderung aktif dalam praktik keagamaan di sana. Pengamatan ini dimaksudkan

agar penulis dapat memperoleh data secara detail dan valid tentang praktik

keagamaan serta musik religi dalam masyarakat.

19

M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), 118.

20

(22)

Kedua, wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan

jawaban atas pertanyaan itu.21 Wawancara digunakan untuk mendapatkan data

atau keterangan-keterangan yang mendalam dengan cara menggali informasi

sebanyak mungkin dari responden. Melihat definisinya, wawancara adalah suatu

proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab

sambil tatap muka antara penanya (peneliti) dengan penjawab/

responden/informan (objek peneliti).22 Dalam hal ini, penulis membawa pedoman

yang merupakan garis besar tentang masalah yang diteliti yaitu masalah musik

religi pada masyarakat, dan mengajukan sejumlah pertanyaan lain yang berkisar

musik religi baik musik yang sering diputar atau yang menjadi kesukaan

masyarakat desa Ketegan.

Adapun sumber yang akan diwawancarai adalah anggota masyarakat

setempat yang diketahui jumlahnya apabila informasi dari hasil wawancara dirasa

penulis cukup. Anggota masyarakat yang menjadi narasumber juga diperoleh dari

masyarakat desa Ketegan yang tidak dominan penikmat musik religi saja.

Melainkan masyarakat secara umum dari kalangan dewasa maupun remaja.

Namun, yang menjadi informan utama dalam penelitian ini adalah bapak

Mas’ud, Linda Arofahanti penggemar musik religi, selain itu juga kepada Ibu Hj.

Sholichah sebagai pemimpin dari Jam’iyah Diba’ dan tahlil karena diketahui

bahwa Diba’ dan Tahlil merupakan salah satu bentuk praktik keagamaan.

21

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 186.

22

(23)

Informan pendukung lainnya Henny Rachmawati, Masrihan, Husein, Munawaroh,

Supardi, Iswanto, Khoiruzzad dan M. Saiful.

Metode ini digunakan untuk menggali data tentang dampak musik religi

terhadap praktik keagamaan masyarakat desa Ketegan secara langsung dengan

masyarakat setempat agar mendapatkan bukti kebenarannya. Akan tetapi, tidak

menutup kemungkinan metode-metode penelitian lain yang sekiranya dapat

menunjang dalam perolehan data penelitian secara valid turut pula diterapkan.

Ketiga, dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang diperoleh

melalui dokumen-dokumen yang ada.23 Sumber dokumen mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah dan notulen,

agenda, dan lain-lain yang berkaitan dengan penelitian penulis. Dokumentasi yang

diperoleh peneliti yaitu dari catatan file data suatu acara masyarakat desa Ketegan

saat menikmati musik. Hal itu dilihat dari susunan acara yang tertulis yang di

dalamnya memuat musik religi. Baik berupa foto, dan catatan file sepanjang acara

masyarakat desa Ketegan pada akhir-akhir ini. Serta dokumen kegiatan

masyarakat desa Ketegan lainnya yang berkaitan dengan praktik keagamaan

mereka.

4. Analisis data

Dalam menganalisa data ini penulis menggunakan analisa kualitatif yang

sifatnya analisa deskriptif, yaitu analisa yang bertujuan untuk memberikan

deskripsi mengenai subjek penelitian berdasrkan data dari konsep-konsep yang

23

(24)

diperoleh dari kelompok subjek yang diteliti.24 Dengan menggunakan analisa

kualitatif yang sifatnya deskriptif, penulis berusaha memahami data yang

terkumpul lalu menangkap makna yang dimaksud menurut pemahaman penulis

sesuai keterangan dari informan. Berikut analisis yang dilakukan: pertama reduksi

data, menurut Miles dan Hubermen reduksi data diartikan sebagai proses

pemilihan, pemusatan, perhatian pada penyederhanaan, mengabstrakan

transformasi data kasar yang muncul dari catatan lapangan.25 Data yang diperoleh

kemudian ditulis dengan rapid an terinci, serta sistematis dalam setiap

mengumpulkan data. Kemudian laporan tersebut direduksi yaitu dengan memilih

pokok yang sesuai dengan focus penelitian. Sehingga pembahasan yang dikaji

lebih terfokus dan sesuai dengan apa yang diteliti.

Kedua, penyajian data adalah menyajikan sekumpulan informasi yang

jelas dan singkat yang memberi kemungkinan adanya kesimpulan dan

pengambilan tindakan.26 Penyajian data secara jelas dan singkat ini bertujuan agar

dapat melihat gambaran keseluruhan dari hasil penelitian atau bagian-bagian

tertentu dari hasil penelitian tersebut.

Ketiga dilakukan penarikan kesimpulan yang didasarkan atas rumusan

masalah yang difokuskan lebih spesifik dlam hipotesis atau proporsi yang telah

ditetapkan sebelumnya. Hasil analisis merupakan jawaban dari persoalan

penelitian yang telah ditetapkan.27

24

Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), 126

25

Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial Agama, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), 193

26

Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial Agama, 194

27

(25)

H. Sistematika Pembahasan

Agar pembahasan dalam penulisan skripsi ini sistematis, untuk itu penulis

memberi gambaran dengan jelas dan memudahkan peneliti dalam menyusun

skripsi ini, maka dijelaskan secara garis besar dengan membaginya menjadi lima

bab, yaitu tiap-tiap bab terdiri dari sub-sub sebagai berikut:

BAB I (satu) yaitu pendahuluan yang mana pada bab ini mengawali

seluruh pembahasan yang terdiri dari sub-sub bab, meliputi: latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, telaah

kepustakaan, kajian teoritik, metodologi penelitian, dan sitematika pembahasan.

