• Tidak ada hasil yang ditemukan

TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR BERKELANJUTAN (APBN P 2015) PENGEMBANGAN TANAMAN PALA BERKELANJUTAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR BERKELANJUTAN (APBN P 2015) PENGEMBANGAN TANAMAN PALA BERKELANJUTAN"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PRODUKSI DAN

PRODUKTIVITAS

TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

MARET 2015

PEDOMAN TEKNIS

TAHUN 2015

(2)

KATA PENGANTAR

Dalam rangka lebih meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani pala, berbagai upaya dilakukan, diantaranya program peningkatan produksi dan produktivitas komoditas pala berkelanjutan melalui kegiatan intensifikasi, peremajaan dan rehabilitasi tanaman pala pada wilayah sentra produksi pala. Agar terwujudnya pemahaman dan persepsi yang sama untuk pelaksanaan kegiatan pengembangan tanaman pala berkelanjutan tahun 2015, maka perlu disusun Pedoman Teknis kegiatan tersebut yang diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi penanggung jawab kegiatan baik di pusat maupun daerah. Selanjutnya pedoman ini dijabarkan lebih rinci dalam Petunjuk Pelaksanaan (JUKLAK) di tingkat provinsi dan Petunjuk Teknis (JUKNIS) di tingkat kabupaten/kota sesuai dengan kegiatan yang tertampung dalam DIPA TA. 2015 dan potensi sumberdaya serta kebutuhan di daerah masing-masing.

Semoga pedoman teknis ini dapat menjadi acuan kerja bagi para petugas dalam melaksanakan kegiatan dengan baik.

Jakarta,11 Maret 2015 Direktur Jenderal Perkebunan

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR LAMPIRAN iii

I. PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Sasaran Nasional 4

C. Tujuan 5

II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN 6 A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan

Kegiatan

6

B. Spesifikasi Teknis 9

III. PELAKSANAAN KEGIATAN 10

A. Ruang Lingkup 10

B. Pelaksana Kegiatan 13

C. Lokasi, Jenis dan Volume D. Simpul Kritis

16 17

IV. PROSES PENGAJUAN DAN PENYALURAN BANTUAN

(4)

V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN

19

VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

21

VII. PEMBIAYAAN 23

VIII. PENUTUP 24

(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Lokasi, Jenis dan Volume Bantuan Kegiatan

Pengembangan Tanaman Pala Berkelanjutan Tahun Anggaran 2015

26

Lampiran 2.

Lampiran 3.

Standar Mutu Benih Pala Siap Tanam (Berdasarkan Pedoman Teknis Pembangunan Kebun Induk Pala)

Spesifikasi Peralatan Pengolahan Pala

28

Lampiran 4. Rencana Kerja Dana Tugas Pembantuan

29

Lampiran 5. Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan

30

Lampiran 6. Laporan Realisasi Kinerja Dana Tugas Pembantuan

(6)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komoditas pala merupakan komoditas penting dan potensial dalam perekonomian nasional. Penting karena menjadi salah satu pendapatan utama bagi petani di wilayah timur Indonesia, khususnya di daerah sentra produksi pala. Komoditas potensial karena mampu mensuplai 60-75% kebutuhan pangsa pasar dunia serta mempunyai banyak manfaat baik dalam bentuk mentah atau pun produk turunannya. Disamping hampir semua bagian buahnya dapat dimanfaatkan, pala termasuk tanaman yang mempunyai keunggulan komparatif alamiah karena berumur panjang, daunnya tidak pernah mengalami musim gugur sepanjang tahun sehingga baik untuk penghijauan dan dapat tumbuh dengan pemeliharaan minim. Dengan demikian potensi pala cukup kompetitif dan dapat diandalkan

dalam membantu pertumbuhan

perekonomian di daerah sentra produksi.

(7)

Indonesia merupakan pertanaman rakyat dan sudah sejak lama diusahakan.

