• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUMOR ODONTOGENIK. Lira Masri NPM Dosen Pembimbing : Agung Dinasti Permana,dr.,M.Kes.,Sp.THT-KL. Disusun Oleh :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TUMOR ODONTOGENIK. Lira Masri NPM Dosen Pembimbing : Agung Dinasti Permana,dr.,M.Kes.,Sp.THT-KL. Disusun Oleh :"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

TUMOR ODONTOGENIK

Disusun Oleh :

Lira Masri

NPM 160121130003

Dosen Pembimbing :

Agung Dinasti Permana,dr.,M.Kes.,Sp.THT -KL

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS BEDAH MULUT DAN MAKSILOFASIAL

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PADJAJARAN

(2)

Daftar Isi

I . Pendahuluan ……… 2

II. Pembahasan ……… 4

2.1 Tahap Pembentukan Gigi ………. 4

2.2 Tumor Odontogenik ……… 8

2.2.1 Odontoma ……… 8

2.2 2 Keratocystic Odontogenic Tumor ………. 10

2.2.3 Nevoid Basal Cell Carcinoma Syndrome ( Basal Cell Nevus Syndrome, Gorlin Syndrome) ……….. 14

2.2.4 Ameloblastoma ……… 14

2.2.5 Tumor Adenomatoid Odontogenik ……….. 19

2.2.6 Calcifyng Epithalial Odontogenik Tumor ………. 21

2.2.7 Odontogenic Myxoma ……….. 22

2.2.8 Ameloblastic Fibroma ……… 24

III. Kesimpulan ………27

(3)

BAB I PENDAHULUAN

Tumor odontogenik merupakan suatu kelainan yang terjadi pada rongga mulut dan asalnya berhubungan dengan jaringan yang berasal dari perkembangan gigi. Jaringan abnormal dari masing-masing tumor sering dihubungkan dengan jaringan yang sama pada odontogen normal dari pembentukan hingga erupsi gigi.1,2

Tumor odontogenik merupakan neoplasma pada rahang yang berdiferensiasi dari struktur gigi. Lesi ini sering ditemukan pada mandibula dan maksila sedangkan pada gingiva jarang. Etiologi dan patogenesisnya tidak jelas. Secara klinis, tumor odontogenik merupakan tipe asimptomatik, namun dapat menyebabkan ekspansi rahang, bergesernya gigi, dan resorbsi tulang.2

Seperti neoplasma lain di dalam tubuh, tumor odontogenik cenderung untuk mirip secara mikroskopik dengan sel atau jaringan asalnya. Secara histologis, tumor odontogenik ini dapat mirip dengan jaringan lunak enamel organ atau pulpa gigi atau mengandung jaringan keras seperti enamel, dentin, cementum atau campuran bahan bahan tersebut. Lesi odontogenik ini dapat berproliferasi secara jinak sampai ganas dengan kemampuan metastase.3

Tumor odontogenik adalah kelompok tumor yang jarang terjadi tapi termasuk kelompok yang berbeda dan kompleks dari kelompok tumor yang ada. Jenis tumor ini berasal dari dari jaringan epitel atau mesenkim, atau keduanya,dan berhubungan dengan struktur gigi. Kebanyakan dari tumor odontogenik adalah tumor ganas, tapi beberapa ada juga yang tumbuh sebagai hamartomatous. Tumor odontogenik biasanya muncul sebagai suatu pembengkakan tanpa nyeri, yang dapat mengakibatkan hilangnya struktur tulang, pergeseran gigi dan pembesaran rahang. Tumor ini jarang menyebabkan disfungsi saraf sensoris. Dengan memahami

(4)

latar belakang biologis dari kelompok lesi ini akan membantu kita menentukan perawatan yang tepat dengan hasil yang memuaskan.8

(5)

