• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan prestasi belajar Akidah Akhlak dengan metode card sort pada materi menghindari akhlak tercela di kelas III MI Kebonharjo Tanjung Mas Semarang Utara tahun pelajaran 2014/2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peningkatan prestasi belajar Akidah Akhlak dengan metode card sort pada materi menghindari akhlak tercela di kelas III MI Kebonharjo Tanjung Mas Semarang Utara tahun pelajaran 2014/2015"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR AKIDAH

AKHLAK DENGAN METODE

CARD SORT

PADA

MATERI MENGHINDARI AKHLAK TERCELA DI

KELAS III MI KEBONHARJO TANJUNG MAS

SEMARANG UTARA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S 1)

Ilmu Tarbiyah Jurusan PGMI

Oleh: SRI SURATMI NIM. 123911157

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG 2015

(2)
(3)
(4)

Semarang, Desember 2015 NOTA PEMBIMBING

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Walisongo

Di Semarang

Assalamu’alaikum wr.wb.

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan:

Judul : Peningkatan prestasi belajar Akidah Akhlak dengan metode card sort pada Materi menghindari akhlak tercela di Kelas III MI Kebonharjo Tanjung Mas Semarang Utara Tahun Pelajaran 2014/2015 Nama : Sri Suratmi

NIM : 123911157

Jurusan : PGMI Program Studi : PGMI

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqasah.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Pembimbing,

Dr. Musthofa., M.Ag NIP. 197104031996031002

(5)

ABSTRAK

Judul : Peningkatan prestasi belajar Akidah Akhlak dengan metode card sort pada materi menghindari akhlak tercela di Kelas III MI Kebonharjo Tanjung Mas Semarang Utara Tahun Pelajaran 2014/2015

Nama : Sri Suratmi NIM : 123911157

Skripsi ini dilatarbelakangi proses kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas III MI Kebonharjo Tanjung Mas Semarang Utara masih mengandalkan ceramah, tanya jawab dan resitasi hanya menjadikan siswa pasif dalam pembelajaran dan kurang tertarik mengikuti proses pembelajaran. Pembelajaran perlu mengarah pada penciptaan proses belajar siswa dengan menggunakan metode pembelajaran yaitu metode card sort. Metode card sort

merupakan metode yang menciptakan kondisi pembelajaran yang bersifat kerjasama, saling menolong dan tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas yang diberikan lewat permainan kartu.

Studi ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan: 1) Bagaimana pelaksanaan metode card sort pada materi menghindari akhlak tercela semester II di kelas III MI Kebonharjo Tanjung Mas Semarang Utara Tahun Pelajaran 2014/2015?, 2) Apakah metode card sort dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi menghindari akhlak tercela kelas III MI Kebonharjo Tanjung Mas Semarang Utara Tahun Pelajaran 2014/2015?

Permasalahan tersebut dibahas melalui penelitian tindakan kelas yang dilakukan melalui 2 siklus dengan setiap siklus tahapannya adalah perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar siswa pada materi menghindari akhlak tercela menggunakan metode

card sort di kelas III MI Kebonharjo Tanjung Mas Semarang Utara Tahun Pelajaran 2014/2015, hal ini dapat di lihat dari dapat dilihat dari tingkat ketuntasan belajar peserta didik per siklus yaitu dengan KKM 70 pada pra siklus hanya ada 9 peserta didik atau 48%, Siklus I 13 peserta didik atau 68% dan pada siklus II sudah mencapai 17 peserta didik atau 90%, hasil tersebut sudah sesuai indikator yang ditentukan yaitu nilai tes sesuai KKM 70 sebanyak 75% dari jumlah seluruh peserta didik. Demikian juga dengan keaktifan siswa dalam mengikuti pelaksanaan metode card sort pada materi menghindari akhlak tercela semester II di kelas III MI Kebonharjo Tanjung Mas Semarang Utara Tahun Pelajaran 2014/2015 pada kategori baik dan baik sekali juga meningkat per siklus yaitu di siklus I ada 11 peserta didik atau 58% dan pada siklus II sudah mencapai 17 peserta didik atau 90%.

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tetap terlimpahkan kepangkuan beliau Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya serta orang-orang mukmin yang senantiasa mengikutinya.

Dengan kerendahan hati dan kesadaran penuh, penulis sampaikan bahwa skripsi ini tidak akan mungkin terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan dari semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah membantu. Adapun ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Dr. H. Raharjo M.Ed. St., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Walisongo semarang, beserta staf yang telah memberikan pengarahan dan pelayanan dengan baik 2. H. Fakrur Rozi, M.Ag. selaku ketua jurusan PGMI Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Walisongo semarang, beserta staf yang telah memberikan pengarahan dan pelayanan dengan baik 3. Bapak Dr. Musthofa., M.Ag, selaku pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini

(7)

4. Kepala MI Kebonharjo Tanjung Mas Semarang Utara yang telah memberikan izin dan memberikan bantuan dalam penelitian. 5. Segenap Civitas Akademik Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Walisongo Semarang yang telah memberikan bimbingan kepada penulis untuk meningkatkan ilmu.

6. Semua karib kerabat yang telah memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

Kepada semuanya, peneliti mengucapkan terima kasih disertai do’a semoga budi baiknya diterima oleh Allah SWT, dan mendapatkan balasan berlipat ganda dari Allah SWT.

Penyusun mengakui kekurangan dan keterbatasan kemampuan dalam menyusun skripsi ini, maka diharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif, evaluatif dari semua pihak guna kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, semoga dapat bermanfaat bagi diri penulis khususnya.

Semarang, Desember 2015

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... iv

HALAMAN ABSTRAK ... v

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

BAB II LANDASAN TEORI D. Deskripsi Teori... 6

1. Metode Card Sort ... 6

2. Prestasi Belajar Aqidah Akhlak ... 18

3. Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator Materi Menghindari Akhlak Tercela ... 35

4. Pembelajaran Materi Menghindari Akhlak Tercela dengan Card Sort ... 35

E. Kajian Pustaka ... 44

(9)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... 48

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 48

C. Subyek Penelitian ... 49

D. Kolaborator ... 49

E. Rancangan Penelitian ... 49

F. Teknik Pengumpulan Data ... 52

G. Analisis Data Penelitian ... 54

H. Indikator Keberhasilan ... 54

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Deskripsi Data... 55

1. Deskripsi Data Pra Siklus... 55

2. Deskripsi Data Penelitian Siklus I ... 57

3. Deskripsi Penelitian Siklus II ... 62

B. Analisis Hasil Penelitian Persiklus ... 65

1. Analisis Hasil Penelitian Pra Siklus ... 65

2. Analisis Hasil Penelitian Siklus I ... 66

3. Analisis Penelitian Siklus II ... 70

C. Analisis Data (Akhir) ... 75

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 81

(10)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

(11)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran materi menghindari akhlak tercela seperti hidup kotor, berbicara jorok atau kasar, bohong, sombong, malas, durhaka, khianat, iri, dengki, membangkang, munafik, hasud, kikir, serakah, pesimis, putus asa, marah, fasik, dan murtad dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai akidah Islam.

Proses pembelajaran materi menghindari akhlak tercela agar melekat pada diri siswa, maka siswa perlu diberikan banyak ruang untuk aktif dalam pembelajarannya sehingga terlatih untuk mengaplikasikan materi tersebut yang pada akhirnya akan menentukan hasil belajarnya. Proses pembelajaran yang dilakukan dengan mengandalkan ceramah, tanya jawab dan resitasi hanya menjadikan siswa pasif dalam pembelajaran dan kurang tertarik mengikuti proses pembelajaran sebagaimana yang terjadi dalam pembelajaran aqidah akhlak di kelas III MI Kebonharjo Tanjung Mas Semarang Utara.