Pada tahun 2012 luas areal tanaman pala 134.709 Ha dengan jumlah produksi 25.321 ton. Indonesia merupakan negara pengekspor pala terbesar di dunia. Perkembangan volume ekspor biji pala Indonesia selama 5 (lima) tahun terakhir (2008–2012) mengalami fluktuasi, ekspor pada tahun 2012 sebesar 12.849 ton dengan nilai US$ 140.018.000.

Bentuk komoditas pala yang diekspor oleh Indonesia adalah dalam bentuk biji pala, fuli, dan pala glondong. Oleoresin pala umumnya diproduksi oleh negara-negara pengimpor biji pala seperti Singapura, Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa Barat. Pengolahan lebih lanjut dari biji dan fuli pala menjadi oleoresin di dalam negeri akan meningkatkan nilai tambah produk dan memperluas lapangan kerja. Ekspor komoditas pala dalam bentuk oleoresin memang sangat menguntungkan, karena biaya produksinya rendah (volumenya relatif kecil dan nilai per unitnya lebih tinggi), mudah dilakukan standarisasi mutu karena dihasilkan oleh industri dan daya simpannya lebih lama.

(8)

yang sangat penting, karena komoditas pala merupakan komoditas unggulan daerah dan merupakan sumber pendapatan daerah, di samping itu juga banyak petani yang pendapatannya sangat tergantung dari komoditas pala.

Sekalipun Indonesia merupakan negara pengekspor pala terbesar di dunia, namun secara keseluruhan mutu pala Indonesia masih kalah dibanding mutu pala dari Granada dan negara lainnya. Rendahnya mutu pala tersebut disebabkan beberapa faktor antara lain kurangnya pemeliharaan, produktivitas rendah karena sebagian tanaman tua/tidak produktif dan belum menggunakan bibit unggul, kelembagaan petani masih lemah dan mutu produksi rendah. Untuk dapat bersaing di pasar dunia, sangat dibutuhkan peningkatan produktivitas dan mutu produk yang memenuhi standar pasar internasional.

(9)

Untuk tahun 2015 kegiatan yang ditempuh yaitu intensifikasi, peremajaan dan rehabilitasi tanaman pala. Dengan pertimbangan bahwa kemampuan anggaran APBN-P yang tersedia dibanding masalah yang dihadapi sangat kecil, maka pelaksanaan kegiatan tersebut bertujuan sebagai stimulan dan untuk menggugah kepedulian masyarakat perkebunan terhadap potensi ancaman bencana alam yang dihadapi. Berkenaan dengan hal tersebut, maka kegiatan yang bersumber dari APBN-P akan diupayakan pengutuhannya melalui partisipasi petani masyarakat perkebunan pada umumnya.

B. Sasaran Nasional

Sasaran nasional kegiatan ini adalah melakukan intensifikasi, peremajaan dan rehabilitasi tanaman pala.

C. Tujuan

Tujuan dari kegiatan pengembangan tanaman pala berkelanjutan adalah:

1. Meningkatkan produksi dan produktivitas pala sebagai salah satu andalan ekspor nasional.

(10)

pengurangan tingkat kemiskinan khususnya di daerah sentra produksi pala.

4. Mempercepat peningkatan

(11)

II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan pengembangan tanaman pala berkelanjutan dilakukan melalui pendekatan teknis seperti yang dilakukan selama ini dan pendekatan sosial budaya yang mampu merangsang perubahan sikap, perilaku dan peran serta petani yang disinergiskan dengan

program pembangunan dan

pengembangan pertanian di

kabupaten/ kota.

Paket bantuan merupakan hibah yang pelaksanaan pengadaannya dilakukan dengan kontraktual dan mengacu pada Pedoman Pengadaan dan Pengelolaan Barang dan Jasa lingkup Satker Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian.