BAB II (dua) menjelaskan tentang kajian teori yang mana di dalamnya

menguraikan secara teoritis tentang musik religi sebagai acuan dan sandaran

dalam melakukan penelitian di lapangan. Oleh karena itu, dalam bab ini ada

beberapa hal yang penulis anggap urgen untuk dibahas, yaitu definisi musik religi

maupun praktik keagamaan, asal mula musik religi, perkembangan musik religi

dari Jaman Rasulullah sampai saat ini, praktik-praktik dan aktivitas masyarakat

masyarakat dan teori kebutuhan Abraham Maslow.

BAB III (tiga) berisikan deskripsi data penelitian yang memuat tentang

gambaran umum objek penelitian. Bab ini menguraikan mengenai gambaran

profil masyarakat, keberadaan serta pandangan musik religi di sana dimana

dilakukannya penelitian, yang dalam penelitian ini berada di Desa Ketegan.

BAB IV (empat) merupakan analisa dari hasil peneliti dalam skripsi ini,

(26)

yang akan memberi acuan pada perkembangan saat ini, dan dampaknya bagi

masyarakat di Desa Ketegan serta analisis data.

BAB V (lima) yaitu penutup, yang mana bab ini menjadi bagian akhir dari

seluruh rangkaian penyusunan skripsi ini yang mana di dalamnya berisikan

kesimpulan mengenai hasil respon lapangan yang didapat dari penelitian dan

(27)

A. Musik Religi

Sebelum membahas lebih jauh tentang musik religi, pertama penulis

menguraikan terlebih dahulu hal-hal yang berkaitan dengan musik religi sendiri.

yaitu seperti halnya apa definisi musik religi itu sendiri, selanjutnya menguraikan

musik religi pada masa Rasulullah, musik religi di Indonesia, serta musik religi

pada saat ini.

Musik adalah suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung

irama, lagu dan keharmonisan suara yang dihasilkan dari alat-alat yang dapat

menghasilkan bunyi-bunyian. Selain itu musik juga didefinisikan sebagai gubahan

bunyi yang menghasilkan bentuk dan irama yang indah dan menyenangkan.

Musik adalah satu daya tarikan kepada manusia. Ahli-ahli falsafah berpendapat

bahwa setiap manusia mempunyai minat terhadap musik. Keadaan ini jelas dilihat

kepada reaksi manusia terhadap bunyi-bunyian yang sudah menjadi kegemaran

sejak manusia dilahirkan.28

Jadi, dapat disimpulkan bahwa musik merupakan

komponen dari irama yang berasal dari alat-alat yang menghasilkan bunyi.

Adanya perpaduan alat-alat yang disatukan tersebut memiliki keteraturan. Selain

memiliki keteraturan musik juga tidak berdiri sendiri, melainkan musik membawa

syair maupun lirik yang memiliki makna masing-masing dan bergantung pada

penciptanya.

28

Windy Novia, Kamus Ilmiah Populer: Referensi Ilmiah, Sains, Politik, Hukum, Ekonomi, Sosial

(28)

Sedangkan istilah religi memiliki persamaan dengan agama, karena agama

atau religion dalam bahasa inggris, berasal dari bahasa Latin religio yang berarti

agama, kesucian, ketelitian batin. Dan religare yang berarti mengingatkan

kembali, pengikatan bersama.29 Religi adalah kepercayaan akan adanya kekuatan

adikodrati di atas manusia, religi juga berarti agama.30 Sehingga religi diartikan

sebagai sistem yang terdiri dari konsep-konsep yang dipercaya dan menjadi

keyakinan secara mutlak suatu umat, dan pemuka-pemuka yang

melaksanakannya. Sistem ini mengatur hubungan antara manusia dan Tuhan dan

lingkungannya.

Maka musik religi berarti musik yang terikat oleh ajaran-ajaran agama,

dimana isi dari tiap bait lagu dan liriknya mengandung perintah-perintah ajaran

dari Tuhan dan membawa ajaran kebaikan. Hal ini dapat menimbulkan nuansa

damai dan tenang bagi yang mendengarnya.

Musik religi adalah hiburan yang menyenangkan karena mendekatkan kita

dengan Sang Pencipta. Kekuatan musik religi terdapat pada lirik atau syair, karena

memiliki makna yang lebih mendalam. Liriknya bisa mendamaikan hati dan

menggugah pendengarnya, sehingga perasaannya tersentak untuk menambah

ketebalan iman kepada Tuhan. Musik religi terkadang merupakan bentuk nyata

dari yang dianalkan. Musik religi juga merupakan dakwah yang dapat menyentuh

segala lapisan usia, status ekonomi, maupun kedudukan masyarakat. Melalui

musik, peringatan agar orang berbuat kebaikan dan menghindari keburukan

disampaikan dengan cara yang menyenangkan, sehingga tidak menggurui ataupun

29

Djamari, Agama Dalam Perspektif Sosiologi, (Bandung: Alfabeta, 1993), 9.

30

(29)

mendikte pendengarnya.31 Musik religi syairnya juga melukiskan hubungan

manusia yang mendambakan kasih sayang dan ampunan Tuhan.

Pendek kata, musik religi harus memiliki dua kriteria. Pertama kekayaan

nuansa seni, yang berupa keindahan baik syair maupun iramanya. Dan kedua isi

pesan syair yang menyerukan kebaikan dan peningkatan iman, selain hal itu juga

penting mengenai risalah kenabian, serta orang suci lainnya. Kemudian musik

religi disebut sebagai kelompok musik yang menyenandungkan syair dalam

kategori kualitas syair di atas tadi.

