ANALISIS PEMBIAYAAN MUDHARABAH DALAMMENGEMBANGKAN USAHA KECIL MENENGAH PADA TAHUN 2009
( STUDI KASUS PT.BPR SYARI’AH LANTABUR TEBUIRENG )
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri SunanAmpel Surabaya UntukMemenuhi Salah SatuPersyaratanDalamMemperoleh Gelar SarjanaIlmuSosial Islam (S.Sos.i)
Oleh :
MUHAMMAD MUHAIMIN NIM : B04211048
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
ABSTRAK
Muhammad Muhaimin. 2016.
Studi Kualitatif Tentang Analisis Pembiayaan Mudharabah Dalam
Mengembangkan Usaha Kecil Menengah Pada Tahun 2009 (Studi Kasus PT.BPR Syari’ah Lantabur Tebuireng)
Penelitian ini bertujuan untuk memecahkan masalah (1) Bagaimana dengan Modal dalam Mudharabah, (2) Bagaimana Sighot atau Akad dalam Al-Mudharabah, (3) Bagaimana Jenis Usaha dalam Al-Al-Mudharabah, (4) Bagaimana bagi hasil dalam Al-Mudharabah. Penelitian ini menggunakan objek bank yaitu PT. BPR Syari’ah Lantabur Tebuireng, Jombang.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis pendekatan deskriftif yang berguna untuk mendeskripsikan atau menggambarkan prosedur pembiayaan mudharabah dalam mengembangkan usaha kecil menengah. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis data primer dan sekunder yang diperoleh dari informan serta dokumen mengenai jenis data-data yang dibutuhkan. Dalam menggali data peneliti menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Untuk menguji keabsahan data peneliti menggunakan triangulasi. Adapun teknik analisa yang digunakan dalam penelitian
ini menggunakan reduction, display dan conclusion drawing. Untuk memperoleh
data deskriptif eksploratoris.
Berdasarkan hasil analisa menunjukkan bahwa pihak PT. BPR Syari’ah sepakat menentukan bentuk modal berupa uang tunai. Akad atau transasksi yang ditentukan harus sesuai dengan tujuan kontrak. Jenis usaha dalam Pembiayaan Mudharabah adalah usaha sepenuhnya menjadi hak nasabah. Bagi hasil diperuntukkan untuk kedua pihak. Keuntungan diketahui dan dinyatakan saat kontrak.
DAFTAR ISI
SAMPUL JUDUL ... i
PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... i
PENGESAHAN TIM PENGUJI ……….... ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ………. xi
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Definisi Konsep ... 6 F. Sistematika Pembahasan... 8
A. Penelitian Terdahulu ... 10
B. Kerangka Teori ... 12
1. Pengertian Pembiayaan Mudharabah ... 13
2. Dasar Hukum Al-mudharabah ... 15
3. Rukun dan Syarat Mudharabah ... 17
4. Macam – Macam Pembiayaan Mudharabah ... 18
5. Prospek Pengembangan UKM ... 21
BAB III : PENYAJIAN DATA PENELITIAN A. Pendekatan Jenis Penelitian ... 25
B. Lokasi Penelitian ... 25
C. Jenis dan Sumber Data ... 26
D. Tahap – Tahap Penelitian ... 28
1.Tahap Pra Lapangan ... 28
2. Tahap Pekerja Lapangan... 31
E. Tehnik Pengumpulan Data ... 31
F. Tehnik Validasi Data ... 32
G. Tehnik Analisa Data ... 33
BAB IV :GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 35
2. Visi dan Misi PT.BPR Syari’ah Lantabur Tebuireng ... 37
3. Struktur Organisasi PT.BPR Syari’ah Lantabur Tebuireng ... 37
4. Job Descreption PT.BPR Syari’ah Lantabur Tebuireng ... 38
B. Penyajian Data 1. Modal dalam Pebiayaan Mudharabah ... 41
2. Shigot dalam Pembiayaan Mudharabah ... 47
3. Jenis Usaha dalam Pembiayaan Mudharabah ... 54
4. Bagi Hasil dalam Pembiayaan Mudharabah ... 60
C. Hasil Penelitian (Analisa data ) 1. Peran Pembiayaan Mudharabah ... 69
2. Prosedur Pembiayaan Mudharabah ... 71
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 78
B. Saran ... 81
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kajian Mekanisme Akad Mudharabah ... 10
Gambar 1.2 Alur penelitian Mudharabah ... 12
Gambar 1.3 Struktur Organisasi ... 36
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1.1 Pedoman Wawancara ... 84
Lampiran 1.2 Transkip Wawancara ... 88
a. Transkip Modal dalam Mudharabah ... 88
b. Transkip Sighot/Akad dalam Mudharabah ... 91
c. Transkip Jenis Usaha dalam Mudharabah ... 96
d. Transkip Bagi Hasil dalam Mudharabah ... 100
Lampiran 1.3 Surat Izin Penelitian ... 105
Lampiran 1.4 Surat Balasan Penelitian ... 106
Lampiran 1.5 Formulir Pengajuan Pembiayaan ... 107
Lampiran 1.6 Formulir Kunjungan ( Survey ) Nasabah ... 108
Lampiran 1.7 Kartu Bimbingan Skripsi ... 109
Lampiran 1.8 Berita Acara ... 110
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Bank Islam merupakan istilah lain dari bank syari’ah yang usaha
pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa pembayaran serta peredaran uang
dengan prinsip-prinsip Islam yakni mengacu pada ketentuan-ketentuan
Al-Qur’an dan Al-Hadist1.
Salah satu yang paling dipermasalahkan adalah sistem pembagian
uang pada operasional bank konvensional yang menggunakan sistem bunga
agar nasabah lebih loyal dalam menggunakan jasa mereka. Dalam Islam hal ini
sangat ditentang, karena termasuk riba. Sebagaimana yang dijelaskan dalam
Surat Al-Baqarah : 275
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhan-nya, lalu terus berhenti (dari
1
Warkum Sumitro, 1997, Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait, Raja Grafindo Persada, hal.5
2
mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum dating larangan; dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal didalamnya. ( QS. Al-Baqarah:275)
Ayat diatas merupakan salah satu dasar yang menjadi prinsip pada
bank syari’ah. Salah satu contoh jasa pada bank syari’ah adalah Pembiayaan
Mudharabah yang kini menjadi obyek penelitian oleh penulis. Pembiayaan
Mudharabah ialah perjanjian antara pemilik modal (uang atau barang) dengan
pengusaha (interpreneur), dimana pemilik modal membiayai sepenuhnya suatu
proyek usaha dan pengusaha setuju untuk mengelola proyeknya tersebut
dengan pembagian hasil sesuai dengan perjanjian. Pemilik modal tidak
dibenarkan ikut dalam mengelola usaha, tetapi diperbolehkan membuat usulan
dan pengawasan. Apabila usaha yang dibiayai mengalami kerugian, maka
kerugian sepenuhnya ditanggung oleh pemilik modal. Kecuali, kesalahan
disengaja oleh pihak pengusaha2. Akad mudharabah bisa dikatakan
pembiayaan modal kerja yang diberikan oleh BMT (Baitul Mal wa Tanwil)
kepada anggota, dimana pengelolaan usaha sepenuhnya diserahkan kepada
anggota sebagai nasabah debitur. Dalam hal ini anggota (nasabah)
menyediakan usaha dan sistem pengelolaannya (manajemennya). Hasil
Keuntungan akan dibagi dua sesuai dengan kesepakatan bersama (Misal
70%:30% atau 62%:25% )3.
Menurut Ulama’ Hijaz, mudharabah dinamakan sebagai qiradh.
Menurut Jumhur Ulama’, mudharabah adalah bagian dari musyarakah yaitu
akad kerjasama antara dua pihak atau lebih yang memiliki modal untuk biaya
2
Ibid, hal.32
3
Jamal Lulaii Yunus, 2009, Managemen Bank Syari’ah Mikro, UIN-Malang ( Anggota IKAPI ), hal. 27
3
kerjasama usahanya4. Nisbah yang dilakukan tidak harus sama dengan pangsa
modal masing-masing pihak. Jika terjadi kerugian, maka pembagian kerugian
dibagi sesuai pangsa modal5.
Pemberian pembiayaan oleh bank syari’ah bukan semata-mata
mencari keuntungan, namun memberi manfaat bagi nasabah dan
memberdayakan perekonomian. Pemberdayaan dapat dilihat dari tiga sisi,
yaitu: Pertama, pemberdayaan memungkinkan potensi rakyat dapat
berkembang. Chomsky menyatakan bahwa semua manusia memiliki potensi
kreatifitas bawaan. Artinya setiap anggota masyarakat mempunyai hak untuk
memanfaatkan potensinya dalam mengembangkan kehidupan yang dimiliki.
Kedua, pemberdayaan dilakukan untuk memperkuat ekonomi keluarga dengan
meningkatkan taraf hidup pendidikan, kesehatan dan akses-akses terhadap
sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi, informasi dan
lapangan kerja.Ketiga, pemberdayaan melalui pengembangan ekonomi rakyat
berarti berupaya melindungi dan mencegah terjadinya persaingan yang tidak
seimbang, serta menciptakan kebersamaan dan kemitraan antara yang maju
dengan yang belum maju6.