Pembelajaran yang bersifat teacher centered pada pembelajaran materi akhlak tercela dikelas III MI Kebonharjo Tanjung Mas Semarang Utarajuga menjadikan ketuntasan belajar masih jauh dari ideal, karena dilihat dari hasil belajar nilai ketuntasan belajar Aqidah Akhlak dengan KKM 70 tahun pelajaran 2013/2014 pada beberapa nilai ulangan harian materi

(12)

akhlak tercela hanya berkisar 50% dari seluruh jumlah siswa kelas III MI KebonharjoTanjung Mas Semarang Utarayang tuntas, seharusnya KKM yang diperoleh oleh siswa adalah 75% - 85% dari jumlah seluruh siswa.

Pembelajaran materi akhlak tercela di kelas III MI Kebonharjo Tanjung Mas Semarang Utara perlu mengarah pada penciptaan proses belajar siswa dengan menggunakan metode pembelajaran yang lebih banyak mengelola pola pikir anak dan penuh permainan untuk menjadikan siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya, salah satu metode yang bisa diberikan dalam proses pembelajaran materi akhlak tercela di kelas III MI Kebonharjo Tanjung Mas Semarang Utaraadalah metodecard sort. Metode cardsort merupakan metode yang menciptakan kondisi pembelajaran yang bersifat kerjasama, saling menolong dan tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas yang diberikan lewat permainan kartu.

Metode card sort adalah tipe pembelajaran yang menggunakan alat peraga dua kartu, terdiri induk kartu dan kartu rincian untuk didiskusikan.1 Dan simulasi adalah tiruan atau perbuatan yang hanya pura-pura saja (dari fakta simulate yang

1Isma’il SM,

Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: RaSAIL Media Group, 2008), hlm. 88

(13)

artinya pura-pura atau berbuat seolah; dan simulation artinya tiruan atau perbuatan yang pura-pura saja).2

Penerapan Metode cardsort pada materi menghindari akhlak tercela menjadikan siswa tidak hanya aktif mendengar dan melihat permainan. Siswa terlihat sejak awal proses belajar-mengajar sehingga siswa benar-benar menjadi subjek bukan objek. Siswa mempunyai atau memiliki waktu sepenuhnya untuk belajar, berfikir dan berbicara.3 Dengan demikian pembelajaran dapat dikatakan efektif, apabila seorang guru dapat membimbing anak-anak untuk memasuki situasi yang memberikan pengalaman-pengalaman dan kegiatan yang menarik yang dapat menimbulkan kegiatan belajar siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah

1. Bagaimana pelaksanaan metode card sort pada materi menghindari akhlak tercela semester II di kelas III MI Kebonharjo Tanjung Mas Semarang Utara Tahun Pelajaran 2014/2015?

2. Apakah metode card sort dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi menghindari akhlak tercela kelas III MI

2

J.J Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 27

3

Chabib Toha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), hlm. 131-132

(14)

Kebonharjo Tanjung Mas Semarang Utara Tahun Pelajaran 2014/2015?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan permasalahan diatas, maka tujuan yang hendak dicapai adalah:

a. Untuk mengetahui pelaksanaan metode card sort pada materi menghindari akhlak tercela semester II di kelas III MI Kebonharjo Tanjung Mas Semarang Utara Tahun Pelajaran 2014/2015

b. Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa pada materi menghindari akhlak tercela menggunakan metode

card sort dikelas III MI Kebonharjo Tanjung Mas Semarang Utara Tahun Pelajaran 2014/2015

2. Manfaat Penelitian a. Secara teoritis

Dapat memberikan masukan dan informasi secara teori metode card sort pada pembelajaran materi menghindari akhlak tercela.

b. Secara praktis 1) Bagi sekolah

Sebagai bahan dan masukan serta informasi bagi sekolah dalam mengembangkan peserta didiknya terutama dalam hal proses pembelajaran agama Islam,

(15)

khususnya peningkatan aktivitas dan hasil belajar materi menghindari akhlak tercela.

2) Bagi peserta didik

Diharapkan para peserta didik dapat terjadi peningkatan hasil belajar pada pembelajaran materi menghindari akhlak tercela

3) Bagi Peneliti

Dapat menambah pengalaman dan

pengetahuan baru khususnya proses pembelajaran dengan metode card sort pada pembelajaran materi menghindari akhlak tercela.

(16)
(17)

BAB II

METODE CARD SORT DAN PEMBELAJARAN MATERI

MENGHINDARI AKHLAK TERCELA

A. Deskripsi Teori 1. Metode Card Sort

a. Pengertian Metode Card Sort

Metode, ditinjau dari etimologisnya metode berasal dari bahasa Yunani yaitu “methodos”. Maka metode memiliki arti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan.1 Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai cara melakukan suatu pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis. Dalam pandangan filosofis pendidikan, misalnya suatu metode tertentu pada suatu situasi kondisi tertentu dapat digunakan untuk membangun atau memperbaiki. Dari kegunaannya dapat bergantung pada si pemakai, bentuk dan kemampuan metode sebagai alat dalam pembelajaran. Sebaliknya monoprakmatis bilamana metode tersebut mengandung satu macam, kegunaan untuk satu macam tujuan penggunaan implikasi yang bersifat konsisten, sistematis, dan kebermaknaan menurut kondisi sasarannya,

1

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pres, 2002), hlm. 32

(18)

sehingga pendidik dituntut untuk berhati-hati dalam penerapannya.

Menurut Fathurrahman Pupuh yang dikutip oleh Hamruni metode secara harfiah berarti cara. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu.2

Metode card sort merupakan metode yang menciptakan kondisi pembelajaran yang bersifat kerjasama, saling menolong dan tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas yang diberikan lewat permainan kartu. Menurut Hisyam Zaini, dalam bukunya Strategi Pembelajaran Aktif, metode card sort merupakan kegiatan kolaboratif yang bisa digunakan untuk mengerjakan konsep, karakteristik, klasifikasi, fakta, tentang objek atau mereview informasi.3

Menurut Melvin L Silberman, dalam bukunya

Active Learning. Metode card sort learning merupakan kegiatan kolaboratif yang biasa digunakan untuk mengerjakan konsep, penggolongan sifat, fakta tentang suatu objek, atau mengulangi informasi.4 Metode ini juga

2

Hamruni, Strategi dan Model-Model Pembelajaran Aktif menyenangkan, (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2009), hlm. 6

3

HisyamZaini, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insani Madani, 2008), hlm. 50

4

Melvin L Silberman, Active Learning, (Yogyakarta: YAPPENDIS, 2002), hlm.149

(19)

menekankan terhadap gerakan fisik, yang diutamakan dapat membantu untuk memberi energi kepada suasana kelas yang mulai jenuh. Karena aktifitas pembelajaran yang sangat padat. Hadits Anas bin Malik tentang Membuat Mudah Gembira dan Kompak:

:

.

.

Dari Anas bin Malik ra. dari Nabi Muhammad SAW. bersabda: Mudahkanlah kepada mereka dan janganlah disukarkan, gembirakanlah hati mereka dan janganlah dijauhkan dari Islam. (HR. Bukhari)

Dari ayat di atas maka dapat diketahui bahwa prinsip membuat pembelajaran yang menyenangkan dan mempermudah pemahaman siswa dengan kegembiraan penting dalam proses belajar mengajar.

Keberadaan pembelajaran yang sifatnya monoton sebagai salah satu sumber utama yang turut memberikan kontribusi terhadap lemahnya pembelajaran agama Islam yang selama ini jelas berdampak pada kegagalan pembelajaran. Dalam konteks ini, penyebabnya dapat berawal dari kelemahan sumber daya manusia, kurikulum, sumber-sumber belajar, media, strategi, metode,

5

Imam Az-Zabidi, Ringkasan Shakhih al-Bukhari bab Ilmu,

(20)

pendekatan dan evaluasi yang dipergunakan dalam proses pembelajaran.