Dari uraian di atas mudah dikenali bahwa musik religi biasanya

menyampaikan nasihat tertentu, terutama di bidang keagamaaan. Baik ajarannya,

kisah-kisah teladan maupun syair yang berisikan do’a. Musik religi memiliki jiwa

dan semangat penyerahan diri terhadap Allah swt. Sikap tersebut tidak hanya

dilakukan di saat menciptakan, melainkan juga disaat menyajikannya. Kadang

kala musik religi juga merupakan pengubahan dari lagu-lagu lama. Alat musik

yang biasa digunakan adalah rebana, namun ada juga yang dilangsungkan secara

akapela. Musik religi bertempo lebih pelan dan rendah.

Musik religi terutama musik Islam sangat dipengaruhi musik Arab yang

telah ada sebelum era Rasulullah SAW. Dalam bahasa Arab, musik berasal dari

kata “ma’azif” dari akar kata “azafa” juga bentuk plural dari mi’zaf yakni sejenis

musik pukul yang terbuat dari kayu dan dimainkan oleh masyarakat Yaman dan

sekitarnya. Kala itu, musik islam hanya mengenal alat sederhana seperti rebana,

rebab, seruling, dan bedug. Awal sekali dikenal musik qosidah kemudian gazal

31

Indriyana R. Diani dan Indri Guli, Kekuatan Musik Religi: Mengurai Cinta Merefleksi Iman

(30)

dan kobus atau tanbus di Indonesia jenis ini dikenal dengan gambus, setelahnya

baru dikenal pula nasyid.32 Dengan uraian tersebut musik religi berawal dari Arab

karena Islam sendiri berasal dari Arab. dan musik religi berkembang di tempat

yang satu ke yang lain seiring dengan perkembangan islam disuatu tempat

tersebut.

Adapun semenjak zaman Rasulullah Muhammad SAW musik tidak

dikenal dengan sebutan musik religi, namun musik dapat diketahui

keberadaannya. Terlebih lagi jika mengacu kepada teori al-Farabi (950 M) yang

menggolongkan musik religi seperti halnya nasyid (tidak ditulis dengan ejaan

nasyid) melainkan sebagai lagu hymne atau lagu pujian yang bersifat religius atau

spiritual.33 Sebagaimana yang sudah banyak diketahui bahwa pada masa

Rasulullah SAW, Islam sudah memulai memperkaya dirinya dengan lagu-lagu

pemujaan terhadap Allah SWT maupun terhadap Rasul-Nya sendiri.

Al-Farabi melalui bukunya yang berjudul al-Musiqa al-Kabir menjelaskan

dengan sangat jujur bahwa jenis lagu hymne atau yang sekarang dalam musik

religi termasuk golongan Nasyid, awalnya sekali merupakan kebiasaan nyanyian

orang-orang Yunani Kuno. Menurut al-Farabi pula, hymne merupakan cikal bakal

musik Yunani Kuno. Namun dalam waktu-waktu selanjutnya fungsi hymne

dikembangkan oleh orang-orang Islam di jazirah Arab. mereka kemudian

mengembangkan fungsi musik untuk berbagai peristiwa, seperti mengiringi

panen, peperangan atau peristiwa-peristiwa penuh makna lainnya.

32

Irafan Munthoriq, “Mengenal Musik Islami”, dalam klinikmusik.wordpress.com, diakses pada Rabu, 7 Juni 2017, 17.47 WIB.

33

(31)

Pergeseran fungsi hymne tadi cukup berpengaruh terhadap pemahaman

hymne dikemudian hari, hymne tidak hanya sebagai musik pemujaan terhadap

Tuhan. Bangsa Arab kemudian lebih suka menyebut Hymne sebagai syair yang

disenandungkan tanapa membatasi apakah itu syair-syair untuk memuji tuhan

maupun memuja utusan Tuhan. Walaupun demikian, secara fungsional hymne

tetap dikategorikan sebagai senandung indah penuh makna. Syair-syair yang tidak

etis, seronok, asal-asalan termasuk yang tidak mengandung pesan-pesan kebaikan

tidak bisa dikategorikan sebagai hymne.

Adanya musik religi pada masa Rasulullah dapat dibuktikan dengan

adanya musik religi yang abadi hingga sekarang adalah shalawat Badar, termasuk

musik religi Thala’al Badru yang dinyanyikan kaum Ansor dengan iringan musik

rebana guna memuliakan kedatangan rombongan nabi Muhammad SAW saat

hijrah dari Makkah ke Madinah.34

Meskipun penggunaan musik pada masa Rasulullah dibatasi karena musik

cenderung digunakan suku quraisy sebagai ritual penyembahan berhala, namun

musik tetap didendangkan pada waktu tertentu. Salah satunya pada saat Aisyah

binti Abu Bakar menikahkan seorang wanita dengan laki-laki Ansar. Saat itu

Rasulullah memerintahkan untuk menjadikan musik sebagai hiburan. Karena

orang-orang Ansar menyukai hiburan musik. Hal serupa juga terjadi saat hari

raya. Kala itu Aisyah mendengarkan permainan rebana (duff) yang dimainkan

34

(32)

anak perempuan kecil saat Idul Adha. Melihat hal itu Rasulullah turut

membiarkannya.35

Perkembangan dunia musik Islam yang berlangsung dari abad ketujuh

hingga abad keempat belas semakin memberi keyakinan bahwa jenis musik religi

kini tidak pernah mati. Kejayaan musik Islam selama tujuh abad tersebut yang

kemudian disusul dengan tersebarnya agama Islam ke berbagai penjuru dunia,

sudah lebih dari cukup untuk meyakini bahwa musik religi merupakan musik

islam yang lestari dan ada sejak zaman Rasulullah.