BAB II PEMBAHASAN 2.1. Tahap Pembentukan Gigi

Pembentukan gigi sejak proses embriogenesis, berasal dari epitel rongga mulut yang menutup prosesus alveolar maksila dan mandibula. Berawal sebagai suatu penonjolan dari lapisan sel basal pada maing-masing lokasi dimana gigi tersebut tumbuh. Penonjolan tersebut membentuk suatu struktur yang solid seperti pipa yang kemudian berpenetrasi ke jaringan koneksi (invagination). Pemanjangan dari epitel tersebut disebut sebagai suatu lamina dental dan ini merupakan sumber dari difrensiasi dan pembentukan dari gigi. Ketika kedalaman tepat telah tercapai , lapisan basal sel pada ujung lamina dental membentuk suatu konkafitas (cup stage). Selama prosedur odontogenesis, struktur yeng berbentuk mangkuk (cap) meluas dan lapisan terdalam dari epitelium memisah dari lapisan atasnya (terluar). Daerah yang terpisah tersebut tersusun atas sel epitel berbentuk bintang (retikulum stellate). Bersamaan dengan pemanjangan dari keseluruhan sel epitel yang nantinya akan membentuk mahkota gigi. Kejadian ini disebut sebagai early bell stage.1

Epitel tertentu merangsang jaringan konektif yang berdekatan untuk berubah menjadi suatu daerah embrionik yang terbatas dan jaringan konektif mixomatous yang mungkin ke depannya akan membentuk jaringan pulpa dan dentin. Perubahan jaringan konektif disekitar daerah yang nantinya akan membentuk akar gigi disebut sebagai papilla dental. Pembentukan jaringan konektif pada daerah bagian dalam dari struktur embrio gigi juga terjadi pada tahap odontogenesis ini. Daerah terluar jaringan konektif yang membungkus perkembangan dari gigi tebal dan fibrous (dental follicle). Dental folikel ini yang tersisa pada saat gigi erupsi, folikel pada bagian mahkota akan menjadi jaringan konektif dari free margin gingiva dan pada bagian akar menjadi ligamentum periodontal yang memisahkan sementum dari tulang. 1

(6)

Gambar 1 Tahap awal odontogenesis A. Invaginasi B. Cap Stage C. Early Bell Stage D. Late Bell Stage1 Sejak tahap late bell stage, sel epitel bagian dalam menjadi panjang dan berderet. Bersamaan dengan terjadinya migrasi dari nukleus menjauhi membrane basalis, proses ini disebut sebagai reverse polarization. Kejadian ini mengindikasikan perubahan sel menjadi presecretory ameloblast. Reverse polarization menyebabkan sel yang tidak berdifrensiasi pada papila dental berdifrensiasi menjadi presecretory odontoblas. Pada saat ameloblas matang (mature). Odontoblas terstimulasi untuk menghsilkan matriks dentin yang memulai deposit dari matriks email yang berlawanan dengan membran dasar. Sejak tahap ini pada proses odontogenesis, dental lamina memutuskan dan membentuk suatu tonjolan kecil pada jaringan konektif. Penonjolam dari sisa epitel menjadi tidak aktif sehingga disebut rest of the dental lamina rest of Serres.1

Setelah bentuk spesifik dari mahkota gigi selesai, epitel tersebut membentuk lingkaran luar dari organ email bell-shaped memanjang membentuk akar gigi. Epitel ini membentuk suatu lapisan membran yang tipis disebut hartwigh root sheath. Pada daerah ini odontoblast menghasilkan dentin untuk pembentukan akar. Selanjutnya sel jaringan konektif dari folikel dental yang berbatasan dengan akar bertemu dan membentuk suatu dentin baru. Dentin tersebut menstimulasi sel untuk berdifrensiasi menjadi sementoblas yang akan membrntuk sementum.

(7)

Setelah pembentukan sementum selesai, epitel Hertwigh root sheath yang tersisa pada ligamentum periodontal disebut sebagai rest of Malassez.

Gambar 2 Later Stages of Odontogenesis A. Pembentukan mahkota dan lamina dental B. Pembentukan Akar

C. Pembentukan lengkap gigi preerupsi dan rests of Malassez (titik-titik merah)1

Tumor odontogenik terjadi akibat adanya gangguan (interupsi) pada sekuens normal odontogenesis atau adanya reaktifasi jaringan yang terlibat dalam sekuens normal odontogenesis. Neoplasma apa yang terjadi tergantung pada tahap perkembangan apa gangguan itu terjadi.