Dalam interaksi pembelajaran dengan Metode card sort, guru menciptakan suasana belajar yang mendorong siswanya untuk saling membutuhkan, inilah yang dimaksud positive interdependence atau saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan positif ini dapat dicapai melalui ketergantungan tujuan, ketergantungan tugas, ketergantungan sumber belajar, ketergantungan peranan dan ketergantungan hadiah.6

Jadi metode card sort adalah cara pembelajaran yaang menekankan terhadap gerakan fisik, yang diutamakan dapat membantu untuk memberi energi kepada suasana kelas yang mulai jenuh dengan cara bermain kartu. b. Tujuan Metode Card Sort

Metode card sort merupakan kegiatan kolabolatif bertujuan untuk mengerjakan konsep karakteristik, klasifikasi serta, fakta, tentang objek atau mereview informasi. Gerakan fisik yang dominan dalam strategi ini dapat membantu mendinamiskan kelas yang jenuh atau bosan.7

6

Mulyana Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm 122

7

Hamruni, Strategi dan Model-Model Pembelajaran Aktif menyenangkan, hlm. 50

(21)

Metode card sort learning mampu menciptakan suasana belajar yang mendorong siswanya untuk saling membutuhkan, inilah yang dimaksud positive interdependence atau saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan positif ini dapat dicapai melalui ketergantungan tujuan, ketergantungan tugas, ketergantungan sumber belajar, ketergantungan peranan dan ketergantungan hadiah.8

c. Prinsip-Prinsip Metode CardSort

Pada dasarnya, setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda antara satu dengan yang lain. perbedaan ini disebut sebagai suatu prinsip. Demikian juga dengan konsep belajar ini. Walaupun prinsip tersebut berbeda, tetapi tetap ada titik temu sebagai patokan untuk memberikan definisi tentang belajar.

Adapun prinsip-prinsip belajar termasuk menggunakan metode card sort learning antara lain: 1) Agar seseorang benar-benar belajar, ia harus

mempunyai suatu tujuan.

2) Tujuan itu harus timbul dan atau berhubungan dengan kebutuhan hidupnya, dan bukan karena dipaksakan oleh orang lain.

8

Mulyana Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm 122

(22)

3) Orang itu harus bersedia mengalami bermacam-macam kesukaran dan berusaha dengan tekun untuk mencapai tujuan yang berharga baginya.

4) Belajar itu harus terbukti dan perubahan kelakuannya. 5) Selain tujuan pokok yang hendak dicapai,

diperolehnya pula hasil-hasil sambilan atau sampingan. Misalnya, ia tidak hanya bertambah terampil membuat soal-soal ilmu pengetahuan alam, akan tetapi juga memperoleh minat yang lebih besar untuk bidang studi itu.

6) Belajar lebih berhasil dengan jalan berbuat atau melakukan.

7) Seorang belajar sebagai keseluruhan, tidak dengan otaknya atau secara intelektual saja, tetapi juga secara sosial, emosional, etis, dan sebagainya.

8) Dalam hal belajar, seorang memerlukan bantuan dan bimbingan dan orang lain.

9) Untuk belajar diperlukan insight. Apa yang dipelajari harus benar-benar dipahami.

10)Di samping mengejar tujuan belajar yang sebenarnya, seorang sering mengejar tujuan lain, misalnya orang yang belajar main badminton juga ingin menjadi juara. 11)Belajar lebih berhasil, apabila usaha itu memberi

(23)

12)Ulangan dan latihan perlu, akan tetapi harus didahului oleh pemahaman.

13)Belajar hanya mungkin kalau ada kemauan dan hasrat untuk belajar.9

Sedangkan beberapa prinsip yang harus diperhatikan ketika pendidik/guru menerapkan metode

card sort learning dalam suasana pembelajaran PAIKEM adalah sebagai berikut:

Pertama, Memahami sifat peserta didik. Pada dasarnya peserta didik memiliki sifat rasa ingin tahu atau berimajinasi. Kedua sifat ini merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir krisis dan kreatif. Untuk itu kegiatan pembelajaran harus dirancang menjadi lahan yang subur bagi berkembangnya kedua sifat tersebut.

Kedua, mengenal peserta didik secara perorangan. Peserta didik berasal dari latar belakang dan kemampuan yang berbeda. Perbedaan individu harus diperhatikan dan garis tercermin dalam pembelajaran. Semua peserta didik dalam kelas tidak harus selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda dengan kecepatan belajarnya. Peserta didik yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya).

9

S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), Cet. 2, hlm. 46-47

(24)

Ketiga, memanfaatkan perilaku peserta didik dalam perorganisasian belajar. Peserta didik secara alami bermain secara berpasangan atau kelompok. Perilaku yang demikian dapat dimanfaatkan oleh guru dalam pengorganisasian kelas. Dengan berkelompok akan mempermudah mereka untuk berinteraksi atau bertukar pikiran.

Keempat, mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif serta mampu memecahkan masalah. Pada dasarnya hidup adalah memecahkan masalah, untuk itu peserta didik perlu dibekali kemampuan berpikir kritis dan kreatif untuk menganalisis masalah, dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah, dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Jenis pemikiran tersebut sudah ada sejak lahir, guru diharapkan dapat mengembangkannya.

Kelima, menciptakan ruangan kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik. Ruangan kelas yang menarik sangat disarankan dalam card sort. Hasil pekerjaan peserta didik sebaiknya dipajang didalam kelas, karena dapat memotivasi peserta didik untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi peserta didik yang lain. Selain itu pajangan dapat juga dijadikan bahan ketika membahas materi pelajaran yang lain.

(25)

Keenam. Memanfaatkan ruangan kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik. Ruangan kelas yang menarik sangat disarankan dalam kelas, karena dapat memotivasi peserta didik untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi peserta didik yang lain. Selain itu pajangan dapat juga dijadikan bahan ketika membahas materi pelajaran yang lain.

Keenam. Memanfaatkan lingkungan sebagai lingkungan belajar. Lingkungan (fisik, sosial, budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar didik. Lingkungan dapat berfungsi sebagai media belajar serta objek belajar peserta didik.

Ketujuh. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan. Pemberian umpan balik dari guru kepada peserta didik merupakan suatu interaksi antara guru dan peserta didik. Umpan balik hendaknya lebih mengungkapkan kekuatan dan kelebihan peserta didik daripada kelemahannya. Umpan balik juga harus dilakukan secara santun dan elegan sehingga tidak meremehkan dan menurunkan motivasi.

Kedelapan. Membedakan antara aktif-fisik dengan aktif mental. Dalam pembelajaran card sort learning, aktif secara mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Karena itu, aktifitas sering bertanya, mempertanyakan gagasan

(26)

orang lain, mengemukakan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental.

Dari uraian tentang indikasi dan prinsip-prinsip metode card sort learning tersebut dapat digaris bawahi bahwa secara praktis tingkat keberhasilan penerapan strategi ini dapat diketahui melalui uji coba yang berulang-ulang dari seorang pendidik, sekaligus perlu terus dilakukan evaluasi proses dari tahap-tahap. Dalam tata metode card sort learning, seharusnya sekaligus melakukan penelitian tindakan kelas, meskipun dalam skala kecil dan terbatas.10

d. Langkah-Langkah Metode Card Sort

Mengajar sebagai usaha untuk menciptakan sistem lingkungan yang mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar dalam arti ini adalah usaha menciptakan suasana belajar bagi siswa secara optimal. Optimalisasi tersebut dapat tercipta dengan mengedepankan pusat perhatian dalam proses belajar mengajar ialah siswa. Pendekatan menghasilkan metode yang disebut student center metodes. Metode belajar mengajar yang berpusat pada siswa.11

10 Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM

(Pembelajaran Aktif, Inovatif, Efektif, dan Menyenangkan), (Semarang: RaSAIL Media Group, 2008), Cet. I, hlm. 50-57

11

W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Grasindo, 2002) hlm. 4-6

(27)

Pembelajaran aktif kreatif dan menyenangkan, juga mampu meningkatkan penghayatan terhadap keimanan dan realisasinya dalam realitas hubungan sosial bagi siswa akan tercapai, maka pembelajaran dengan metode card sort menjadi salah satu alternatif pembelajaran yang dapat mewujudkan tujuan itu semua. Metode card sort dapat di gunakan dalam semua mata pelajaran tidak terkecuali pada materi akhlak tercela yang lebih menitik beratkan tujuannya kepada pemahaman terhadap pola akhlak yang baik pada diri siswa.