Karena hal ini, menjadi titik awal masyarakat untuk terus melestarikan

musik religi, berpatokan pada masa Rasulullah yang disambut dengan sholawat

Thala’al Badru maka masyarakat Indonesia ketika melakukan upacara

penyambutan pengantin dan penyambutan lainnya tidak lupa dengan iringan

sholawat itu.

Sampai saat ini, terus melakukan pengembangan musik religi yang lebih

diterima lagi dan lebih menarik. Karena yang menjadi identitas musik religi

dengan musik lainnya adalah syair yang bernuansa agama. mencontoh dari

tauladan mereka yakni pada masa Nabi Muhammad yang sudah dijelaskan di atas.

Sedang musik religi di Indonesia berpedoman pada terminolgi nasyid

sebagai bentuk lagu pujian terhadap Allah SWT, maka sudah bisa dipastikan

bahwa musik religi mulai hadir di Indonesia bersamaan masuknya agama Islam ke

Negeri ini. Penyebaran seni musik islampun hampir bisa dipastikan seiring

dengan cepatnya penyebaran agama Islam di Indonesia. Prediksi ini didasari oleh

35Irafan Munthoriq, “Mengenal Musik Islami”, dalam klinikmusik.wordpr

(33)

kenyataan bahwa selain Islam merupakan agama yang kaya dengan nuansa

musikal, juga disebabkan tokoh pembawa Islam yang menggunakan musik

sebagai sarananya.

Banyak bukti-bukti sejarah yang bisa ditemukan diberbagai kerajaan islam

di Indonesia. Apalagi kenyataannya salah satu cara dakwah yang banyak

dilakukan para penyebar Islam di sini adalah dengan cara yang sangat santun,

halus, dan komunikatif, yaitu dengan menggunakan media kesenian terutama

musik. Disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat akan musik pada saat itu,

karena pada zaman itu, musik gamelan di Jawa menjadi kesenian setempat yang

banyak menarik masyarakat untuk menikmatinya.36

Tari dan nyanyian Saman, pantun-pantun Islam, Sholawat, genjringan,

termasuk musik teradisional lainnya merupakan saksi yang bisa menunjukkan

bahwa musik islam atau disebut musik religi telah memasuki Indonesia sejak

agama Islam masuk ke wilayah negeri ini.

Kehadiran berbagai kerajaan Islam tadi sekaligus juga telah mampu

menghasilkan percampuran budaya atau akulturasi antara kesenian musik Islam

dari Arab dengan seni musik tradisional setempat. Di pulau Jawa misalnya,

seringkali terjadi peristiwa pertunjukan bagi syiar Islam dengan mengedepankan

wacana dan berbagai idiom ke islaman dengan kemasan musik gamelan

sebagaimana yang dilakukan Sunan Giri, Sunan Ampel, Sunan Bonang dan

lain-lain. Demikian halnya yang terjadi di tempat-tempat lain-lain. terjadi akulturasi budaya

Islam dengan kesenian setempat.

36

(34)

Pada masa kerajaan Islam kraton kerajaan difungsikan sebagai pusat

musik religi. Lalu, bergeser ke tempat-tempat peribadatan atau rumah-rumah yang

difungsikan sebagai tempat ibadah atau belajar ilmu islam menjadi penyebaran

musik religi terutama dipesantren-pesantren tempat menimba ilmu keagamaan.

Masa-masa awal kemerdekaan sempat pula diwarnai dengan

pesatnya pertumbuhan gambus yang selain menggunakan berbagai alat musik

pukul juga menggunakan alat musik petik, tiup, gesek dan akordion. Jenis musik

religi pun semaikin merajalela, khususnya musik religi yang diiringi rebana dalam

pembawaannya.

Pada masa orde baru musik religi semakin diminati masyarakat,

masa-masa ini terkenal masa-masa peralihan yang menyebabkan krisis ekonomi, maka musik

religi menjadi sumber ketertarikan masyarakat sebab menurut Marx keyakinan

bahwa realitas ekonomi menentukan perilaku manusia.37 Sehingga menurut Karl

Max sumber keagamaan seseorang terjadi ketika adanya penindasan antara yang

berkuasa dan dikuasai, dalam hal ini ekonomi menjadi penyebabnya. Sama halnya

dengan di Indonesia pada masa ini, keadaan masyarakat pada saat krisis ini

menjadikan mereka kembali pada agama. Merupakan ladang subur bagi

pertumbuhan seni islam. Rofiqah Darto Wahab, Nanang Qasim, Juariah, gambus

el-Fata, dan lainnya pernah sangat terkenal pada masa peralihan orde lama ke orde

baru.

Di tengah-tengah pertumbuhan ekonomi yang mulai membaik, khususnya

pada masa awal pemerintahan orde baru sekitar tahun 60-an, musik religi

37

(35)

menurun peminatnya. Grup musik qasidah, gambusan, dan lain-lain nyaris hanya

berfungsi sebagai pelengkap bagi musik pop yang berkembang luar biasa.

Sesekali musik religi muncul pada bulan Ramadhan, namun setelah itu

menghilang begitu saja. Rofiqah Darto Wahab, Nanang Qasim, Juariah, dan

gambus el-Fata turut pergi begitu saja tanpa ada generasi yang meneruskannya.38

Namun tidak demikian di pedesaan-pedesaan yang pertumbuhan

ekonominya relatif masih agak terpinggirkan. Dengan disponsori pesantren yang

berdiri di sekitarnya, grup qasidah yang diiringi musik rebana tetap menjadi

suguhan kreatif yang menarik. Hal ini dilihat dari lomba qasidah di kota-kota

kabupaten senantiasa mampu menarik minat puluhan bahkan ratusan grup. Musik

religi menjadi fenomena yang menarik bagi masyarakat pedesaan.