Pola pembiayaan dengan prinsip syari’ah sejalan dengan siklus usaha
dan menggunakan sistem bagi hasil dalam memberikan keuntungan kepada
para nasabahnya. Sehingga semua keuntungan yang diterima memberikan rasa
aman dan nyaman dunia akhirat karena sistem bagi hasil yang diterapkan oleh
4
Adrian Sutedi, 2009, Perbankan Syari’ah Tinjauan dari Beberapa Segi Hukum, Galia Indonesia, hal.69 5
Ibid : hal.34 6
Muhammad,2005, Bank Syari’ah-Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia, Graha ILmu, hal.112
4
bank syari’ah tidak diragukan lagi kehalalannya oleh semua agama. Menurut
Siti Ch. Fadjriyah, pembiayaan dengan menggunakan sistem syari’ah lebih
cocok diterapkan dalam pembiayaan sektor Usaha Kecil Menengah karena
lebih memberikan kepastian dan tidak terbebani akibat kenaikan suku bunga7.
Dari latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti tentang
peran atau fungsi pembiayaan mudharabah, yaitu pembiayaan berbasis
produktif yang memberikan nilai tambah bagi perekonomian dan sektor riil
serta dapat berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan
masyarakat, sehingga berpeluang dalam mewujudkan stabilitas nasional.
Sayangnya para nasabah kurang lebih mengenal pembiayaan
mudharabah, selain itu transaksi mudharabah sedikit rumit, sehingga nasabah
enggan melakukan transaksi mudharabah, maka perlu untuk melakukan
pengenalan pembiayaan mudharabah lebih luas dan lebih mudah prosesnya,
sehingga di harapkan penelitian ini mampu menambah kajian dan wawasan,
terutama pihak PT.BPR Syari’ah Lantabur Tebuireng dan nasabahnya untuk
lebih mengefektifkan operasional pembiayaan mudharabah
B.Rumusan Masalah
Penelitian ini terfokus pada analisis Pembiayaan Mudharabah. Dari
fokus ini, terumuskan empat masalah, yaitu :
1. Bagaimana bentuk modal pada Pembiayaan Mudharabah?
7
Nurma Nasyikhah, 2013, Analisis Pembiayaan Mudharabah BPRS Surya Cabang Semarang Terhadap Usaha Kecil, Jurnal Ilmiah, Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang, hal.3
5
2. Bagaimana bentuk transaksi pada Pembiayaan Mudharabah?
3. Bagaimana jenis usaha pada Pembiayaan Mudharabah?
4. Bagaimana prinsip bagi hasil pada Pembiayaan Mudharabah?
C.Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah
1. Untuk menggambarkan modal pada Pembiayaan Mudharabah.
2. Untuk menggambarkan transaksi pada Pembiayaan Mudharabah.
3. Untuk menggambarkan jenis usaha pada Pembiayaan Mudharabah.
4. Untuk menggambarkan prinsip bagi hasil pada Pembiayaan Mudharabah.
D.Manfaat Penelitian.
Dari tujuan penelitian yang dilakukan sedikit banyak pasti memiliki
manfaat tersendiri, antara lain:
Pertama, manfaat teoritis, yaitu bahwa penelitian ini bisa digunakan
sebagai referensi teoritis tentang teori- teori manajemen dakwah terutama
mengenai Pembiayaan Mudharabah dalam mengembangkan Usaha Kecil
Menengah.
Kedua, manfaat praktis, yaitu bahwa penelitian ini dapat digunakan sebagai
bekal pengetahuan bagi PT. BPR Syari’ah Lantabur Tebuireng, Jl. Ahmad Yani
Ruko Citra Niaga Blok E-11, Jombang.
6
Untuk memperjelas kemana arah pembahasan yang diangkat, maka
penulis perlu memberikan definisi dari judul penelitian tersebut, yaitu dengan
menguraikan sebagai berikut:
Pembiayaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata
biaya yang artinya uang yang dikeluarkan untuk mengadakan atau melakukan
sesuatu. Sedangkan kata pembiayaan artinya segala sesuatu yang berhubungan
dengan biaya. Pembiayaan merupakan aktivitas utama dari bank syari’ah yaitu
suatu fasilitas yang diberikan bank syari’ah kepada anggotanya untuk
menggunakan dana yang telah dikumpulkan oleh bank syari’ah dari
anggotanya. Dapat dikatakan pembiayaan karena bank syari’ah menyediakan
dana guna membiayai kebutuhan nasabah yang membutuhkan dan layak
memperolehnya8.
Mudharabah adalah akad kerjasama dalam hal menjalankan usaha atau
wirausaha antara dua pihak, yang mana pihak pertama (Shahibul Maal) yang
menyediakan modal yang diberikan kepada Mudharib sebagai pengelola dana
atau usaha tersebut. Keuntungan dibagi dua sedangkan kerugian finansial
sepenuhnya ditanggung oleh pihak bank syari’ah selama kesalahan tidak di
buat atas kelalaian oleh pihak nasabah.
Usaha Kecil Menengah menurut UU No.20 tahun 2008 tentang usaha
mikro, kecil, dan menengah disebutkan bahwa usaha mikro adalah usaha
produktif milik orang perorangan atau badan usaha perorangan yang memenuhi
kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Sedangkan
8
Sa’dullah Ahmad Safiq, 2013, Peran Pembiayaan Mudharabah dalam Mengembangkan Usaha Kecil Menengah, Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Universitas Islam Negeri Walisongo,semarang, hal.16
7
usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan lain dan merupakan usaha yang
berdiri sendiri dengan modal dari dirinya sendiri.
Sedangkan PT. BPR Syari’ah Lantabur Tebuireng adalah suatu
lembaga keuangan atau perbankan pertama yang berdiri di wilayah jombang
dan beroperasi berdasarkan prinsip syari’ah. Diawali dengan keinginan untuk
dapat menjalankan perekonomian secara Islam dan berusaha meningkatkan
perekonomian umat di wilayah jombang, maka dengan diprakarsai oleh
Tebuireng, Jombang dan masyarakat yang peduli terhadap perekonomian umat,
maka dibentuklah lembaga keuangan yang bernama PT. BPR Syari’ah
Lantabur Tebuireng dengan izin pendirian berdasarkan keputusan
MENKUMHAM No.C-7026.HT.2005 dan ijin dari Bank Indonesia
No.8/4/KEP.GBI/20069.
Dari uraian di atas, penulis bermaksud untuk mengetahui makna dari
masing-masing istilah pada sub judul penelitian. Sehingga dapat di pahami
bahwa Pembiayaan Mudharabah adalah sebuah pembiayaan yang disalurkan
oleh bank syari’ah kepada nasabah melalui Usaha Kecil Menengah dengan
maskud mendorong pertumbuhan ekonomi dalam mewujudkan stabilitas
nasional. Sehingga dapat diketahui gambaran maksud dari penelitian ini.
F. Sistematika Pembahasan
9 Company Profile PT BPRS Lantabur Tebuireng, 2006, Lantabur.pst@gmail.com
8
Didalam sistematika pembahasan dibagi menjadi lima bab.
Masing-masing bab akan diuraikan dalam sub-sub bab yang dimaksudkan untuk
mempermudah penyusunan skripsi dan pemahamannya, sehingga dapat dicapai
sasaran yang sesuai dengan tujuan pembahasan dalam judul penelitian ini,
yaitu Analisis Pembiayaan Mudharabah dalam Mengembangkan Usaha
Kecil Menengah. Dari fokus ini maka dapat dibuat rumusan masalah
penelitian.
Berangkat dari rumusan masalah, maka dapat dibentuk metode
penelitian. Dalam menentukan metode penelitian, jenis data penelitian menjadi
pijakan awal dalam menentukan pendekatan dan jenis penelitian. Data-data
penelitian yang digali merupakan penjabaran dari teori rukun dan syarat
transaksi mudharabah sehingga menghasilkan beberapa jenis data yang akan
dibahas pada bab berikutnya.
Dalam fokus penelitian harus memiliki kekuatan secara teoritis yang
akan dibahas pada bab kedua. Teori tersebut yaitu teori tentang syarat dan
rukun mudharabah diantaranya syarat tentang modal, jenis usaha, sighot
(akad), dan bagi hasil. Keempat syarat tersebut merupakan teori yang harus
dipenuhi dalam melakukan akad mudharabah. Kemudian teori-teori tersebut
dianggap sebagai data mentah dan perlu diolah kembali dengan melakukan
penajaman akurasi data dilapangan yang akan disajikan dalam bab berikutnya.
Dalam bab ketiga, pembahasan tentang data lapangan dibagi menjadi
empat sub-bab, sesuai dengan masalah yang dijabarkan dari fokus penelitian
9
dalam Pembiayaan Mudharabah. Akibat dari data-data ini maka akan
menimbulkan kegiatan interprestasi yaitu pembahasan hasil temuan di
lapangan dengan teori-teori yang relevan.