(12)

a)Lokasi Kegiatan

Lokasi kegiatan pengembangan tanaman pala berkelanjutan

ditetapkan dengan kriteria sebagai berikut:

 Merupakan daerah sentra produksi

pala, secara teknis memenuhi persyaratan agroklimat untuk pengembangan budidaya pala.

 Lahan milik petani, berada dalam satu wilayah atau hamparan serta tidak dalam sengketa.

b) Petani sasaran

Calon Petani (CP) sasaran sebagai penerima bantuan adalah anggota kelompok tani yang telah diseleksi dan selanjutnya ditetapkan sebagai petani peserta penerima bantuan dengan surat keputusan bupati/ walikota atau kepala dinas

kabupaten setempat yang

membidangi perkebunan.

(13)

Kriteria umum kelompok sasaran adalah kelompok tani yang sudah ada dan aktif, bukan bentukan baru, berpengalaman serta dapat dipercaya, jumlah anggota lebih kurang 25 orang.

c) Standar Teknis

Intensifikasi tanaman pala

dilakukan pada kebun yang jumlah tegakannya lebih dari 80% tegakan anjuran, dengan persyaratan sebagai berikut : kondisi perakaran tanaman masih kuat dan produktivitas rendah yang masih memungkinkan untuk ditingkatkan;

Peremajaan tanaman pala

(14)

Rehabilitasi tanaman pala

dilakukan pada kebun pala dengan tegakan produktif ± 50% dari tegakan anjuran dan tersedia benih bina.

B. Spesifikasi Teknis

1. Benih

- Benih yang digunakan adalah benih bina dengan spesifikasi teknis sesuai dengan Pedoman Teknis Pembangunan Kebun Induk Pala (Lampiran 2).

- Benih yang siap tanam sebelum disalurkan kepada petani harus dilakukan pengujian sertifikasi benih (pengujian mutu benih) oleh institusi yang berwenang (BP2MB, IP2MB atau UPTD Perbenihan).

2. Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik non subsidi dan NPK non subsidi yang efektif, terdaftar dan mendapat izin dari Menteri Pertanian;

3. Alat pertanian kecil (Parang dan Cangkul);

(15)

5. Peningkatan Mutu

(16)

III. PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kegiatan pengembangan tanaman pala berkelanjutan meliputi persiapan, identifikasi dan seleksi CP/CL serta penetapan kelompok sasaran; pengadaan benih dan sarana produksi; pembinaan, pengendalian, pengawalan dan pendampingan; monitoring, evaluasi dan pelaporan.

1. Persiapan a. Sosialisasi

Sosialisasi dilakukan dalam rangka menyamakan persepsi, membangun komitmen, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan kegiatan.

b. Penetapan petani peserta

1) Dinas Kabupaten yang

membidangi perkebunan

melakukan inventarisasi CP/CL. Seleksi calon petani peserta

dilakukan berdasarkan

persyaratan sebagai berikut :

 Petani

- Pemilik Kebun.

- Berdomisili di wilayah

(17)

seperti KTP dan Kartu Keluarga (KK).

- Bersedia melaksanakan

kegiatan dan mengikuti ketentuan kegiatan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan (membuat pernyataan tertulis).

- Jumlah anggota kelompok

sasaran sebanyak 20-30 orang.

 Kebun

- Luas kebun yang ikut serta

kegiatan 3 (tiga) hektar untuk setiap petani.

- Lahan harus dapat

disertifikasi.

c. Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan Petunjuk Teknis (Juknis)

(18)

d. Pembentukan Tim Pembina Provinsi dan Tim Teknis Kabupaten

Dalam melaksanakan kegiatan pengembangan tanaman pala berkelanjutan, dinas yang membidangi perkebunan provinsi membentuk tim pembina dan dinas yang membidangi perkebunan kabupaten membentuk tim teknis.