Musik religi saat ini tidak selalu kental dengan nuansa musik religi yang

klasik karena untuk bisa diterima masyarakat khususnya kaum muda, musik religi

beradaptasi dengan beragam alat musik dan genre.Adapun perkembangannya, ada

yang kolaborasi dengan musik etnis menggunakan alat-alat musik dari berbagai

daerah di nusantara. Ada juga yang dipadu dengan musik modern.

Untuk itu banyak band-band ternama Indonesia yang mengubah jati diri

musiknya menjadi musik religi terutama pada bulan Ramadhan, banyak sekali

band-band maupun penyanyi solo yang mengeluarkan single terbarunya dengan

jenis musik pop religi.39

38

Adjie Esa Poetra, Revolusi Nasyid, 56.

39Detik, “Musisi Yang Merilis Single Album Religi Tahun Ini”, dalam radiolitafm.com, diakses

(36)

Saat ini musik religi seperi Bimbo dan Raihan sudah jarang diminati

semenjak munculnya grup band Gigi dengan lagunya Pintu Surga pada tahun

2006. Sejak saat itu masyarakat lebih memilih musik religi yang tidak klasik.

Gambus sudah jarang diminati, karena ada yang lebih modern menurut mereka

seperti halnya Maher Zain.

B. Praktik dan Aktivitas Pada Masyarakat

Diantara praktik dan aktivitas masyarakat salah satunya adalah praktik

keagamaan. Praktik keagamaan berasal dari kata “praktik “ adalah pelaksanaan yang secara nyata apa yang disebut dengan teori. Yang dimaksud dengan “agama”

adalah sistem kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran kebaktian dan

kewajiaban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu. Jadi jika

digabungkan menjadi satu, maka arti dari praktik keagamaan adalah pelaksanaan

secara nyata apa yang terdapat dalam sistem kepercayaan kepada Tuhan dengan

ajaran kebaktian dan kewajiaban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan

itu.40

Menurut Nico Syukur Dister arti dari praktik keagamaan adalah

pelaksanaan secara nyata apa yang terdapat dalam sistem kepercayaan kepada

Tuhan karena motif tertentu. Sedangkan menurut Quraish Shihab pengertian dari

praktik keagamaan adalah pelaksanaan secara nyata apa yang terdapat dalam

sistem kepercayaan kepada Tuhan karena kebutuhan. Leight, Keller dan Calhoun,

mengatakan bahwa praktik keagamaan merupakan salah satu unsur dari agama.

Praktik keagamaan itu sendiri berarti hubungan vertikal antara manusia dengan

40

(37)

Tuhan-Nya dan hubungan horizontal atau hubungan antar umat beragama sesuai

dengan ajaran agama. bentuk-bentuk praktik keagamaan sangat bergantung pada

latar belakang dan kepribadian seseorang. Hal ini membuat adanya perbedaan

tekanan penghayatan dari satu orang ke orang lain, dan membuat agama menjadi

bagian yang amat mendalam dari kepribadian seseorang.41

Praktik keagamaan pada manusia disebabkan oleh faktor dari luar dan dari

dalam diri manusia itu sendiri. Namun, praktik keagamaan juga bisa terjadi karena

gabungan kedua faktor tersebut. Faktor yang berasal dari luar dikenal dengan

stimulus, sedang yang berasal dari dalam diri manusia disebut motivasi.

Manusia melakukan praktik keagamaan dengan motif-motif yang berbeda,

semua terjadi karena dorongan maupun ketertarikan pada suatu hal, adakalanya

dorongan alamiah yang terjadi pada manusia, disisi lain juga dorongan dari

lingkungannya. Yang semua itu merujuk pada tujuan tertentu, seperti rasa syukur

terhadap tuhan atas segala karunia-Nya. Untuk cakupan yang lebih luas, dalam hal

ini adalah masyarakat, tentunya motivasi keagamaan menjadi entry point

(masukan) tersendiri yang amat penting kaitannya dalam membangun

keberagamaan suatu masyarakat.

Praktik keagamaan merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri

seseorang yang mendorong untuk bertingkah laku yang berkaitan dengan agama,

perilaku keagamaan terbentuk karena adanya konsistensi antara kepercayaan

terhadap agama sebagai komponen kognitif (pengetahuan), perasaan terhadap

agama sebagai komponen afektif (perilaku yang berkaitan langsung dengan

41

(38)

pengalaman keagamaan), dan tingkah laku terhadap agama sebagai behavioral dan

psikomotorik.

Praktik keagamaan terbentuk dan dipengaruhi oleh dua faktor, dimana

kedua faktor ini bisa menciptakan kepribadian dan perilaku keagamaan seseorang.

Kedua faktor tersebut yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern ini

menyatakan bahwa manusia adalah homo religious (makhluk beragama), karena

manusia sudah memiliki potensi untuk beragama, dimana tiap-tiap manusia yang

lahir ke muka bumi, membawa suatu tabiat dalam jiwanya, tabiat ingin beragama,

yaitu ingin mengabdi dan menyembah kepada suatu yang dianggapnya Maha

Kuasa. Pembawaan ingin beragama ini memang telah menjadi fitrah kejadian

manusia, yang diciptakan oleh Yang Maha Kuasa dalam diri manusia.42

Sedangkan faktor ekstern, yaitu segala sesuatu yang ada di luar pribadi dan

mempunyai pengaruh pada perkembangan kepribadian dan keagamaan seseorang,

seperti: keluarga, teman sepergaulan, dan lingkungan sehari-hari yang sering

banyak bersinggungan.