Hasil dari kegiatan interprestasi terwujud berupa analisis dan temuan
yang dibahas dalam bab ke empat. Temuan ini dapat menghasilkan tiga
kemungkinan. Pertama, data dan teori saling memperkuat. Kedua, data
memperkaya teori. Ketiga, data dan teori saling berlawanan.
Temuan data merupakan jawaban atas rumusan masalah yang dibahas
secara singkat dalam bab empat. Karena hanya ada empat rumusan masalah,
maka kesimpulan yang dimuat dalam bab lima berjumlah empat kesimpulan.
Berdasarkan kesimpulan ini, saran-saran diajukan sesuai dengan kegunaan
BAB II
TEORI MUDHARABAH
A.Penelitian Terdahulu
Untuk penelaah yang lebih komperhensif, maka penelitian ini disusun
dengan melakukan kajian-kajian terhadap penelitian terdahulu atau karya
ilmiah yang relefan untuk diteliti. Penelitian terdahulu ini masing-masing
memiliki alur sebagaimana pada gambar dibawah ini :
Gambar 1.1 Kajian Mekanisme Akad Mudharabah
Gambar diatas menunjukkan alur dari masing-masing penelitian
terdahulu. Semua penelitian menjelaskan tentang mudharabah. Namun,
masing- masing penelitian arahnya berbeda, Pertama, Kajian tentang akad
mudharabah. Kajian ini menekankan pada rukun dan syarat mudharabah.
Penelitian ini banyak dilakukan dan dipublikasikan oleh Dede Prana Yudhi
Lubis, Dahrani1, dan Nurhalimah2.
1
Dahrani, 2014, Analisis Mekanisme Pembiayaan Mudharaba pada Bank BNI Syari’ah Cab.Medan, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
Al-Mudharabah
Dampak
Ekonomi Prosedur/
Akad
UMKM
11
Kedua, Kajian ini mengarah pada dampak dari akad Mudharabah
yaitu, dampak pada usaha kecil menengah dan ekonomi masyarakat. Pada
tahap ini, penelitian banyak dilakukan oleh Dwi Agung Nugroho Arianto3,
Choirunnikmah4, Ryantiar Fahmi Faisal5, M.Alif Siswanto6, dan Anita Mega
Utami7. Kedua, dampak bagi Usaha Kecil Menengah yang telah dilakukan oleh
Abdul Wahab8, Nurma Nasyikhas9, Rahmatul Azizah10, Herliyanti Novianti11,
Dinding Sukamdi12, Firman Fadli13, Sa’dullah Ahmad Safiq14, Nazilatul
2
Nurhalimah, 2008, Analisis Pembiayaan Mudharaba dalam Program Pembiayaan Produktif koperasi dan usaha Mikro di BMT FOSILATAMA Banyumanik Semarang, Skrpsi, Muamalah, Fakultas Syari’ah, Institut Agama Islam Negeri Walisongo, Semarang.
3
Dwi Agung Nugroho Arianto, 2011, Peranan Mudharabah Seabagai Salah Satu Produk Perbankan Syari’ah dalam Uapaya Mengentaskan Perekonomian Indonesia, Jurnal, Ekonomi & Pendidikan, Fakultas Ekonomi, Sekolah Tinggi Ekonomi Nahdlatul Ulama’ ( STIENU ) Jepara.
4
Choirunnikmah, 2011, Analisis Implikasi Pembiayaan Syari’ah Pada Pedagang Kecil di Pasara Tanjung Jember, Jurnal, Jurusan Managemen, Fakultas ekonomi Bisnis, Univesitas Jember.
5
Ryantiar Fahmi Faisal, 2013, Peran Pembiayaan Bank Syari’ah Terhadap Pengembangan Sektor Rill ( Studi Kasus Pada Bank Jatim Syari’ah Cab.Surabaya, Jurnal, Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi & Hukum, Universitas Brawijaya, Malang.
6
M.Alif Iswanto, 2012, Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadapa Peningkatan Pendapatan Nasabah di BMT Al-Falah Sumber Kab. Cirebon, Skripsi, Muamalah Ekonomi Perbankan Islam, Fakultas Syari’ah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon.
7
Anita Mega Utami, 2011, Peran Pembiayaan Mudharaba Terhadap Pendapatan BMT Bina Sejahterah Pondok Gede, Skripsi, Muamalat Ekonomi Syari’ah, Fakultas Syari’ah & Hukum, Universitas Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
8
Abdul Wahab, 2014, Telaah Teoritis Pembiayaan Syai’ah dalam Mengembangkan UMKM, Jurnal, Ilmu Ekonomi, (Fakultas Ilmu Ekonomi & Hukum, Universitas Alaudin.
9
Nurma Nasihah, 2008, Analisis Pembiayaan Mudharabah BPRS Suriyah Cab.Semarang Terhadap Uasah Kecil Menengah, Jurnal, Akuntansi, Fakultas Ekonomi & Bisnis, Universitas Nuswantoro Semarang. 10
Rahmatul Azizah, 2009, Peran BMT Bina Insani Mandiri dalam Pembiayaan Mudharabah Untuk Mengembangkan Usaha Kecil Menengah di Kec. Gondang Rejo Kab.Karang Anyar, Skrpsi, Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan & Pendidikan, Universitas Sebelas Maret.
11
Herlina Novianti, 2013, Analisis Pembiayaan Mudharabah dalam Usaha Kecil Menengah pada PT.Bank Muamalat Indonesia, Skripsi, Akuntansi, Fakultas Ekonomi & Bisnis, Universitas Mercubuana Jakarta. 12
Dinding Sukamdi, 2012, Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap Tingkat Produksi Usaha Kecil ( Penelitian Pada BMT El-Fajar Jalaksana Kuningan ) Skripsi, Ekonomi Perbankan Islam, Fakultas Syari’ah, Institut Agama Islam Negeri ( IAIN ) Syehk Nur Jati Cirebon.
13
Firman Fadli, 2014, Peranan Pembiayaan Mudharabah dalam Mengembankan Usaha Mikro dan Kecil Pada Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah ( KJKS ) Manfaat, Skripsi, Ekonomi Islam, Fakultas Sari’ah & Hukum, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
14
Sa’dullah Ahmad Syafiq, 2013, Peran Pembiayaan Mudharabah dalam Mengembangkan Usaha Kecil Menengah, Skripsi, Ekonomi Islam, Fakultas Syari’ah & Ilmu Ekonomi, Institut Agama Islam Negeri Walisongo,semarang.
12
Muna15, Fitri ananda16, dan Rizki Tri Anugerah Bhaktil beserta kelompoknya
Mochammad Bakri dan Siti Hamidah17.
Dari sekian penelitian terdahulu, terdapat perbedaan dan persamaan
yaitu, persamaannya sama-sama mengkaji tentang pembiayaan mudharabah.
Sedangkan perbedaannya yaitu, penelitian ini memaparkan tentang rukun dan
syarat pembiayaan mudharabah, sedangkan penelitian terdahulu memaparkan
prosedur dan peran pembiayaan mudharabah. Perbedaan lainnya adalah
terletak pada objek penelitian.
B.Teori Mudharabah
Secara umum, teori dalam penelitian ini mengarah pada proses peran
Pembiayaan Mudharabah dalam mengembangkan Usaha Kecil Menengah.
Namun, di antara dua kutub ini ada faktor perantara yang menjadi penentu
dalam peran Pembiayaan Mudharabah yaitu dampak atau hasil. Akhirnya, tiga
titik tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1.2 : Alur Penelitian Mudharabah
15
Nazilatul Muna, 2013, Analisis Pembiayaan Mudharabah terhadap Pendapatan Usaha Kecil Pasar Tradisional Karah ( Studi Kasus BMT Amanah Ummah Surabaya), Skripsi, Ekonomi Syari’ah, Fakultas Ekonomi Syari’ah, Instutit Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
16
Firti Ananda, 2011, Analisis Perkembangan Usaha Mikro dan Kecil Setelah Memperoleh Pembiayaan Mudharabah dari BMT At-Taqwa Halmahera dikota Semarang, Skripsi, Ilmu Ekonomi Syaria’h Perbankan, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro.
17
Riski Tri Anugerah Bhkati, 2014, Mochammad Bakri, Siti Hamdah, Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil & Menengah ( UMKM ) melalui Pembiayaan dengan Prinsip bagi Hasil oleh Lembaga Keuangan Syari’ah ( Studi Kasus Mikro, Kecil & Menengah dan Lembaga Syari’ah dikota Malang, Jurnal, Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Brawijaya Malang.
Mudharabah
Dampak UMKM
13
1. Pengertian Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah ialah akad perjanjian antara dua pihak atau lebih
untuk melakukan kerja sama usaha. Satu sebagai penyedia modal sebesar
100% yang disebut sebagai Shahibul Maal dan pihak lainnya sebagai
pengelola usaha yang disebut sebagai Mudharib18.