2. Identifikasi dan Seleksi CP/CL serta Penetapan Kelompok Sasaran

Dinas kabupaten/ kota yang membidangi perkebunan melakukan identifikasi, inventarisasi CP/ CL dan penetapan kelompok sasaran. Seleksi calon petani peserta mengacu kepada peraturan Menteri Pertanian yang mengatur tentang Pengelolaan Bantuan Sosial Kementerian Pertanian.

3. Proses pengajuan dan penyaluran paket bantuan kepada petani

(19)

4. Proses Pengadaan

Pengadaan paket bantuan

dilaksanakan berdasarkan Perpres 54 Tahun 2010 berikut perubahannya (Perpres 70 Tahun 2012) serta

Pedoman Pengadaan dan

Penatausahaan Barang Lingkup Satker Direktorat Jenderal Perkebunan.

5. Pembinaan, Pengendalian, Pengawalan dan Pendampingan.

Pembinaan, pengendalian,

pengawalan dan pendampingan kegiatan dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan dan dinas yang membidangi perkebunan di tingkat provinsi/kabupaten/kota.

6. Pelaporan

(20)

B. Pelaksana Kegiatan

1. Kegiatan Pusat

Pelaksanaan kegiatan pengembangan tanaman pala berkelanjutan di Pusat (Direktorat Jenderal Perkebunan) meliputi :

a. Menyiapkan Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Pala.

b. Melakukan sosialisasi kegiatan bersama dinas provinsi dan dinas kabupaten yang membidangi perkebunan.

c. Melakukan konsultasi dan

koordinasi perencanaan

pelaksanaan kegiatan.

d. Melakukan pemantauan,

monitoring, evaluasi dan pengendalian kegiatan.

e. Menyusun laporan akhir kegiatan.

2. Kegiatan Provinsi

a. Menetapkan tim pembina provinsi, melalui surat keputusan kepala

dinas yang membidangi

perkebunan.

b. Menyusun Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) sesuai kondisi daerah.

(21)

kelompok sasaran berdasarkan usulan dari dinas kabupaten/kota yang membidangi perkebunan.

d. Melakukan konsultasi dan koordinasi kepada instansi terkait.

e. Melaksanakan pengadaan benih dan sarana produksi untuk kegiatan pengembangan tanaman pala berkelanjutan.

f. Melakukan bimbingan, pembinaan, pengawalan dan pengendalian pelaksanaan kegiatan.

g. Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan.

h. Menyiapkan dan menyampaikan laporan perkembangan kegiatan pengembangan tanaman pala secara berkala (triwulan) yang ditujukan kepada Direktur Jenderal Perkebunan cq Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar. 3. Kegiatan Kabupaten/Kota

a. Menetapkan tim teknis

kabupaten, melalui surat keputusan kepala dinas yang membidangi perkebunan.

(22)

c. Melakukan sosialisasi, identifikasi, seleksi CP/CL dan penetapan kelompok sasaran oleh pemerintah daerah kabupaten atau dinas kabupaten yang membidangi perkebunan. Jika kegiatan merupakan TP provinsi maka penetapan kelompok sasaran oleh pemerintah daerah provinsi atau dinas provinsi yang membidangi perkebunan atas usulan dinas kabupaten yang membidangi perkebunan.

d. Melakukan konsultasi dan koordinasi kepada instansi terkait.

e. Melaksanakan pengadaan benih dan sarana produksi kegiatan pengembangan tanaman pala berkelanjutan untuk kabupaten/ kota satker mandiri.

f. Melakukan bimbingan,

pembinaan, pengawalan dan pengendalian pelaksanaan kegiatan.

g. Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan.

(23)

berkelanjutan secara berkala (triwulan) yang ditujukan kepada dinas provinsi yang membidangi perkebunan cq Direktur Jenderal Perkebunan cq Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar.

4. Kelompok Tani

a. Menyusun dan mengusulkan Rencana Usaha Kelompok (RUK).

b. Penetapan jadual pelaksanaan kegiatan yang disesuaikan dengan keadaan masing-masing daerah.

c. Melaksanakan kegiatan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.

d. Memanfaatkan paket bantuan secara benar dan tepat.

e. Menyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan kelompok kepada dinas kabupaten yang membidangi perkebunan.