Pembelajaran aktif akan mampu menciptakan hasil belajar yang baik pada diri siswa. Metode card sort

tersebut dapat digunakan dengan cara menggunakan kartu-kartu yang dibuat oleh seorang guru. Di dalam kartu-kartu tersebut terdapat poin-poin yang berkaitan tentang suatu materi. Langkah-langkah yang digunakan ketika menerapkan Metode card sort dalam pembelajaran menghindari akhlak tercela adalah:

a. Setiap siswa diberi potongan kertas yang berisi informasi atau contoh yang tercakup dalam satu atau lebih kategori.

b. Mintalah siswa untuk bergerak dan berkeliling di dalam kelas untuk menemukan kartu dengan kategori yang sama. Anda dapat mengumumkan kategori

(28)

tersebut sebelumnya atau membiarkan siswa menemukan sendiri.

c. Siswa dengan kategori yang sama diminta mempresentasikan kategori masing-masing di depan kelas.

d. Seiring dengan presentasi dari tiap-tiap kategori tersebut, berikan poin-poin terkait materi.

Catatan :Mintalah setiap kelompok untuk menjelaskan tentang kategori yang mereka selesaikan.

Proses pada awal kegiatan bentuklah beberapa tim. Beri tiap tim satu set kartu yang sudah di acak sehingga kategori yang mereka sortir tidak nampak. Mintalah setiap tim untuk mensortir kartu-kartu tersebut ke dalam kategori-kategori tertentu. Setiap tim memperoleh nilai untuk setiap kartu yang disortir dengan benar.12

Berikut langkah-langkah pembelajaran materimenghindari akhlak tercela yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa sebagai berikut:

a. Peneliti memberikan informasi awal tentang jalannya pembelajaran dengan Metode card sort pada materi menghindari akhlak tercela.

b. Peneliti menerangkan materi menghindari akhlak tercela.

12

(29)

c. Peneliti mempersilahkan siswa untuk memilih kartu cabang yang berisi potongan dari materi menghindari akhlak tercela

d. Peneliti mempersilahkan siswa yang telah memilih kartu cabang untuk ditempelkan dengan benar ke kartu induk yang berisi sub bahasan materi akhlak terpuji di papan tulis

e. Peneliti mempersilahkan siswa mengomentari hasil kerja teman

f. Peneliti mengklarifikasi 2. Prestasi Belajar Aqidah Akhlak

a. Pengertian Prestasi Belajar Aqidah Akhlak

Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan). Prestasi juga berarti hasil pelajaran yang diperoleh dari kegiatan belajar di sekolah atau perguruan tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian.13 Kegiatan belajar mempunyai hasil, hasil belajar dapat berupa prestasi. Orang yang belajar tentu akan mencapai tujuan belajar atau out comes. Belajar merupakan proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan, pembelajaran dan sebagainya, sehingga terjadi perubahan

13

Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 2008), hlm. 895

(30)

dalam diri.14 Tujuan utama belajar adalah mengarahkan perkembangan tingkah laku sebagai pencerminan dari hasil belajar yang dicapai oleh yang bersangkutan.

Prestasi merupakan hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, maupun hal yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu. Berhasilnya belajar seseorang akan tampak dalam perkembangan kecerdasan dasar, kompetensi sosial dan penguasaan ide- ide absrak.15

Bila seseorang dalam belajarnya menampakkan kecakapannya dan kemampuan ketrampilan atau skill subjectes-nya, maka orang tersebut dinamakan mechanical minded (jiwa mekanis, jiwa ketrampilan). Bila ia mampu mengembangkan kemampuan pergaulan dengan orang lain dan berkomunikasi, maka ia disebut social minded atau memiliki jiwa kemasyarakatan. Dan bila ia mempunyai kemampuan dengan mudah mengerjakan pekerjaan yang berkenaan dengan abstrak dan ketrampilan berfikir , maka ia disebut memiliki abstract minded.16

Aqidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang mempelajari tentang

14Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: UHAMKA

PRESS, 2003), hlm. 29

15Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, hlm. 31 16

Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, ( Jakarta: Uhamka Press, 2003), hlm.31

(31)

rukun iman yang dikaitkan dengan pengenalan dan penghayatan terhadap al asma al-husna, serta penciptaan suasana keteladanan dan kebiasaan dalam mengamalkan akhlak terpuji dan adap islam melalui pemberian contoh- contoh perilaku dan cara mengamalkan dalam kehidupan sehari- hari. Secara subtansial mata pelajaran Aqidah Akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motifasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan akhlakul karimah dan adap – adap islami dalam kehidupan sehari – hari sebagai manifestasi dari keimanannya kepada Allah SWT.17

b. Alat Untuk Mengukur Prestasi Belajar Aqidah Akhlak Menurut pendapat Benyamin S. Bloom yang ditulis oleh Anas Sudiyono, hasil belajar mencakup tiga ranah yaitu; ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.18

1) Ranah kognitif yang meliputi19:

a) Pengetahuan (knowledge). Ciri utama taraf ini adalah pada ingatan

17

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008, Tentang Standar Kompetensi Lulusan Dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab di Madrasah, hlm. 21

18

Anas Sudiyono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 49.

19

Nana Sudjana Pengantar Evaluasi Pendidikan (Bandung : Remaja Remaja Rosda Karya,1989), hlm. 23

(32)

b) Pemahaman (Comprehension). Pemahaman digolongkan menjadi tiga yaitu: menerjemahkan, menafsirkan dan mengeksrapolasi (memperluas wawasan)

c) Penerapan (aplication), merupakan abstraksi dalam suatu situasi konkret.

d) Analisis, merupakan kesanggupan mengurai suatu integritas menjadi unsur-unsur yang memiliki arti sehingga hirarkinya menjadi jelas.

e) Sintesis, merupakan kemampuan menyatukan unsur-unsur menjadi suatu integritas.

f) Evaluasi, merupakan kemampuan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan kriteria yang dipakainya misalnya; baik - buruk, benar - salah, kuat- lemah dan sebagainya.

2) Ranah afektif meliputi20 :

a) Memperhatikan (Receiving /attending) yaitu kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulus) yang datang dari luar siswa dalam bentuk masalah, gejala, situasi dan lain – lain.

b) Merespon (Responding) yaitu reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulus yang datang dari luar.

20

(33)

c) Menghayati nilai (valuing) yaituberkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau sistem. d) Mengorganisasikan atau menghubungkan yaitu

pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi.

e) Menginternalisasi nilai, sehingga nilai- nilai yang dimiiki telah mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.

3) Ranah psikomotorik.21

Ranah ini berhubungan dengan ketrampilan siswa setelah melakukan belajar meliputi: Persepsi (cara pandang)

a) Gerakan reflek yaitu ketrampilan pada gerakan yang tidak sadar.

b) Ketrampilan pada gerakan – gerakan dasar.

c) Kemampuan perseptual termasuk didalamnya membedakan visual, auditif, motoris dan lain – lain.

d) Kemampuan dibidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan.

e) Gerakan – gerakan skill dari yang sederhana sampai pada ketrampilan yang komplek.

21

(34)

Untuk mengevaluasi seorang guru aqidah akhlak dapat menggunakan berbagai alat untuk melakukan penilaian. Teknik penilaian yang dapat dengan mudah. 1) Teknik Penilaian Melalui Tes

Tes berasal dari bahasa Latin testum yang berarti sebuah piring atau jambangan dari tanah liat. Dalam pengertian yang lebih luas tes adalah alat atau instrumen yang dipakai untuk mengukur sesuatu. Dalam konteks pendidikan psikologi, tes dikonotasikan sebagai suatu alat atau prosedur sistematis untuk mengukur sesuatu sampel tingkah laku.

