PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2015
PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN REKTOR DAN KETUA PADA PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN
YANG DISELENGGARAKAN OLEH PEMERINTAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa Peraturan Menteri Agama Nomor 11 Tahun
2014 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Rektor dan Ketua pada Perguruan Tinggi Keagamaan yang Diselenggarakan Oleh Pemerintah dipandang tidak sesuai dengan perkembangan dan dinamika perguruan tinggi, oleh karenanya perlu dicabut dan diganti dengan peraturan baru;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan
Menteri Agama tentang Pengangkatan dan
Pemberhentian Rektor dan Ketua pada Perguruan
Tinggi Keagamaan yang Diselenggarakan Oleh
Pemerintah;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5336);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang
Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 197, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4018) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 Tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4194);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496); sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5670);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2009 tentang
Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5007);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014 tentang
7. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2015 tentang Kementerian Agama (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 168);
8. Keputusan Menteri Agama Nomor 407 Tahun 2000
tentang Pengangkatan, Pemindahan, dan
Pemberhentian dalam dan/atau dari Jabatan Pada Perguruan Tinggi Agama di Lingkungan Departemen Agama;
9. Keputusan Menteri Agama Nomor 492 Tahun 2003
tentang Pendelegasian Wewenang dan Pemberian Kuasa Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian dalam dan/atau dari Jabatan Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Departemen Agama;
10. Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 592) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Agama Nomor 16 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 348);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI AGAMA TENTANG
PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN REKTOR DAN KETUA PADA PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN YANG DISELENGGARAKAN OLEH PEMERINTAH.
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Perguruan Tinggi Keagamaan yang diselenggarakan
2. Pemimpin perguruan tinggi adalah Rektor pada Universitas dan Institut, Ketua pada sekolah tinggi yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama.
3. Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan
dengan tugas utama mentransformasikan,
mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu
pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
4. Bakal Calon Rektor/Ketua adalah Dosen yang
memenuhi syarat untuk mengikuti proses penjaringan calon Rektor/Ketua.
5. Calon Rektor/Ketua adalah Dosen yang sudah melalui
proses penjaringan bakal calon Rektor/Ketua.
6. Panitia adalah panitia teknis yang bertugas
melakukan penjaringan bakal calon Rektor/Ketua.
7. Komisi Seleksi adalah badan yang terdiri dari
kumpulan orang atau ahli untuk melakukan seleksi calon Rektor/Ketua.
8. Senat adalah organ Universitas, Institut, dan Sekolah
Tinggi yang menyusun, merumuskan, dan
menetapkan kebijakan, memberikan pertimbangan kepada Rektor dalam pelaksanaan otonomi perguruan tinggi bidang akademik.
9. Kementerian adalah Kementerian Agama Republik
Indonesia.
10. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal
Pendidikan Islam, Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen, Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik, Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu, dan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha.
11. Menteri adalah Menteri Agama.
Pasal 2
(1) Pengangkatan Rektor/Ketua dilakukan apabila
(2) Lowongan jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terjadi karena:
a. pendirian PTKN baru;
b. penegerian perguruan tinggi keagamaan;
c. perubahan bentuk PTKN;
d. masa jabatan Rektor/Ketua berakhir; dan
e. Rektor/Ketua berhalangan tetap.
Pasal 3 Persyaratan bakal calon Rektor/Ketua: a. Umum
1. berstatus Pegawai Negeri Sipil yang memiliki
pengalaman jabatan sebagai Dosen;
2. beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa;
3. berusia paling tinggi 60 (enam puluh) tahun pada
saat berakhirnya masa jabatan Rektor/Ketua yang sedang menjabat;
4. memiliki pengalaman manajerial pada perguruan
tinggi paling rendah sebagai Ketua Jurusan atau sebutan lain paling singkat 2 (dua) tahun;
5. menyerahkan surat keterangan sehat dari dokter
pemerintah;
6. tidak sedang menjalani hukuman disiplin tingkat
sedang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
7. tidak sedang dipidana berdasarkan putusan
pengadilan yang memiliki kekuatan hukum tetap;
8. mencalonkan diri menjadi Rektor/Ketua secara
tertulis;
9. menyerahkan pernyataan tertulis meliputi:
a) visi dan misi kepemimpinan; dan
b) program peningkatan mutu perguruan tinggi.
b. Khusus
2. memiliki jabatan fungsional Profesor bagi calon Rektor Universitas dan paling rendah Lektor Kepala bagi calon Rektor Institut dan Ketua Sekolah Tinggi.
Pasal 4
Pengangkatan Rektor/Ketua dilakukan melalui tahapan:
a. penjaringan bakal calon;
b. pemberian pertimbangan;
c. penyeleksian; dan
d. penetapan dan pengangkatan.
Pasal 5
(1) Tahap penjaringan bakal calon Rektor/Ketua
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a sebagai berikut:
a. penjaringan bakal calon Rektor/Ketua dilakukan
oleh Panitia yang dibentuk oleh Rektor/Ketua;
b. Panitia sebagaimana dimaksud dalam huruf a
bertugas untuk menjaring bakal calon
Rektor/Ketua yang memenuhi syarat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3;
c. penjaringan bakal calon Rektor/Ketua bersifat
terbuka bagi yang memenuhi persyaratan;
d. penjaringan bakal calon Rektor/Ketua dilakukan
4 (empat) bulan sebelum berakhirnya masa jabatan Rektor/Ketua; dan
e. hasil penjaringan calon Rektor/Ketua yang
dilakukan oleh Panitia disampaikan kepada Senat untuk mendapatkan pertimbangan.
