OLEH HALID MOBI Nim. 613411153
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Mohamad Lihawa, SP, MP Ir. Rida Iswati, M.Si NIP. 19700525 200112 1 001 NIP. 19670623 199403 2 002
Mengetahui
Ketua Jurusan Agroteknologi
Dr. Mohamad Lihawa, SP, MP NIP. 19700525 200112 1 001
ABSTRAK
Halid Mobi/613411153. Keanekaragaman Musuh Alami Artropoda (predator dan parasitoid) Pada Tanaman Jagung Hibrida Bima 20-URI. Skripsi Jurusan Agroteknologi Fakultas Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo. Dibawah Bimbingan Mohamad Lihawa dan Rida Iswati
Musuh alami merupakan serangga yang berpotensi dan dapat di kembangkan sebagai pengendali serangga pengganggu tanaman yang mudah, murah, efisien dan ramah lingkungan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui jenis musuh alami yang hadir pada pertanaman jagung varietas Bima 20 URI selama satu musim tanam. Penelitian ini dimulai dari bulan Januari-april 2015 dengan menggunakan metode Eksperimental yang terdiri atas 5 petak sampel dengan ukuran 3x3m pada luasan 2160m2. Musuh alami dikumpulkan dengan menggunakan perangkap jaring, perangkap jatuh, perangkap kuning, perangkap cahaya. Selanjutnya di identifikasi dan dianalisis secara Kuantitatif Deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peredator yang di temukan selama pengamatan yaitu ordo Aranae terdiri dari family Lycosidae, Salticidae, Oxyopidae, Araneidae, Thomisidae dan Tettragnathatidae. Hymenoptera dari famiili Formicidae. Coleoptera terdiri dari family Staphylinidae, Carabidae, Hidrophilidae, Coccinellidae dan Cicindelidae. Orthoptera terdiri dari family Gryllidae dan Tettigonidae. Odonata terdiri dari family Lestidae, Lebellulida dan Aeshnidae sedangkan Parasitoid dari ordo Diptera family Tachinidae. Frekwensi kehadiran predator selama 1 sampai 12 kali pengamatan adalah family Staphyllinidae, Formicidae dan Gryllidae. Family Tachinidae hadir selama 11 kali pengamatan selanjutnya Kehadiran 10 kali pengamatan terdiri dari famili Lycosidae, Salticidae, Carabidae, Hidrophilidae, Coccinellidae. Kehadiran seluruh musuh alami predator dan parasitoid berfluktuasi selama pengamatan. Nilai keanekaragaman (H’) musuh alami predator 0,538 di kategorikan sedang dan parasitoid memiliki keanekaragaman 0 atau ketegori rendah.
Kata kunci : predator, parasitoid, varietas baru, Bima 20-URI PENDAHULUAN
Musuh alami pada tanaman jagung bervariasi menurut lokasi, waktu atau musim, tipe lahan, serta teknik budidayanya. Apabila peran dari musuh alami dimengerti secara baik, petani akan melakukan usaha memanipulasi lingkungan dan memanfaatkan musuh alami yang sedemikian rupa, sehingga musuh alami merupakan suatu komponen nyata dalam strategi pengelolaan hama yang efektif dan praktis. Pengembangan strategi pengelolaan hama merupakan satu unsur dasar yang harus dipertimbangkan dalam pengenalan musuh alami dan penentuan dampaknya untuk pengaturan populasi hama. keberadaan organisme yang meliputi hama selalu diikuti oleh musuh alami sebagai pengendalinya (Woda, 2013).
Musuh alami mempunyai andil yang sangat besar dalam pembangunan pertanian berwawasan lingkungan karena daya kendali terhadap hama cukup
tinggi dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Agar upaya ini dapat berlangsung dan berkesinambungan secara terus-menerus, maka musuh alami perlu dijaga kelestariaanya (Rukmana, dan Sugandi 2002).
Tersedianya inang alternatif dan pakan inang lainnya, misalnya nektar, tepungsari, dan embun madu sangat menentukan kehidupan musuh alami. Tumbuhan liar di luar pertanaman perlu dikelola sebaik-baiknya, selain untuk tempat berlindung, juga tempat hidup inang alternatif, dan sumber pakan musuh alami.
