• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERDA KOTA BIMA NO 8 TAHUN 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERDA KOTA BIMA NO 8 TAHUN 2011"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN DAERAH KOTA

BIMA

NOMOR 8 TAHUN 2011

TENTANG

RETRIBUSI JASA UMUM

BAGIAN HUKUM SETDA KOTA

BIMA

(2)

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 8 TAHUN 2011

TENTANG

RETRIBUSI JASA UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BIMA,

Menimbang : a. bahwa retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting untuk membiayai pelaksanaan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat kearah kemandirian Daerah;

b. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka semua Peraturan Daerah yang mengatur tentang Retribusi Daerah di Kota Bima perlu disesuaikan;

c. bahwa kebijakan retribusi daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip demokrasi, pemerataan dan keadilan, peran serta masyarakat, dan akuntabilitas dengan memperhatikan potensi daerah;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c diatas perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Daerah;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495);

2. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kota Bima di Propinsi Nusa Tenggara Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4488);

(3)

2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);

5. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4444);

6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara RI Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4851);

7. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96 tambahan lembaran negara RI nomor 5052);

8. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, DPRD (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 123 tambahan lembaran negara RI nomor 5043); Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3699);

11. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5234).

12. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1985 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3293);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1985 tentang Penyelenggaraan Pos (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3303);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3527);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1993 tentang Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3528);

(4)

17. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3530);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3838); 19. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang

Kewenangan Pemerintah dan Kewengan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4138);

20. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3980);

21. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2000 tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3980);

22. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140,Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4578);

23. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah Kota Bima Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4737);

24. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89 Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4741);

25. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif Atas Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Departemen Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor4973);

26. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2010, Nomor 119 Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5161);

27. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2010 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5165);

(5)

29. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 142 Tahun 2003 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 111 Tahun 2003 tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah ke Air atau Sumber Air;

30. Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Urusan Pemerintah Kota Bima (Lembaran Daerah Kota Bima Tahun 2008 Nomor 88);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BIMA

dan

WALIKOTA BIMA

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA BIMA TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan:

1. Daerah adalah Daerah Kota Bima.

2. Pemerintah Kota Bima adalah Walikota dan perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang selanjutnya disingkat DPRD, adalah lembaga perwakilan rakyat daerah Kota Bima sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

4. Kepala Daerah adalah Walikota Bima.

5. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang retribusi daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

6. Peraturan Daerah adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh DPRD Kota Bima dengan persetujuan bersama Kepala Daerah.

7. Peraturan Walikota adalah Peraturan Walikota Bima. 8. Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi,

adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Kota Bima untuk kepentingan orang pribadi atau Badan.

9. Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang

(6)

lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

10. Jasa adalah kegiatan Pemerintah Kota Bima berupa usaha dan pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan.

11. Jasa Umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Kota Bima untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan.

12. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu.

13. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan pelayanan jasa umum dari Pemerintah Kota Bima.

14. Surat Setoran Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SSRD, adalah bukti pembayaran atau penyetoran retribusi yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Kepala Daerah.

15. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SKRD, adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya jumlah pokok retribusi yang terutang.

16. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disebut SKRDLB, adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan kelebihan retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar daripada retribusi yang terutang atau seharusnya tidak terutang.

17. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat STRD, adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi administratif berupa bunga dan/atau denda.

18. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek pajak , penentuan besarnya pajak yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak kepada Wajib Retribusi serta pengawasan penyetorannya.

19. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi daerah dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan retribusi daerah.

20. Penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang retribusi daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya.

BAB II

NAMA, OBJEK, SUBJEK, GOLONGAN,

(7)

Pasal 2

(1) Jenis Retribusi Jasa Umum yang diatur dalam Peraturan Daerah ini adalah :

a. Retribusi Pelayanan Kesehatan;

b. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan; c. Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum;

d. Retribusi Pelayanan Pasar;

e. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor f. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta;

g. Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus; h. Retribusi Pengolahan Limbah Cair;

i. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.

(2) Jenis retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digolongkan sebagai retribusi Jasa Umum.

Bagian Kesatu

Retribusi Pelayanan Kesehatan Pasal 3

(1) Dengan nama retribusi pelayanan kesehatan dipungut setiap retribusi pelayanan kesehatan di puskesmas, puskesmas keliling, puskesmas pembantu, balai pengobatan, rumah sakit umum daerah, dan tempat pelayanan kesehatan lainnya yang sejenis.

(2) Objek Retribusi Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a adalah pelayanan kesehatan di puskesmas, puskesmas keliling, puskesmas pembantu, balai pengobatan, rumah sakit umum daerah, dan tempat pelayanan kesehatan lainnya yang sejenis yang dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Kota Bima, kecuali pelayanan pendaftaran.

(3) Dikecualikan dari objek Retribusi Pelayanan Kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan Propinsi, BUMN, BUMD, dan pihak swasta.

Pasal 4

(1) Subjek Retribusi Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan/menikmati pelayanan kesehatan.

(2) Wajib Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Jasa Umum Pelayanan Kesehatan.

Pasal 5

Tingkat Penggunaan jasa retribusi pelayanan kesehatan diukur berdasarkan jenis pelayanan, bahan/peralatan yang digunakan, dan frekwensi pelayanan kesehatan.

Pasal 6

(8)

berikut :

a. Jasa Pelayanan sebesar 40 % (empat puluh perseratus) b. Jasa Sarana sebesar 60 % (enam puluh perseratus)

(2) Jasa Sarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, adalah pendapatan daerah

Pasal 7

(1) Tarif Retribusi Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada pasal 2 ayat (1) huruf a ditetapkan sebesar yang tercantum pada Lampiran I Peraturan Daerah ini.