C. Lokasi, Jenis dan Volume

1. Lokasi kegiatan pengembangan pala berkelanjutan tahun 2015 tersebar pada daerah sentra pengembangan pala (Lampiran 1).

2. Jenis dan Volume

(24)

untuk kegiatan intensifikasi tanaman pala berupa: pupuk organik 870 kg, parang 1 unit dan cangkul 1 unit.

Jenis dan volume bantuan yang diberikan kepada petani per hektar untuk kegiatan peremajaan tanaman pala berupa: benih pala 100 batang, pupuk NPK 325 kg dan cangkul 1 unit.

Jenis dan volume bantuan yang diberikan kepada petani per hektar untuk kegiatan peremajaan tanaman pala berupa: benih pala 30 batang, alat pertanian kecil 1 unit dan bantuan upah.

3. Peningkatan Mutu

Paket yang diberikan berupa naungan pengering 1 paket, lantai jemur 1 paket dan para-para 1 unit.

D. Simpul Kritis

Dalam rangka pelaksanaan kegiatan

pengembangan tanaman pala

berkelanjutan, diprediksi adanya simpul kritis sebagai berikut:

(25)

tertib, kurang efektif dan kurang optimal;

2. Identifikasi CP/CL seringkali tidak tepat sasaran, baik persyaratan petani maupun persyaratan tanaman;

3. Proses pengadaan melalui kontraktual (lelang) kemungkinan terjadinya sanggah dan atau sanggah banding yang akan mengakibatkan proses pengadaan mundur/terlambat sehingga berpengaruh terhadap realisasi fisik dan keuangan;

(26)

IV. PROSES PENGADAAN DAN PENYALURAN BANTUAN KEPADA PETANI

Proses pengadaan dan penyaluran kegiatan

pengembangan tanaman pala

berkelanjutan dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Penetapan kelompok sasaran berdasarkan keputusan kepala dinas provinsi (TP. Provinsi) atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota atau Kepala Dinas Kabupaten (TP. Kabupaten) atau pejabat yang ditunjuk.

2. Prosedur pengadaan dan penyaluran mengacu pada Perpres 54 Tahun 2010 berikut perubahannya (Perpres 70 Tahun 2012) serta Pedoman Pengadaan dan Penatausahaan Barang Lingkup Satker Direktorat Jenderal Perkebunan.

3. Kontrak pengadaan paket bantuan ditandatangani paling lambat triwulan II tahun 2015.

(27)

V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN,

PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN

A. Pembinaan

Pembinaan kelompok dilakukan secara berkesinambungan sehingga mampu mengembangkan usahanya secara mandiri. Untuk itu diperlukan dukungan dana pembinaan lanjutan yang bersumber dari APBD.

Agar pelaksanaan kegiatan ini memenuhi kaidah pengelolaan sesuai prinsip pelaksanaan pemerintah yang baik (good governance) dan pemerintah yang bersih (clean goverment), maka pelaksanaan kegiatan harus mematuhi prinsip-prinsip: 1. Mentaati ketentuan peraturan dan

perundangan;

2. Membebaskan diri dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN); 3. Menjunjung tinggi keterbukaan

informasi, transparansi dan demokratisasi;

4. Memenuhi asas akuntabilitas.

B. Pengendalian

Pengendalian kegiatan pengembangan tanaman pala dilakukan dengan tujuan

untuk mencegah terjadinya

(28)

karena itu, pengendalian dilakukan sejak perencanaan hingga pelaksanaan.