(2) Tahap pemberian pertimbangan calon Rektor/Ketua
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b sebagai berikut:
a. pemberian pertimbangan calon Rektor/Ketua
dilakukan melalui rapat Senat yang
b. rapat Senat sebagaimana dimaksud dalam huruf
a memberi pertimbangan secara kualitatif
terhadap calon Rektor/Ketua yang memenuhi syarat;
c. pertimbangan kualitatif meliputi aspek moralitas,
kepemimpinan,manajerial, kompetensi akademik, dan jaringan kerja sama;
d. instrumen pertimbangan kualitatif sebagaimana
dimaksud dalam huruf c ditetapkan oleh Direktur Jenderal; dan
e. pemberian pertimbangan calon Rektor/Ketua
dianggap sah apabila rapat dihadiri oleh paling sedikit dua pertiga (2/3) dari seluruh anggota Senat.
(3) Hasil pemberian pertimbangan calon Rektor/Ketua
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Menteri melalui Rektor/Ketua.
Pasal 6
(1) Menteri membentuk Komisi Seleksi untuk melakukan
penyeleksian calon Rektor/Ketua yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri.
(2) Anggota Komisi Seleksi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berjumlah ganjil paling sedikit 7 (tujuh) orang yang terdiri dari ketua dan anggota.
(3) Komisi Seleksi dapat melakukan uji kepatutan dan
kelayakan terhadap calon Rektor/Ketua.
(4) Komisi Seleksi menyerahkan Calon Rektor/Ketua
kepada Menteri paling banyak 3 (tiga) orang.
Pasal 7
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan
Pasal 8
Penetapan dan Pengangkatan Rektor/Ketua dilakukan oleh Menteri.
Pasal 9
Masa jabatan Rektor/Ketua 4 (empat) tahun dan dapat dipilih kembali dengan ketentuan tidak boleh lebih dari 2 (dua) kali masa jabatan berturut-turut.
Pasal 10
(1) Dalam hal Rektor/Ketua berhalangan tidak tetap,
Rektor/Ketua menunjuk salah satu Wakil
Rektor/Ketua untuk bertindak sebagai pelaksana harian (Plh).
(2) Dalam hal Rektor/Ketua berhalangan tetap, Menteri
menetapkan Pejabat pengganti sementara (Pgs)
sebelum diangkat Rektor/Ketua definitif.
(3) Jika masa jabatan Rektor/Ketua yang berhalangan
tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kurang dari 1 (satu) tahun, Menteri mengangkat Pejabat pengganti sementara (Pgs) sampai berakhirnya masa jabatan Rektor/Ketua.
(4) Jika masa jabatan Rektor/Ketua yang berhalangan
tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (2) lebih dari 1 (satu) tahun, Menteri mengangkat Rektor/Ketua melalui proses sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 8.
(5) Masa jabatan Rektor/Ketua sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) menjalankan tugasnya dan dihitung 1 (satu) kali masa jabatan.
Pasal 11
(1) Rektor/Ketua diberhentikan dari jabatan karena:
a. telah berakhir masa jabatannya;
b. pengunduran diri atas permintaan sendiri;
d. melakukan tindakan tercela;
e. sakit jasmani atau rohani terus menerus;
f. dikenakan hukuman disiplin sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
g. menjadi terdakwa dan/atau terpidana yang
diancam pidana penjara;
h. cuti di luar tanggungan negara; atau
i. meninggal dunia.
(2) Pemberhentian Rektor/Ketua sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Menteri.
Pasal 12
Apabila masa jabatan Rektor/Ketua berakhir dan
Rektor/Ketua yang baru belum dilantik, Menteri
menetapkan perpanjangan masa jabatan Rektor/Ketua atau mengangkat pejabat lain sebagai Pejabat pengganti sementara (Pgs) sampai dengan dilantiknya Rektor/ Ketua baru.
Pasal 13
(1) Menteri untuk pertama kali dapat mengangkat dan
menetapkan Rektor/Ketua pada PTKN baru dan penegerian PTK tanpa harus memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a angka 3 dan Pasal 3 huruf b, tanpa melalui tahapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4.
(2) Dalam hal perubahan bentuk PTKN dari Sekolah
Tinggi Agama Negeri menjadi Institut AgamaNegeri, Menteri mengangkat Ketua menjadi Rektor Institut Agama Negeri.
(3) Dalam hal perubahan bentuk PTKN dari Institut
Agama Negeri menjadi Universitas Agama Negeri, Menteri mengangkat Rektor Institut Agama Negeri menjadi Rektor Universitas Agama Negeri.
(4) Rektor sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat
Pasal 14
Dalam hal perubahan bentuk PTKN, Rektor/Ketua yang telah melebihi usia 60 (enam puluh) tahun, Menteri mengukuhkan Rektor untuk menjalankan tugasnya sampai dengan berakhir masa jabatan sebelum terjadi perubahan bentuk PTKN.
Pasal 15
Dalam hal Rektor belum dilantik sebagai akibat dari
perubahan bentuk PTKN, Menteri menetapkan
Rektor/Ketua sebagai Pelaksana tugas (Plt) sampai dilantiknya Rektor definitif.
Pasal 16
Ketentuan mengenai pengangkatan dan pemberhentian Wakil Rektor, Wakil Ketua,Wakil Direktur, Dekan, dan Wakil Dekan atau sebutan lain diatur dalam statuta masing-masing Perguruan Tinggi.
Pasal 17
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan
Menteri Agama Nomor 11 Tahun 2014 tentang
Pengangkatan dan Pemberhentian Rektor dan Ketua Pada Perguruan Tinggi Keagamaan Yang Diselenggarakan Oleh Pemerintah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 818) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 18
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 12 November 2015
MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,
LUKMAN HAKIM SAIFUDDIN
Diundangkan di Jakarta pada tanggal
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
WIDODO EKATJAHJANA