Pengembangan varietas tanaman tahan terhadap serangan hama sudah sedemikian canggih pada era modern ini, salah satunya pengembangan varietas jagung hibrida yang direkayasa untuk memperbaiki peningkatan produksi. Menurut Ginting, et al., (2013) suatu cara meningkatkan produksi jagung ialah dengan menggunakan varietas hibrida karena dapat memberikan hasil biji lebih tinggi. Togatorop, (2010) menyatakan bahwa keunggulan jagung hibrida antara lain, masa panennya lebih cepat, lebih tahan serangan hama dan penyakit, serta produktivitasnya lebih banyak. Tahun 2013 Balai Penelitian Tanaman Serealia, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian telah mengeluarkan varietas jagung terbaru yaitu Bima 20-URI dengan potensi hasil tinggi, sesuai dikembangkan pada lahan kering di musim kemarau, tahan rebah akar dan batang dan hasilnya stabil pada lingkungan yang luas. (Balai Penelitian Tanaman Serealia).
Varietas Bima 20-URI merupakan jagung hibrida yang dihasilkan secara hati-hati dalam lingkungan yang terkendali. Oleh karena itu, perlu adanya adaptasi lingkungan dalam pengembangannya, yang sesuai dengan lingkunngan tempat yang akan dibudidayakan, serta turut menentukan ketahanan terhadap serangan hama yang sering merusak tanaman. Keberadaan hama pada tanaman di pengaruhi oleh faktor biotik dan abiotik yang mendukung perkembangannya. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu di lakukan pengendalian, yang tentunya pengendalian yang aman dan tidak merusak lingkungan serta tidak mengendalikan serangga nontarget.
METODOLOGI PENELITIAN Waktu Dan Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Huluduotamo, Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. dari bulan Januari-April 2015.
Alat Dan Bahan Yang Di Gunakan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah, alkohol 70 %, air, detergen, dan bahan lain yang menunjang pelaksanaan penelitian. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jaring serangga, hygrometer, handcounter, perangkap lampu, perangkap kuning, perangkap jatuh, gunting, pinset, penggaris, parang, kamera, botol koleksi, dan alat tulis menulis. Metode Pelaksanaan Penelitian
Penelitian menggunakan metode eksperimental dengan 12 kali pengamatan pada luasan 2.160m2. Menggunakan metode diagonal (Untung, 2006)
dengan 5 petak sampel, ukuran (3x3m) (Lihawa, et al., 2010) dan Jarak petak dari tanaman pinggir yaitu 5 m (untung, 2006).
Prosedur penelitian
Penanaman benih jagung hibrida Bima 20-URI sebannyak 2 biji perlubang tanam serta jarak tanam 40x70cm. pemupukan pertama diberikan pada umur tanaman 2MST dan pupuk susulan diberikan pada umur tanaman 6 MST. Penyiraman tanaman disesuaikan dengan kebutuhan tanaman atau kondisi tanaman
Pengamatan musuh alami dilakukan pada saat tanaman jagung berumur 2 MST dengan menggunakan 4 perangkap yaitu perangkap cahaya, swep net, yellow
trap, pit fal trap. Untuk perangkap cahaya digunakan untuk serangga yang tertarik
pada cahaya pada malam hari (Meyer, 2006 dalam Sunarno 2011). Pit Fall Trap untuk serangga yang aktif di permukaan tanah (Tambunan et al., 2013). swep trap digunakan untuk serangga yang aktif pada siang hari, yang bergeraknya gesit dan berukuran sedang atau besar seperti pada stadia imago (Untung 2006). Yellow
trape digunakan untuk serangga yang aktif pada siang hari ataupun malam hari
dan yang ukuran kecil atau besar (Woda, 2013). Identifikasi Musuh Alami
Musuh alami yang tertangkap pada saat pengamatan dimasukkan ke dalam toples koleksi yang berisi alcohol, kemudian akan diamati di laboratorium dan di identifiksi jenis musuh alami yang tertangkap pada masing-masing petak pengamatan. Musuh alami tersebut dikelompokkan menurut ordo dan family. Identifikasi serangga hama mengikuti pedoman dalam buku Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi Keenam (Borror et al., 1982), Kunci Determinasi dan internet. Parameter Pengamatan dan Cara Pengamatan
1. Jenis musuh alami (Predator Dan Parasitoid)
Untuk mengetahui jenis-jenis mush alami, pengamatan dilakukan dengan mengumpulkan dan mengidentifikasi jenis-jenis musuh alami yang tertangkap berdasarkan buku Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi Keenam (Borror et al., 1982), Kunci Determinasi dan internet.