Mudharabah berasal dari kata adh-dharbu fil ardhi, artinya berjalan
di muka bumi. Fikirkanlah, jika seseorang berjalan di muka bumi ini, maka
pada umumnya hal itu dilakukan dalam rangka menjalankan kegiatan,
misalnya suatu usaha, berdagang atau berjihad di jalan Allah, sebagaimana
firman Allah dalam Al-Qur’an, Surat Al-Muzzammil ayat 20 yang artinya :
"Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri
(sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau
sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang
bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah
mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas
waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu
bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur'an. Dia mengetahui bahwa
akan ada diantara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang
berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang
yang lain lagi berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah
(bagimu) dari Al-Qur'an dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan
berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa
18
Ismail, MBA., Ak. 2005, Perbankan Syari’ah, Kencana Prenada media group. Hal.83
14
saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh
(balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang
paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah;
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.19"
Mudharabah biasa disebut juga qiraadh yang berasal dari kata
al-qardhu yang berarti al-qath’u (sepotong), karena pemilik modal
menyisihkan sebagian dari hartanya untuk diperdagangkan dan pemilik
modal tersebut berhak mendapatkan bagian dari keuntungannya.
Secara teknis, mudharabah ialah akad kerja sama antara dua pihak,
dimana pihak pertama (Shahibul Maal) menyediakan seluruh modal (100%)
sedangkan pihak lainnya sebagai pengelola20. Hal yang sama juga
diungkapkan oleh Abdurrahman Al-Jaziri bahwa mudharabah ialah
pemberian harta dari seseorang kepada orang lain sebagai modal usaha,
yaitu keuntungan yang diperoleh akan dibagi diantara mereka berdua, dan
jika mengalami kerugian akan ditanggung oleh pemilik modal21.
Mudharabah adalah entrepreneur yang melakukan usaha untuk
mendapatkan keuntungan atau hasil atas usaha yang dilakukan. Shahibul
Maal perlu mendapat imbalan atas dana yang diinvestsikan. Sebaliknya,
apabila usaha yang dilakukan oleh pihak Mudharib mengalami kerugian
maka kerugian itu ditanggung oleh Shahibul Maal, selama kerugiannya
bukan karena penyimpangan atau kesalahan yang dilakukan oleh Mudharib.
19
Al-Qur’an dan Terjemahnya, M. Quraish Shihab, hal. 575 20
Muhammad Syafi’I Antonio, 1999, Bank Syari’ah Wacana Ulama dan Cendekiawan,Cet I, Taskia Institute, hal. 171
21
Lihat Ibid, hal.172
15
Apabila Mudharib melakukan kesalahan maka Mudharib wajib mengganti
dana yang diinvestasikan oleh Shahibul Maal22.
Hadist Rasulullah SAW :
لﺎ سﺎ ﻦ ا ﻦ
:
ﻰ طﺮﺘ ا ﺔ رﺎ ﻻﺎ ﻓد اذإ ﻄ ا ﺪ ﻦ سﺎ ا نﺎ
”Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Abbas bin Abdul Muthalib jika memberi dana ke mitra usahanya secara mudharabah. Ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya atau membeli ternak yang berparuh-paruh basah, jika menyalahi hal tersebut maka yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut”23. Disampaikan syarat tersebut kepada Rasulullah SAW dan beliau membolehkannya.
Dari hadist diatas dapat diketahui bahwa memberikan modal untuk
Pembiayaan Mudharabah harus lebih hati-hati, jangan sampai terjadi resiko.
Untuk itu pembiayaan mudharabah harus diterapakan sesuai dengan rukun
dan syarat mudharabah.
2.Dasar Hukum Mudharabah
Meskipun pada dasarnya mudharabah dapat dikategorikan dalam
salah satu musyarakah, namun para cendekiawan fiqih Islam meletakkan
22
Lihat Ibid, hal 84
23
Muhammad Syafi’I Antonio, 2001, Bank Syari’ah dari Teori Kepraktek, Gema Insani, Hal.96
16
mudharabah dalam posisi yang khusus dan memberikan hukum tersendiri
yaitu Al-Qur’an :
ﱠﷲ ْ ﻓ ْﻦ نﻮﻐﺘْ ضْر ْﻷا ﻲﻓ نﻮ ﺮْ نوﺮﺧآو
: ﺰ ا ةرﻮ )20 (
“Dan sebagian dari mereka orang-orang yang berjalan dimuka bumi mencari sebagian karunia Allah SWT”. (QS. Al-Muzammil:20)
Mudharib sebagai enterpreneur adalah sebagian dari orang-orang
yang melakukan (dharb) perjalanan untuk mencari karunia Allah SWT.
Karunia Allah SWT tersebut dapat diwujudkan dari keuntungan investasi
yang diperolehnya. Ayat Al-Qur’an lain yang senada misalnya :
ﺒوُﺮِﺸَ ﺎَ ُةﻼﱠﺼﺒ ْ َﻴِﻀُﻗ ﺒَذِﺈَ
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah SWT”. (QS.Al-Jum’ah:10)
َﱠ ﺒ ﺒوُﺮُْذﺎَ ٍتﺎََﺮَ ْ ِ ُْْﻀََأ ﺒَذِﺈَ ْ ُﱢَر ْ ِ ًﻼْﻀَ ﺒﻮُﻐَـَْـ ْنَأ ٌﺘﺎَُﺟ ْ ُ ْﻴََ َﺲْﻴَ
َﲔﱢﺎﱠﻀ ﺒ ْ َِ َِِْـﻗ ْ ِ ُْ ُ ْنِإَو ْ ُﺒَﺪَ ﺎَ َ ُوُﺮُْذﺒَو ِمﺒَﺮَْﳊﺒ ِﺮَْﺸَْﺒ َﺪِْ
)
198
(
“Tidak ada dosa (halangan) bagimu untuk mencari karunia dari tuhanmu. (QS. Al- Baqarah:198)24
3. Rukun dan Syarat Mudharabah
Dalam Pembiayaan Mudharabah terdapat beberapa rukun yang
harus diperhatikan yaitu; Pertama, modal yang disedikan dalam
24
Al-Qur’an dan Terjemah, Insani Media Pusataka, hal.32
17
Mudharabah25. Kedua, transaksi atau sighot ketika melaksanakan
Pembiayaan Mudharabah. Ketiga, jenis usaha yang dilaksanakan oleh
Mudharib atau nasabah. Empat, bagi hasil yang diperuntukkan untuk kedua
pihak yang melakukan akad mudharabah.
Keempat rukun diatas masing-masing memiliki syarat yaitu;
Pertama, syarat dari modal. Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya.
Modal dapat berbentuk uang atau barang yang dinilai. Jika modal diberikan
dalam bentuk aset, maka aset tersebut harus dinilai pada waktu akad. Modal
tidak dapat berbentuk piutang dan harus dibayarkan kepada mudharib
(pengelola modal) baik secara bertahap maupun tidak sesuai dengan
kesepakatan dalam akad.
Kedua, syarat dari akad. Dalam syarat ini Penawaran dan
penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan tujuan kontrak (akad).
Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak. Akad dituangkan
secara tertulis melalui korespondensi atau dengan menggunakan cara-cara
komunikasi modern.
Ketiga, syarat jenis usaha. Jenis usaha merupakan suatu kegiatan
usaha dimana hal tersebut menjadi hak eksklusif pengelolah (Mudharib)
tanpa campur tangan penyedia dana, tetapi ia mempunyai hak untuk
melakukan pengawasan. Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan
pengelolah sedemikian rupa yang dapat menghalangi tercapainya tujuan
mudharabah. Tujuan dari mudharabah adalah keuntungan. Pengelolah tidak
25
Warkum Sumitro, 1997, Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait, (BAMUI & Takaful) di Indonesia.Grafindo Persada, hal. 34
18
boleh menyalahi hukum Syari’ah Islam dalam tindakannya yang
berhubungan dengan mudharabah dan harus mematuhi kebiasaan yang
berlaku dalam aktifitas tersebut.
Keempat, syarat bagi hasil. Syarat ini harus diperuntukkan bagi
kedua belah pihak dan tidak boleh disyaratkan hanya untuk satu pihak.
Bagian keuntungan proporsional bagi setiap pihak harus diketahui dan
dinyatakan tertulis dalam kontrak yang telah disepakati dan harus dalam
bentuk presentasi (nisbah) dari keuntungan sesuai kesepakatan. Perubahan
nisbah harus berdasarkan kesepakatan. Penyedia dana menanggung semua
kerugian akibat dari mudharabah dan pengelola tidak boleh menanggung
kerugian apapun kecuali diakibatkan dari kesalahan yang disengaja,
kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan.
4. Macam-Macam Pembiayaan Mudharabah
a. Mudharabah Mutlaqah
Mudharabah mutlaqah merupakan akad perjanjian antara
Shahibul Maal dan Mudharib, yang mana Shahibul Maal menyerahkan
sepenuhnya atas dana yang diinvestasikan kepada Mudharib untuk
melaksanakan usaha syari’ahnya. Didalam akad ini, Shahibul Maal
memberi kebebasan kepada pengelola dana (Mudharib) dalam mengelola
investasinya26.