(8)

2.1.2 Klasifikasi Tumor Odontogenik

Tumor odontogenik merupakan kelompok lesi yang komplek dan berbeda dalam tipe histopatologi dan sifat klinisnya. Sebagian merupakan neoplasma sebenarnya dan terkadang bersifat ganas. Lainnya dapat merupakan malformasi serupa tumor (hamartoma). Tumor odontogenik, seperti halnya odontogenesis normas, menampakkan vairasi induktif interaksi antara epitel odontogenik dan ecromesenkim odontogenik. Ektomesenkim sebelumnya disebut mesenkim karena diduga merupakan lapisan embrio mesodermal. Namun saat ini diketahui bahwa jaringan ini berdiferensiasi dari lapisan ektodermal pada porsio sephalic embrio. Tumor odontogenik epitel terdiri dari epitel odontogenik tanpa adanya ectomesenkim.

Neoplasma odontogenik lain terkadang menunjukkan tumor odontogenik campuran, terdiri dari elemen epitel dan ektomesenkim odontogenik.

Berdasarkan klasifikasi WHO 1992, tumor odontogenik diklasifikasikan sebagai berikut : Klasifikasi tumor odontogenik didasarkan pada gejala klinis dan gambaran histologisnya, oleh Pinborg dan Clausen. Klasifikasi itu mengklasifikasikan tumor odontogenik menjadi :2,3 1. Tumor Jinak

a. Adenomatoid odontogenik tumor (adenoameloblastoma) b. Calcifying epitelial odontogenik tumor (Pindborg’s tumor) c. Squamous odontogenik tumor

d. Ameloblastik fibroma e. Odontoma

f. Cementoblastoma

(9)

2. Tumor Intermediate a. Ameloblastoma folikular b. Ameloblastoma pleksiform c. Ameloblastoma akantomatous d. Ameloblastoma sel granular e. Ameloblastoma desmoplastik f. Ameloblastoma sel bas 3. Tumor Ganas

 Ameloblastik carsinoma

 Ameloblastik fibrosarcoma

 Clear cell odontogenic carcinoma

2.2 Tumor Odontogenik 2.2.1 Odontoma

Odontoma bukan tumor ganas, tapi tumbuhnya mengarah pada hamartoma karena terbentuk dari pertumbuhan gigi yang normal dan kemudian mencapai ukuran yang tetap. Lesi ini terdiri dari elemen enamel, dentin, sementum dan jaringan pulpa. Tergantung dari derajat perubahan secara morfologinya, odontoma dapat diklasifikasikan menjadi compound jika lesi memiliki struktur seperti struktur gigi atau kompleks jika lesi memperlihatkan gambaran massa yang berkilat seperti gelas atau kristal.8

(10)

Gambaran Klinis dan Radiografis

Odontoma merupakan tumor odontogenik yang sering terjadi. Sifat dari lesi ini asimptomatik, secara radiografi baik odontoma tipe kompon dan kompleks adalah massa yang radioopak dan memiliki batas yang jelas. Pada tipe kompon memperlihatkan struktur gigi kecil kecil dan banyak, sementara tipe kompleks memperlihatkan massa padat yang irregular.

Gambar 4: Gambaran radiografi kompon odontoma

Gambar 5 Gambaran Kompleks odontoma

Gambaran Histopatologis

Walaupun terjadi gambaran pengurangan dari epitel enamel, odontoma pada prinsipnya tetap tersusun atas enamel, dentin, sementum dan jaringan pulpa. Jaringan fibrosa yang sedikit.