2. Keanekaragaman jenis musuh alami
untuk keragaman musuh alami (predator dan parasitoid) menggunakan Indeks Shannon (Wraten dan Fry, 1980 dalam Lumentut, 2008)
H = - 𝑁𝑖 𝑁 log
𝑁𝑖 𝑁 H = indeks keragaman Ni = jumlah individu ke-i
N = jumlah individu seluruhnya
Indeks Shannon (H) adalah 0 - >1 (Wraten dan Fry, 1980 dalam Lumentut, 2008)
Kategori Indeks
Rendah 0–0,49
Sedang 0,5-0,9
Analisis Data
Data yang diperoleh dari masing-masing perangkap di tabulasi dalam tabel. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis data kuantitatif dengan pedekatan deskriptif,
HASIL DAN PEMBAHASAN
Musuh alami predator dan parasitoid yang ditemukan dipertanaman jagung Bima 20-URI terdiri dari 6 ordo dan 20 famili yang tersebar pada 37 jenis/spesies. Untuk jelasnya komposisi populasi tertinggi predator dan parasitoid pada Tabel 1. Tabel 1. Jenis Artropoda Musuh Alami Predator dan Parasitoid Yang Ditemukan
Selama Pengamatan Pada Tanaman Jagung Bima 20-URI
Status Ordo Famili Jenis Jumlah
Predator Aranae Thomisidae Thomisius sp 7 Tetragnathidae Tetragnatha sp 4 Oxyopidae Oxyopes javanus 8 Araneidae Araneus inutus 9 Lycosidae Lycosidae pseudoannulata jenis 1 Jenis A 18 Jenis B 17
Salticidae Plexippus paykuli 8
Status Ordo Famili Jenis Jumlah
Predator Aranae Salticidae Jenis A 5
Jenis B 19
Jenis D 4
Coleoptera Carabidae Bembidion
fluviatile 115 Ophionea nigrofasciata 3 Jenis A 89 hidrophilidae - 323 staphylinidae - 982 Coccinellidae - 278 Cicindelidae - 7
Diptera Syrphidae syrphus-sp 1 Hymenoptera Formicidae jenis A 471
Jenis B 13 Jenis C 430 Jenis D 1.748 Jenis E 191 Jenis F 22 Jenis G 86 Jenis H 116 Jenis I 38 Odonata libellulidae - 5 Coenagrionidae Agriocnemis pygmeae 7 Aeshnidae - 8 Orthoptera gryllidae - 50 Mantidae - 1 Tettigonidae Probabli hexasentrus sp 2 Jumlah 34 jenis/spesies 5.086
Status Ordo Famili Jenis Jumlah
parasitoid Diptera Tachinidae Jenis Gonia picea 87
Linnaemya vulpine 3
Jenis A 56
Jumlah 3 jenis/spesies 146
Sumber : (Hasil Analisis Penelitian, 2015)
Berdasarkan data pada Tabel 1 bahwa jenis dan populasi musuh alami predator dan parasitoid terdiri dari 6 ordo dan 20 famili yang tersebar pada 37 jenis/spesies. Predator 5 ordo yaitu Aranae, Coleoptera, Diptera, Hymenoptera, Odonata, dan Orthoptera, terdiri atas 20 famili dan 34 jenis/spesies populasi 5.086 ekor, sedangkan parasitoid terdiri dari 1 ordo yaitu diptera dengan 1 famili dan 3 jenis/spesies dengan populasi sebesar 146 ekor. Family Formicidae jenis D memiliki jumlah popuasi tertinggi yaitu 1.748 ekor diikuti oleh family Staphylinidae dengan jumah populasi 982 ekor.