26
Ismail, 2011, Perbankan Syari’ah, Kencana Prenada Media Group, Cet.I, Hal . 86
19
Pembiayaan Mudharabah Mutlaqah juga disebut dengan
investasi pemilik dana kepada bank syari’ah. Bank syari’ah tidak
mempunyai kewajiban untuk mengganti rugi atas pengelolahan dana
yang bukan disebabkan kelalaian atau kesalahan bank sebagai Mudharib.
Sebaliknya, apabila kesalahan atau kelalaian dalam mengelolah dana
investor (Shahibul Maal) dilakukan secara sengaja, maka bank syari’ah
wajib mengganti semua dana Investasi Mudharabah Mutlaqah.
Penerapan mudharabah mutlaqah dapat berupa Tabungan
Mudharbah dan Deposito Mudharabah. Berdasarkan prinsip ini, tidak ada
pembatasan bagi bank syari’ah dalam menggunakan dana yang
dihimpun.
Syarat-syarat melakukan transaksi ini adalah sebagai berikut :
Pertama, bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai
nisbah dan tata cara pemberitahuan keuntungan dan pembagian secara
resiko yang dapat ditimbulkan dari penyimpanan dana. Apabila terjadi
kesepakatan, maka hal tersebut harus dicantumkan dalam akad. Kedua,
untuk Tabungan Mudharabah, bank dapat memberi buku tabungan
sebagai bukti penyimpanan dana, ATM (Anjungan Tunai Mandiri) atau
alat penarikan lainnya kepada penabung. Untuk Deposito Mudharabah
bank wajib memberi sertifikat atau tanda penyimpanan (bilyet) deposito
kepada Deposan. Ketiga, Tabungan Mudharabah dapat diambil setiap
20
diperkenankan mengalami saldo negatif. Keempat, Deposito Mudharabah
hanya dapat dicairkan sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati.
b. Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah muqayyadah atau disebut juga dengan istilah
restricted mudharabah / specified mudharabah adalah kebalikan dari
mudharabah muthlaqah. Si mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha,
waktu, atau tempat usaha27.
Akad mudharabah muqayyadah ada dua macam yaitu pertama,
Mudharabah Muqayyadah On Balance Sheet adalah akad kerjasama
usaha yang mana mudharib ikut menanggung resiko atas kerugian dana
yang diinvestasikan oleh Shahibul Maal. Dalam akad ini, Shahibul Maal
juga memberi batasan secara umum misalnya, batasan tentang jenis
usaha, jangka waktu pembiayaan, dan sektor usahanya.
Karakteristik jenis simpanan ini; Pertama, pemilik dana harus
wajib menetapkan syarat atau membuat akad yang wajib di penuhi oleh
Mudharib. Kedua, bank wajib memberitahu pemilik dana mengenai
nisbah dan tata cara bagi hasil serta pembagian secara resiko yang
dicantumkan dalam akad. Ketiga, sebagai tanda bukti simpanan, bank
menerbitkan bukti simpanan khusus yang memisahkan dana dari
rekening lainnya. Keempat, untuk Deposito Mudharabah, bank wajib
memberikan sertifikat atau tanda penyimpanan (bilyet) deposito kepada
Deposan.
27
Muhammad Syafi’i Atonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktek, Gema Insani, hal.97
21
Kedua, Mudharabah Muqayyadah Of Balance Sheet adalah
Jenis mudharabah ini merupakan penyaluran dana mudharabah
langsung kepada pelaksana usahanya, dimana bank bertindak sebagai
perantara yang mempertemukan antara pemilik dana dengan pelaksana
usaha. Pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus
dipenuhi oleh bank dalam mencari kegiatan usaha yang akandibiayai dan
peleksanaan ushanya
Karakteristis jenis penyimpanan ini diantaranya Pertama,
sebagai tanda bukti simpanan, bank menerbitkan bukti simpanan khusus
yang memisahkan dana dari rekening lainnya. Simpanan khusus dicatat
pada pos tersendiri dalam rekening administratif. Kedua, dana simpanan
khusus harus disalurkan langsung kapada pihak yang diamanatkan oleh
pemilik dana. Ketiga, bank menerima komisi atas jasanya
mempertemukan kedua belah pihak. Sedangkan antara pemilik dana dan
pelaksana usaha berlaku nisbah bagi hasil.
5. Prospek Pengembangan UKM
Analisa yang dikemukakan oleh banyak pihak, terutama oleh para
pengamat ekonomi, bahwa krisis ekonomi yang mendera perekonomian
nasional diakibatkan karena kegagalan sektor usaha berskala besar yang
selama ini banyak mendapat proteksi dari pemerintah. Perusahaan besar
22
mereka mengalami kebangkrutan karena selama ini mereka
menggantungkan sumber pendanaannya pada faktor eksternal atau hutang28.
Berbeda dengan Usaha Kecil Menengah (UKM), yang justru tetap
memperlihatkan keterampilannya untuk tetap bertahan meski diterpa badai
krisis. Hal ini tidak mengherankan karena selama ini mereka eksis diatas
usaha sendiri, dan sumber daya pribadi.
Kemampuan Usaha Kecil Menengah untuk bertahan dengan
sumber daya pribadi inilah yang membuat banyak kalangan merasa optimis
bahwa UKM dimasa sekarang dan dimasa depan merupakan tonggak
penyelamat ekonomi nasional. Stoner, menyebutkan UKM sebagai dewa
penyelamat bagi perekonomian karena mereka masih mampu memberikan
lapangan kerja29.
Meskipun UKM menjanjikan bagi masa depan perekonomian
nasional, namun dalam perkembangannya seringkali dihadapkan oleh
berbagai dilema. Persoalan pendanaan merupakan salah satu dilema yang
sangat krusial bagi kelanjutan usaha UKM. Lembaga keuangan formal
(bank) yang diharapkan sebagai sumber pendanaan bagi perkembangan
perekonomian UKM telah gagal memainkan fungsi dasarnya. Terutama
dalam menyalurkan dana secara efektif atau paling menguntungkan secara
finansial. Bahkan lembaga tersebut memandang usaha mikro sebagai unit
ekonomi yang Non Bankable. Untuk itu perlu system alternatif yang mampu
merombak diskriminasi dan ketidakadilan secara ekonomi. Dalam kontek
28
Muhammad, 2005, Bank Syari’ah Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia, Graha Ilmu, Hal .109
29
Lihat Ibid, hal.110
23
inilah kehadiran lembaga keungan bank yang beroperasi atas dasar syari’ah
dituntut mampu mewujudkan misi Islam sebagai Rahmat lil alamin. Untuk
mewujudkan hal itu, bank syari’ah menggunakan system bagi hasil dan
kehati-hatian agar tidak keluar dari kontek hukum Islam.
Sistem bagi hasil merupakan salah satu pembiayaan yang memiliki
porsi keunggulan tersendiri, diantaranya :
Pertama, Pembiayaan musyarakah dan mudharabah akan
menggerakkan sektor riil, karena pembiayaaan ini bersifat produktif yakni
disalurkan untuk kebutuhan investasi dan modal kerja. Jika investasi di
sektor riil meningkat tentunya akan menciptakan kesempatan kerja baru
sehingga dapat mengurangi pengangguran sekaligus meningkatkan
pendapatan masyarakat.
Kedua, nasabah akan memiliki dua pilihan, apakah akan
mendepositokan dananya pada bank syari’ah atau bank konvensioanal.
Nasabah akan membandingkan antara expected rate of return yang
ditawarkan bank syariah dengan tingkat suku bunga bank konvensional.
Dimana selama ini, kecenderungannya rate of return bank syari’ah lebih
tinggi daripada suku bunga bank konvensional. Dengan demikian
diharapkan akan menjadi pendorong peningkatan jumlah nasabah di bank
syari’ah.
Ketiga, peningkatan persentase pembiayaan bagi hasil akan
24
keputusan bisnis yang berisiko. Pada akhirnya akan berkembang berbagai
inovasi baru yang akan meningkatkan daya saing bank syari’ah.
Keempat, pola Pembiayaan Mudharabah adalah salah satu pola
pembiayaan berbasis produktif yang memberikan nilai tambah bagi
perekonomian dan sektor riil sehingga kemungkinan terjadinya krisis
keuangan akan dapat dikurangi. Selain itu, dengan mengoptimalkan
pembiayaan bagi hasil, bank syari’ah dapat menumbuhkan jiwa
entrepreneurship nasabah yang pada akhirnya dapat meningkatkan
distribusi pendapatan dan memberdayakan ekonomi masyarakat30.
30
Abdul Wahab, 2014, Telaah Teoritis Pembiayaan Syari’ah dalam Mengembangkan UMKM, Jurnal, Jurusan Ilmu Ekonomi, UIN Alauddin, Jl. St. Alauddin No. 36, Gowa, hal. 56
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif.
Pendekatan kualitatif ini dinilai lebih tepat untuk menganalisa permasalahan
yang berkaitan dengan judul penelitian, yaitu Analisis Pembiayaan
Mudharabah dalam Mengembangkan Usaha Kecil Menengah. Mc. Milan
berpendapat bahwa karakteristik penelitian kualitatif diantaranya objektif,
akurat, tepat, dapat dibuktikan, menjelaskan, kenyataan empiris, logis dan
sesuai kondisi nyata1.
Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif
deskriptif. Jenis penelitian ini lebih relevan dengan judul yang akan diteliti dan
mampu menjawab semua pertanyaan yang berkaitan dengan fokus penelitian.
Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian dengan cara menggambarkan
data-data yang telah terkumpul sebagaimana adanya, tanpa bermaksud membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi2.
B. Lokasi Penelitian
PT. BPR Syari’ah Lantabur Tebuireng adalah suatu lembaga
keuangan atau perbankan pertama yang berdiri diwilayah Jombang yang
1
Ismail Nawawi Uha, 2012, Metoda Penelitian Kualitatif, Dwiputra Pustaka Jaya. hal . 65
2
26
beroperasi berdasarkan prinsip syari’ah. Diawali dengan keinginan untuk dapat
menjalankan perekonomian secara Islam dan berusaha menigkatkan
perekonomian umat di wilayah jombang, maka dengan diprakarsai oleh
tebuireng, jombang dan masyarakat yang peduli terhadap perekonomian umat,
maka dibentuklah lembaga keuangan yang bernama PT. BPR Syari’ah
Lantabur Tebuireng. Lokasi PT. BPR Syari’ah Lantabur Tebuireng lebih
tepatnya terletak di Jl. Ahmad Yani, Ruko Citra Niaga Blok E-11, Jombang.
Pemilihan lokasi tersebut berdasarkan atas pertimbangan baik dari
kampus maupun dari peneliti. Hal ini dikarenakan lokasi penelitian tersebut
mudah dalam birokrasinya dengan harapan pelaksanaan penelitian berjalan
dengan lancar tanpa halangan sesuatu apapun.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Hampir semua jenis data dalam penelitian ini bersifat primer,
karena digali langsung dari observasi, kecuali data-data kepustakaan yang
dapat dikatakan sebagai data skunder. Keseluruhan data yang digali
disesuaikan dengan fokus dan rumusan masalah. Uraian data juga
disesuaikan dengan teori yang relevan dan memiliki sinkronisasi dengan
maksud dan tujuan dilakukannya penelitian.
Data-data yang akan digali dalam penelitian ini dapat
dikelompokkan dalam empat bagian. Pertama, syarat modal. Syarat modal
27
berupa uang atau barang yang nilainya sama, dan modal harus tunai. Kedua,
syarat transaksi, yang meliputi penawaran dan penerimaan sesuai tujuan
kontrak dan akad dituangkan secara tertulis. Ketiga, syarat jenis usaha.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mudharabah yaitu usaha sepenuhnya
adalah hak mudharib atau nasabah dan bank syari’ah tidak berhak ikut
campur dalam usaha nasabah selama usaha nasabah tersebut tidak
menyalahi hukum. Keempat, syarat bagi hasil. Syarat ini diperuntukkan
untuk kedua pihak dimana prosentase pembagian keuntungan diketahui dan
dinyatakan dalam kontrak.
2. Sumber Data
a. Sumber Data Primer
Data ini merupakan data yang dikumpulkan dari lapangan
dengan melakukan wawancara kepada beberapa informan kunci atau
subjek penelitian yang terkait dengan perihal sistem Pembiayaan
Mudharabah dalam mengembangkan Usaha Kecil Menengah.
Data ini juga memiliki kriteria yaitu modal yang diharuskan
pada Pembiayaan Mudharabah, transaksi dalam mudharabah, jenis usaha
pada Pembiayaan Mudharabah, dan prinsip bagi hasil pada Pembiayaan
Mudharbah.
Secara keseluruhan, jenis data yang diklasifikasikan berdasarkan
28
b. Sumber Data Skunder
Adapun sumber data yang dipergunakan oleh peneliti untuk
melengkapi data tersebut adalah informan dan dokumen. Berikut ini
adalah rincian para informan dan dokumen dalam memperoleh data.
(1). Informan, yaitu orang- orang yang memberikan informasi atau
keterangan yang terkait dengan dengan masalah yang diteliti. Dan
informan tersebut adalah:
1. Bagian Account Officer PT. BPR Syari’ah Lantabur Tebuireng
2. Bagian Legal pada PT. BPR Syari’ah Lantabur Tebuireng
(2). Dokumen, yaitu data berupa gambar atau tulisan yang ada kaitannya
dengan masalah yang diteliti. Dokumen ini diperlukan untuk
memperoleh data tentang profil, visi dan misi, struktur organisasi
dan prosedur Pembiayaan Mudharabah pada PT. BPR Syari’ah
Lantabur Tebuireng, Jombang.
D. Tahap-Tahap Penelitian
Pada penelitian kualitatif, tahap penelitian dibagi dua yaitu tahap pra
lapangan dan tahap pekerja lapangan. Dalam hal ini peneliti menggunakan
tahap tersebut. Adapun tahap- tahapannya adalah3.
1. Tahap Pra Lapangan
Yaitu tahap yang dilakukan peneliti sebelum melakukan penelitian. Pada
tahap ini dapat diuraikan sebagai berikut :
3
29
a. Menyusun Rencana Penelitian
Tahap pra lapangan yang dilakukan pertama kali adalah menyusun
rancangan penelitian. Rancangan penelitian yang dimaksud adalah
menyusun proposal penelitian yang terdiri dari judul penelitian, rumusan
masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep,
kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
b. Memilih Lapangan Penelitian
Sebelum membuat usulan pengajuan judul, peneliti terlebih dahulu
mencari data atau informasi tentang obyek penelitian yang sesuai dengan
jurusan. Dalam hal ini peneliti menetapkan Analisis Sistem Pembiayaan
Mudharabah dalam Mengembangkan Usaha Kecil menengah (Studi
Kasus PT. BPR Syari’ah Lantabur Tebuireng)
c. Mengurus Perizinan
Setelah membuat usulan penelitian dalam bentuk proposal, peneliti
mengurus izin penelitian di obyek yang akan diteliti dengan cara
meminta surat pengantar dari Fakultas Dakwah dan Komunikasi.
d. Menjajaki dan Meneliti Keadaan Lapangan
Dalam tahap ini, penelitian hanya mengamati apa sebenarnya dan
bagaimana kondisi dilapangan, artinya belum sampai pada pengumpulan
data.
e. Memilih dan Memanfaatkan Informasi
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pemilihan terhadap informan
30
dibahas. Dengan bantuan pihak HRD (Human Resources Department),
peneliti menetapkan pihak Account Officer PT. BPR Syari’ah Lantabur
Tebuireng sebagai informan utama. Disampimg itu, ada bagian Legal
yang memberi informasi mengenai pelaksanaan akad Pembiayaan
Mudharabah.
f. Menyiapkan Perlengkapan Penelitian
Untuk kelancaran jalannya penelitian, maka peneliti menyiapkan segala
macam perlengkapan anatar lain : daftar pertanyaan wawancara,
peralataan tulis, recorder ( perekam ), kamera dan laptop.
g. Etika penelitian
Pada tahap terakhir ini, peneliti sangat menjaganya. Sebab tahap ini
menyangkut hubungan dengan orang lain yang berkenaan dengan
data-data yang diperoleh peneliti. Dengan terjaganya etika yang baik, maka
nantinya akan terjalin suatu kerjasama yang menyenangkan antara kedua
belah pihak. Diantaranya dalam menjaga etika penelitian adalah :
1. Mengucapkan salam ketika masuk dan keluar lapangan
2. Berjabat tangan serta menyapa dengan senyum dan ramah
3. Meminta izin terlebih dahulu sebelum melakukan wawancara
31
2. Tahap Pekerjaan Lapangan
Uraian tentang pekerjaan lapangan dapat dibagi menjadi tiga bagian antara
lain :
a. Memahami Latar Belakang Penelitian
Untuk meneliti pekerjaan lapangan, peneliti memahami latar belakang
penelitian terlebih dahulu, disamping itu peneliti perlu mempersiapkan
diri baik secara fisik maupun mental agar berjalan dengan baik.
b. Memasuki lapangan
Dalam tahap ini, peneliti malakukan penelitian kelapangan untuk
mencari data-data atau informasi yang berkaitan dengan fokus
penelitian.
c. Tahap penulisan laporan
Pada tahap ini, peneliti menyusun hasil atau data yang diperoleh
selama penelitian di lapangan. Penulisan laporan disusun berdasarkan
fakta yang sebenarnya.
E. Tehnik Pengumpulan Data
Penelitian kualitatif menggunakan beberapa metode dalam
pengumpulan data4. Metode tersebut antara lain metode wawancara, observasi,
dan dokumentasi. Data-data yang telah ditentukan akan digali dengan studi
kepustakaan, studi lapangan, wawancara, dan dokumentasi. Studi kepustakaan
merupakan teknik pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku,
literatur-4
32
literatur, dokumen resmi, tulisan ilmiah dan sumber kepustakaan lainnya yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti. Data yang diperoleh dengan teknik
ini adalah data sekunder.