(2) Tarif Retribusi Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali. (3) Peninjauan tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dilakukan dengan memperhatikan indeks harga dan perkembangan ekonomi.

Bagian Kedua

Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan Pasal 8

(1) Dengan nama retribusi pelayanan persampahan/kebersihan dipungut setiap retribusi pelayanan persampahan /kebersihan. (2) Objek Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b adalah pelayanan persampahan/kebersihan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Bima, meliputi :

a. pengambilan/pengumpulan sampah dari

sumbernya ke lokasi pembuangan sementara;

b. pengangkutan sampah dari sumbernya dan/atau lokasi pembuangan sementara ke lokasi pembuangan atau pembuangan akhir sampah; dan

c. penyediaan lokasi pembuangan/pemusnahan

akhir sampah.

(3) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan kebersihan jalan umum, taman, tempat ibadah, sosial, dan tempat umum lainnya.

Pasal 9

(1) Subjek Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan/menikmati pelayanan Persampahan/ Kebersihan.

(2) Wajib Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Jasa Umum Pelayanan Persampahan/Kebersihan.

Pasal 10

(9)

Pasal 11

(1) Tarif Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan sebagaimana dimaksud pada pasal 2 ayat (1) huruf b ditetapkan sebesar yang tercantum pada Lampiran II Peraturan Daerah ini. (2) Tarif Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali.

(3) Peninjauan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan memperhatikan indeks harga dan perkembangan ekonomi.

Bagian Ketiga

Retribusi Parkir Ditepi Jalan Umum Pasal 12

(1) Dengan nama retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum dipungut setiap retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum.

(2) Objek Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum adalah penyediaan pelayanan parkir di tepi jalan umum yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Bima.

Pasal 13

(1) Subjek Retribusi Pelayanan Parkir ditepi jalan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf c adalah orang pribadi yang menggunakan/menikmati pelayanan parkir.

(2) Wajib Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah orang pribadi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Jasa Umum Pelayanan Parkir ditepi Jalan Umum.

Pasal 14

(1) Tingkat Penggunaan jasa Retribusi Pelayanan Parkir di tepi jalan umum dapat diukur berdasarkan jenis kendaraan, dan frekwensi/jangka waktu penggunaan tempat parkir.

(2) Retribusi Pelayanan Parkir di tepi jalan umum dipungut setiap kali melakukan parker.

(3) Retribusi Pelayanan Parkir di tepi jalan umum juga dapat dipungut dengan kartu parkir berlangganan.

(4) Kartu Parkir Berlangganan sebagaimana dimaksud

pada ayat (3) di atas akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

Pasal 15

(10)

(2) Tarif Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali.

(3) Peninjauan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan memperhatikan indeks harga dan perkembangan ekonomi.

Bagian Keempat

Retribusi Pelayanan Pasar Pasal 16

(1) Dengan nama retribusi pelayanan pasar dipungut setiap penyediaan fasilitas pasar tradisional/sederhana yang dikelola Pemerintah Kota Bima, dan khusus disediakan untuk pedagang. (2) Objek Retribusi Pelayanan Pasar sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 3 ayat (2) huruf d adalah penyediaan fasilitas pasar tradisional/ sederhana, berupa pelataran, los, toilet umum dan fasilitas pendukung lainnya yang dikelola Pemerintah Kota Bima, dan khusus disediakan untuk pedagang.

(3) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan fasilitas pasar yang dikelola oleh BUMN, BUMD dan pihak swasta.

Pasal 17

(1) Subjek Retribusi Pelayanan Pasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf d adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan/memanfaatkan fasilitas Pasar.

(2) Wajib Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) adalah orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Jasa Umum Pelayanan Pasar.

Pasal 18

Tingkat Penggunaan jasa pelayanan pasar diukur berdasarkan jenis fasilitas, luas, jangka waktu pemakaian fasilitas pasar yang digunakan.

Pasal 19

(1) Tarif Retribusi Pelayanan Pasar sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 ayat (1) huruf d ditetapkan sebesar yang tercantum pada Lampiran IV Peraturan Daerah ini.

(2) Tarif Retribusi Pelayanan Pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali.

(11)

Bagian Kelima

Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor Pasal 20

(1) Dengan nama retribusi pengujian kendaraan bermotor dipungut retribusi atas setiap pelayanan pengujian kendaraan bermotor yang diwajibkan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Objek Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf e adalah pelayanan pengujian kendaraan bermotor, termasuk kendaraan bermotor di air, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Bima.

(3) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan pengujian kendaraan bermotor yang dikelola oleh BUMN, BUMD dan pihak swasta.

Pasal 21

(1) Subjek Retribusi pengujian kendaraan bermotor adalah orang pribadi atau Badan yang melaksanakan Pengujian Kendaraan Bermotor.

(2) Wajib Retribusi pengujian kendaraan bermotor adalah orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi pengujian kendaraan bermotor.

Pasal 22

Tingkat penggunaan jasa retribusi pengujian kendaraan bermotor diukur berdasarkan jenis pelayanan dan kendaraan bermotor yang diuji.

Pasal 23

(1) Tarif Retribusi pengujian kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 ayat (1) huruf e ditetapkan sebesar yang tercantum pada Lampiran V Peraturan Daerah ini.

(2) Tarif Retribusi pengujian kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali.

(3) Peninjauan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan memperhatikan indeks harga dan perkembangan ekonomi.