0 2 4 6 8 10 12 14 Th o m is id ae Te tra gn at h id ae Oxy o p id ae Aran eid ae Ly cos ida e Salt ici d ae Cara b id ae h id ro p h ili d ae sta p h ylinid ae Co cci n ellid ae Ci cind elida e Tach in id ae Sy rp h id ae Form ic ida e libell u lida e Coe n agrio n id ae Ae sh n id ae gry lli d ae Ma n tid ae Te tt igon id ae F re k w en si K eh ad iran Famili 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 p op u lasi (Ek or )
Pengamatan Minggu (Ke-)
aranae coleoptera diptera hymenoptera odonata orthoptera Frekwensi Kehadiran Musuh Alami yang selalu hadir selama 12 kali pengamatan yaitu family Staphyllinidae, Formicidae dan Gryllidae. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:
Sumber : (Hasil Analisis Penelitian, 2015)
Gambar 21. Frekwensi kehadiran Artropoda Predator Dan Parasitoid
Gambar diatas menunjukkan bahwa frekwensi kehadiran jenis musuh alami beragam selama 1-12 kali pengamatan pada tanaman jagung Bima 20-URI. Musuh alami yang selalu hadir selama 12 kali pengamatan yaitu family Staphyllinidae, Formicidae dan Gryllidae. Parasitoid dari family Tachinidae hadir selama 11 kali, Lycosidae, Salticidae, Carabidae, Hidrophilidae, dan Coccinellidae hadir selama 10 kali, selanjutnya family Coenagrionidae, Aeshnidae hadir selama 7 kali, family Aranaidae hadir selama 5 kali, Thomisidae hadir 4 kali, Tetragnathidae dan Cicindelidae hadiir 3 kali, Oxiopidae hadir selama 2 kali dan Syrphidae, Libellulidae, Mantidae Tettigonidae masing-masing hadir selama 1 kali dalam 12 kali pengamatan.
Kehadiran musuh alami pada tanaman jagung Bima 20-URI pada minggu 1 sampai 12 pengamatan berfluktuasi. Famili Formicidae pada pengamatan ke-4 mencapai puncak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 22. Fluktuasi Musuh Alami Atropoda Predator Dan Parasitoid Pada Tanaman Jagung Bima 20-URI
Gambar diatas menunjukkan bahwa kehadiran musuh alami pada tanaman jagung Bima 20-URI pada minggu ke-1 sampai 12 pengamatan berfluktuasi. Ordo Hymenoptera Famili Formicidae pada pengamatan ke-4 mencapai puncak dan mengalamai penurunan pada minggu ke-6, namun pada minggu ke-7 dan minggu ke-11 fluktuasinya naik. Diikuti oleh musuh alami family staphilinidae pada minggu ketiga fluktuasinya naik dan mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya umur tanaman.
Tabel 1 menunjukkan bahwa musuh alami predator pada tanaman jagung Bima 20-URI pada umur 2 sampai 12 MST didominasi oleh ordo Aranae, Hymenoptera, Coleoptera, Orthoptera, Odonata dan juga ordo Diptera. Parasitoid yang di temukan dari ordo Diptera Family Tachinidae. Populasi tertinggi terdapat pada family Formicidae jenis D dengan jumlah populasi 1.748 ekor, hadir selama 12 kali pengamatan, puncak kehadiran tertinggi pada pengamatan ke-4, kemudian pada pengamatan ke-7 dan juga pada pengamatan ke-11.
Tingginya populasi family Formicidae pada tanaman jagung Bima 20-URI dikarenakan oleh, kemampuannya berjalan mengikuti jenisnya yang didukung oleh feromon Formicidae lain dalam mencari mangsa, Rianto (2007). Sehingga family Formicidae ini banyak terperangkap pada perangkap pit fall dan Formicidae yang memiliki sayap (Formicidae jantan) banyak ditemukan diperangkap cahaya.
Famili Formicidae hadir sepanjang pengamatan dan sering muncul dengan populasi yang cukup melimpah serta kehadirannya berfluktuatif sepanjang pengamatan. Hal ini karena, sifatnya yang sosial dan mobilitas yang lambat sehingga mengakibatkan jumlah populasinya melimpah dalam semua habitat Mahmud (2006). Selain itu, diduga sepanjang pertumbuhan tanaman jagung dari fase fegetatif sampai fase generative banyak ditemukan mangsa dari family Formicidae, sehingga populasinya melimpah. Menurut Henuhili dan Aminatum (2013) semakin bertambah banyak populasi mangsa maka pemangsaan juga bertambah banyak. Mangsa utama dari Family Formicidae yaitu ulat dan beberapa macam hama lain, contohnya Helopeltis.
Selanjutnya musuh alami family Staphylinidae yang menduduki peringkat kedua populasi terbanyak yaitu 982 ekor, Staphynilidae juga hadir selama pengamatan, pada pengamatan ke-3 kehadirannya melimpah namun terus menurun seiring dengan bertambahnya umur tanaman. Semakin bertambah umur tanaman maka hama yang menjadi mangsanya semakin berkurang hal ini ditandai dengan jumlah populasinya semakin menurun. Dari hasi penelitian Wadia (2012) menyatakan bahwa family Staphylinidae populasinya tidak melimpah disebabkan kerana predator Staphylinidae lebih menyukai mangsa dengan urutan wereng batang coklat, Wereng punggung putih, wereng zigzag dan wereng hijau.