(11)

Gambar 6 gambaran histopatologis kompleks odontoma

Penatalaksanaan dan Prognosis

Pengangkatan lesi merupakan penataaksanaan yang utama. Enukleasi dan kuretase bisa menjadi pertimbangan dan lesi diketahui tidak muncul kembali.8

2.2.2 Keratocystic Odontogenic Tumor

Keratocystic Odontogenik Tumor merupakan tumor dengan lobus tunggal atau lebih, lesi yang berasal dari tulang maupun gigi. Berasal dari sisa sisa lamina dental dan dapat terjadi pada semua daerah di rahang. Sebelumnya dikenal sebagai odontogenic keratocyst (OKC), yang lebih menekankan sifat-sifat jinak pada lesi ini. Pada tahun 2005 WHO merekomendasikan istilah baru KCOT karena lebih akurat menerangkan tentang sifat-sifat yang berhubungan dengan keganasan, pada gambaran radiografinya lesi ini tidak terlalu jelas menggambarkan mengenai kista odontogenik dan beberapa tumor odontogenik. Lokasi tersering terkenanya tumor ini adalah pada ramus dan corpus mandibula bagian posterior. Pada maksila terjadi di bagian posterior atau region kaninus. 8

(12)

Gambaran Klinis dan Radiografis

KCOT berasal dari lesi odontogenik lainnya dengan perhatian khusus pada pertumbuhannya dan kemampuannya untuk rekuren,tumor ini dapat memperlihatkan pertumbuhan yang agresif, meyebabkan keterlibatan tulang dan destruksi, suatu laporan kasus memperlihatkan angka rekurensi antara 5%-60%. KCOT terjadi pada semua kelompok umur, puncak insidensi terjadi pada dekade kedua dan ketiga. Jika terjadi multiple KCOT pada pasien maka kita harus pertimbangkan apakah itu termasuk dalam Nevoid Basal Cell Carcinoma (NBCCS). Umur rata-rata pasien dengan multiple KCOT dengan atau tanpa NBCCS lebih rendah dari pada yang tunggal, KCOT yang tidak rekuren. Secara radiografi KCOT memperlihatkan gambaran radiolusen yang mengelilingi massa dengan batas jelas, dan beberapa menyebabkan kerusakan tulang atau erosi dari korteks, tapi jarang terjadi resorbsi akar.8

Gambar 7 gambaran panoramik dari Keratocystic Odontogenik Tumor laki-laki usia 18 tahun, tumor mengenai mandibular bilateral dan maksila dengan NBCCS

(13)

Gambar 8 gambaran CT scan dari pasien yang sama

Gambaran Histopatologi

KCOT memiliki gambaran mikroskopis yang tidak sama, ada yang dengan lapisan parakeratosis, epitel squamosal berlapis, dengan lapisan 6-8 sel yang tebal, permukaan yang terang yang diselubungi oleh lapisan parakeratin yang bergelombang, lapisan basal yang seperti pagar dan kuboid dengan tonjolan,dengan inti yang hiperkromatik dan berkurangnya papilla epidermis. Hubungan epitel gepeng dengan jaringan ikat meghasilkan batas dari epitel. Pengelupasan dari parakeratin biasanya mengisi lumen kista dan terlihat pada saat operasi seperti krim. Pulau-pulau epitel yang lainnya dan kista dapat terlihat mengelilingi jaringan ikat dan dapat menjadi indicator dari adanya NBCCS.8

(14)