Bagian Keenam

Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta Pasal 24

(12)

(2) Objek Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf f adalah penyediaan peta yang dibuat oleh Pemerintah Kota Bima.

(3) Objek Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta adalah penyediaan Peta yg dibuat oleh Pemerintah Kota Bima seperti Peta Dasar (Garis), Peta Foto, Peta Digital, Peta Tematik, Peta Teknis (Struktur), seperti :

a). Peta Kota b.) Peta RUTRK c). Peta Jalan/Sungai d). Peta Perumahan

e). Peta Gangguan Umum f). Peta Pariwisata

g). Peta Geologis

Pasal 25

(1) Subjek Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf f adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan/menikmati pelayanan Cetak Peta.

(2) Wajib Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) adalah orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Jasa Umum Penggantian Biaya Cetak Peta.

Pasal 26

Tingkat penggunaan Jasa retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta diukur berdasarkan Ukuran dan Jumlah peta.

Pasal 27

(1) Tarif Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta sebagaimana dimaksud pada pasal 2 ayat (1) huruf f ditetapkan sebesar yang tercantum pada Lampiran 6 Peraturan Daerah ini. (2) Tarif Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali.

(3) Peninjauan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan memperhatikan indeks harga dan perkembangan ekonomi.

Bagian Ketujuh

Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus Pasal 28

(1) Dengan nama retribusi penyediaan dan/atau

penyedotan kakus dipungut retribusi atas penyediaan dan/atau penyedotan kakus oleh Pemerintah Kota Bima.

(13)

(3) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan penyediaan dan/atau penyedotan kakus yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh BUMN, BUMD dan pihak swasta.

Pasal 29

(1)Subjek Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf g adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan/menikmati pelayanan Penyedotan Kakus.

(2)Wajib Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Jasa Umum Pelayanan Penyedotan Kakus.

Pasal 30

Tingkat penggunaan jasa retribusi penyediaan dan atau penyedotan kakus diukur berdasarkan jenis kendaraan angkut.

Pasal 31

(1) Tarif Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus sebagaimana dimaksud pada pasal 2 ayat (1) huruf g ditetapkan sebesar yang tercantum pada Lampiran 7 Peraturan Daerah ini. (2) Tarif Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali.

(3) Peninjauan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan memperhatikan indeks harga dan perkembangan ekonomi.

Bagian Kedelapan

Retribusi Pengolahan Limbah Cair Pasal 32

Kategori air limbah adalah pembuangan air habis pakai yang berasal dari kegiatan rumah tangga, tempat sosial, tempat niaga, tempat non niaga, industri dan tempat khusus yang diasumsikan sebagai air limbah dan perlu penanganan tentang dampak lingkungan.

Pasal 33

(1) Setiap badan usaha dan atau kegiatan usaha lainnya dilarang membuang air limbah langsung ke badan air dan atau ke sungai tanpa melalui proses pengelolaan.

(2) Setiap badan usaha dan atau kegiatan usaha lainnya dilarang membuang air limbah yang melebihi baku mutu yang telah ditetapkan.

(14)

Pasal 34

Setiap badan usaha dan atau kegiatan usaha lainnya wajib membuat Unit Pengolahan Air Limbah sesuai dengan standar baku mutu limbah.

Pasal 35

(1) Dengan nama retribusi pengolahan limbah cair dipungut retribusi atas setiap pelayanan pengolahan limbah cair yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola secara khusus oleh Pemerintah Kota Bima.

(2) Objek Retribusi Pengolahan Limbah cair sebagaimana dimaksud pada pasal 2 ayat (1) huruf h adalah pelayanan pengolahan Limbah cair rumah tangga, perkantoran, dan industri yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola secara khusus oleh Pemerintah Kota Bima dalam bentuk instalasi pengolahan limbah cair.

(3) Tidak termasuk objek retribusi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pelayanan pengolahan Limbah cair yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), pihak swasta, dan pembuangan limbah cair secara langsung ke sungai dan/atau saluran drainase.

Pasal 36

Subyek Retribusi pengolahan limbah cair sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) huruf h adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati pelayanan instalasi limbah cair dari Pemerintah Kota Bima.

Pasal 37

(1) Tarif retribusi pengolahan limbah cair sebagaimana dimaksud pada pasal 2 ayat (1) huruf h diukur berdasarkan jenis pelayanan, volume limbah yang diolah dan jenis perlakuan (treatment) terhadap limbah.

(2) Cara perhitungan retribusi limbah cair dari kegiatan industri dan kegiatan usaha lainnya ditetapkan sebagaimana tercantum dalam lampiran VIII Peraturan Daerah ini.

Bagian Kesembilan

Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi Pasal 38

(1) Telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman dan/atau penerimaan dari setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara, dan bunyi melalui sistem kawat, optik, radio, atau sistem elektromagnetik lainnya.

(15)

struktur fisiknya dapat berupa rangka baja yang diikat oleh berbagai simpul atau berupa bentuk tunggal tanpa simpul, dimana fungsi, desain dan konstruksinya disesuaikan sebagai sarana penunjang menempatkan perangkat telekomunikasi.

Pasal 39

(1) Dengan nama retribusi pengendalian menara telekomunikasi dipungut retribusi atas setiap pelayanan pemanfaatan ruang untuk menara telekomunikasi.

(2) Objek Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf i adalah pemanfaatan ruang untuk menara telekomunikasi dengan memperhatikan aspek tata ruang, keamanan, dan kepentingan umum.

Pasal 40

(1) Subjek Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf i adalah orang pribadi atau Badan yang menyediakan/membangun menara telekomunikasi.