Praktik keagamaan pada umumnya merupakan cerminan dari pemahaman

seseorang terhadap agamanya. Jika seseorang memahami agama secara formal

atau menekankan aspek lahiriahnya saja, seperti yang Nampak dalam ritus-ritus

keagamaan yang ada, maka sudah barang tentu juga akan melahirkan perilaku

atau praktik keagamaan yang lebih mengutamakan bentuk formalitas atau

lahiriahnya juga. Pada hal substansi agama sesungguhnya justru melewati

batas-batas formal dan lahiriahnya itu.

42

(39)

Agama sebagai refleksi atas cara beragama tidak hanya terbatas pada

kepercayaan saja, akan tetapi merefleksikan dalam perwujudan-perwujudan

tindakan kolektivitas umat (aktivitas atau praktik keagamaan). Aktivitas atau

praktik keagamaan suatu umat beragama bukan hanya pada tataran relasi dengan

Tuhan, namun juga meliputi relasi dengan sesama makhluk. Aktivitas/praktik

keagamaan merupakan bagian dari dimensi ritual suatu agama, dan pada dasarnya

aktivitas/praktik keagamaan itu timbul dari cara manusia mengejawantahkan

keberagamaannya.43

Dalam praktik keagamaan diwujudkan dalam bentuk ritual, maka ritual

sendiri berupa tata cara yang dilakukan dalam sebuah upacara maupun perayaan

dalam tradisi lokal masyarakat. Sehingga dalam praktik keagamaan upaya

manusia dalam menciptakan kedekatan dengan realitas Mutlak berupa

pelaksanaan ritual, upacara, perayaan serta tindakan religius lainnya.

Dalam praktik keagamaan yang berorientasi pada ritual, sedangkan ritual

sendiri beraneka bentuk seperti ibadah dan penyebutan lainnya. Ritual merupakan

suatu fenomena keagamaan yang dilakukan oleh setiap penganut agama bahkan

aliran kepercayaan. Istilah ritual secara etimologis berarti teknik (cara, metode),

yaitu membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci. Disisi lain ritual juga berarti

perayaan yang berhubungan dengan kepercayaan tertentu dalam suatu

masyarakat. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, juga adat sosial, dan

agama. ritual bisa dilakuakan secara pribadi maupun secara berkelompok.

43

(40)

Wujudnya bisa berupa do’a, tarian, drama, kata-kata seperti “amin” dan

sebagainya.44

Ritual merupakan agama dalam tindakan, juga tindakan agama yang

dinampakkan dalam upacara. Demikian karena ungkapan iman. Bahkan ungkapan

iman sendiri merupakan bagian dari ritual. Iman keagamaan berusaha

menjelaskan makna dari ritual serta memberikan tafsiran dan mengarahkan inti

dari pentingnya pelaksanaan ritual tersebut. Ritual sendiri tentu didasarakan atas

ajaran agama dan tradisi dari suatu komunitas tertentu. Sehingga kegiatan

peribadatan tersebut sudah diatur dan tidak dapat dilaksanakan secara

sembarangan.

Ritual berupa serangkaian kegiatan yang dilaksanakan terutama untuk

tujuan simbolik. Tindakan simbolis sebagai perwujudan dari makna religius dan

sarana untuk mengungkapkan sikap-sikap religius kita, simbol itu sendiri menjadi

pokok ketegangan dan dilema yang terwujud dalam agama. 45

Berdasarkan deskripsi di atas maka dapat disimpulkan bahwa ritual

merupakan serangkaian kegiatan masyarakat yang berhubungan dengan kegiatan

keagamaan dan telah menjadi suatu tradisi dengan berbagai tata cara yang telah

ditentukan atau diatur oleh masyarakat. Ritual memiliki sifat masing-masing

berdasarkan aturan kepercayaan masyarakat masing-masing. Ada yang bersifat

individual, ada pula yang bersifat kelompok. Ada yang memang diwajibkan

menjalankan setiap umat dan ada pula yang apabila salah satu melakukan maka

yang lain telah gugur kewajibannya.

44

Wiwik Setiyani, Bahan Ajar Studi Ritual Keagamaan, 23-24.

45

(41)

Jadi, dalam pelaksanaan suatu ritual memiliki sarana atau perlengkapan

yang berbeda-beda pula bergantung pada maksud, tujuan serta jenis ritual yang

dilaksanakan. Sarana atau perlengkapan ritual adalah serangkaian alat - alat yang

dibutuhkan dalam pelaksanaan ritual. Perlengkapan ritual menjadi sesuatu yang

penting serta menjadi kesakralan prosesi ritual tersebut. Perlengkapan juga

menjadi media penting dalam melakukan komunikasi dengan Tuhannya.

Demikian urgensi suatu perlengkapan dalam ritual.

Alasan melakukan ritual bermacam-macam bergantung pada niat

masing-masing penganut agama. Secara umum masyarakat melakukan ritual sebagai

bentuk keharusan atau kewajiban dalam melaksanakan ajaran agama. hal ini

karena ritual sudah menjadi aturan yang terdapat dalam kitab suci suatu agama,

ritual selain ajaran agama juga bentuk pengungkapan rasa hormat dan cinta serta

ungkapan rasa syukur kepada sang Khalik atau pencipta alam.46

Bila alasan di atas berkisar tentang penghambaan diri kita kepada Tuhan,

alasan yang lain dari pelaksanan ritual karena manusia sebagai generasi penerus

dimana ritual merupakan bentuk warisan leluhur yang telah turun temurun, dan

telah menjadi tradisi “determinisme cultural”. Jadi, apa yang sudah menjadi tradisi

selayaknya dilestarikan selama hal tersebut bertujuan baik. Selain itu, juga sebagai

bentuk kooperatif terhadap budaya lokal sekaligus sebagai bagian dari warga

masyarakat. Hal ini terjadi karena aturan-aturan dan nilai-nilai sosial sendiri yang

dibangun oleh suatu kelompok masyarakat. Sehingga menggerakkan individu dan

subkelompok untuk melakukannya.