Famili Tachinidae merupakan salah satu musuh alami parasitoid yang ditemukan pada tanaman jagung Bima 20-URI. kehadirnya selama 11 kali pengamatan dengan jumlah populasi 146 ekor, pada pengamatan ke-8 terjadi kenaikan jumlah populasi. Hal ini berkaitan dengan inang yang tersedia pada pertanaman jagung Bima 20-URI tidak melimpah. Mangsa utama parasitoid ini
adalah larva lepidopteptera family Herperiidae pada lingkungan tanah basah dan tanah kering. Family Tachinidae atau lalat, parasitoid ini beterbangan di atas daun untuk mencari larva inang, kemudian hinggap di punggung larva inang dan meletakkan telur 2-4 di tubuh inang. Larva yang menetas menggaruk-garuk sehingga membuat luka pada inang dan masuk kedalam tubuh inang. (Shepard, et
all., 1987).
Keanekaragaman jenis musuh alami
Hasil pengamatan selama 12 kali terhadap keanekaragaman musuh alami predator dan parasitoid seluruh ordo dan famili pada tanaman jagung Bima 20-URI disajikan pada tabel berikut:
Tabel indeks keanekaragaman (H’)
Musuh Alami Nilai keanaekaragaman (H)
Predator 0,538
Parasitoid 0
Sumber : (Hasil Analisis Penelitian, 2015)
Indeks keanekaragaman adalah perbandingan nilai spesies dengan nilai total seluruh spesies dalam suatu komunitas. Dari hasil analisis data diperoleh nilai keanekaragaman (H’) musuh alami pada tanaman jagung Bima 20-URI predator yaitu 0,538 kategori sedang dan parasitoid 0 atau rendah.
Keanekaragaman musuh alami predator di kategorikan sedang, hal ini diduga karena kurangnya mangsa dipertanaman jagung Bima 20-URI, Sedangkan keanekaragaman parasitoid rendah, hal ini disebabkan oleh, jumlah family yang ditemukan selama pengamatan terdiri dari satu family sehingga parasitoid pada tanaman jagung Bima 20-URI tidak beragam. Kemungkinan juga disebabkan oleh inang yang tidak melimpah pada pertanaman karena parasitoid ini hanya memarasit serangga dari family Lipedoptera.
Indeks keanekaragaman predator sedang dan parasitoid rendah hal ini berkaitan juga dengan Interaksi antara musuh alami predator dan parasitoid terhadap hama dan jagung Bima 20-URI, sebab jagung Bima 20-URI adalah varietas baru. Menurut Kamal, et all.,(2011) Keanekaragaman umumnya meningkat sejalan dengan meningkatnya keragaman struktur habitat dan perbedaan struktur habitat yang menyusun masing-masing tipe habitat juga turut mempengaruhi keanekaragaman. Hal ini, dapat dijelaskan secara teoritis bahwa dengan adanya produk baru belum tentu semua konsumen akan berpindah secara langsung, tanpa adanya pengenalan terhadap produk tersebut.
Musuh alami predator dan parasitoid yang dapat dikembangkan sebagai syarat untuk mengendalikan hama pada pertanaman jagung Bima 20-URI adalah predator family Formicidae dan Staphylinidae. Family Formicidae merupakan predator yang memiliki kemampuan mobilitas yang rendah dan memiliki jiwa sosial yang tinggi serta memiliki kemampuan mencari mangsa yang cepat. Selain itu, family Fomicidae merupakan predator yang bersifat generalis atau dapat memangsa berbagai jenis hama serta dapat di temukan di semua tempat. Sedangkan family Staphylinidae merupakan predator yang dapat ditemukan di berbagai habitat dan aktif dalam mencari mangsa serta bersifat generalis atau
dapat memangsa berbagai jenis hama (Shepard et al., 1987; Siwi, 1991 dan Mahmud, 2006).
PENUTUP kesimpulan
1. Jenis-jenis Musuh alami predator dan parasitoid yang berhasil di identifikasi pada tanaman jagung Bima 20-URI selama satu musim tanaman terdiri dari 6 ordo dan 20 famili. Predator terdiri dari 5 ordo, sedangkan parasitoid terdiri dari 1 ordo;
2. Nilai keanekaragaman (H’) musuh alami predator 0,538 di kategorikan sedang dan parasitoid memiliki keanekaragaman 0 atau rendah. Hal ini dimungkinkan karena, jenis tanaman yang merupakan habitat dan sumber pakan bagi serangga hama yang merupakan mangsa bagi musuh alami, yang terdapat di pertanaman jagung Bima 20-URI masi rendah karena varietas ini tergolong baru.