(2) Wajib Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.

Pasal 41

Tingkat Penggunaan jasa retribusi pengendalian, menara telekomunikasi diukur berdasarkan jenis dan frekwensi pelayanan pengawasan, pengendalian dan pengamanan obyek menara telekomunikasi.

Pasal 42

(1) Tarif retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi ditetapkan sebesar 2 % (dua persen) dari nilai jual objek pajak yang digunakan sebagai dasar penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan menara telekomunikasi.

(2) Tarif Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali.

(3) Peninjauan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan memperhatikan indeks harga dan perkembangan ekonomi.

BAB III

PRINSIP PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI

Pasal 43

(16)

yang bersangkutan, kemampuan masyarakat, aspek keadilan, dan efektifitas pengendalian atas pelayanan tersebut.

(2) Prinsip dan sasaran dalam penatapan tarif retribusi jasa umum ditetapkan dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan.

(3) Dalam hal penetapan tarif sepenuhnya memperhatikan biaya penyediaan jasa, penetapan tarif hanya untuk menutupi sebagian biaya.

(4) Masa retribusi adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan takwin.

BAB IV

PEMUNGUTAN RETRIBUSI Bagian Kesatu

Wilayah Pemungutan Pasal 44

Retribusi Daerah yang terutang dipungut di Wilayah Kota Bima. Bagian Kedua

Cara Pemungutan dan Tata Cara Pembayaran Pasal 45

(1)Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(2)Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa karcis, kupon, dan kartu langganan.

(3)Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat digunakan apabila telah diporporasi oleh Walikota Bima dan atau SKPD teknis yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota Bima.

(4)SKRD ditentukan berdasarkan potensi yang tersedia dan/atau berdasarkan jumlah pemanfaatan dokumen lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

(5)Dalam hal Wajib Retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar.

(6)Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan isi SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Walikota Bima.

Pasal 46

Seluruh hasil penerimaan retribusi disetor ke Kas Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 47

(1) Retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus.

(2) Setiap pembayaran retribusi diberikan tanda bukti pembayaran yang sah

(17)

tempat pembayaran, dan angsuran serta penundaan pembayaran retribusi diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota Bima.

Bagian Ketiga Penagihan

Pasal 48

(1) Penagihan retribusi terutang yang tidak atau kurang bayar dilakukan dengan menggunakan STRD.

(2) Penagihan retribusi terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didahului dengan surat teguran.

(3) Pengeluaran surat teguran sebagai tindakan awal pelaksanaan penagihan retribusi setelah 15 (lima belas) hari sejak tanggal jatuh tempo pembayaran.

(4) Dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari setelah tanggal surat teguran, wajib retribusi harus melunasi retribusi yang terutang.

(5) Surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk.

(6) Tata cara penagihan dan penerbitan surat teguran diatur dengan Peraturan Walikota Bima.

Bagian Keempat Keberatan

Pasal 49

Keberatan dapat diajukan oleh wajib ratribusi atas Surat Ketetapan Retribusi

Daerah terutang.

Pasal 50

(1) Wajib Retribusi tertentu dapat mengajukan keberatan atas SKRD atau dokumen yang dipersamakan kepada Walikota Bima atau pejabat yang ditunjuk.

(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas.

(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal SKRD diterbitkan, kecuali jika Wajib Retribusi tertentu dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya.

(4) Keadaan diluar kekuasaannya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah suatu keadaan yang terjadi diluar kehendak atau kekuasaan wajib Retribusi.

(5) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar Retribusi dan pelaksanaan penagihan Retribusi.

Pasal 51

(18)

keputusan atas keberatan yang diajukan dengan menerbitkan Surat Keputusan Keberatan.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah untuk memberikan kepastian hukum bagi Wajib Retribusi, bahwa keberatan yang diajukan harus diberi keputusan oleh Walikota Bima.

(3) Keputusan Walikota Bima atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besarnya Retribusi yang terutang.

(4) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Walikota Bima tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.

Pasal 52

Jika pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau seluruhnya, maka Pemerintah Kota Bima menindaklanjutinya sesuai dengan isi dan ruang lingkup keberatan yang diterima .

BAB V

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN Pasal 53

(1) Atas kelebihan pembayaran Retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Walikota Bima.

(2) Walikota Bima dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan, sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memberikan keputusan.

(3) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan Walikota Bima tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian pembayaran Pajak dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.

(4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang Retribusi lainnya, kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang Retribusi tersebut.

(5) Tata cara pengembalian kelebihan/ kekurangan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Walikota Bima.

BAB VI

KEDALUWARSA PENAGIHAN Pasal 54

(19)

(2) Kedaluwarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh jika :

a. diterbitkan Surat Teguran; atau

b. ada pengakuan utang Retribusi dari Wajib Retribusi, baik langsung maupun tidak langsung.

(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal penyampaian Surat Teguran tersebut.

(4) Pengakuan utang Retribusi secara langsung

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang Retribusi dan belum melunasi kepada Pemerintah Kota Bima. (5) Pengakuan utang Retribusi secara tidak langsung

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh Wajib Retribusi.

Pasal 55

(1) Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.

(2) Walikota menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang

Retribusi yang sudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Tata cara penghapusan Piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur dengan Peraturan Walikota Bima.

BAB VII Pemanfaatan

Pasal 56

(1) Pemanfaatan dari penerimaan masing-masing jenis Retribusi diutamakan untuk mendanai kegiatan yang berkaitan langsung dengan penyelenggaraan pelayanan yang bersangkutan.