Dilihat dari jenisnya, tes sebagai alat penilaian dapat dibedakan menjadi tiga; yakni tes tertulis, tes lisan dan tes perbuatan.

a) Tes tertulis adalah tes yang soal-soalnya harus dijawab siswa dengan memberi jawaban tertulis. Jenis tes tertulis secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:

b) Tes obyektif, atau sering disebut dengan “short

answer test” yaitu test yang menghendaki jawaban singkat, misalnya bentuk pilihan ganda

benar-salah (true fals test), menjodohkan

(matching test);

c) Test uraian (essay test), yaitu test yang menghendaki jawaban dari murid secara terurai.

(35)

Tes bentuk uraian ini terbagi menjadi dua lagi yaitu tes uraian obyektif (penskorannya dapat dilakukan secara obyektif) dan tes uraian non obyektif (penskorannya sulit dilakukan secara obyektif).

d) Tes lisan yakni tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung antara guru dan murid.

e) Tes perbuatan yakni tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk lisan atau tertulis dan pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan perbuatan atau penampilan.

2) Teknik penilaian melalui observasi atau pengamatan Observasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk mendapatkan informasi tentang siswa dengan cara mengamati tingkah laku dan kemampuannya selama kegiatan observasi berlangsung. Observasi dapat ditujukan kepada siswa secara individu maupun kelompok.

3) Teknik Penilaian melalui wawancara

Teknik wawancara pada satu segi mempunyai kesamaan arti dengan tes lisan yang telah diuraikan. Teknik wawancara ini diperlukan guru untuk tujuan

(36)

mengungkapkan atau mengejar lebih lanjut tentang hal-hal yang dirasa guru kurang jelas informasinya.22

Senada dengan apa yang telah penulis majukan di atas, Nana Sudjana dalam hal ini membedakan penilaian hasil belajar dapat dibedakan menjadi tes dan bukan tes. Tes ini ada yang diberikan secara lisan (menuntut jawaban lisan), ada tes tulisan (menuntut jawaban tulisan), dan ada tes tindakan (menuntut jawaban dalam bentuk perbuatan). Sedangkan bukan tes sebagai alat penilaian mencakup observasi, kuesioner, wawancara, skala, sosiometri, studi kasus dan lain-lain.23

Suatu alat penilaian dikatakan mempunyai kualitas yang baik apabila alat tersebut memiliki atau memenuhi dua hal, yaitu; ketepatannya atau validitasnya dan ketepatannya atau keajegan atau reliabilitasnya.24 Darwis A. Soelaiman menambahkan satu syarat lagi yakni mengenai administrasi atau cara menyusun tes atau praktikabilitas.

Dengan kriteria sebagaimana tersebut di atas, seorang guru aqidah akhlak dapat memilih/menentukan

22

Nana Sudjana Pengantar Evaluasi Pendidikan, hlm. 12.

23Nana Sudjana Pengantar Evaluasi Pendidikan, hlm. 12 24

Darwis A. Soelaiman, Pengantar Kepada Teori dan Praktek Pengajaran, (Semarang: IKIP Semarang Press, t.th.) hlm. 300.

(37)

hasil belajar apa yang akan dinilai. Dengan demikian guru dapat menentukan teknik apa yang akan digunakan dalam menilai hasil belajar tersebut.

c. Factor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Aqidah Akhlak

Keberhasilan belajar seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, secara garis besar diklasifikasikan menjadi dua yaitu; faktor yang berasal dari dalam diri orang yang belajar (faktor internal) dan faktor yang berasal dari luar diri orang yang belajar (faktor eksternal).25

1) Faktor yang berasal dari dalam diri orang yang belajar (internal), dibagi menjadi dua yaitu ; faktor fisiologi dan psikologi26.

a) Fisiologi yaitu faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik/ jasmaniah dan fungsi panca indera. Kondisi fisik misalnya kondisi jasmaniah yang sehat, cukup nutrisi, tidak kelelahan dan sebagainya. Panca indera adalah gerbang masuknya pengaruh ke dalam individu, orang mengenal dunia sekitarnya dan belajar menggunakan panca indranya. Baiknya fungsi panca indera merupakan syarat agar belajar

25

Sumadi Surya Brata, Psikologi pendidikan , (Jakarta: raja grafindo persada ,1993), hlm. 249

26

M. Ngalim Purwanto, Psikologi pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya. 1990), hlm. 107

(38)

berlangsung dengan baik. Panca indra yang sangat mempengaruhi belajar antara lain indra penglihat (mata), indra pendengar (telinga). Oleh karena itu maka panca indera harus senantiasa dijaga agar terlindungi dari bahaya yang dapat mengakibatkan terganggunya fungsi tersebut. Salah satu upaya untuk menjaga fungsi panca indera adalah dengan perawatan seperti pemeriksaan ke dokter secara periodik, pemakaian alat- alat pelajaran yang memenuhi syarat, penempatan siswa dan posisi duduk yang baik di kelas.27

b) Psikologi yaitu faktor yang berhubungan dengan kondisi psikis/ jiwa. Faktor psikologis mencakup banyak aspek diantaranya: bakat, minat, kecerdasan, motifasi, kemampuan kognitif.28 (1) Bakat. Yang dimaksud bakat di sini adalah

aptitude yang berarti kecakapan pembawaan yaitu yang mengenai kesanggupan – kesanggupan (potensi-potensi) tertentu. Sebagai contoh seorang siswa yang pandai dan cakap tentang seni musik, ia lekas pandai ketika mempelajari segala sesuatu tentang seni

musik. Kemungkinan besar bahwa

27

M. Ngalim Purwanto, Psikologi pendidikan , hlm.108

28

(39)

kesanggupan yang dimiliki oleh siswa tersebut merupakan sifat- sifat bawaannya sehingga dapat dikatakan bahwa ia memang berbakat seni musik.

(2) Minat diartikan sebagai kecenderungan subyek yang menetap, untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok–pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu. Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbutan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan- dorongan (motif- motif) yang mendorong manusia untuk berintraksi dengan dunia luar. Dorongan inilah yang lama-kelamaan menimbulkan minat, apa yang menarik minat siswa mendorongnya untuk berbuat lebih giat dan lebih baik. Kecerdasan adalah ketajaman pikiran, kesempurnaan perkembangan akal budi.

(3) Motivasi adalah kekuatan tersembunyi di dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk berkelakuan dan bertindak dengan cara yang khas. Motifasi/pendorongan merupakan suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya

(40)

untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.

(4) Kemampuan kognitif atau intelegensi merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara yang tertentu. William Stern mendefinisikan intelegensi adalah kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-

alat berfikir yang sesuai dengan tujuannya. 2) Faktor yang berasal dari luar individu orang yang

belajar (faktor eksternal) terdiri dari dua aspek yaitu faktor lingkungan dan faktor instrumental.

a) Lingkungan.

Lingkungan merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari manusia. Di dalam lingkungan manusia akan berkembang dan berinteraksi baik dengan sesamanya maupun dengan alam. Lingkungan juga merupakan sumber belajar bagi peserta didik. Lingkungan dibedakan menjadi dua yaitu: lingkungan alam dan lingkungan sosial budaya.

Lingkungan alam yaitu kondisi alam yang dapat mempengaruhi hasil belajar seperti suhu udara, kelembaban udara, cuaca, musim, termasuk

(41)

di dalamnya kejadian alam yang ada. Udara yang segar sangat membantu siswa dalam belajar karena daya serap menerima pelajaran akan meningkat sehingga hasil belajar pun akan lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar yang dilakukan dalam kondisi udara panas.

Lingkungan sosial, manusia senantiasa membutuhkan orang lain dalam hidupnya, oleh karenanya manusia disebut makhluk sosial. Sistem sosial yang terbentuk dalam kehidupan mengharuskan manusia berperilaku tunduk pada norma- norma yang ada di masyarakat.