Saran
1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang potensi masing-masing dari musuh alami predator dan parasitoid dalam menekan populasi serangga hama pada pertanaman jagung Bima 20-URI khususnya di Provinsi Gorontalo;
2. Perlu adanya pemilihan perangkap yang efektif, sehingga serangga musuh alami terutama parasitoid banyak tertangkap.
DAFTAR PUSTAKA
Woda, 2013. Inventarisai Hama Dan Musuh Alami Pada Beberapa Varietas
Tanaman Kacang Buncis. Nusa Tenggara Timur.
Rukmana. R. dan Sugandi. 2002. Hama Tanaman dan Teknik Pengendaliaanya,
Kanisius.Yogyakarta.
Ginting, E.S.Br, M.K Bangun, L.A.P. Putri. 2013. Respon Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Jagung (zea mays l.) Varietas Hibrida dan Nonhibridan Terhadap Pemberian Pupuk Pospat dan Bokashi. Fakultas
Pertanian USU Medan. J. Online Agroekoteknologi. 1.(2):67-75
Togatorop R.B.B, 2010. Analisis Efisiensi Produksi Dan Pendapatan Pada
Usahatani Jagung Di Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan.
Universitas Diponegoro. Skripsi
Untung, K. 2006. Pengantar Pengolahan Hama Terpadu (Edisi Kedua). Universitas Gajah Mada. Hal : 116-121
Siwi. S.S 1991. Diterjemahkan oleh Subyanto dan A.Sulhoni. Kunci Determinasi
shepard, B.M, A.T. Barrion dan J.A Litsinger, 1987. Serangga-Serangga, Laba-Laba Dan Pathogen Yang Membantu. Lembaga Penelitian Padi Internasional. Laguna, Philippines
Lihawa, M., Witjaksono., N.S Putra., 2010. Survey Penggerek Batang Jagung
Dan Kompleks Musuh Alaminya Di Provinsi Gorontalo. Universitas gajah mada. J. Perlindungan Tanaman Indonesia.16.(2): 82-87.
Sunarno, 2011. Ketertarikan serangga hama lalat buah terhadap berbagai papan
perangkap berwarna sebagai salah satu teknik pengendaliaan. Politeknik Perdamaian Halmahera, Tobelo. Jurnal Agroforestri. VI (2) : 129-134
Tambunan TD, D. Bakti, dan F. Zahara, 2013. keanekaragaman Arthropoda Pada
Tanaman Jagung Transgenik. Medan. J. Online Agroekoteknologi
1.(3):744-758
Borror. D.J., C.H. Triplehorn dan N.F. Johnson, 1982. An introduction to the
studi of insects. Diterjemahkan Partosoedjono S, 1992. Pengenalan
pelajaran serangga. Gadjah mada university press. Yogyakarta Lumentut, N.T.E., 2008. Eksplorasi Musuh Alami Kumbang Janur Kelapa
(Brontispa Longissima) Di Kecamatan Parigi Kabuten Parigi Mouton Provinsi Sulawesi Tengah. Tesis. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. 46
Riyanto, 2007. Kepadatan, Pola Distribusi dan Peran Semut pada Tanaman
Sekitar Lingkungan Tempat Tinggal. Taman Bukit Siguntang. J. Penelitian
Sain, 10.(2) : 241-253
Mahmud, T, 2006. Identifikasi Serangga Di Sekitar Tumbuhan Kangkungan
(ipomoeas crassicauli RooB). Universitas Islam Negeri Malang. Skripsi
Henuhili. V dan T. Aminatun. 2013. Konservasi Musuh Alami Sebagai
Pengendali Hayati Hama Dengan Pengelolaan Ekosistem Sawah. J.
penelitian saintek, 18 (2) 29-40.
Wadia A, 2012. Musuh Alami Predator Tanaman Padi (Oryza Sativa L) Pada
Agroekosistem Berbeda. Universitas Negeri Gorontalo. Skripsi
Kamal M, I. Yustian dan S. Rahayu. 2011. Keanekaragaman artropoda di gua
putrid dan gua selabe kawasan karst padang bindu, oku sumatera selatan.