Dalam studi lapangan, data dan informasinya diperoleh dengan
melakukan kegiatan dilapangan dari objek penelitian. Wawancara yaitu suatu
proses interaksi dan komunikasi untuk mendapatkan data dan informasi dengan
cara bertanya langsung kepada responden mengenai data tentang rukun dan
syarat mudharabah, prosedur Pembiayaan Mudharabah, dan peran Pembiayaan
Mudharabah. Sedangkan responden adalah orang yang memberikan keterangan
atau data yang diperlukan peneliti melalui wawancara responden tersebut.
Teknik dokumentasi dilaksanakan untuk mengetahui kondisi internal
perusahaan. Data dari hasil dokumentasi seperti jumlah karyawan, sejarah
perusahaan, struktur organisasi, job description dan data-data lainnya.
F. Tehnik Validasi Data
Agar data menjadi valid dan dinilai absah, perlu dilakukan
perpanjangan penelitian, triangulasi, dan diskusi dengan para pakar.
Perpanjangan penelitian dilakukan dengan memperbanyak intensitas kegiatan
dilapangan, termasuk keterlibatan peneliti dilokasi penelitian. Hal ini
memungkinkan bagi peneliti karena lokasi penelitian ini dekat dengan domisili
peneliti. Selain itu, objek penelitian memiliki sistem yang lengkap sehingga
33
Triangulasi berarti meminta konfirmasi atas data yang telah diperoleh
peneliti. Konfirmasi ini dilakukan peneliti dengan memberikan laporan
penelitian terlebih dahulu kepada informan yang diteliti, agar mendapatkan
koreksi. Setelah itu laporan penelitian bisa dipublikasikan.
Permasalahan penelitian harus didiskusikan dengan para pakar, hal ini
dimaksudkan untuk memperkuat suatu data. Upaya ini dilakukan pada saat
penelitian dimulai hingga pembuatan laporan penelitian. Masukan-masukan
penting diharapkan bisa menambahkan kualitas data penelitian.
Triangulasi merupakan teknik untuk menguji kredibilitas data. Teknik
ini dilakukan dengan cara mengecek data kepada responden yang sama dengan
teknik yang beda. Salah satu contoh dari triangulasi yaitu peneliti melakukan
wawancara kemudian mengecek dengan observasi. Triangulasi waktu juga
sering mempengaruhi kredibilitas data. Peneliti menguji data dengan
melakukan wawancara, observasi dan dokumentasi dalam waktu dan situasi
yang beda dengan maksud untuk melakukan pengecekan atas kevalidan data.5
G. Teknik analisa data
Menurut Bogdan dan Biklen, “Secara konseptual analisis data
merupakan proses sistimatis pencarian dan pengaturan transkrip wawancara,
catatan lapangan dan materi-materi lain yang telah dikumpulkan untuk
peningkatan pemahaman mengenai materi tersebut dan untuk memungkinkan
menyajikan apa yang sudah ditemukan kepada orang lain”6.
5
Sugiono, 2010, Memahami Penelitian Kualitatif, Alfabeta, hal .127
6
34
Dalam merencanakan data-data yang digali di lapangan, digunakan
teknik taksonomik. Teknik taksonomik merupakan teknik untuk menguraikan
domain yang terfokus dan memilahnya menjadi beberapa sub-domain serta
bagian-bagian khusus yang lebih terperinci. Teknik ini dilakukan dengan
memecah konsep-konsep dalam permasalahan yang dibahas menjadi data-data
paling kecil dan lebih konkrit.
Data-data yang telah terkumpul kemudian dianalisa dengan
menggunakan tiga teknik yang biasa digunakan dalam penelitan kualitatif.
Teknik yang digunakan yaitu reduct data, display data, dan consclusion
drawing. Reduct data adalah suatu cara membuat konsep data dan menggalinya
dilapangan. Display data adalah cara menguraikan dan menampilkan data-data
secara sistematis dan apa adanya. Conclusion Drawing adalah teknik untuk
menarik suatu kesimpulan yang representative dan inhern dengan
permasalahan yang telah dirumuskan7.
Dalam pembahasannya, metode induktif digunakan dalam penelitian
ini, kemudian hasil penelitian didiskusikan dengan kajian teoritis untuk
menemukan sisi idealitas dan realitas.
7
BAB IV
GAMBARAN UMUM
A.Gambaran Umum Obyek Penelitian
1. Sejarah PT. BPR Syari’ah Lantabur Tebuireng
PT. BPR Syari’ah Lantabur Tebuireng adalah suatu lembaga
keuangan atau perbankan pertama yang berdiri diwilayah Jombang yang
beroperasi berdasarkan prinsip syari’ah. Diawali dengan keinginan untuk
dapat menjalankan perekonomian secara Islam dan berusaha meningkatkan
perekonomian umat di wilayah Jombang, dengan diprakarsai oleh
Tebuireng, Jombang dan masyarakat yang peduli terhadap perekonomian
umat, maka dibentuklah lembaga keuangan yang bernama PT. BPR
Syari’ah Lantabur Tebuireng dengan ijin pendirian berdasarkan keputusan
MENKUMHAM No.C-7026.HT.2005 dan izin dari Bank Indonesia
No.8atau4atauKEP.GBIatau2006.
PT. BPR Syari’ah Lantabur Tebuireng mendapatkan dukungan
yang luar biasa dari masyarakat dalam setahun pembukaannya. Hal ini dapat
dilihat dengan adanya peningkatan yang luar biasa dalam menghimpun dana
dari pihak ketiga (Tabungan dan Deposito) yaitu sebesar
Rp.1.616.985.069,00 per maret 2007 dengan tingkat imbalan yang
menguntungkan yaitu kurang lebih 7% per tahun. Disamping itu,
kepercayaan masyarakat menjadi lebih kuat dikarenakan PT. BPR Syari’ah
36
dijamin oleh pemerintah melalui program penjamin dana pihak ketiga
(LPS). Dengan adanya jaminan diatas maka sangat menguntungkan dan
aman jika masyarakat berinvestasi pada Lembaga Keuangan PT. BPR
Syari’ah Lantabur Tebuireng. Investasi dapat dilakukan melalui program
Tabungan Mudharabah dan Deposito Mudharabah.
PT. BPR Syari’ah Lantabur Tebuireng memiliki peranan penting
dalam menggerakkan sektor riil yaitu dengan memberikan modal kerja dan
modal investasi kepada UKM dan UMKM di wilayah Jombang dengan total
pembiayaan sebesar Rp.1,665,675.274,00 per maret 2007. Pembiayaan
tersebut terbagi atas pembiayaan perdagangan, pertanian dan usaha
produktif lainnya. Pembiayaan lain yang digunakan adalah pembiayaan
akad mudharabah (bagi hasil), musyarokah (jual beli), dan ijarah
(sewa-menyewa). Keseluruhan pembiayaan harus berdasarkan kesepakatan
bersama.
PT. BPR Syari’ah Lantabur dikelola secara profesional dan amanah
karena pengelola mendapatkan pembekalan dan keilmuan yang cukup
dengan aktif mengikuti pelatihan yang diadakan oleh Bank Indonesia dan
lembaga keuangan lainnya. Disamping itu, sebagian besar karyawan
pengelola PT. BPR Syari’ah Lantabur Tebuireng adalah alumni dari Pondok
Pesantren Madhrasatul Qur’an Tebuireng1.
1
Company Profile PT BPRS Lantabur Tebuireng, 2006, Jombang, Lantabur.pst@gmail.com
37
2. Visi dan Misi PT. BPR Syari’ah Lantabur Tebuireng
Visi
Mengemban amanah ekonomi Islam
Misi
Bermitra dan bergabung dengan masyarakat luas sebagai upaya
mengembangkan usaha kecil dan menengah dalam rangka
menggali potensi daerah khusunya pada lembaga pendidikan Islam.
3. Struktur Organisasi.
STRUKTUR ORGANISASI PT. BANK PEMBIAYAAN RAKYAT
38
4. Job Description
a. Kepala Cabang
1. Merumuskan dan mengusulkan kebijakan umum bank untuk masa
yang akan datang kepada komisaris agar tercapai tujuan kontitunitas
operasional perusahaan.
2. Menyusun dan mengusulkan rancangan anggaran perusahaan dan
rancangan kerja untuk tahun buku yang baru kapada dewan komisaris.
3. Mengajukan neraca dan perhitungan laba atau rugi tahunan serta
laporan-laporan berkala lainnya kepada komisaris untuk mendapatkan
penilaian.
4. Menyetujui pemindahan tangan saham-saham kepada pemilik baru
yang ditunjuk dan dipilih oleh pemegang saham lama. Setelah
mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dalam anggaran dasar
mengenai pemindahan tangan saham-saham.
5. Mengadakan rapat umum pemegang saham minimal satu tahun sekali.
6. Memberi persetujuan besarnya gaji dan tunjangan lainnya yang harus
dibayarkan kepada pegawai bank.
b. Marketing Funding
Tugas dan Tanggung Jawab Marketing Funding antara lain :
1. Memasarkan produk-produk bank kepada masyarakat yang tergolong
39
2. Membuat jadwal penghimpunan dana baik tabungan, deposito,
maupun angsuran.