46

(42)

Setiap penganut agama dalam melaksanakan ritual agama, tentu memiliki

tujuan. Tujuan ini diharapkan dapat diwujudkan, secara terperinci tujuan setiap

penanut agama dapat melaksanakan ritual dapat dijelaskan sebagai berikut:47

pertama sebagai Ungkapan rasa syukur. Tujuan ini dilakukan karena telah

mendapatkan apa yang diinginkan dalam hidupnya, meski sangat sederhana,

diantaranya kesehatan hidupnya.

Kedua, ritual sebagai pendekatan dengan sang Pencipta. Kegiatan ritual

dilakukan hanya bertujuan mampu berkomunikasi dengan Tuhannya melalui

ibadah ritual, sehingga merasakan keheningan dan mampu menyatu atau

berkontlempasi dengan-Nya atau disebut dengan orang-orang sufi, zuhud,

bodhisatwa, budhis dan lain-lain.

Ketiga, ritual bertujuan untuk mengharap atau mohon ampunan. Karena

setiap penganut agama tentu tidak lepas dari rasa salah ataupun dosa yang telah

dilakukannya, sehingga cara-cara yang ditempuh dengan melakukan ritual untuk

mengharap ampunan dari sang maha pencipta.

Keempat, memperoleh dan mencapai harapan atau keinginan untuk

terkabulkan. Setiap penganut agama tentu memiliki harapan atau cita-cita dalam

hidupnya, sehingga salah satu tujuan penganut agama melakukan ritual adalah

untuk menggapai cita-cita.

Kegiatan ritual yang dilakukan oleh para penganut agama, tentu dapat

dirasakan manfaatnya. Diantara manfaat melakukan ritual agama dapat

47

(43)

memberikan manfaat sebagai berikut:48 Pertama, ritual bermanfaat mendapatkan

kesehatan. Kegiatan ritual dapat dirasakan manfaatnya oleh masing-masing

penganut agama yang melakukan. Salah satu contoh ibadah puasa, hampir semua

agama menyarankan atau menganjurkan bahakan mewajibkan melaksanakan

puasa.

Kedua, akan mendapat keberkahan. Pelaksanaan ritual tentu juga ingin

mendpatkan keberkahan, baik berupa keberkahan dengan dengan memperkuat

silaturahmi dengan orang-orang yang melakukan ritual, atau keberkahan saat

mendapatkan makanan dari orang-orang yang melakukan ritual bersama.

Ketiga, kedisiplinan menjadi salah satu manfaat ritual, hal ini dapat dilihat

cara mereka melakukan, yakni telah terjadwalkan secara rapi, dan dirancang

sebelum melaksanakan kegiatan ritual jauh hari sebelumnya, sehingga

persiapannya dimatangkan agar tidak terjadi kesalahan. Dan manfaat ritual yang

terakhir menjadikan seseorang sebagai Pribadi yang baik dan luhur. Manfaat ini

akan melahirkan seorang yang santun dan berpribadi luhur, karena

kemampuannya berkoordinasi dengan orang lain.

Dari manfaat diatas selain mendapatkan kesehatan, keberkahan,

kedisiplinan, dan kepribadian yang luhur. Manfaat yang diperoleh dari

pelaksanaan ritual adalah ketenangan, ketenangan akan diperoleh secara langsung

dalam diri manusia seusai pelaksanaan ritual, mereka merasa ritual sebagai bentuk

upaya memohon perlindungan jadi setelah ritual ini telah dilaksanakannya rasa

aman dan ketenangan ini akan diperoleh.

48

(44)

Selain ketenangan, manfaat dari ritual dalam kehidupan sosial adalah

menumbuhkan rasa tenggang rasa serta solidaritas sosial. Pelaksanaan ritual yang

melibatkan berbagai komponen masyarakat akan meningkatkan rasa solidaritas

yang tinggi, menimbulkan rasa menghargai, toleransi karena kerja sama yang

tercipta serta interaksi antara berbagai komponen masyarakat juga meningkatkan

kerukunan hidup dalam lingkungan masyarakat.

C. Teori Kebutuhan Manusia Perspektif A. Maslow

Pengkajian terhadap manusia didasarkan pada teori-teori kebutuhan

manusia. Kebutuhan-kebutuhan itu juga bersifat psikologis, bukan semata-mata

fisiologis. Kebutuhan merupakan kodrat manusia.49 Teori kebutuhan manusia

merupakan teori yang monumental yang disebut dengan hierarki kebutuhan

manusia. Teori hierarki yang ditawarkan tersebut merupakan salah satu aspek

terpenting dalam memotivasi manusia.

Maslow menguraikan bahwa, susunan kebutuhan-kebutuhan dasar yang

bertingkat itu merupakan organisasi yang mendasari motivasi manusia, dengan

melihat pada tingkat kebutuhan atau corak pemuasan kebutuhan pada diri

individu, sehingga dapat melihat kualitas perkembangna kepribadian individu

tertentu. Semakin individu itu mampu memuaskan kebutuhan-kebutuhannya yang

tinggi maka individu itu akan mampu memuaskan kebutuhan-kebutuhan yang

paling tinggi, maka individu itu akan semkain mampu mencapai individualitas,

matang, dan berjiwa sehat dan sebaliknya.