(2) Ketentuan mengenai alokasi pemanfaatan penerimaan

Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Walikota Bima.

BAB VIII PEMERIKSAAN

Pasal 57

(20)

(2) Wajib Retribusi yang diperiksa wajib:

a. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku

atau catatan, dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan objek Retribusi yang terutang;

b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat

atau ruangan yang dianggap perlu dan memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan; dan/atau

c. memberikan keterangan yang diperlukan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemeriksaan Retribusi diatur dengan Peraturan Walikota Bima.

BAB IX

INSENTIF PEMUNGUTAN Pasal 58

(1) Instansi yan melaksanakan pemungutan Retribusi dapat diberi insentif atas dasar pencapaian kinerja tertentu.

(2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. (3) Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif

(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Kota Bima yang diangkat oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) adalah:

a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti

keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;

b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan

mengenai orang pribadi atau Badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana Retribusi Daerah;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang

pribadi atau Badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah;

d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan

(21)

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah;

g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang

meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang, benda, dan/atau dokumen yang dibawa;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan

tindak pidana Retribusi Daerah;

i. memanggil orang untuk didengar keterangannya

dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

j. menghentikan penyidikan; dan/atau

k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan saat dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

BAB XI

KETENTUAN PIDANA Pasal 60

Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlah Retribusi terutang yang tidak atau kurang dibayar.

Pasal 61

Denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60, merupakan penerimaan negara.

BAB XII

KETENTUAN PERALIHAN Pasal 62

Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, Retribusi yang masih terutang berdasarkan Peraturan Daerah mengenai jenis Retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), sepanjang tidak diatur dalam Peraturan Daerah yang bersangkutan masih dapat ditagih selama jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutang.

BAB XIII

KETENTUAN PENUTUP Pasal 63

(22)

pelayanan Persampahan/Kebersihan; Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 13 tahun 2005 Tentang Retribusi Pelayanan Pasar; Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 15 tahun 2003 Tentang Retribusi Penyelenggaraan Parkir; Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 8 tahun 2004 Tentang Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor; dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 64

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Bima.

Ditetapkan di Raba - Bima pada tanggal 23 Desember 2011

WALIKOTA BIMA, TTD

M. QURAIS H. ABIDIN

Diundangkan di Raba - Bima pada tanggal 1 Februari 2012 Plt. SEKRETARIS DAERAH KOTA BIMA,

TTD

MUHAMMAD RUM

LEMBARAN DAERAH KOTA BIMA TAHUN 2011 NOMOR 124

Mengesahkan

Salinan Sesuai Dengan Aslinya Kepala Bagian Hukum Setda Kota Bima,

M A R I A M A H, SH

(23)

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 8 TAHUN 2011

TENTANG

RETRIBUSI JASA UMUM I. UMUM

Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, pemerintah daerah Kota Bima mempunyai hak dan kewajiban mengurus sendiri urusan pemerintahannya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat.

Untuk menyelenggarakan pemerintahan tersebut, Daerah berhak mengenakan pungutan kepada masyarakat. Berdasarkan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 yang menempatkan Retribusi sebagai salah satu perwujudan kenegaraan, ditegaskan bahwa penempatan beban kepada rakyat, seperti Retribusi dan pungutan lain yang bersifat memaksa dapat diperankan oleh Pemerintah Kota Bima. Hal ini juga diatur lebih lanjut dalm Undang-undang nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak dan retribusi daerah bahwa regulasi ke arah itu diatur dengan Peraturan Daerah. Dengan demikian, pemungutan Retribusi Daerah harus didasarkan pada Peraturan Daerah.

Hasil penerimaan Retribusi diakui belum memadai dan memiliki peranan yang relatif kecil terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Sebagian besar pengeluaran APBD dibiayai dana alokasi dari pusat. Dalam banyak hal, dana alokasi dari pusat tidak sepenuhnya dapat diharapkan menutup seluruh kebutuhan pengeluaran Daerah. Oleh karena itu, dukungan masyarakat melalui Retribusi Daerah masih harus terus digalakkan, dengan tetap menjaga kestabilan iklim investasi dan menghindari adanya tumpang tindih dengan pungutan pusat, serta tidak merintangi arus barang dan jasa antar daerah.

Dengan diberlakukannya Peraturan Daerah ini, Kota Bima diharapkan akan semakin mampu membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam melaksanakan kegiatan pembangunan daerah, disisi lain akan dapat memberikan kepastian bagi masyarakat dan dunia usaha yang selanjutnya diharapkan akan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dalam memenuhi kewajiban Retribusi Daerah.

II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1

Cukup jelas. Pasal 2

Cukup jelas. Pasal 3

(24)

Pasal 4

Cukup jelas.

Pasal 5

Cukup jelas.

Pasal 6

Cukup jelas. Pasal 7

Cukup Jelas

Pasal 8

Cukup jelas.

Pasal 9

Cukup jelas.

Pasal 10

Cukup jelas.

Pasal 11

Cukup jelas.

Pasal 12

Cukup jelas.

Pasal 13

Cukup jelas.

Pasal 14

Cukup Jelas

Pasal 15

Cukup jelas.

Pasal 16

Cukup jelas.

Pasal 17

Cukup jelas. Pasal 18

Cukup jelas.

Pasal 19

Cukup jelas

Pasal 20

Cukup jelas.

Pasal 21

Cukup Jelas

Pasal 22

(25)

Pasal 23

Cukup jelas.

Pasal 24

Cukup jelas.