C. Pengawalan dan Pendampingan

(29)

VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

Monitoring, evaluasi dan pelaporan mengacu kepada Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 31/Permentan/OT.140/3/2010, tanggal 19 Maret 2010 tentang Pedoman Sistem Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Pembangunan Pertanian. Dinas yang membidangi perkebunan kabupaten dan provinsi wajib melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan secara berjenjang dilaporkan kepada Direktorat Jenderal Perkebunan, dengan ketentuan:

1. Pelaporan

Laporan berisi tentang :

 Rencana kerja dana tugas pembantuan (Lampiran 3);

 Kemajuan pelaksanaan kegiatan sesuai indikator kinerja;

 Perkembangan kelompok sasaran dalam pengelolaan kegiatan lapangan berikut realisasi fisik dan keuangan;

 Permasalahan yang dihadapi dan upaya penyelesaian di tingkat provinsi dan kabupaten;

(30)

pelaksanaan, perkembangan, permasalahan dan upaya pemecahan masalah.

Laporan Akhir Kegiatan yang menyangkut seluruh pelaksanaan kegiatan ini.

2. Waktu penyampaian laporan:

a. Laporan Monev dibuat per bulan dengan ketentuan:

 Pelaporan dinas yang membidangi perkebunan kabupaten ditujukan kepada provinsi, disampaikan paling lambat setiap tanggal 5 bulan laporan.

 Pelaporan dinas yang membidangi perkebunan provinsi ditujukan kepada Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar Direktorat Jenderal Perkebunan, disampaikan paling lambat setiap tanggal 7 bulan laporan.

b. Laporan Perkembangan Fisik dibuat per triwulan, ditujukan kepada Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar Direktorat Jenderal Perkebunan, disampaikan paling lambat setiap tanggal 5 bulan laporan.

(31)

VII. PEMBIAYAAN

(32)

VIII. PENUTUP

Penyusunan Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Pala Berkelanjutan Tahun 2015 dimaksudkan sebagai acuan bagi semua pihak yang terkait dalam kegiatan

pengembangan tanaman pala

berkelanjutan.

Pedoman Teknis ini akan ditindaklanjuti dengan Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) oleh Provinsi dan Petunjuk Teknis (Juknis) oleh Kabupaten. Diharapkan dengan adanya

Pedoman Teknis ini, kegiatan

pengembangan tanaman pala tahun 2015 dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(33)
(34)

26

Lampiran 1

LOKASI DAN VOLUME BANTUAN KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN PALA

BERKELANJUTAN INTENSIFIKASI TANAMAN PALA

TAHUN ANGGARAN 2015

No Provinsi/Kabupaten Volume (Ha)

1 Maluku 2.600

1. Seram Bagian Timur 850

2. Maluku Tengah 950

3. Seram Bagian Barat 800

2 Maluku Utara 2.400

4. Halmahera Selatan 800

5. Halmahera Utara 800

6. Halmahera Tengah 800

3 Sulawesi Utara 2.750

7. Sangihe 950

8. Talaud 900

9. Kepulauan Sitaro 900

(35)

Lampiran 1 (lanjutan)

LOKASI DAN VOLUME BANTUAN KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN PALA

BERKELANJUTAN PEREMAJAAN TANAMAN PALA

TAHUN ANGGARAN 2015

No Provinsi/Kabupaten Volume (Ha)

4 Aceh 1.000

10. Aceh Selatan 1.000

Jumlah 7.750

LOKASI DAN VOLUME BANTUAN KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN PALA

BERKELANJUTAN REHABILITASI TANAMAN PALA

TAHUN ANGGARAN 2015

No Provinsi/Kabupaten Volume (Ha)

5 Papua Barat 500

11. Fak-fak 500

(36)

28

Lampiran 2

STANDAR MUTU BENIH PALA SIAP TANAM

(BERDASARKAN PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN KEBUN INDUK PALA)

No Kriteria Standar Mutu Benih

Benih dalam polibeg

1. Asal Benih Berasal dari pohon induk varietas pala yang sudah dilepas Mentan

2. Umur Benih 6 s.d. 20 bulan 3. Tinggi Benih 30 s.d. 60 cm 4. Diameter Batang Minimal 0,30 cm 5. Jumlah Daun Minimal 5 lembar 6. Warna Daun Hijau sampai hijau tua 7. Kesehatan Bebas dari hama dan

(37)

Lampiran 3

SPESIFIKASI PERALATAN PENGOLAHAN PALA

No.