49

(45)

Maslow mengingatkan bahwa dalam pemuasan kebutuhan itu tidak selalu

kebutuhan yang ada di bawah lebih penting atau didahulukan dari kebutuhan yang

ada di atasnya. Sebagai contoh, orang-orang yang berpegang teguh pada nilai-nilai

atau ajaran-ajaran yang diyakininya sering lebih suka menderita kelaparan atau

bahkan memilih kematian ketimbang melepaskan keyakinannya itu. Tetapi tentu

saja kejadian semacam ini merupakan suatu kekecualian. Jadi bagaimanapun,

secara umum kebutuhan yang lebih rendah pemuasannya lebih mendesak daripada

kebutuhan yang lebih tinggi.50

Abraham Maslow mengembangkan hierarki model berbagai kebutuhan di

Amerika Serikat tahun 1940-1950 dan hierarki berbagai kebutuhan tersebut tetap

valid atau (berlaku) sampai sekarang untuk memahami motivasi manusia,

pelatihan manajemen, dan perkembangan pribadi.

Dalil Maslow adalah hierarki kebutuhan manusia. Hierarki ini adalah dasar

dari pembawaannya, yang membutuhkan kepuasan dalam mencampurkan

kepentingan keluarga dan tugas. Di mulai dengan dasar psikologi, prosesnya

membutuhkan cinta, untuk dirinya dan status, dan pada akhirnya mencapai

kebutuhan terbesar, kebutuhan untuk realisasi atau kebutuhan aktualisasi, seperti

yang disebut Maslow. Ini adalah yang paling dibutuhkan oleh manusia, walaupun

itu tergantung pada pemenuhan akan kepuasan terendah yang dibutuhkan.51

Kita masing-masing dimotivasi oleh berbagai macam kebutuhan. Berbagai

kebutuhan kita yang paling dasar bersifat pembawaan sejak lahir, yang mana telah

50

E. Koswara, Teori-teori Kepribadian, 119.

51

Paul C. Vitz, Phsychology as Religion “ The Cult of Self-Worshid”. Dalam skripsi Nurichah,

Konsep Manusia Beragama Dalam Studi Humanistik Abraham Maslow, ( Skripsi tidak

(46)

berkembang lebih dari berpuluh-puluh ribu tahun. Hierarki berbagia macam

kebutuhan menurut Abraham Maslow membantu menjelaskan bagiamana

berbagai kebutuhan ini memotivasi kita semua sehingga kita harus memenuhi

masing-masing kebutuhan yang mana dimulai dengan yang pertama yang

berhubungan dengan berbagai kebutuhan yang paling jelas untuk kelangsungan

hidup itu sendiri.

Hanya ketika berbagai kebutuhan dengan urutan yang lebih rendah tentang

kesehatan emosional dan fisik terpenuhi, maka kita terkaita akan kebutuhan yang

lebih tinggi mengenai pengaruh dan perkembangan pribadi.

Hierarki kebutuhan menurut Maslow diantaranya: pertama kebutuhan

dasar fisiologis, kebutuhan yang biasanya dijadikan titik tolak teori motivasi atas

apa yang disebut dorongan fisiologis. Tidak perlu diragukan lagi bahwa

kebutuhan fisiologis ini atas kebutuhan yang paling kuat. Tegasnya ini berarti

bahwa pada diri manusia yang selalu merasa kurang dalam kehidupannya,

kebutuhan fisiologisnya dan bukan yang lainnya, yang merupakan motivasi

tersebar. Suatu ciri khas organisme manusia lainnya, yang amat dipengaruhi oleh

suatu kebutuhan tertentu, ialah bahwa seluruh falsafah mengeni masa depan juga

cenderung berubah.52 Maslow menyebutkan bahwa kebutuhan-kebutuhan

fisiologis adalah sekumpulan kebutuhan dasar yang paling mendesak

pemenuhannya karena terkait dengan kelangsungan hidup manusia, kebutuhan

yang pemenuhannya tidak mungkin ditunda. Adapun kebutuhan-kebutuhan dasar

fisiologis yang dimaksud antara lain kebutuhan makanan dan minuman, pakaian,

52

Abraham Maslow, Motivation and Personality, diterj. Nurul Imam, dalam buku “Motivasi dan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil uji analisis data diperoleh thitung>ttabel yaitu 4,83 > 1,67, artinya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and

Pukul 20.45 WIB Mengobservasi keadaan umum, tanda-tanda vital, tanda-tanda kesulitan bernafas, warna kulit dan refleks bayi secara ketat selama 2 jam pertamag. Pukul

Drua Emberá San Lorenzo - Chiandai maude awadatai emberaras chi Emberá Chamí - Dachi bedea - Embera bedea - Dachi irumena kirisiadai.. 1 La traducción de español

Penelitian tentang Rekonstruksi Perjanjian Kredit Bank Berbentuk Standaard Yang Berbasis Nilai Keadilan merupakan penelitian tentang praktek penyaluran kredit oleh

Calon peserta Local Government Leadership Training Angkatan VII BPSDMD Provinsi Jawa Tengah tahun 2021 adalah para ASN yang telah masuk dalam database Talent

PERHATIAN: memori atau papan sistem, Anda harus melepaskan Untuk menghindari kerusakan modul kabel daya komputer sebelum mencoba mengatur ulang dudukan, memasang, atau

TAHAP KEGIATAN MAHASISWA DAN DOSEN PEMBIMBING Sesuai dengan rencana kegiatan dan persiapan yang telah dilakukan untuk pelaksanaan kegiatan “ Strategi Pengembangan

Perlawanan Masyarakat Samin (Sedulur Sikep) Atas Kebijakan Pembangunan Semen Gresik Di Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati (Studi Kebijakan Berbasis Lingkungan Dan