Pasal 25

Cukup jelas.

Pasal 26

Cukup jelas.

Pasal 27

Cukup jelas.

Pasal 28

Cukup jelas.

Pasal 29

Cukup jelas.

Pasal 30

Cukup jelas.

Pasal 31

Cukup jelas. Pasal 32

Cukup jelas.

Pasal 33

Cukup jelas.

Pasal 34

Cukup jelas.

Pasal 35

Cukup jelas.

Pasal 36

Cukup jelas.

Pasal 37

Cukup jelas.

Pasal 38

Cukup Jelas

Pasal 39

Cukup jelas.

Pasal 40

(26)

Pasal 41

Cukup jelas. Pasal 42

Cukup jelas

Pasal 43

Cukup jelas

Pasal 44

Cukup jelas.

Pasal 45

Cukup jelas. Pasal 46

Cukup jelas.

Pasal 47

Cukup jelas.

Pasal 48

Cukup jelas.

Pasal 49

Cukup jelas.

Pasal 50

Cukup jelas.

Pasal 51

Cukup Jelas

Pasal 52

Cukup jelas.

Pasal 53

Cukup jelas.

Pasal 54

Cukup jelas.

Pasal 55

Cukup jelas.

Pasal 56

Cukup jelas.

Pasal 57

Cukup jelas.

Pasal 58 Ayat (1)

(27)

Pemberian insentif dilakukan dalam rangka memotivasi kinerja SKPD dalam rangka optimalisasi penerimaan daerah sektor pajak dan retribusi daerah melalui Surat Keputusan Walikota Bima.

Pasal 59

Cukup jelas.

Pasal 60

Cukup jelas.

Pasal 61

Cukup jelas.

Pasal 62

Cukup jelas.

Pasal 63

Cukup jelas.

Pasal 64

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR……..

Lampiran I

(28)

NOMOR 8 TAHUN 2012

Circumsisi 30,000 45,000 75,000

Circumsisi Perempuan 10,000 15,000 25,000

Ekstirpasi Tumor ;

Pembersihan Sirumen 8,000 12,000 20,000

Pengambilan Corpus Alienum

(Telinga,Hidung,Mata) 8,000 12,000 20,000

Perawatan Luka 4,000 6,000 10,000

Insisi Abses ;

- Kecil 6,000 9,000 15,000

- Sedang 8,000 12,000 20,000

- Besar 10,000 15,000 25,000

Pemasangan dan pelepasan IUD 10,000 15,000 25,000

Kontrol IUD 6,000 9,000 15,000

Pemasangan dan pelepasan Implant 16,000 24,000 40,000

Suntik KB 6,000 9,000 15,000

Pil KB 2,000 3,000 5,000

II TINDAKAN MEDIK GIGI

Ondotectomy 26,000 39,000 65,000

Extraksi gigi tetap biasa dengan injeksi 6,000 9,000 15,000

Extraksi gigi tetap biasa dengan injeksi +

komplikasi 20,000 30,000 50,000

Extraksi gigi susu dengan injeksi 4,000 6,000 10,000

Extraksi gigi susu tanpa injeksi 4,000 6,000 10,000

Tumpatan Sementara 4,000 6,000 10,000

Tumpatan Amalgam I 6,000 9,000 15,000

Tumpatan Amalgam II 8,000 12,000 20,000

Tumpatan Fuji IX 6,000 9,000 15,000

Tumpatan Komposit Sinar (LC) 20,000 30,000 50,000

Skaling Per region 4,000 6,000 10,000

Perawatan Syaraf 8,000 12,000 20,000

Alveolectomi 10,000 15,000 25,000

(29)

Incisi Abses 6,000 9,000 15,000

Reposisi Fiksasi 16,000 24,000 40,000

Buka Fiksasi 4,000 6,000 10,000

Extraksi gigi tetap tanpa injeksi 4,000 6,000 10,000

Extraksi gigi M3 tanpa Odontectomy 20,000 30,000 50,000

Tambalan Glass Ionomer 6,000 9,000 15,000

Lain-lain dan rawat komplikasi 10,000 15,000 25000

III TINDAKAN RAWAT DARURAT DI UGD

1 Pemeriksaan UGD 8,000 12,000 20,000 15 Pemasangan Endotracheal Tube 14,000 21,000 35,000 16 Pemasangan Orogastrik Tube 10,800 16,200 27,000 17 Resusitasi Kardiopulmonal( BLS ) 8,000 12,000 20,000 18 Perawatan Luka bakar ≤ 10 % 9,200 13,800 23,000 19 Perawatan Luka bakar > 10 % 14,000 21,000 35,000 20 Pemakaian O₂ ( Oksigen ) concentrate perhari 2,000 3,000 5,000 21 Pemakaian O₂ ( Oksigen ) tabung perjam 2,000 3,000 5,000

IV PELAYANAN RAWAT INAP

A. Kamar perawatan tanpa makan

a. Bangsal / kelas III 6,000 9,000 15,000 b. Kelas II 12,000 18,000 30,000 c. Kelas I/ VIP 18,000 27,000 45,000

B. Makan pasien 3 kali

a. Bangsal / kelas III 10,800 16,200 27,000 b. Kelas II 12,000 18,000 30,000 c. Kelas I/ VIP ( + AC, Kulkas) 16,000 24,000 40,000

C. Jasa Visite Perhari

a. Bangsal / kelas III

(30)

Dokter spesialis 16,000 24,000 40,000

2. Dengan penyulit oleh dokter dan bidan 280,000 420,000 700,000

E. Berkas dokumen/ catatan

medik pasien rawat inap baru 2,800 4,200 7,000

V PEMERIKSAAN PENUNJANG ( LABORATORIUM)