Dalam kegiatan belajar siswa memerlukan tempat yang aman dan tenang. Dengan suasana belajar yang aman dan tenang, maka seorang siswa akan dapat belajar dengan lebih konsentrasi. Oleh karena itu hendaknya tempat belajar dijauhkan dari termpat keramaian dan kebisingan misalnya pasar, pabrik- pabrik, jalan raya dan sebagainya.

Disamping itu hubungan keluarga juga akan berpengaruh pada hasil belajar siswa. Keluarga yang harmonis, penuh perhatian dan kasih sayang akan membantu anak belajar dengan lebih baik karena disamping memberikan motifasi, keluarga juga apat menciptakan situasi belajar yang

(42)

baik. Dengan motifasi dan suasana belajar yang baik maka akan berpengaruh pada hasil belajar yang baik pula.

b) Instrumental

Yang termasuk faktor instrumental yang mempengaruhi hasil belajar antara lain :

(1) Kurikulum

Kurikulum adalah seperangkat rencana atau pengaturn mengenai tujuan isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai

pedoman penyelenggaraan kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.29 Menurut Hilda Taba yang dikutib oleh Khairudin dalam bukunya Curriculum Development dituliskan “curriculum is after all, a way of preparing young people to participate as productive members of our culture” yang mendefinisikan kurikulum cenderung pada metodologi, yaitu cara mempersiapkan manusia untuk berpartisipasi sebagai anggota produktif dari suatu budaya.30

29

UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem PendidikanNasional (Bandung: Foska Media,2003), hlm 9

30

Khairudin .Kurikulum tingkat Satuan pendidikan,(Jogjakarta: Nuansa Aksara, 2007), hlm. 25.

(43)

Aqidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang mempelajari tentang rukun iman yang dikaitkan dengan pengenalan dan penghayatan terhadap al asma’ al-husna, serta penciptaan suasana keteladanan dan pembiasaan akhlak terpuji dan adab islami melalui pemberian contoh perilaku dan cara mengamalkannya dalam kehidupan sehari- hari.

(2) Guru / Pendidik

Guru merupakan pribadi kunci (key person) di kelas karena besar pengaruhnya terhadap perilaku dan belajar para siswa, yang memiliki kecendurungan meniru. Pendidik dalam pendidikan islam adalah seorang yang bertanggungjawab terhadap perkembangan peserta didiknya dengan upaya mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif (rasa), kognitif (cipta), maupun psikomotorik (karsa).31 Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan

31

Ahmad Tafsir. Ilmu pendidikan dalam perspektif islam , (Bandung: remaja rosda karya, 1993), hlm . 74

(44)

anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.32 Guru memegang peranan penting dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, dalam upaya mencapai tujuan pendidikan guru memiliki serangkaian tugas diantaranya memindahkan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge), mengelola pembelajaran (manager of learning), pengarah (detector), fasilitator dan perencana(the planner of future society). Secara garis besar tugas guru di golongkan menjadi tiga yaitu sebagai pengajar (instruksional) ,sebagai pendidik (educator) dan sebagai pemimpin (managerial).

Untuk dapat menjalankan tugasnya dengan baik, maka seorang guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik,sehat jsmani dan rohani, serta memiliki

kemampuan untuk mewujudkan tujuan

pendidikan nasional.33 Kompetnsi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi

32 UU RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta UU RI No 20

tahun 2003 tentang Sisdiknas, dilengkapi dengan PP RI No. 19 tahun 2005, PP RI No. 48 tahun 2005, dan Permendiknas RI No. 11 tahun 2005, (Jakarta: Asa Mandiri, 2006), hlm. 2.

33

(45)

kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang di peroleh melalui pendidikan profesi. 34 (3) Sarana dan fasilitas

Tersedianya sarana dan fasilitas yang memadai akan sangat membantu proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang berlangsung efektif dan efisien akan mengakibatkan hasil belajar yang baik. Yang termasuk sarana dan fasilitas antara lain tersedianya perpustakaan , alat peraga , laboratorium dan sebagainya.

(4) Administrasi /manajement

Yang dimaksud dengan menejement disini adalah menejement sistem perencanaan yang meliputi perencanaan tujuan, materi, sumber dan media pengajaran. Sistem administrasi yang baik akan menyebabkan proses pembelajaran berlangsung dengan lancar. Proses pembelajaran yang lancar akan mengakibatkan hasil belajar yang baik pula.

34

UU RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta UU RI No 20, hlm. 3

(46)

3. Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator Materi Menghindari Akhlak Tercela

Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator materi menghindari akhlak tercela pada kelas III semester Genap sebagai berikut:

a. Standar Kompetensi Menghindari akhlak tercela b. Kompetensi dasar

Menghindari sifat khianat, iri, dan dengki melalui kisah kelicikan saudara-saudara Nabi Yusuf AS

c. Indikator

1)Menyebutkan pengertian sifat khianat, iri, dan dengki 2)Mengidentifi -kasi contoh khianat, iri, dan dengki

melalui kisah kelicikan saudara-saudara Nabi Yusuf AS

3)Menunjukkan dampak negatif dari khianat, iri, dan dengki dalam kehidupan sehari-hari.

d. Materi

Menghindari Akhlak Tercela

4. Pembelajaran Materi Menghindari Akhlak Tercela dengan

Card Sort

Pembelajaran adalah proses interaktif yang berlangsung antara guru dan siswa atau antara sekelompok siswa dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan,

(47)

ketrampilan, atau sikap serta menetapkan apa yang dipelajari itu.35

Menurut Lester D. Crow and Alice Crow instruction is a modification of behavior accompanying growth processes that are brought about trough adjustment to tensions initiated trough sensory stimulation.36 (Pembelajaran adalah perubahan tingkah laku yang diiringi dengan proses pertumbuhan yang ditimbulkan melalui penyesuaian diri terhadap keadaan lewat rangsangan atau dorongan).

Pembelajaran menurut Abdul Aziz dan Abdul Aziz Majid dalam kitabnya “At-Tarbiyah Wa Turuku Al-Tadris

adalah:

Adapun pembelajaran itu terbatas pada pengetahuan dari seorang guru kepada murid. Pengetahuan itu yang tidak hanya terfokus pada pengetahuan normative saja namun pengetahuan yang memberi dampak pada sikap dan dapat membekali kehidupan dan akhlaknya.37

35

S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: Bina Aksara, 2004), hlm. 102.

36

Lester D. Crow and Alice Crow, Human Development and Learning, (New York: American Book Company, 2002), hlm. 215

37

Sholeh Abdul Azis dan Abdul Azis Abdul Madjid, Al-Tarbiyah Waturuqu Al-Tadrisi, Juz.1., (Mesir: Darul Ma’arif, 1979), hlm. 61

(48)

Menurut Menurut Dimyati dan Mudjiono, sebagaimana dikutip oleh Syaiful Sagala pembelajaran adalah Kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Pembelajaran disini sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.38

Selanjutnya akhlak adalah “kebiasaan atau sikap yang mendalam di dalam jiwa dari mana muncul perbuatan-perbuatan dengan mudah, yang dalam pembentukannya bergantung pada faktor-faktor keturunan dan lingkungan”.39

Imam Ghazali mendefinisikan akhlak atau khuluq

sebagai berikut:

Akhlak adalah suatu keterangan kesediaan jiwa yang (relatif) tetap, yang dari padanya muncul

38

Syaiful Sagala, Konsep Makna Pembelajaran (Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar), (Bandung : Alfabeta, 2005), hlm. 62

39

Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta : PT. Al-Husna, 2003), hlm. 58

40 Imam Al-Ghazali, Ihya’Ulumuddin, Juz III, (Mesir: Isa Albaby Alhalby,

(49)

perbuatan yang mudah dan gampang tanpa disertai pikir dan pertimbangan.