Penatalaksanaan dan Prognosis

Penatalaksanaan KCOT adalah enukleasi dan kuretase tulang. Penatalaksanaan dari sisa-sisa kavitas tulang yang tidak diangkat dengan bersih dan tertinggal secara mikroskopis dapat menyebabkan rekurensi. Beberapa ahli meyarankan untuk dilakukan reseksi marginal untuk menghindari rekurensi. Jika lesi besar maka marsupialisasi dapat dilakukan untuk mengurangi tekanan udara dari KCOT dan memudahkan untuk pengangkatan tumor pada operasi selanjutnya. Infeksi sekunder, pasien dengan kebutuhan khusus dan beberapa kekurangan lainnya menyebabkan marsupialisasi digunakan secara terbatas. Banyak terjadi rekurensi dalam 5 tahun, tetapi beberapa laporan menyebutkan rekurensi dapat terjadi sepnajang 10 tahun setelah operasi. Dengan demikian, kontrol perawatan dilakukan dengan rutin. Tingkat kekambuhan dari KCOT telah menjadi perdebatan pada beberapa teori, yaitu: pada pembuangan tumor yang tidak lengkap disebabkan oleh membrane yang tipis dan rapuh dan melekat pada jaringan disekitarnya, sisa kista berikutnya dengan enukleasi, dan sisa-sisa lamina dental tidak berhubungan dengan KCOT dalam menyebabkan pembentukan kista de novo. Kista odontogenik ortokeratosis merupakan kista yang unik dan merupakan jenis yang lain dari KCOT. Kista jenis ini jarang terjadi daripada KCOT dan memiliki tingkat kekambuhan yang kebih rendah. Tidak seperti KCOT kista odontogenik ortokeratosis dikelilingi oleh lapisan epitel squamous ortokeratosis. Terdapat lapisan penonjolan granular dibawah permukaan yang tidak bergelombang, dan lapisan basal yang sedikit mengalami penonjolan.8

(15)

2.2.3 Nevoid Basal Cell Carcinoma Syndrome ( Basal Cell Nevus Syndrome, Gorlin Syndrome)

NBCCS merupakan kondisi autosomal dominan yang diwariskan . Tumor ini merupakan hasil dari mutasi dari PTCH gen penghambat tumor yang terletak di kromosom 9q22.3-q31. Pada pasien dapat terlihat berbagai kombinasi dari gambaran klinis dan radiogrfis barikut : multiple KCOT di rahang, multiple carcinoma sell bsal pada daerah yang terkena sinar matahari maupun yang tidak terkena, frontal bossing, prognati mandibula, palmar and plantar pitting, bifid ribs, dan kalsifikasi dari falk cerebri. KCOT yang berhubungan dengan NBCCS penatalaksanaannya sama dengan KCOT yang terisolasi. Bagaimanapun juga, meningkatkan kewaspadaan dengan kontrol setiap 6 bulan atau 1 tahun dan melakukan foto panoramik atau CT scan dapat membantu kita untuk mendeteksi dini adanya lesi baru yang muncul. Baik pada anak-anak maupun dewasa. Jika mencapai usia dewasa maka kemungkinan KCOT menjadi berkurang, tapi resiko terjadinya basal sel karsinoma menjadi meningkat. Dibandingkan dengan lesi kulit dan beberapa kondisi yang dapat diterapi, beberapa dari kelainan ini tidak membutuhkan intervensi bedah. Konseling dapat direkomendasikan kepada pasien dan keluarga sehubungan dengan kelainan autosomal dominan ini.

2.2.4 Ameloblastoma

Ameloblastoma merupakan tumor odontogenik yamg sering terjadi. Tumor ini berasal dari beberapa sisa elemen epitel dari pertumbuhan gigi : epitel enamel yang berkurang, sisa-sisa dari Serres, sisa-sisa-sisa-sisa Malassez, atau lapisan basal dari mukosa oral. Lesi ini juga bisa tumbuh dan berasal folikel dental atau kista dentigerous. Banyak referensi memberikan kategori pembagian dari ameloblastoma kedalam satu atau tiga kelompok : unikistik, solid atau

(16)

multikistik atau peripheral ameloblastoma. Pengertian yang tidak tepat dan tumpang tindih dapat menyebabkan ketidaktepatan pengambilan keputusan untuk perawatan, sehingga menyebabkan kekambuhan. Salah satu contoh adalah unicystic ameloblastoma. Penatalaksanaan ameloblastoma secara umum adalah enukleasi dan kuretase. Ameloblastoma yang invasif dapat berupa unicystic, mempunyai hanya satu ruang kista. 8