Gol Darah 2,800 4,200 7,000

Bilirubinuria 2,400 3,600 6,000

Sedimen 2,400 3,600 6,000

Widal 8,400 12,600 21,000

Jamur 4,000 6,000 10,000

Sputum 3,200 4,800 8,000

GO 11,200 16,800 28,000

Sipilis (Gram Negatif) 6,400 9,600 16,000

Tes Kehamilan 6,400 9,600 16,000

Faces 4,000 6,000 10,000

Laju Endapan Darah (LED) 2,400 3,600 6,000

Hematokrit 2,400 3,600 6,000

Hitung Jenis Leukosit 2,800 4,200 7,000

Angka Leukosit 2,800 4,200 7,000

- Cholesterol Total 14,000 21,000 35,000

- Cholesterol HDL 12,000 18,000 30,000

- Cholesterol LDL 10,000 15,000 25,000

- Trigliserida 12,000 18,000 30,000

(31)

- Protein Total 6,400 9,600 16,000 Urin lengkap ( sedimen dan lain-

lain ) 6,800 10,200 17,000.00 Tes Kehamilan 4,000 6,000 10,000.00 Tes narkoba (3- 4 item ) 40,000 60,000 100,000.00

Pemeriksaan Feses/ Tinja / sputum

Makroskopik dan Mikroskopik 10,800 16,200 27,000.00 Nonne- Pandi 22,000 33,000

55,000.0 0 Kerokan jamur KOH 2,400 3,600 6,000.00

PEMERIKSAAN PENUNJANG LAIN -

Foto Rontgen/ foto thorax +

pembacaan 16,000 24,000 40,000.00 Foto BNO + pembacaan 16,000 24,000 40,000.00 Elektro Cardio Graphy + pembacaan 14,800 22,200 37,000.00

VI PEMERIKSAAN KESEHATAN UNTUK PENERBITAN

1 Surat keterangan sehat 6,000 9,000 15,000 2 Surat Keterangan Visum luar 6,000 9,000 15,000 3 Surat keterangan kehamilan 6,000 9,000 15,000 4 Surat keterangan bebas Narkoba 6,000 9,000 15,000 5 Surat Keterangan bebas buta warna 6,000 9,000 15,000

VII Tarif penggunaan Ambulans

1. Transport pasien ke RS/ dalam Kota

Bima 20,000 30,000 50,000

2. Transport jenazah dalam Kota

Bima 20,000 30,000 50,000 3. Pelayanan Ambulan Keluar Kota

Bima :

a. Ke Kabupaten Bima

(32)

- Kec Wera, Langgudu, Lambitu,

Chlorine Dinoxide 3,600 2,400 6,000

(33)

Dissolved Oxygen 8,400 5,600 14,000

Kebisingan 25,200 16,800 42,000

COD 7,200 4,800 12,000

- Clostridium Perfringens 21,600 14,400 36,000

- Clostridium botulinum 21,600 14,400 36,000

Kemasan 216,000 144,000 360,000

(34)

TTD

1 Rumah Tangga (1) (bangunan rumah dengan luas/type 21 m2 - 45m2)

2. Rumah Tangga (2) (bangunan rumah dengan luas/type 45 m2) Keatas

3. Instansi (instansi pemerintah, lembaga/badan pemerintah) yang berada di tepi jalan kabupaten dan/atau lingkungan) 2. usaha niaga golongan B (kios, toko, warung, wartel, biro jasa, rumah makan, losmen, penginapan, home stay, wisma yang berada di tepi jalan protokol, Negara dan provinsi)

3. usaha niaga untuk praktek dokter

4. usaha niaga golongan C (hotel melati, perbankan, telekomunikasi, pelayaran, BUMN, BUMD, jasa kontraktor, apotek, distributor makanan/minuman, distribusi semen bangunan

5. Usaha niaga golongan D a. Hotel berbintang satu b. Hotel berbintang dua c. Hotel berbintang tiga

d. Hotel berbintang diatas tiga e. Rumah Sakit

f. Klinik / Rumah Bersalin g. Lapangan Golf

h. Super market / Swalayan i. Mall

1.Industri kecil (industri kecil, bengkel las, bengkel sepeda motor).

2.Industri menengah (bengkel mobil, dealer sepeda motor, dealer mobil, industri penggergajian kayu, penggilingan padi).

3.Industri besar (pabrik es, pabrik kecap, pabrik

5.000 15.000

(35)

minyak kelapa, pabrik makanan/ minuman) E Tarif Khusus Pasar:

1.Pedagang bakulan 2.Pedagang pakai meja

3.Kios, Pedagang Kaki Lima, Warung 4.Toko

TARIF RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM

Parkir: a

. Parkir di tepi jalan:

1). Roda dua (sepeda motor) 2). Roda tiga

3). Roda empat

4). Roda enam atau lebih

Rp. 800,-1). Roda dua (sepeda motor) 2). Roda tiga

3). Roda empat 4). Dump Truk

5). Truk kecil (muatan 3-5 ton)

6). Truk besar (muatan diatas 5-10 ton)

7). Truk muatan diatas 10 ton

(36)

TTD

(37)