3. Melakukan kegiatan penjemputan dana sesuai jadwal yang telah dibuat
dan disetujui oleh Manager Marketing.
4. Melaporkan secara tertulis dan meminta persetujuan Manager
Marketing atas penjemputan dana yang telah dilakukan setiap hari.
c. Marketing Lending
Tugas dan tanggung jawab Marketing Lending antara lain :
1. Mencari peluang-peluang nasabah yang potensial sebagai perolehan
sumber dana maupun alokasi dana pembiayaan.
2. Melakukan pendekatan dengan nsabah yang potensial.
3. Menjaga dan membina hubungan baik dengan nasabah.
4. Memproses pengajuan pembiayaan dari calon debitur meliputi
pemeriksaan kelengakapan data survei lapangan, analisa pembiayaan,
serta persetujuan pembiayaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
d. Legal dan Administrasi Pembiayaan
Tugas dan Tanggung jawab Legal dan Administrasi antara lain :
1. Memeriksa kelengakapan dan keabsahan dokumen atas pembiayaan
yang telah disetujui.
2. Menyimpan berkas-berkas akad dan pengikatan jaminan terhadap
pembiayaan yang telah direalisir.
40
e. Operasional
Tugas dan tanggung jawab Operasional antara lain :
1. Mengotoritas slip-slip transaksi dari kasir dan semua bagian yang
menghimpun data.
2. Memeriksa kelengkapan bukti-bukti mutasi pembukuan dan kebenaran
pencatatan transaksi atau tiket dari masing-masing bagian.
3. Membuat rekapitulasi harian operasional.
f. Teller
Tugas dan tanggung jawab Teller antara lain :
1. Memberi pelayanan penarikan dan penyetoran uang, cekataubliyet
giro dari nasabah kepada bank secara tepat, cermat, lancar dan ramah.
2. Bersama-sama Manager Operasional membuka pintu khasanah.
3. Meminta cash teller dari Manager Operasional setiap hari.
g. Customer Service
Tugas dan tanggung jawab Customer Service antara lain :
1. Melayani setiap tamu atau nasabah yang bermaksud bertemu dengan
staf atau pegawai secara baik dan Islam.
2. Memberikan keterangan yang dibutuhkan oleh tamu atau nasabah
mengenai produk-produk maupun sistem kerja bank syari’ah.
3. Membantu calon nasabah atau debitur dalam melengkapi
41
h. Office Boy
Tugas dan tanggung jawab Office Boy antara lain adalah :
1. Memberikan dukungan kepada semua pegawai yang memerlukan
sesuatu untuk menjamin kelancaran tugas dan pekerjaannya.
2. Memeriksa sarana kantor menjelang tutup kantor.
3. Merapikan berkas-berkas yang berantakan dan mengembalikan pada
tempatnya.
B.Penyajian Data
1. Modal dalam Pembiayaan Mudharabah.
Syarat modal dalam pembiayaan mudharabah yaitu modal tersebut
harus diketahui jumlah dan jenisnya. Modal bisa berbentuk uang atau
barang. Apabila modal berbentuk barang maka harus ditentukan nominalnya
di awal akad. Misalkan, “mesin foto copi seharga Rp.5 juta, maka nasabah
harus mengembalikan modal pokok sesuai dengan harga mesin foto copi
yaitu Rp. 5 juta meskipun suatu saat harga mesin foto copi naik“2.
Sasaran Modal diberikan kepada Mudharib yang sudah memenuhi
syarat dan cakap hukum, berpengalaman minimal satu tahun dalam dunia
usaha, dan usahanya tidak berada dalam daftar kredit macet di suatu bank.
22
Hasil wawancara dengan Bpk.Heru Setyawan, Kamis, 29 Oktober 2015, Pukul 09.00 WIB, di Kantor PT. BPR Syari’ah Lantabur Tebuireng, Jl. Ahmad Yani, Ruko Citra Niaga Blok.E-11, Jombang.
42
Memiliki karyawan minimal 19 karyawan dan operasional usaha lancar atau
produktif.
Modal yang disetor sepenuhnya menjadi tanggung jawab bank
syari’ah (Shahibul Maal). Jika terjadi kerugian, maka sepenuhnya
ditanggung oleh bank syari’ah. Sebaliknya, apabila kerugian diakibatkan
karena kelalaian, menyalahi akad, atau aturan lainnya secara disengaja,
maka pihak nasabah yang bertanggung jawab atas modal yang diberikan
oleh bank syari’ah. Oleh karena itu, ketika melakukan akad, nasabah harus
memenuhi jaminan atau anggunan baik fisik maupun non fisik.
Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya dikarenakan agar tidak
terjadi sengketa ketika pembagian modal. Selain itu agar mudah dalam
penghitungan baik ketika bagi hasil maupun ketika nasabah mengembalikan
modal pokok mudharabah.
Modal juga harus diketahui jumlah dan jenisnya waktu
melaksanakan akad atau transaksi. Pihak bank tidak boleh merubah akad
ketika proses berjalannya usaha nasabah, kecuali sebelumnya ada
kesepakatan di awal akad. Untuk itu, semuanya harus benar-benar
ditentukan di awal akad atau transaksi.
Modal juga harus diketahui jumlah dan jenisnya saat di lokasi Bank
BPR Syari’ah Lantabur Tebuireng, yang mana modal tersebut dicairkan dan
diberikan oleh pihak administrasi.
Strategi Modal yang diberikan dapat berbentuk uang atau barang
43
oleh pihak bank syari’ah, semisal : 5C yaitu harakter (Karakter), Capacity
(Kemampuan), Capital (Modal), Colleteral (Jaminan), Condition (Kondisi).
sehingga nasabah benar-benar layak untuk mendapatkan pembiayaan.
Apabila nasabah membutuhkan barang untuk kebutuhan usahanya maka pihak
bank syari’ah mencarikan barang tersebut dengan taksiran harga yang jelas.
Modal yang diberikan dapat berupa uang atau barang yang memiliki
nilai sama. Apabila Modal berbentuk uang, maka diberikan secara tunai dan
jika modal berupa barang, maka diberikan berupa barang yang telah
ditentukan taksiran harganya dan dinilai pada waktu akad. Contoh ; pihak
nasabah membutuhkan alat atau barang berupa mesin produksi, maka mesin
produksi tersebut harus ditaksirkan harganya, agar semuanya transparan dan
jelas serta mudah dalam proses transaksinya3.
Sasaran modal berupa uang atau barang adalah nasabah yang
membutuhkan modal berupa barang atau mesin semisal mesin foto copi,
maka mesin tersebut harus dinominalkan pada waktu akad. Apabila harga
mesin foto copi Rp. 6 juta, maka pengembaliannya juga Rp. 6 juta meskipun
suatu saat haraga barang naik, maka pengembalian modal tetap memakai
acuan pada kesepakatan awal.
Kedua belah pihak harus berani bertanggung jawab atau
menanggung resiko atas akad mudharabah mengingat konsekuensi dari
prinsip Taraddin Minkum (sama-sama rela). Bank syari’ah rela
3
Hasil wawancara dengan Bpk.Heru Setyawan, Sabtu, 31 Oktober 2015, Pukul 09.00 WIB, di Kantor PT. BPR Syari’ah Lantabur Tebuireng, Jl. Ahmad Yani, Ruko Citra Niaga Blok.E-11, Jombang.
44
mengkontribusikan dananya untuk memenuhi kebutuhan nasabah, baik
berupa uang atau bersedia mencarikan barang yag dibutuhkan untuk usaha
nasabah, sedangkan pelaksana usaha setuju untuk mengkontribusikan
tenaga, pikiran dan potensi berwirausaha demi mengembangkan usahanya.
Nasabah bersedia menjalankan usaha dengan baik dan jujur tidak
menyelewengkan keuntungan usaha serta mengembalikan modal sesuai
waktu jatuh tempo.
Modal yang diberikan berupa uang atau barang yang nilainya sama
dikarenakan Pembiayaan Mudharabah merupakan pembiayaan modal kerja,
bisa berupa uang atau barang menyesuaikan kebutuhan usaha nasabah.
Apabila berbentuk barang, maka harus sama nilainya bila dinominalkan
ditentukan di awal akad agar tidak terjadi kerancuan bila sewaktu-waktu
harga pokok barang naik. Disamping itu, agar tidak ada unsur gharar
(ketidak pastian), masyir (penipuan) dan riba dan keseluruhannnya harus
ditentukan saat kontrak.
Modal yang diberikan berupa uang atau barang harus diketahui dan
ditentukan nilainya ketika melakukan akad dan tidak dapat ditoleransi
kecuali terjadi kesepakatan-kesepakatan saat melakukan akad. Ketika
prosedur sudah dipenuhi dan nasabah layak untuk diberikan pembiayaan
modal kerja, maka sudah menjadi kesepakatan bahwa modal berupa uang
atau barang harus diberikan kepada Mudharib sesuai tujuan atau