Gambaran Klinis dan Radiografis

Tumor jinak, tumor agresif yang menekan secara local dngan sifat pola pertumbuhan yang lambat dan dapat tumbuh dengan berbagai perbedaan yang nyata, memyebabkan perubahan bentuk wajah. Biasanya asimptomatik dan tidak menyebabkan kelainan pada saraf sensoris. Bangian posterior dari mandibular terlihat berbeda. Lesi bisa menjadi sangat besar dengan pucak insidensi terjadi pada dekade kedua dan ketiga, dan tidak ada hubungannya dengan jenis kelamin. Pada gambaran radiografis, lesi dapat terlihat gambaran radiolusen unilokuler atau multilokular berbatas tidak tegas sehingga sulit untuk menentukan ukuran tepatnya. Bisa menyebabkan ekspansi tulang kortikal bukal dan lingual, bahkan bisa menyebabkan perforasi tulang kortikal. Bisa terjadi pergeseran gigi dan resorsbsi akar meskipun jarang. Jenis ameloblastoma yang desmoplastik ameloblastoma dapat ditemukan di anterior maksila atau mandibular. Lesi ini berisi jaringan ikat yang padat, yang terlihat lebih opak. Jenis yang lain yaitu peripheral ameloblastoma, biasanya pada gingiva dan tidak terlihat pada foto rontgen, kecuali bila terdapat kehilangan tulang alveolar.8

(17)

Gambar 9 gambaran foto panoramik dari pasien perempuan 17 tahun dengan unilokular ameloblastoma pada mandibular kanan. Terlihat adanya resorpsi akar pada mandibula kanan.

Gambar 10 gambaran CT scan dari pasien yang sama terlihat adanya perluasan tulang kortikal bukal dan lingual pada mandibula kanan.

Gambaran Histopatologis

Gambaran histopatologis ameloblastoma bermacam-macam, sehinggga pengambilan sampel jaringan yang adekuat sangat diperlukan. Ameloblastoma yang tidak berkapsul biasanya

(18)

memperlihatkan pertumbuhan yang infiltratuf ke jaringan disekitarnya. Sel basal di epitel terdiri dari sel kolumnar dan hiperkromatik. Inti sel terletak menjauh dari membrane basalis. Dua jenis ameloblastoma yang sering ditemukan adalah folikular dan plexiform.8

Gambar 11 gambaran dari ameloblastoma tipe folikular.

(19)

Penatalaksanaan dan Prognosis

Pada prinsipnya penatalaksanaan ameloblastoma adalah pengangkatan tumor secara total,tanpa melupakan tekhnik, penatalaksanaannya tergantung pada kemungkinan untuk merusak tulang dan terjadinya kekambuhan. Untuk jenis unikistik ameloblastoma penatalaksanaan yang dianjurkan adalah enukleasi dan kuretase. Tetapi, kuretase pada tulang yang terkena ameloblastoma saat ini tidak dianjurkan karena resiko untuk menemukan benih ameloblastoma yang lebih dalam didalam tulang atau dalam jaringan didekatnya. Sementara enukleasi saja juga harus dihindari untuk lesi yang sangat besar karena fraktur patologis dapat terjadi. Tingkat kekambuhan antara 15%-35% telah dilaporkan untuk ameblastoma tipe unikistik yang diterapi dengan enukleasi dan kuretase saja. Lebar tepi tulang yang ditinggalkan yang direkomendasikan adalah antara 1.0-1.5 cm untuk tipe unikistik ameblastoma. Pada saat ameloblastoma tumbuh melewati atau tumbuh didalam jaringan ikat yang mengelilingi lesi, maka penatalaksanaan yang radikal dibutuhkan.8

(20)

Gambar 14 gambaran hasl pemotongan mandibula

2.2.5 Adenomatoid Odontogenik Tumor

Merupakan tumor yang tidak umum. Timbul pada dekade kedua dan ketiga (12-20 tahun). Dua pertiga kasus terjadi pada anterior maksila, sepertiga muncul pada anterior mandibula dan jarang ditemukan pada bagian posterior dari premolar, lebih sering terjadi pada wanita. Tumor ini timbul dari epitelium enamel yang berkurang pada dental folikel. Umumnya asimptomatik tetapi dapat timbul dengan pembengkakan ringan atau berhubungan dengan gigi yang tidak erupsi.

Gambaran Radiologis

Lesi ini secara umum timbul sebagai gambaran radiolusen yang berbatas jelas. Unilokular radilousensi biasanya melibatkan mahkota atau suatu gigi yang tidak erupsi, kira-kira 75 % (terutama gigi kaninus). Dapat memberikan gambaran bercak radiopak yang menunjukkan material yang terkalsifikasi. Jika berhubungan dengan gigi, umumnya mengenai bagian yang lebih jauh dari apikal gigi.

(21)

Gambar 15 Gambaran radiografi adenomatoid odontogenik tumor

Gambaran Histopatologi

Secara teknis, lebih menunjukkan kepada hemartoma daripada neoplasma yang sebenarnya karena memiliki kapsul fibrosa yang tebal dengan proliferasi elemen epitel yang membentuk nodul dan struktur seperti duktus (nodul organoid dari dalam atau sel kolumnar rendah yang dipisahkan oleh epitelium spindle.) Karena jaringan penghubung yang membentuk email tidak ada, maka produksi dari sel yaitu matriks preenamel, berdegenarasi dan meninggalkan daerah kalsifikasi distrofi dan amyloid.

Gambar 16 Gambaran histopatologi adenomatoid odontogenik tumor

Penatalaksanaan dan Prognosa

Tumor ini merupakan tumor jinak, perawatan yang dikombinasikan untuk lesi ini adalah pengambilan sederhana, atau konservatif (enukleasi) pada seluruh daerah lesi. Karena adanya

(22)

kapsul sehingga memudahkan untuk mengangkat tumor dari tulang. Perkembangan yang agresife tidak di pernah dilaporkan dan rekurensi setelah enukleasi jarang ditemukan.

2.2.6 Calcifying Epitelial Odontogenik Tumor

Tumor ini biasanya juga disebut Pindborg tumor. Lesi ini sangat jarang ditemukan dibandingkan semua jenis tumor odontogenik.

Gambaran Klinis

Tumor ini ditemukan pada pasien dengan usia sekitar 30 dan 50 tahun, tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin, sekitar 2/3 ditemukan pada mandibula pada bagian posterior, tidak sakit, pembengkakan yang tidak sakit dan pertumbuhan yang lambat merupakan gejala yang peling sering.

Gambaran Radiologi

Tumor tampak unilokular tapi lebih sering multilokular radiolusen. Tepi yang mengalami kerusakan akibat lisis sering berlekuk-lekuk. Lesi mungkin menjadi radiolusen di bagian dalamnya, tetapi mungkin terdapat struktur yang terkalsifikasi dengan bentuk dan densitas bervariasi. Lesi ini biasanya dihubungkan dengan gigi impaksi terutama molar tiga. Daerah yang mengalami kalsifikasi biasanya di sekeliling mahkota dari gigi.

(23)

Gambaran Histopatologi

Tumor ini memiliki gambaran pulau dengan ciri tersendiri, tampak sel epitel polihedral pada stroma fibrous. Nukleus memperlihatkan berbagai macam variasi dan biasanya tampak nukleus raksasa. Daerah amarphous, eosinophylik, material ekstraseluler terhyalinasi juga sering tampak. Tumor ini sering tertutup massa dari material hyalin ini. Kalsifikasi tertentu yang ditemukan pada tumor, berkembang di dalam material seperti amyloid dan membentuk cincin konsentrik (Liesegang ring calcification).

Gambar 18. Gambaran histopatologi calcifying epithelial odontogenik tumor

Penatalaksanaan dan Prognosa

Reseksi lokal konservatif pada daerah tertentu disekeliling tulang yang tampak. Tingkatan rekurensi telah dilaporkan kira-kira 15%. Tumor yang dirawat dengan kuretase memliki tingkat rekurensi yang lebih tinggi.