Menurut Hasan Langgulung akhlak adalah “kebiasaan atau sikap yang mendalam di dalam jiwa dari mana muncul perbuatan-perbuatan dengan mudah, yang dalam pembentukannya bergantung pada faktor-faktor keturunan dan lingkungan”.41

Menurut al-Ghazali terdapat empat sendi yang menjadi dasar dan induk dari perbuatan-perbuatan tersebut, sebagaimana dikutip oleh Moh Ardani, yaitu :

a. Kekuatan ilmu, wujudnya adalah hikmah (kebijaksanaan), yaitu keadaan jiwa yang bisa menentukan hal-hal yang benar di antara yang salah dalam urusan ikhtiariah (perbuatan yang dilaksanakan dengan pilihan dan kemauan sendiri)

b. Kekuatan marah, ini akan berwujud sifat saja’ah, yaitu keadaan kekuatan amarah yang tunduk kepada akal pada waktu dikekang atau dilahirkan.

c. Kekuatan nafsu syahwat, akan berwujud sifat ’iffah (perwira), yaitu keadaan syahwat yang terdidik oleh akal dan syari’at agama.

d. Kekuatan keseimbangan di antara kekuatan yang tiga di atas, ini akan berwujud sifat adil, yaitu kekuatan jiwa yang

41

Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta : PT. Al-Husna, 2003), hlm. 58

(50)

dapat menentukan amarah dan syahwat sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh hikmah. 42

Dinamakan akhlak tercela apabila tingkah laku tersebut tidak sesuai dengan nilai dan norma agama. Beberapa yang tergolong dalam tingkah laku tercela yaitu: dusta, takabur, suap, minum-minuman keras, hibah, berprasangka buruk dan lain-lain.43

Hadist yang berkaitan dengan akhlak tercela diantaranya Hadits Abu Hurairah tentang buruk sangka:

.44

Dari Abu Hurairah ra.sesungguhnya Nabi Muhammad bersabda: Jauhilah kalian akan buruk sangka sesungguhnya prasangka itu ucapan paling dusta dan janganlah kalian saling mendengarkan kabar. Dan janganlah saling memata-mati (mencari-cari) kesalahan dan janganlah saling berlomba (dalam keburukan), saling berdengki, saling membenci dan saling memalingkan

42

Moh. Ardani, al-Qur'an dan Sufisme Mangkunagara IV (Study surat-surat piwulang,) Yogyakarta : Dana Bakti Wakaf, 1995,., hlm. 274.

43Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam.(Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2004), hlm. 347.

44 Imam abi Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrajim bin al-Mughiroh

bin Bardazabah al-Bukhari, Shahih Bukhari,(Birut Lebanon: Darul Kutub al-Ilmiyah, 1992), hlm 116

(51)

muka.Dan jadilah kamu sebagai hamba Allah yang bersaudara,” (HR. Bukhori).45

Buruk sangka yaitu menyangka orang lain melakukan perbuatan yang belum pasti dilakukannya. Apabila orang yang dituju tidak terima tentu akan berimplikasi terjadi perpecahan di kalangan masyarakat.

Saling bertukar kabar (gosip), memata-matai orang lain, dan berlomba-lomba membuka tabir keburukan orang lain. Hal ini mengindikasikan hati yang rusak (mengidap salah satu penyakit hati), yaitu dengki, hidupnya tidak pernah merasa tenang, yang ada di benaknya adalah keinginan untuk menghancurkan dan merusak orang lain yang dibenci. Seandainya orang lain mendapatkan kebaikan hati orang yang dengki akan sangat tertekan. Iri dan dengki menjadi-jadi.

Pembelajaran materi menghindari akhlak tercela dengan metode card sort diarahkan pada penciptaan suasana belajar yang mendorong anak-anak untuk saling membutuhkan, inilah yang dimaksud positive interdependence atau saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan positif ini dapat dicapai melalui ketergantungan tujuan,

45

Hussein Bahreisj, Hadits Sahih Bukhori Muslim, (Surabaya: Karya Utama, 1980), hlm. 198.

(52)

ketergantungan tugas, ketergantungan sumber belajar, ketergantungan peranan dan ketergantungan hadiah.46

Tolak ukur perbuatan baik dan buruk mestilah merujuk pada ketentuan Allah. Demikian rumus yang di berikan oleh kebanyakan ulama’. Perlu di tambahkan bahwa apa yang di nilai baik oleh Allah, pasti baik dalam esensinya. Demikian pula sebaiknya.

Nabi sendiri menekankan bahwa tolak ukur itu adalah wahyu yang di bawanya. Imam bukhori dan muslim meriwayatkan sabda rasulullah: tinggalkanlah olehmu sekalian apa yang telah aku tinggalkan. Sesungguhnya yang menyebabkan kebinasaan umat manusia sebelum kamu adalah karena banyak pertanyaan mereka dan mereka bertindak tidak sesuai dengan apa yang telah disampaikan oleh nabi-nabi mereka. Oleh karena itu, bila aku melarang sesuatu kepada kamu sekalian maka jauhilah, dan bila aku memerintahkan sesuatu maka kerjakanlah sekuat tenaga”.

Jadi Islam telah menetapkan bagi manusia suatu tolak ukur untuk menilai segala sesuatu, sehingga dapat diketahui mana yang baik dan mana yang buruk yang menjadi tolak ukurnya adalah hukum syara’ yakni aturan-aturan Allah yang di bawa oleh rasulnya dan bukan akal dan hawa nafsu manusia. Sehingga apabila syara, menilai perbuatan itu baik

46

Mulyana Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, hlm 121.

(53)

(terpuji) maka itulah baik (terpuji), dan jika syara’ menilai perbuatan itu buruk (tercela) maka itulah buruk (tercela),

Untuk itu beberapa indikator keberhasilan pembelajaran akhlak tercela dengan strategi card sort, sasaran keberhasilannya mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomorik secara seimbang. Masing-masing bidang terdiri sejumlah aspek dan aspek tersebut hendaknya diungkapkan melalui penilaian tersebut. Dengan demikian dapat diketahui tingkah mana yang sudah dikuasainya dan mana yang belum.47

Secara lebih terperinci dan jelas perubahan afektif, perubahan kognitif, perubahan psikomotorik masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut:

a.Keberhasilan Belajar Kognitif

Keberhasilan belajar aspek kognitif dalam materi menghindari akhlak tercela yaitu siswa mengetahui pengertian sifat khianat, iri, dan dengki, memahami perilaku yan menunjukkan sifat khianat, iri, dan dengki dan menerapkan perilaku menghindari sifat khianat, iri, dan dengki sebaaimana cerita kelicikan saudara-saudara Nabi Yusuf AS dalam kehidupan sehari-hari

47

B. Suryosubroto., Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 55.

(54)

b.Keberhasilan Belajar Aspek Afektif

Keberhasilan belajar aspek afektif dalam materi menghindari akhlak tercela yaitu siswa mampu menyadari pentingya menghindari sifat khianat, iri, dan dengki, sebaaimana cerita kelicikan saudara-saudara Nabi Yusuf AS dalam kehidupan sehari-hari, mampu menilai dan menkarakterisasi berbaai perilaku menghindari sifat khianat, iri, dan dengki, sebaaimana cerita kelicikan saudara-saudara Nabi Yusuf AS berdasarkan conto riel dalam kehidupan sehari-hari.

c.Keberhasilan Belajar Aspek Psikomotorik

Keberhasilan belajar aspek psikomotorik

dalam materi menghindari akhlak tercela yaitu siswa

mampu menampilkan bentuk prilaku menghindari

sifat khianat, iri, dan dengki, sebaaimana cerita

kelicikan saudara-saudara Nabi Yusuf AS dalam

kehidupan sehari-hari baik berupa perkataan maupun

perbuatan nyata.