Lampiran IV

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA

NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

RETRIBUSI JASA UMUM TARIF RETRIBUSI PELAYANAN PASAR

1. Bakulan sebesar Rp. 1.000,-/hari

2. Penjualan Bale-bale (sarangge) dan penjualan barang Rp. 1.500,- / m² / hr

3. Sewa untuk Penyimpanan/Peti Rp. 2.000,- / m² / hr

4. Los Pasar Penjualan Daging Rp. 1.500,- / m² / hr

5. Los Pasar Penjualan Ikan Rp. 1.500,- / m² / hr

6. Los Pasar Penjualan Sayur Rp. 1.000,- / m² / hr

7. Los Pasar Penjualan Pakaian Bekas (Rombeng) Rp. 1.500,- / m² / hr

8. Los Pasar Penjualan Barang Pecah Belah Rp. 1.000,- / m² / hr

9. Toilet Umum per pemakaian Rp. 1.000,-

WALIKOTA BIMA,

TTD

(38)

Lampiran V

1 Retribusi pengujian pertama kali: a

. Mobil Barang, Kendaraan Khusus: 1). Kecil c. Kereta Tempelan/Gandengan Rp. 150.000,- Per kend. d

. Traktor Hand RP. 50.000,- Per kend. 2 Retribusi Pengujian Berkala:

. Mobil Barang, Kendaraan Khusus: 1). Kecil c. Kereta Tempelan/Gandengan Rp. 60.000,- Per Kend/6 bulan d

. Traktor Hand Rp. 50.000,- Per Kend/6 bulan 3 Retribusi penilaian teknis dan

penghapusan atau yang akan dihapuskan 4 Retribusi pengujian kendaraan

bermotor milik Pemerintah yang wajib Uji bukan BUMN/BUMD

Rp. 35.000,- Per kend/6 bulan

WALIKOTA BIMA,

TTD

(39)

Lampiran VI

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA

NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

RETRIBUSI JASA UMUM TARIF RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA

1. Peta ukuran kertas ” A 0 ” Rp. 250.000,- / lembar. 2. Peta ukuran kertas ” A 1 ” Rp. 200.000,- / lembar. 3. Peta ukuran kertas ” A 2 ” Rp. 150.000,- / lembar. 4. Peta ukuran kertas ” A 3 ” Rp. 100.000,- / lembar. 5. Peta ukuran kertas ” A 4 ” Rp. 25.000,- / lembar.

WALIKOTA BIMA,

TTD

(40)

Lampiran VII

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA

NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

RETRIBUSI JASA UMUM TARIF RETRIBUSI PENYEDIAAN DAN/ATAU PENYEDOTAN KAKUS

(1) Mobil Tanki Kecil (M3) Rp. 250.000,- /Ret dengan rincian sbb.: -. Biaya Retribusi Rp.

150.000,--. Biaya BBM Rp.

50.000,--. Biaya Petugas Rp.

50.000,-(2) Mobil Tanki Besar (M3) Rp. 400.000,- /Ret dengan rincian sbb.: -. Biaya Retribusi Rp.

300.000,--. Biaya BBM Rp.

50.000,--. Biaya Petugas Rp.

WALIKOTA BIMA,

TTD

(41)

Lampiran VIII TARIF RETRIBUSI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

No RetribusiWajib Tarif/Bulan Ket

1 2 3 4

I Skala Rumah Tangga (RT)

1 RT. 1 3,000 Jumlah Penghuni 1 s/d 5 Orang 2 RT. 2 9,000 Jumlah Penghuni 6 s/d 10 Orang 3 RT. 3 16,000 Jumlah Penghuni 10 s/d 15 Orang 4 RT. 4 22,000 Jumlah Penghuni lebih dari 15 Orang II Skala Sosial

1 S1 6,000 Tempat Ibadah, Panti Sosial, Museum 2 S2 9,000

- Kantor dengan Jumlah Pegawai kurang dari 25 orang

- Sekolah dengan Jumlah Guru dan Murid kurang dari 180 orang

3 S3 22,000

- Kantor dengan Jumlah Pegawai 25 s/d 50 orang

- Sekolah dengan Jumlah Guru dan Murid 180 s/d 240 orang

4 S4 37,500

- Kantor dengan Jumlah Pegawai lebih dari 50 orang

- Sekolah dengan Jumlah Guru dan Murid lebih dari 240 orang

III Skala Komersial

1 K1 10,000 Usaha Rombong 2 K2 20,000 Usaha Warung

3 K3 30,000 Usaha Rumah Makan/Café 4 K4 50,000 Restoran

5 K5 4,500 - Hotel Bintang 4 dan 5 Per kamar/bulan 3,500

- Hotel Bintang 1 s/d Bintang 3 Per kamar/bulan

2,000 - Hotel Melati Per kamar/bulan 1,000

- Losmen/Penginapan yang sejenis Per kamar/bulan

6 K6 5,000 - JumlahRuko/Pertokoan dengan jumlah karyawan 1 s/d 5 orang 7.500 - Ruko/Pertokoan dengan jumlah karyawan5 s/d 10 orang 10.000 - Ruko/Pertokoan dengan jumlah karyawanlebih dari 10 orang 7 K7 5,000 - Bengkel/Cuci Kendaraan dengan volume 1 s/d 5 unit/hari

7.500

- Bengkel/Cuci Kendaraan dengan volume 5 s/d 10 unit/hari

10.000

(42)

WALIKOTA BIMA,

TTD

Referensi

Dokumen terkait

(2) Wajib Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan perundang- undangan Retribusi diwajibkan

(2) Wajib Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk

(2) Wajib Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan

(4) Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi,

(2) Wajib Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan

(2) Wajib Retribusi adalah Orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut

(2) Wajib Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah orang pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan perundang- undangan Retribusi diwajibkan

(2) Wajib Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk