• Tidak ada hasil yang ditemukan

Christian Harrison. Program Magister Manajemen Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie Jl. Yos Sudarso Kav. 87 Sunter Jakarta ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Christian Harrison. Program Magister Manajemen Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie Jl. Yos Sudarso Kav. 87 Sunter Jakarta ABSTRACT"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE,

LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR), NON PERFORMING LOAN (NPL)

DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

PERBANKAN YANG TERDAFTAR PADA BURSA EFEK

INDONESIA TAHUN 2015 – 2017

Christian Harrison

Program Magister Manajemen Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie Jl. Yos Sudarso Kav. 87 Sunter Jakarta 14350

ABSTRACT

Banking companies can endure competition in the business world and can be a good example for companies in other industries in maintaining firm value in the eyes of investors. The variables tested in this study consisted of company values measured using Tobin's Q ratio, good corporate governance mechanism proxied through institutional ownership, audit committee, board of commissioners, managerial ownership, independent commissioners, and the size of the board of directors, measured loan to deposit ratio with the percentage of lending loans with third party funds, non-performing loans as measured by the percentage of non-performing loans compared to lending, and the size of the company as measured by the total assets owned by the company. The research sample is a banking company that is listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) in 2015-2017. This study uses a purposive sampling method in determining the number of samples used and obtained 39 companies used as samples. While the method of data analysis uses the classical assumption test, hypothesis testing, and multiple linear regression analysis. The results of this study indicate that the mechanism of good corporate governance has a significant effect on firm value while loan to deposit ratio, non-performing loans and firm size have no significant effect on firm value.

Keywords: Firm value, good corporate governance, institutional ownership, audit committee, board of commissioners, managerial ownership, independent commissioner, size of board of directors, loan to deposit ratio, non-performing loans, company size.

ABSTRAK

Perusahaan perbankan dapat bertahan menghadapi persaiangan dalam dunia bisnis dan dapat menjadi contoh yang baik bagi perusahaan pada industri lain dalam menjaga nilai perusahaan di mata investor. Variabel yang diuji dalam penelitian ini terdiri dari nilai perusahaan yang diukur menggunakan rasio Tobin’s Q, mekanisme good corporate governance yang diproksikan melalui kepemilikan institusional, komite audit, dewan komisaris, kepemilikan manajerial, komisaris independen, dan ukuran dewan direksi, loan to deposit ratio yang diukur dengan persentase pemberian kredit pinjaman dengan dana pihak ketiga, non performing loan yang diukur dengan persentase kredit bermasalah dibanding dengan pemberian kredit, dan ukuran perusahaan yang diukur dengan total aset yang dimiliki perusahaan. Sampel penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2015-2017. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dalam menentukan jumlah sampel yang digunakan dan diperoleh 39 perusahaan yang digunakan sebagai sampel. Sedangkan metode analisis data menggunakan uji asumsi klasik, uji hipotesis, dan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa mekanisme good corporate governance berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan sedangkan loan to deposit ratio, non performing loan dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

Kata kunci: Nilai perusahaan, mekanisme good corporate governance, kepemilikan institusional, komite audit, dewan komisaris, kepemilikan manajerial, komisaris independen, ukuran dewan direksi, loan to deposit ratio, non performing loan, ukuran perusahaan.

(2)

PENDAHULUAN

Perkembangan dunia bisnis saat ini sangatlah pesat. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya perusahaan baru yang muncul memiliki keunggulan kompetitif yang baik. Tujuan perusahaan adalah untuk mencari laba sebanyak-banyaknya dengan cara meningkatkan kinerja perusahaan yang tercermin pada nilai perusahaan. Nilai perusahaan dapat terlihat dari harga saham perusahaan, semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi nilai perusahaan. Nilai perusahaan adalah pemahaman dari pemegang saham terhadap tingkat keberhasilan nilai perusahaan yang terkait dengan harga sahamnya (Alfinur, 2016). Sedangkan, nilai perusahaan menurut Keown et al.. (2004:470) dalam Siahaan (2016), adalah nilai pasar atas surat berharga dan ekuitas perusahaan yang beredar.

Industri keuangan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia terbagi menjadi beberapa sub sektor, yaitu Bank, Institusi Keuangan, Perusahaan Sekuritas, Perusahaan Investasi, dan lainnya yang bergerak pada bidang keuangan. Berdasarkan Laporan Statisik IDX tahun 2017, pada industri keuangan, Bank memiliki Price Earning Ratio (PER) tertinggi, hal ini menunjukkan bahwa laba bersih Bank dibanding dengan harga saham lebih tinggi jika dibandingkan dengan industri lain dalam industri keuangan.

Menurut Undang-undang Nomor 10 tentang perbankan, Bank disebutkan sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat. Bank merupakan pilar penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Keberhasilan industri perbankan dalam mempertahankan nilai perusahaan yang terlihat dari masih tingginya minat investor dalam saham perbankan, dapat menjadi contoh untuk perusahaan-perusahaan lain. Nilai perusahaan selain tercermin dari harga saham, dapat diukur berdasarkan Price Earning Ratio (Santi et al.., 2016).

Nilai perusahaan merupakan konsep penting bagi investor, karena merupakan indikator bagi

pasar untuk menilai perusahaan secara keseluruhan. Nilai perusahaan dapat diukur melalui beberapa aspek, salah satu alternatif dalam menilai perusahaan adalah dengan menggunakan Tobin’s Q. Rasio ini dikembangkan oleh Profesor James Tobin (1969). Nilai Tobin’s Q menggambarkan kondisi peluang investasi yang dimiliki perusahaan atau potensi pertumbuhan perusahaan (Tobin, 1969 dalam Nurhanimah et al.., 2018).

Pengelolaan suatu perusahaan sangat penting dalam meningkatkan nilai perusahaan. Dimana setiap perusahaan perlu pengelolaan operasional secara baik dan profesional, salah satunya dengan cara melakukan tata kelola usaha bank (good corporate governance). Penerapan corporate governance di Indonesia sendiri semakin marak di perbincangkan setelah terjadinya krisis pada tahun 1997.

Menurut Latumaerissa (2014), loan to deposit ratio (LDR) adalah suatu pengukuran tradisional yang menunjukkan deposito berjangka, giro, tabungan dan lain-lain yang digunakan dalam memenuhi permohonan pinjaman (loan request) nasabahnya. Rasio ini menggambarkan sejauh mana simpanan digunakan untuk pemberian pinjaman. Rasio ini juga dapat untuk memberi isyarat apakah suatu pinjaman masih dapat mengalami ekspansi atau sebaliknya harus dibatasi.

Tingkat terjadinya kredit bermasalah biasanya diproksikan dengan rasio non performing loan (NPL). NPL merupakan rasio antara kredit bermasalah dengan total kredit. Kredit bermasalah didefinisikan sebagai risiko yang dikaitkan dengan kemungkinan kegagalan klien membayar kewajibannya atau risiko dimana debitur tidak dapat melunasi hutangnya. NPL mencerminkan risiko kredit, semakin kecil NPL semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung pihak bank.Bank Indonesia selaku otoritas pengawas menetapkan rasio NPL tidak lebih dari 5%.

Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat ditentukan besar kecil perusahaan dengan berbagai cara, antara lain dengan total aktiva, total aset, nilai pasar saham, dan lain-lain. Semakin besar ukuran atau skala perusahaan maka akan semakin mudah pula perusahaan memperoleh sumber pendanaan baik yang bersifat internal maupun eksternal.

(3)

Kerangka Pemikiran

Pengaruh Mekanisme good corporate governance terhadap Nilai Perusahaan

Mekanisme good corporate governance terdiri dari kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen, dewan komisaris dan ukuran dewan direksi. Dengan demikian, pengaruh mekanisme good corporate governance terhadap nilai perusahaan dapat didefinisikan berdasarkan pengaruh masing-masing variabel terhadap nilai perusahaan.

a. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan

Kepemilikan institusional berperan sebagai pihak yang melakukan monitoring perusahaan pada umumnya dan manajer sebagai pengelola perusahaan pada khususnya. Kepemilikan institusional memiliki arti penting dalam monitoring manajemen, karena dengan adanya kepemilikan institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen, sehingga manajemen akan lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan. Semakin tinggi tingkat kepemilikan institusional, maka semakin kuat kontrol terhadap perusahaan sehingga meningkatkan nilai perusahaan.

b. Pengaruh Komite Audit terhadap Nilai Perusahaan

Komite audit adalah sekelompok orang yang dipilih oleh dewan komisaris perusahaan yang bertanggung jawab untuk membantu auditor dalam mempertahankan independensinya dari manajemen. Jika kualitas dan karakteristik komite audit dapat tercapai, maka transparansi pertanggungjawaban manajemen perusahaan dapat dipercaya, sehingga akan meningkatkan kepercayaan para pelaku pasar modal. Selain itu, tanggung jawab komite audit dalam melindungi kepentingan pemegang saham minoritas dapat meyakinkan investor untuk mempercayakan investasinya terhadap perusahaan tersebut.

c. Pengaruh Dewan Komisaris terhadap Nilai Perusahaan

Posisi dewan komisaris dalam perusahaan adalah menjamin pelaksanaan strategi

perusahaan, serta mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan. Fungsi monitoring yang dilakukan oleh dewan komisaris dipengaruhi oleh jumlah atau ukuran dewan komisaris. Dewan komisaris dapat melakukan tugasnya sendiri maupun dengan mendelegasikan kewenangannya Peran komisaris ini diharapkan dapat meminimalisir permasalahan agensi yang timbul antara dewan direksi dengan pemegang saham. Penelitian yang dilakukan Suryaningsih et al.. (2018) menunjukkan adanya pengaruh positif dan signifikan dewan komisaris terdadap nilai perusahaan. Fungsi monitoring yang dilakukan oleh dewan komisaris diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan.

d. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai Perusahaan

Kepemilikan manajerial merupakan salah satu cara untuk mengurangi masalah keagenan, hal ini dikarenakan kepemilikan manajerial merupakan alat pengawas terhadap kinerja manajer yang bersifat internal. Dengan adanya kepemilikan manajemen dalam sebuah perusahaan, akan menimbulkan dugaan yang menarik bahwa nilai perusahaan meningkat sebagai akibat kepemilikan manajemen yang meningkat.

e. Pengaruh Komisaris Independen terhadap Nilai Perusahaan

Dewan komisaris independen adalah jumlah dewan komisaris independen dalam perusahaan. Aktivitas monitoring oleh komisaris independen sangat diperlukan. Pihak independen dapat berperan sebagai agen pengawas yang efektif untuk mengurangi masalah keagenan, karena mereka dapat mengendalikan perilaku oportunistik manajer. Adanya komisaris independen diharapkan mampu meningkatkan peran dewan komisaris sehingga tercipta good corporate governance di dalam perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Perdana dan Raharja (2014) dan Dewi dan Nugrahanti (2014) menunjukkan hubungan positif signifikan antara komisaris independen dengan nilai perusahaan. Semakin banyak dewan komisaris independen, semakin baik dewan komisaris independen melakukan fungsi pengawasan dan koordinasi dalam perusahaan sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan.

(4)

f. Pengaruh Ukuran Dewan Direksi terhadap Nilai Perusahaan

Dewan direksi dalam suatu perusahaan berperan dalam menentukan kebijakan yang akan diambil dan memastikan strategi perusahaan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Direksi harus memastikan, bahwa perusahaan telah menjalankan ketentuan yang diatur dalam Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dewan direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan perusahaan dalam dua hal yaitu untuk kepentingan dan tujuan perusahaan.

Pengaruh Loan to deposit ratio (LDR) terhadap Nilai Perusahaan

LDR menggambarkan perbandingan antara kredit yang dikeluarkan bank dengan dana dari pihak ketiga. Meningkatnya LDR berarti meningkat pula pendapatan bunga yang diperoleh oleh bank. Semakin meningkatnya LDR berarti profitabilitas meningkat yang mengindikasikan pertumbungan laba yang semakin besar dan nilai perusahaan di mata investor. Namun, tingkat LDR yang tinggi, mengakibatkan kemungkinan piutang yang tak tertagih juga tinggi sehingga nilai perusahaan akan menurun.

Pengaruh Non performing loan (NPL) terhadap Nilai Perusahaan

Bank memiliki kualitas kredit yang buruk atau NPL tinggi mengidentifikasikan bahwa pendapatan yang akan diterima kecil sehingga laba yang diterima menjadi kurang optimal sehingga akan berpengaruh negatif pada nilai perusahaan.

Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan

Menurut Riyanto (2001) dalam Maryam (2014), ukuran perusahaan dapat diartikan sebagai besar kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya nilai equity, nilai perusahaan, ataupun hasil nilai total

aktiva dari suatu perusahaan. Perusahaan yang lebih besar akan dapat dengan mudah mengakses pasar modal dalam memperoleh pendanaan yang lebih besar untuk perusahaannya, sehingga perusahaan mampu mempunyai rasio pembayaran dividen yang lebih tinggi dibanding perusahaan kecil. Namun, berdasarkan Dinawan (2017) dalam Sabina dan Sulasmiyati (2018) dalam pasar modal terdapat anomali yang disebut dengan size effect, yang memberikan pengaruh negatif antara ukuran perusahaan dengan nilai perusahaan.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Deskriptif.

Metode Analisis, Penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran umum dari semua variabel yang digunakan dalam penelitian dengan cara melihat tabel statistik deskriptif yang menunjukkan hasil pengukuran mean, nilai minimal dan maksimal, serta standar deviasi dari semua variabel tersebut (Ghozali, 2016:19).

Mekanisme good corporate governance Mekanisme good corporate governance merupakan construct yang terdiri dari beberapa variabel yaitu kepemilikan institusional, komite audit, dewan komisaris, kepemilikan manajerial, komisaris independen, dan ukuran dewan direksi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengukuran order, dengan memberikan nilai pada masing-masing variabel yang dibagi dengan 2 skala berdasarkan titik tengah adalah mean atau nilai rata-rata dari seluruh nilai masing-masing variabel. Skala pengukuran yang digunakan adalah kecil (≤ nilai mean) diberikan nilai 0 dan besar (> nilai mean) diberikan nilai sebesar 1. Dengan demikian, nilai mekanisme GCG merupakan total dari seluruh nilai variabel yang sudah disetarakan bobotnya dengan teknik pengukuran order. Pemberian nilai dapat terlihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1

Pemberian Nilai Mekanisme GCG

Variabel Nilai

mean > mean

Kepemilikan Institusional 0 1

Kepemilikan Manajerial 0 1

(5)

Komite Audit 0 1

Komisaris Independen 0 1

Ukuran Dewan Direksi 0 1

Total 0 6

Teknik pengukuran mekanisme GCG yang digunakan peneliti adalah untuk menggantikan pengukuran yang langsung menggunakan regresi linier berganda untuk variabel-varibel mekanisme GCG yang peneliti nilai kurang tepat, karena mekanisme GCG merupakan satu kesatuan dari kepemilikan institusional, komite audit, dewan komisaris, kepemilikan manajerial, komisaris independen, dan ukuran dewan direksi. Namun, masing-masing variabel diukur dengan menggunakan metode yang sudah digunakan dalam penelitian-penelitian terdahulu.

a) Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional merupakan proporsi kepemilikan saham oleh institusi yang berasal dari insitusi perusahaan. Adanya kepemilikan institusional dapat memantau secara profesional perkembangan investasinya. Rumus yang digunakan sebagai berikut (Wahidahwati dalam Istighfarin dan Wirawati, 2015) INST = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑖 𝑃𝑖ℎ𝑎𝑘 𝐼𝑛𝑠𝑡𝑖𝑡𝑢𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟 x 100% b) Komite Audit

Komite audit merupakan komite yang dibentuk oleh dewan komisaris yang bertugas untuk melakukan pengawasan. Komite audit dapat diukur dengan jumlah komite audit yang ada dalam perusahaan dibanding dengan jumlah dewan komisaris. Rumus yang digunakan sebagai berikut (Isnanta 2008, dalam Putra dan Kurniawati, 2017);

KOMAU = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑛𝑔𝑔𝑜𝑡𝑎 𝑘𝑜𝑚𝑖𝑡𝑒 𝑎𝑢𝑑𝑖𝑡 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑎𝑛𝑔𝑔𝑜𝑡𝑎 𝑑𝑒𝑤𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑠

c) Dewan Komisaris

Dewan komisaris adalah dewan yang bertugas untuk melakukan pengawasan terhadap perusahaan. Dalam penelitian ini, Dewan Komisaris dihitung menggunakan total jumlah

anggota dewan komisaris di perusahaan. Dengan demikian, Dewan Komisaris dapat dirumuskan sebagai berikut (Nulhaniya et al., 2018).

DEKOM = Jumlah anggota Dewan Komisaris

d) Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial merupakan tingkat kepemilikan saham pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (dewan direksi dan dewan komisaris). Rumus yang digunakan sebagai berikut (Sartono, 2010 dalam Wida dan Suartana, 2014):

MANJ = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑀𝑎𝑛𝑎𝑗𝑒𝑟𝑖𝑎𝑙

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟 x 100%

e) Komisaris Independen

Satuan dari dewan komisaris independen adalah persen. Rumusnya diformulasikan sebagai berikut (Rachmad, 2012 dalam Candradewi dan Sedana, 2016):

KOMIN = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑠 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑛 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑛 𝐾𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑠 x 100%

f) Ukuran Dewan Direksi

Ukuran dewan direksi merupakan jumlah dewan direksi yang terdapat pada perusahaan, Menurut Chen et al. (2012) dalam Dewi (2017), ukuran dewan direksi dihitung dengan menggunakan rumus:

DIR = Jumlah Dewan Direksi

Pengukuran mekanisme GCG merupakan kesatuan dari hasil masing-masing variabel yang yang sudah disetarakan dengan bobot penilaian. Hal ini dapat digambarkan dengan persamaan sebagai berikut:

MGCG = nilai INST + nilai KOMAU + nilai DEKOM + nilai MANJ + nilai KOMIN + nilai DIR

(6)

NPL merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam meng-cover risiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur. Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011, NPL dirumuskan sebagai berikut :

𝑁𝑃𝐿 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝐵𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝑥 100%

Loan to deposit ratio (LDR)

Loan to deposit ratio (LDR) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Nilai LDR dapat ditentukan melalui suatu formula sebagai berikut (Riyadi, 2004 dalam Anam dan Handayani, 2018);

𝐿𝐷𝑅 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑎𝑛𝑎 𝑃𝑖ℎ𝑎𝑘 𝐾𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎 𝑥 100%

Ukuran perusahaan

Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan. Peneliti menghitung ukuran perusahaan yang mengacu pada penelitian yang dilakukan Setiawati dan Lim (2018)dengan nilai logaritma natural dari total aset (natural logaritm of asset), sebagai berikut:

Size = 𝐿𝑛 (𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡)

Tabel 4.1

Hasil Pengujian Penelitian

Variabel B Beta t sig tolerance VIF Keterangan

MGCG -0,034 -0,247 -2,283 0,024 0,711 1,406

Sig Res_1 = 0,164

asymp sig (2-tailed) = 0,041 F = 1.915 ; sig = 0,113 R2 = 0,064 DW = 1,993 NPL -1,378 -0,125 -1,134 0,259 0,685 1,459 LDR -0,093 -0,086 -0,905 0,367 0,931 1,075 Size -0,006 -0,076 -0,765 0,446 0,858 1,166

HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linear berganda yang berbasis ordinary least square (OLS).

a. Uji Multikoleniaritas

Ada tidaknya multikoleniaritas pada penelitian ini menggunakan Variance Influence Factor (VIF). Berdasarkan tabel 4.2, nilai tolerance > 0,1 dan juga VIF<10. Hal ini menunjukkan bahwa pada model regresi tidak terdapat masalah multikoleniaritas.

b. Uji Autokorelasi

Pengujian autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah variabel mekanisme GCG, LDR, NPL, ukuran perusahaan, dan nilai

perusahaan terdapat autokorelasi atau tidak terdapat autokorelasi.

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa Sig Res_1 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi.

c. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji statistic nonparametric Kolmogrov-Smirnov (K-S). Pengujian yang dilakukan menunjukkan hasil asymp sig (2-tailed) < 0.05 sehingga tidak dapat dikatakan bahwa model regresi ini memenuhi asumsi normalitas. Berdasarkan Bowerman et.al (2001 : 223) dalam Wijaya dan Sandra (2018), apabila jumlah sampel terdiri dari sekurang-kurangnya tiga puluh observasi, maka uji normalitas akan mendekati normal.

d. Uji Heterokedastisitas

Untuk menguji heterokedastisitas, peneliti melakukan uji Scatterplot pada program SPSS.

(7)

Suatu model yang baik diharapkan tidak mengalami gejala heterokedastisitas. Berdasarkan hasil pengujian, tidak terdapat pola tertentu yang menunjukkan bahwa tidak terjadi gejala heterokedastisitas.

e. Uji Signifikan Simultan (Uji Statistik F)

Pada dasarnya, uji F menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan membandingkan probabilitas F dengan tingkat signifikansi (α). Berdasarkan tabel 4.2, nilai F sebesar 1,915 lebih kecil dari nilai F tabel pada α = 0,05 yang sebesar 2,46 dan dapat dilihat nilai Sig. sebesar 0.113 yang berarti lebih besar dari α = 0,05 sehingga tidak tolak H0. Hal ini menujukkan bahwa variabel independen secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan.

f. Uji Signifikasi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Pada dasarnya Uji Statistik T menunjukkan seberapa besar pengaruh suatu variabel independen secara individual untuk menerangkan variabel dependen. Berdasarkan tabel 4.2, hasil pengujian pada hipotesis ini menunjukkan bahwa variabel mekanisme GCG sebesar 0.024, sehingga tolak H0 yang berarti lebih kecil dari α (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa mekanisme GCG memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI.

Hasil pengujian variabel NPL dengan nilai perusahaan adalah sebesar 0,259 yang berarti lebih besar dari α (0,05) sehingga tidak tolak H0, maka dapat disimpulkan bahwa NPL tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI.

Hasil pengujian variabel LDR terhadap nilai perusahaan adalah sebesar 0,367 yang berarti lebih besar dari α (0,05) sehingga tidak tolak H0, maka dapat disimpulkan bahwa LDR tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI.

Hasil pengujian variabel ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan adalah sebesar 0,446 yang berarti lebih besar dari α (0,05) sehingga tidak tolak H0, maka dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

g. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi dapat mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Tabel 4.2, menunjukkan bahwa nilai R square pada penelitian ini adalah sebesar 0,064. Hal ini berarti 6,4% variabel nilai perusahaan dapat dijelaskan oleh variabel independen (mekanisme GCG, NPL, LDR, dan ukuran perusahaan), sedangkan 93,6% ditentukan oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini

Pembahasan Strategi Bisnis dari Hasil Penelitian

a. Mekanisme good corporate governance

terhadap Nilai perusahaan

Mekanisme GCG yang diterapkan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan pengawasan terhadap sebuah perusahaan guna menjaga investasi para pemegang saham. Penelitian mengenai pengaruh mekanisme GCG terhadap nilai perusahaan menunjukkan mekanisme GCG memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini berarti semakin rendah penerapan mekanisme GCG yang diukur menggunakan pengukuran order maka semakin tinggi nilai perusahaan tersebut. Pembahasan akan dilakukan berdasarkan variabel dalam mekanisme GCG yang diduga menyebabkan pengaruh negatif sehingga bertentangan dengan hipotesis awal.

1) Kepemilikan Institusional

Persentase kepemilikan institusional yang tinggi diharapkan meningkatkan pengawasan agar kinerja perusahaan menjadi baik, sehingga berdampak pada meningkatnya nilai perusahaan. Namun, pada hasil penelitian menunjukkan hubungan yang negatif antara kepemilikan institusional dengan nilai perusahaan, sehingga dapat simpulkan bahwa tingkat kepemilikan institusional yang semakin tinggi akan menurunkan nilai perusahaan.

(8)

Investor institusi, pada dasarnya berinvestasi untuk jangka panjang pada suatu perusahaan dengan bergantung pada jumlah deviden serta lebih memahami risiko saham, sehingga jarang melakukan transaksi terhadap saham yang dimilikinya. Transaksi saham yang kurang aktif berdampak stagnan-nya harga saham. Hal ini akan bertambah parah jika kepemilikan saham institusional semakin tinggi, yang menyebabkan ruang pergerakan bagi investor lain untuk bertransaksi semakin sedikit. Strategi bagi manajemen emiten dalam mengantisipasi agar kepemilikan institusional tidak berdampak buruk bagi nilai perusahaan dapat dengan mendorong investor inividu agar dapat lebih banyak memiliki saham perusahaan. Pada prakteknya, perusahaan dapat melakukan evaluasi secara berkala terhadap harga saham perusahaan dan melakukan stock split agar dapat terjangkau oleh investor individu.

2) Dewan Komisaris, Komite Audit dan Komisaris Independen

Jumlah dewan komisaris, komite audit dan komisaris independen suatu perusahaan diduga akan meningkatkan pengawasan terhadap evaluasi kinerja perusahaan serta penerapan mekanisme GCG, semakin banyak dewan komisaris, komite audit dan komisaris independen diharapkan semakin dapat mengawasi jalannya suatu perusahaan yang akan menaikkan nilai perusahaan. Namun, pada penelitian ini ditemukan hasil bahwa semakin sedikit jumlah dewan komisaris, komite audit dan komisaris independen, maka akan semakin tinggi nilai perusahaan.

Semakin banyak dewan komisaris, komite audit dan komisaris independen justru akan memakan lebih banyak biaya dan menurunkan nilai perusahaan di mata investor. Kompetensi dewan komisaris, komite audit dan komisaris independen pun dapat menjadi pertimbangan kurangnya kepercayaan investor dalam mengawasi jalannya perusahaan.

Strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah dengan meningkatkan kualitas dan perampingan struktur dewan komisaris, komite audit dan komisaris independen dalam perusahaan. Program yang dapat dijalankan adalah melakukan fit and proper test yang ketat dalam memilih dewan komisaris, komite audit dan komisaris independen, serta dengan

memberikan pelatihan melalui instansi tersertifikat untuk meningkatkan kualitas dewan komisaris, komite audit dan komisaris independen.

3) Ukuran Dewan Direksi

Dewan direksi sebagai manajemen perusahaan diharapkan dapat menentukan jalannya perusahaan, semakin banyak jumlah direksi seharusnya akan semakin terarah jalannya perusahaan. Pada hasil penelitian didapati hasil yang bertolak belakang yaitu, semakin sedikit dewan direksi maka akan semakin tinggi nilai perusahaan.

Jumlah dewan direksi yang banyak menjadi kekhawatiran investor, karena pemborosan biaya yang akan menurunkan profit perusahaan dan kurangnya kompetensi direksi dalam mengelola perusahaan. Dengan demikian, jumlah direksi harus menjadi perhatian perusahaan. Strategi perusahaan yang tepat adalah dengan melakukan perampingan struktur dengan meningkatkan kompetensi direksi. Program yang dapat dilaksanakan adalah dengan memberikan pelatihan agar seorang direksi dapat membawahi divisi yang lebih banyak. Sebagai contoh, Bank X memiliki direksi sebanyak 10 orang, tetapi dapat dilakukan perampingan struktur sehingga dapat berkurang menjadi 5 orang dengan membawahi lebih banyak divisi. Hal ini dapat mengurangi biaya gaji dan tunjangan direksi.

b. Non performing loan terhadap Nilai perusahaan

Pada hasil penelitian yang dilakukan, variabel non performing loan (NPL) tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, nilai t sebesar -1.134 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif antara NPL dengan nilai perusahaan, jika persentase NPL semakin besar maka nilai perusahaan akan turun dan sebaliknya. Hal ini sejalan dengan analisa awal dan penelitian Hidayat (2014) serta Repi et al.. (2016) bahwa terhadap hubungan yang negatif antara NPL dengan nilai perusahaan perbankan. Variabel ini tidak berpengaruh signifikan karena NPL perbankan di Indonesia diawasi oleh Bank Indonesia, jika bank melebihi tingkat NPL yang ditentukan (dibawah 5 %) maka bank tersebut tidak dapat memberikan pinjaman berupa kredit, yang merupakan sumber utama

(9)

penghasilan bank. Hal ini juga terjadi karena tingkat rata-rata rasio NPL di Indonesia yang masih rendah yaitu sebesar 1.84%, sehingga investor kurang memperhatikan variabel NPL sebagai indikator dalam menilai sebuah perusahaan.

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa yang dilakukan, strategi yang tepat bagi emiten khususnya perusahaan perbankan adalah dengan menjaga rasio NPL agar tetap sesuai dengan peraturan Bank Indonesia dan berada sekitar rata-rata NPL perbankan nasional dengan menjalankan manajemen risiko. Program manajemen risiko yang dapat diterapkan adalah pembekuan terhadap pelemparan kredit oleh cabang suatu bank, jika NPL cabang tersebut sudah mencapai pada batas yang masih tergolong sehat menurut peraturan BI. Tingkat NPL dipengaruhi oleh budaya suatu daerah, sehingga mempermudah pembagian kredit yang disalurkan guna menghindari pelampauan NPL bank. Menjaga tingkat NPL juga dapat dengan meningkatkan kualitas seleksi pemberian kredit, dengan memperhatikan indikator-indikator seleksi pemberian kredit terhadap debitur, seperti 5C (Character, Capital, Capacity, Collateral dan Conditions).

c. Loan to deposit ratio terhadap Nilai Perusahaan

Berdasarkan analisa awal, loan to deposit ratio (LDR) yang tinggi akan menurunkan nilai perusahaan karena meskipun pendapatan bank yang meningkat, risiko likuiditas akan meningkat pula, demikian hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh negatif LDR terhadap nilai perusahaan yang ditunjukkan oleh nilai t sebesar -0,905. Hal ini menunjukkan, adanya kekhawatiran investor terhadap risiko likuiditas dari sebuah bank, karena jika LDR terlalu tinggi maka bank berpotensi kesulitan dalam menyediakan dana kepada masyarakat, yang dapat diperburuk dengan tingginya tingkat kegagalan debitur dalam membayar kewajiban.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Halimah dan Komariah (2017) dan Repi et al.. (2016), bahwa LDR berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Namun, ditemukan hasil yang tidak signifikan dikarenakan rata-rata rasio LDR pada bank di Indonesia yang masih dalam batas aman menurut Peraturan Bank Indonesia

No. 15/15/PBI/2013 yaitu sebesar 82.8%, sehingga investor kurang memperhatikan faktor ini.

Strategi yang tepat bagi emiten dalam tetap menjaga loan to deposit ratio pada tingkat yang masih sehat menurut Peraturan Bank Indonesia, adalah dengan menambah Dana Pihak Ketiga dan menahan laju pemberian kredit meskipun pemberian kredit yang tinggi akan meningkat keuntungan perusahaan. Risiko likuiditas harus menjadi perhatian bagi para manajemen perusahaan dengan fokus pada penyelesaian kredit macet. Program yang dapat digunakan dalam menjaga tingkat LDR perusahaan adalah dengan menargetkan pada pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) dengan memperkuat human resource yang dimiliki perusahaan dalam menggalang dana dari nasabah-nasabah besar. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan DPK jauh lebih tinggi dibandingkan pemberian kredit pinjaman.

d. Ukuran perusahaan terhadap Nilai Perusahaan

Semakin kecilnya ukuran perusahaan, seharusnya semakin tinggi nilai perusahaan tersebut, sejalan dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan dengan nilai t sebesar -0,765. Hal ini terjadi karena perusahaan dengan ukuran yang besar, biasanya memiliki harga saham yang relatif tinggi, yang berdampak menurunnya minat investor dalam menanam saham pada perusahaan tersebut, sehingga akan menurunkan nilai perusahaan. Variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, karena investor lebih memperhatikan faktor-faktor lain seperti besarnya harga saham dalam melakukan investasi.

Emiten yang mencari modal melalui penjualan saham pada Bursa Efek Indonesia dituntut untuk tetap menjaga harga saham agar tetap marketable dan seluruh trader dapat berinvestasi pada perusahaan tersebut. Namun saham perusahaan besar atau yang sering dikenal dengan blue chips stocks, memiliki harga saham yang tinggi dengan tingkat pertumbuhan yang cenderung stabil, sedangkan banyak investor yang lebih menginginkan saham dengan harga rendah yang memiliki

(10)

tingkat pertumbuhan yang tinggi meskipun risiko yang dihadapi juga tinggi.

Strategi yang tepat bagi manajemen perusahaan besar adalah dengan menjaga nilai jual saham perusahaan agar dapat dimiliki oleh investor yang memilih tingkat risiko yang rendah dengan pertumbuhan yang stabil. Perusahaan perlu melakukan intervensi dengan melakukan stock split, jika harga saham sudah terlalu tinggi. Selain itu, manajemen emiten terutama pada perusahaan besar dapat melakukan sosialisasi bahwa meskipun harga saham perusahaan mereka tinggi, tingkat return yang ditawarkan tetap akan stabil dan cenderung meningkat.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dibahas pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil peneliti sebagai berikut:

1. Terdapat cukup bukti bahwa mekanisme GCG berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

2. Tidak terdapat cukup bukti bahwa loan to deposit ratio berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

3. Tidak terdapat cukup bukti bahwa non performing loan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

4. Tidak terdapat cukup bukti bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian serta hal-hal yang terkait dengan keterbatasan pembuatan penelitian ini menyebabkan terdapat beberapa hal yang mungkin belum tercakup dalam penelitian ini. Oleh sebab itu, ada beberapa saran yang dapat diberikan peneliti untuk penelitian selanjutnya, antara lain;

1. Menggunakan penilaian dengan rentang nilai lebih dari 2 kriteria (kecil dan besar), agar lebih mencerminkan kondisi mekanisme good corporate governance yang lebih spesifik.

2. Memberikan bobot yang berbeda pada setiap faktor mekanisme good corporate governance.berdasarkan tingkat kepentingan. 3. Melakukan eksplorasi pada faktor-faktor

kualitatif mekanisme GCG, karena terdapat keterbatasan dalam faktor kuantitatif yang hanya mengukur berdasarkan jumlah, seperti jumlah manajemen perusahaan tanpa mempertimbangkan latar belakang pendidikan ataupun pendapat manajemen di dalam rapat. 4. Menambahkan variabel-variabel lain yang

dapat mempengaruhi nilai perusahaan seperti profitabilitas dan rasio leverage.

Saran untuk emiten berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai berikut;

1. Melakukan stock split, untuk menjaga harga saham agar tetap dapat diminati oleh investor individu dan menstimulus transaksi saham di Bursa Efek Indonesia.

2. Merekrut manajemen perusahaan dengan melakukan fit and proper test untuk menjamin kualitas manajemen agar mampu menjalankan fungsinya dengan baik dan dapat merampingkan struktur organisasi.

3. Menjalankan manajemen risiko dalam memberikan pinjaman kredit untuk menjaga tingkat rasio non performing loan yang mempengaruhi risiko likuiditas yang berdampak pada loan to deposit ratio perusahaan perbankan.

4. Meningkatkan dana pihak ketiga dengan memaksimalkan sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan, agar menekan tingkat loan to deposit ratio agar berada pada batas aman kesehatan bank menurut peraturan Bank Indonesia serta dapat meningkatkan pemberian pinjaman kredit dan menekan rasio non-performing loan.

DAFTAR PUSTAKA

Alfinur. (2016). Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance (GCG) terhadap Nilai-Perusahaan pada Nilai-Perusahaan yang Listing di BEI, Jurnal Ekonomi Modernisasi, volume- 12, No. 1, pp:44-50.

Alzahrani, Youseif A. (2013). The Corporate Governance in Saudi Listed Companies.

(11)

International Journal of Humanities and Management Sciences, volume 1, No. 4, pp:243-254.

Anam, Mokhamad Saiful dan Siti Ragil Handayani. (2018). Pengaruh Return on Asset- (ROA)- Return on Equity (ROE), Biaya Operasional terhadap Pendapatan- Operasional (BOPO)- dan Loan to deposit ratio (LDR) terhadap Capital- Adequancy Ratio (CAR) (Studi- Perbandingan pada Bank Konvensional dan Bank- Umum Syariah yang terdapat di- Indonesia Tahun 2012-2016), Jurnal Administrasi- Bisnis, volume 58, No. 1, pp:103-112.

Asward, Ismalia dan Lina. (2015). Pengaruh Mekanisme Coporate Governance terhadap- Manajemen Laba dengan Pendekatan Conditional Revenue Model, Jurnal- Manajemen- Teknologi, volume 14, No. 1, pp:15-34.

Awule, Irma Desmi. et al. (2018). Pengaruh Profitabilitas Likuiditas Solvabilitas dan-Kepemilikan Insitutsional terhadap Nilai Perusahaan Food and Beverage yang- terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2016, Jurnal EMBA, volume 6, No. 4, pp:1908-1917. Chandradewi, Intan dan Ida Bagus Panji Sedana. (2016). Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional dan Dewan Komisaris Independen terhadap Return on- Asset, E-Jurnal Manajemen Unud, volume 5, No. 5, pp:3163-3190.

Cooper, D.R. dan Schindler, P.S. (2014). Business Research Methods, New York: McGraw-Hill. Dewi, Nur Febriyana. (2017). Pengaruh Kebijakan

Dividen, Kepemilikan Manajerial dan- Ukuran Dewan Direksi terhadap Kebijakan Hutang (Studi pada Perusahaan Sektor- Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015), JOM Fekon- volume 4, No. 2, pp:2465-2477.

Dewi, Laurensia Chintia dan Yeterina Widi Nugrahanti. (2014). Pengaruh Struktur- Kepemilikan- dan Dewan Komisaris Independen terhadap Nilai Perusahaan (Studi- pada Perusahaan- Industri Barang Konsumsi di BEI tahun 2011-2013), Jurnal- Kinerja, volume 18, No. 1, pp:64-80.

Firdausya, Zanera Saroh. et al. (2013). Pengaruh Mekanisme Good corporate governance- (GCG) pada Nilai Perusahaan (Studi pada Perusahaan yang masuk Indeks LQ45 di- Bursa Efek Indonesia), Jurnal Wawasan Manajemen, volume 1, No. 3, pp:407-423.

Ghozali, Imam. (2016). Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program IBM SPSS 23 (Edisi 8). Cetakan ke VIII. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Halimah, Sundus Nur dan Euis Komariah. (2017). Pengaruh ROA, CAR, NPL, LDR, BOPO- terhadap Nilai Perusahaan Bank Umum, Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan- Manajemen- Bisnis, volume 5, No. 1, pp:14-25.

Hansen, Verawati dan Juniarti. (2014). Pengaruh Family Control, Size, Sales Growth dan- Leverage terhadap Profitabilitas dan Nilai Perusahaan pada Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi, Journal Business Accounting Review, volume 2, No. 1, pp:121-130.

Hidayat, Muhammad. (2014). Pengaruh Rasio Kesehatan Perbankan terhadap Nilai- Perusahaan (Studi Kasus pada Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia), Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi (JENIUS), volume 4. No. 1, pp:41-47.

Istighfarin, Diana dan Ni Gusti Putu Wirawati. (2015). Pengaruh Good Corporate- Governance terhadap Profitabilitas pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN), E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, volume 13, No. 2, pp:564-581.

Lestari, L. (2017). Pengaruh Kepemilikan Institusional dan Struktur Modal terhadap Nilai- Perusahaan, Jurnal Riset Manajemen dan Bisnis (JRMB) Fakultas Ekonomi UNIAT, volume 2, S1, pp:293-306.

Lestari, Sri Rahayu. (2017). Pengaruh Dewan Direksi, Komisaris Independen, Kepemilikan- Manajerial dan Kepemilikan Institusional terhadap Kinerja Perusahaan dengan- Enterprise Risk Management sebagai Intervening (Studi Empiris pada Perusahaan- Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode tahun 2012-2014, JOM- Fekon, volume 4, No. 1, pp:3081-3094.

(12)

Maryanto, Hot Kristian. (2017). Pengaruh Intellectual Capital dan Good Corporate- Governance terhadap Nilai Perusahaan dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel- Intervening pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2014, JOM Fekon, volume 4, No. 1, pp:1598-1612. Muryati, Ni Nyoman Tri Sariri dan I Made Sadha

Suardikha. (2014). Pengaruh Corporate- Governance pada Nilai Perusahaan, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, volume 2, pp:411-429.

Ngadiman dan Christiany Puspitasari. (2014). Pengaruh Leverage, Kepemilikan- Institusional dan Ukuran Perusahaan terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidence)- pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010-2012, Jurnal Akuntansi, volume XVIII, No. 03, pp: 408-421.

Nulhaniya, Lufi Khomsiatin, et al. (2018). Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan, Good- Corporate Governance, dan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai- Perusahaan (Studi empiris pada perusahaan yang terdaftar dalam LQ-45 tahun 2014-2016), E-jurnal Riset Manajemen Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi Unisma, pp:14-22.

Nurhanimah, et al. (2018). Pengaruh Earnings Management dan Tax Avoidance terhadap- Nilai Perusahaan dengan Struktur Kepemilikan sebagai Moderating Variable pada- Perusahaan Kelompok LQ 45 di BEI tahun 2013-2016, Jurnal Akuntansi & Manajemen, volume 13, No. 2, pp:58-74.

Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate- Governance Bagi Bank Umum. Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor

6/10/PBI/2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat- Kesehatan Bank Umum.

Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 15/15/PBI/2013 tentang Giro Wajib Minimum Bank- Umum dalam Rupiah dan Valuta Asing bagi Bank Umum Konvensional.

Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 20/4/PBI/2018 tentang Rasio Intermediasi- Makroprudensial dan Penyangga Likuiditas Makroprudensial bagi Bank Umum-

Konvensional, Bank Umum Syariah, dan Unit Usaha Syariah.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor 33/POJK.04/2014 tentang Direksi dan- Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik. Perdana, Ramadhan Sukma dan Raharja. (2014).

Analisis Pengaruh Corporate Governance- terhadap Nilai Perusahaan, Diponegoro Journal of Accounting, volume 3, No. 3, pp:1-13. Pratiwi, Fernanda Lady. (2016). Analisis

Mekanisme Good corporate governance- terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI, Journal Riset Mahasiswa Akuntansi(JRMx), volume xx, No. xx, pp:1-15.

Pratiwi, Ryan Anugrah. (2017). Pengaruh Good corporate governance dan Ukuran- Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Food and Beverage yang- Listing di Bursa Efek Indonesia, Jom FISIP, volume 4, No. 2, pp:1-13.

Putra, Yossi Eko Sriyanto dan Elisabeth Penti Kurniawati. (2017). Pengaruh Praktek Good- Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan Perbankan di Indonesia, Jurnal- Akuntansi, volume 9, No.1, pp:12-22.

Repi, Switli, et al. (2016). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan Subsektor- Perbankan pada BEI dalam Menghadapi MEA, Jurnal EMBA, volume 4, No. 1, pp:181-191. Robin, Kristie Onasis. (2016). Pengaruh Tata

Kelola Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan- pada Perusahaan Sektor Keuangan yang terdaftar di BEI, Jurnal Bina Ekonomi, volume 20, No. 1, pp:1-22.

Sabina, Irza Izmi dan Sri Sulasmiyati. (2018). Analisis Market Overreaction terhadap- Pemilu Amerika 2016 dan Trump Effect (Studi Pada Perusahaan yang terdaftar- Dalam LQ45 Periode Agustus 2016 – Januari 2017), Jurnal Administrasi Bisnis- (JAB), volume 55, No. 2, pp:15-23.

Santi, Kiki Mega, et al. (2016). Influence of Managerial Ownership and Foreign- Ownership on Firm Value Study in Companies Listed in BEI Sector Manufacturing- Year 2013-2015, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau.

(13)

Sheisarvian, Revi Maretta, et al. (2015). Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan- Dividen dan Profitabilitas terhadap Kebijakan Hutang (Studi pada Perusahaan- Manufaktur yang tercatat di BEI Periode 2010-2012), Jurnal Administrasi Bisnis- (JAB), volume 22, No. 1, pp:1-9.

Singh, Satwinder, et al. (2018). Corporate Governance and Tobin’s Q as a Measure of- Organizational Performance, British Journal of Management, volume 29, pp:171–190.

Sukirni, Dwi. (2012). Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan- Dividen, dan Kebijakan Hutang Analisis terhadap Nilai Perusahaan, Accounting- Analysis Journal I (2), pp:1-12.

Suryaningsih, Ida, et al. (2018). Pengaruh Kepemilikan Manajemen, Ukuran Dewan- Komisaris & Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan dengan Corporate- Social Responsibility sebagai Variabel Moderating, Journal of Accounting, volume 4, No. 4, pp:1-20.

Syafitri, Tria, et al. (2018). Pengaruh Good Corporate Governanace terhadap Nilai- Perusahaan (Studi pada perusahaan industri sub sektor logam dan Sejenisnya yang- terdaftar di bei periode 2012-2016), Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), volume 56, No. 1, pp:118-126. Thaib, Ilham dan Acong Dewantoro. (2017).

Pengaruh Profitabilitas dan Likuiditas- Terhadap Nilai Perusahaan dengan Struktur Modal sebagai Variabel Intervening- (Studi pada Perusahaan Transportasi Laut Di Bursa Efek Indonesia), Jurnal Riset- Perbankan Manajemen dan Akuntansi, volueme 1, No.1, pp:25-44.

Wibowo, Ramadani dan Siti Aisjah. (2013). Pengaruh Profitabilitas, Kepemilikan- Manajerial, Kebijakan Dividen, Dan Leverage Terhadap Nilai Perusahaan, Jurnal- Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univeritas Brawijaya, volume 2, No. 1, pp:1-12.

Warouw, Cheryl Virgin, et al. (2018). Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Ukuruan Dewan- Direksi terhadap Kinerja Perbankan pada Bank Pembangunan Daerah Indonesia- Tahun 2011-2015, Jurnal EMBA, volume 6, No. 1, pp:21-30.

Wida, Ni Putu dan I Wayan Suartana. (2014). Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan- Kepemilikan Institusional pada Nilai Perusahaan, E-Jurnal Akuntansi Universitas- Udayana 9.3, pp:575-590.

Wijaya, Ericson dan Amelia Sandra. (2018). Relevansi Nilai Leverage, Dividen, dan- Profitabilitas terhadap Harga Saham pada Perusahaan-Perusahaan Manufaktur yang- terdaftar di BEI periode 2014-2016, Jurnal Akuntansi, volume 7, No. 1, pp:103-119. Zahra, Fajrina Narjees, et al. (2016). Pengaruh

Komisaris Independen, Ukuran Dewan- Komisaris dan Frekuensi Rapat Dewan Komisaris terhadap Profitabilitas (Studi- pada perusahaan credit agencies other than bank yang Terdaftar di BEI Periode 2012-2014), e-Proceeding of Management, volume 3, No.3, pp:3324-3331. www.idx.co.id www.alamsyahprasetio.wordpress.com/2010/10/2 8/pelaksanaan-good-corporate-governance-di-indonesia/ .

Referensi

Dokumen terkait