Berpijak dari pendapat tersebut di atas, maka

dapatlah diperoleh suatu pemahaman bahwa hasil belajar

atau prestasi belajar yang diharapkan dari aspek ini dapat

dilihat secara langsung dan jelas oleh anak didik itu

sendiri dalam kehidupannya dan dapat dimanfaatkan,

(55)

setelah anak didik tersebut mengikuti proses belajar

mengajar atau pelatihan tertentu.

B. Kajian Pustaka

Telaah pustaka dalam peneliti menggali informasi dari penelitian terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian ini, sebagai bahan pertimbangan, berikut hasil penelitian terdahulu:

1.

Penelitian yang dilakukan oleh Hanik Munifah, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar dan Keaktifan Kelas pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Materi Pokok Menghindari Akhlak Tercela Melalui Strategi Every One Is A Teacher Here (Studi Tindakan Kelas V MI TuhfatulMubtadiin 1 Jetis Kalinegoro Mertoyudan Magelang Tahun Ajaran 2010/2011). Hasil penelitian menunjukkan Peningkatan hasil belajar dan keaktifan belajar peserta didik kelas V MI Tuhfatul Mubtadiin 1 Jetis Kalinegoro Mertoyudan Magelang pada pembelajaran aqidah akhlak materi menghindari akhlak tercela setelah menggunakan model active learning tipe every one is a teacher here dapat dilihat dari hasil belajar peserta didik tiap siklus dimana pada pra siklus 35% menjadi 65% pada siklus I meningkat lagi pada siklus II yaitu 79% dan di akhir siklus III menjadi 93%. Begitu tingkat keaktifan peserta didik juga mengalami peningkatan setiap siklus dimana pada siklus I tingkat keaktifan 50% menjadi 65% dan di akhir siklus III sudah mencapai 86%. Ini menunjukkan hasil belajar dan

(56)

keaktifan belajar peserta didik sudah melebihi indikator keberhasilan yaitu 80 % yang diinginkan dan hipotesis tindakan terwujud.48

2.

Penelitian yang dilakukan oleh Ida Nur AlamFakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang berjudul Upaya Meningkatkan Keaktifan Belajar dan Hasil Belajar Menggunakan Cooperative Learning Tipe STAD pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Materi Pokok Menghindari Akhlak Tercela di Kelas V MI Roudlotul Mutaalimin Sidorejo Sayung Demak Tahun Ajaran 2011/2012. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan keaktifan belajar dan hasil belajar mata pelajaran Aqidah Akhlak materi pokok menghindari akhlak tercela di kelas V MI Roudlotul Mutaalimin Sidorejo Sayung Demak setelah menerapkan cooperative learning tipe STAD dapat di lihat dari peningkatan keaktifan belajar persiklusnya dimana pada pra siklus ada 10 siswa atau 32% mengalami kenaikan pada siklus I yaitu ada 13 siswa atau 64% dan pada siklus II ada 20 siswa atau 84%,, sedangkan hasil belajar dimana pada pra siklus ada 9 siswa atau 38% mengalami kenaikan pada siklus I yaitu ada 16 siswa atau 67% dan pada siklus II ada 21 siswa atau 86%. Indikator penelitian ini yaitu meningkatnya hasil belajar siswa dari nilai

48HanikMunifah (NIM 093111203), Upaya Meningkatkan Hasil Belajar dan

Keaktifan Kelas pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Materi Pokok Menghindari Akhlak Tercela Melalui Strategi Every One Is A Teacher Here (Studi Tindakan Kelas

V MI Tuhfatul Mubtadiin 1 JetisKalinegoro Mertoyudan Magelang Tahun Ajaran

(57)

hasil kuis sesuai dengan KKM 70 sebanyak 80% dari jumlah siswa dan adanya peningkatan motivasi belajar siswa pada kategori baik dan baik sekali yang mencapai 80 % terpenuhi.49

3.

Penelitian yang dilakukan oleh Sutopo Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang berjudulPenerapan Metode Sosiodrama Pada Pembelajaran Aqidah Akhlak Materi Menghindari Akhlak Tercela untuk Peningkatan Hasil Belajar Dan Motivasi Belajar Siswa Kelas IV MI Tarbiyatush Shibyan Margomulyo Juwana Pati Tahun Ajaran 2010/2011. Hasil penelitian menunjukkan Peningkatan hasil belajar dan motivasi belajar siswa kelas IV MI Tarbiyatush Shibyan Margomulyo Juwana Pati pada pembelajaran aqidah akhlak materi membiasakan perilaku terpuji setelah menerapkan metode sosio drama dapat dilihat dari proses pembelajaran yang dilakukan di setiap siklus dimana pada pra siklus yang belum menggunakan media gambar tingkat ketuntasan ada 16 siswa 52% naik menjadi 21 siswa atau 67% pada siklus I setelah menggunakan media gambar, pada siklus II menjadi 28 siswa atau 90%. Kenaikan juga terjadi pada motivasi belajar siswa yang mendapat kategori baik dan baik sekali dimana pada siklus I ada 21 siswa atau 68%,dan pada siklus II

49Ida Nur Alam (NIM 093111458), Upaya Meningkatkan Keaktifan Belajar

dan Hasil Belajar Menggunakan Cooperative Learning Tipe STAD pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Materi Pokok Menghindari Akhlak Tercela di Kelas V MI

Roudlotul Mutaalimin Sidorejo Sayung Demak Tahun Ajaran 2011/2012, (Fakultas

(58)

naik menjadi 27siswa atau 87%, dengan demikian hasil yang di dapat sudah mencapai indikator yaitu di atas 80 %.50

Kajian pustaka di atas mempunyai kesamaan dengan penelitian yang sedang peneliti lakukan yaitu tentang penerapan metode pembelajaran yang mengarahkan pada pembelajaran aktif yang terdapat unsur permainan yaitu dengan metode card sort, akan tetapi materi maupun subyek penelitian berbeda dengan penelitian yang peneliti lakukan sehingga nantinya menghasilkan bentuk penerapan dan hasil yang berbeda dengan penelitian di atas.

C. Rumusan Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan merupakan tindakan yang diduga akan dapat memecahkan masalah yang ingin diatasi dengan penyelenggaraan PTK.51Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah metode card sort dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi menghindari akhlak tercela kelas III MI Kebonharjo Tanjung Mas Semarang Utara Tahun Pelajaran 2014/2015.

50

Sutopo (NIM 093111284), Penerapan Metode Sosiodrama Pada Pembelajaran Aqidah Akhlak Materi Menghindari Akhlak Tercela untuk Peningkatan Hasil Belajar Dan Motivasi Belajar Siswa Kelas IV MI Tarbiyatush Shibyan

Margomulyo Juwana Pati Tahun Ajaran 2010/2011, (Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo Semarang, 2011)

51

Subyantoro, Penelitian Tindakan Kelas, (Semarang: CV. Widya Karya, 2009), hlm.43

(59)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.

Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan penulis yaitu penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research), penelitian tindakan merupakan penerapan penemuan fakta pada pemecahan masalah dalam situasi sosial dengan pandangan untuk meningkatkan kualitas tindakan yang dilakukan didalamnya, yang melibatkan kolaborasi dan kerja sama para peneliti, praktisi, dan orang awam.1

Menurut Subyantoro, penelitian tindakan kelas yaitu suatu bentuk penelaahan atau inquiry melalui refleksi diri yang dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu dalam situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran dari (a) praktik-praktik sosial atau kependidikan yang mereka lakukan sendiri, (b) pemahaman mereka terhadap praktik-praktik tersebut, dan (c) situasi di tempat praktik-praktik itu dilaksanakan.2

B.

Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian di MI Kebonharjo Tanjung Mas Semarang Utara Tahun Pelajaran 2014/2015.Karena Semua pihak sekolah yang bersedia membantu untuk mengadakan penelitian dan suasana sekolah yang nyaman, tertib, dan rapi, sehingga proses

1

Kunandar, Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi guru, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2010), hlm. 44

2

Subyantoro, Penelitian Tindakan Kelas, (Semarang: CV. Widya Karya, 2009),hlm. 8

Referensi

Dokumen terkait