Jenis

Bantuan Spesifikasi

1 Naungan Pengering

- Bangunan permanen dilengkapi pengering buatan

- Luas bangunan

p x l = 1175 cm x 550 cm

- Dinding batako finishing plester semen dilengkapi lubang angin untuk ventilasi

- Tinggi dinding 325 cm - Plafon triplek, atap seng

gelombang

- Tinggi bumbungan dari plafon 156 cm

- Pondasi batu kali dan slope beton - Pintu triplek rangka kayu

- Alat pengering terdiri dari tungku,

blowerdanducting, rak dan para –

para serta corong asap 2 Lantai

Jemur

- Ukuran : 15X10 m2 - Ketebalan: 0,2 meter - Coran beton bertulang

(38)

30

Lampiran 4

Form – 01 Ditjen Perkebunan

RENCANA KERJA DANA TUGAS PEMBANTUAN DITJEN PERKEBUNAN TA. ....

KABUPATEN ...

DATA UMUM :

Nomor Satker : Satker : Nama KPA : Bendaharawan : Alamat Kantor : Telp. Kantor : Fax Kantor : Nama / No. HP

Contact Person

:

DATA RENCANA KINERJA

(39)

Lampiran 5

Form – 02 Ditjen Perkebunan

LAPORAN REALISASI FISIK DAN KEUANGAN DANA TUGAS PEMBANTUAN TAHUN 2015

DI KABUPATEN ...

NAMA SATKER : ... LAPORAN BULAN : ...

KODE KEGIATAN

PAGU DIPA REALISASI S/D BULAN INI

Kendala Utama (Masalah)

Solusi Fisik Anggaran Keuangan Fisik

Satuan (Ribu Rp.)

(Ribu

(40)

32

Lampiran 6

Form – 03 Ditjen Perkebunan

LAPORAN REALISASI KINERJA DANA TUGAS PEMBANTUAN DITJEN PERKEBUNAN TA. 2015 KABUPATEN ...

TRIWULAN :

No. KEGIATAN INPUT OUTPUT OUTCOME BENEFIT 1.

2. 3. 4. 5. 6.

Catatan: Dilaporkan per tiga bulan, paling lambat pada tanggal 5 bulan April, Juli, dan Oktober serta pada akhir Desember 2015. Laporan melalui faximile nomor (021) – 7815681 dan email ke

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan Pelelangan Paket Pekerjaan Peningkatan Infrastruktur Sistem Penyediaan Air Minum (Pipa Transmisi ND 75 mm) Di Gampong Alue Tampak Kecamatan Kaway XVI, maka

animal, regulation of neonatal growth and develop- division on udder and muscle development, and meat. ment of gastrointestinal function

However, the meat from cryptorchid Omani lambs fed palm frond (4.43) and castrated Omani lambs fed Rhodesgrass (4.56) had lower tenderness scores than meat from entire Omani lambs

[r]

Menggunakan bahan fabric/pvc yang modern dan menarik2. Desain yang elegan

Mempunyai ruang khusus dalam 1 (satu) gedung yang aman dan tertutup untuk Pra Produksi, untuk setiap ruang harus sesuai beban pekerjaan yang terdiri dari:.. Ruang

The term ester saponin is used here to describe those glycosides which are acylated on the aglycone or on the sugar chain with an acid moiety [9].. The ester saponins belong to

Triangulasi ini dilakukan untuk melakukan pengecekan terhadap penggunaan metode pengumpulan data, apakah informasi yang di dapat dengan metode wawancara sama dengan