2.2.7 Odontogenik Myxoma

Merupakan lesi jinak infiltratif yang secara klinis sulit dibedakan dengan ameloblastoma. Ditemukan pada daerah penyangga dari gigi dan lebih sering ditemukan pada mandibula.

(24)

Umumnya ditemukan pada awal dekade ketiga dan keempat sebagai lesi yang pertumbuhannya lambat. Jika tidak dirawat maka dapat menjadi invasif dan destruktif. Berasal dari dental masenkim (papila) dan folikel.

Gambaran Radiografi

Secara radiografi tumor ini tampak radiolusen unilokuler atau multilokular yang dapat menggeser atau menyebabkan resorpsi dari gigi. Tepi dari daerah radiolusen sering tidak teratur dan bergelombang.

Gambar 19. Gambaran radiografi odontogenik myxoma

Gambaran Histopatologi

Secara mikroskopik tumor tersusun atas sel stellate, bentuk spindle, sel bulat, stroma myxoid yang bertebaran tersusun atas beberapa fibrilis kolagen.

(25)

Gambar 20. Gambaran histopatologi myxoma odontogenic

Penatalaksanaan dan Prognosis

Mixoma dengan ukuran kecil dirawat dengan kuretase tetapi perlu dievaluasi secara periodik. Untuk lesi yang besar reseksi yang ekstensif mungkin diperlukan karena tumor ini tidak berkapsul dan cenderung berinfiltrasi ke tulang. Rekurensi rata – rata ditemukan sekitar 25 % dari beberapa kasus dan prognosis keseluruhannya baik.

2.2.8 Ameloblastik Fibroma

Tumor ini merupakan gabungan dari dua macam jaringan yaitu epitel dan mesenkim, yang keduanya merupakan neoplasma. Ini merupakan tumor yang tidak umum ditemukan.

Gambaran Klinis

Merupakan tumor yang jarang ditemukan pada usia muda ( usia 5 – 20 tahun). Tumor ini sedikit lebih sering ditemukan pada laki – laiki dibandingkan perempuan. Sekitar 75 % ditemukan pada mandibula bagian posterior. Asimptomatik, pembesaran tumor dihubungkan dengan pembengkakan rahang. Bersifat jinak dan ekspansif.

(26)

Gambaran Radiologis

Lesi ini tampak sebagai gambaran radiolusent unilokular dan multilokular, dengan lesi yang lebih kecil cenderung unilokular. Radigrafi margin tampak jelas dan mungkin sklerotik. Lesi ini dihubungkan dengan gigi yang tidak erupsi sekitar 75%.

Gambar 21. Gambaran radiografi Ameloblastik fibroma

Gambaran Histopatologi

Tumor ini tampak sebagai massa jaringan lunak dengan permukaan luar yang halus dan tampak solid. Kapsul definitif dapat tampak dan tidak. Secara mikroskopi lesi initampak tersususn sel yang memiliki banyak jaringan mesenkimal mirip dengan papilla dental primitif bercampur dengan epitel odontogenik proliferatif.

(27)

Gambar 22. Gambaran histopatologi ameloblastik fibroma

Perawatan dan Prognosa

Hal ini masih diperdebatkan karena kadang ditemukan lesi ini dirawat dengan eksisi sederhana dan kuretase tidak rekuren lagi, kadang juga terjadi rekurensi setelah tindakan eksisi konservatif seperti yang dilaporkan oleh Armed institut of Patology sekitar 43,5 %. Pada beberapa kasus tingkat rekurensinya sekitar 0 – 18 % setelah perawatan konservatif dan follow up yang adekuat. Pembedahan eksisi yang agresif kemungkinan dapat dilakukan untuk lesi yang rekuren.

(28)

BAB III KESIMPULAN

Tumor odontogenik merupakan suatu kelainan yang terjadi pada rongga mulut dan asalnya berhubungan dengan jaringan yang berasal dari perkembangan gigi. Jaringan abnormal dari masing – masing tumor sering dihubungkan dengan jaringan yang sama pada odontogen normal dari pembentukan hingga erupsi gigi.

Klasifikasi tumor odontogenik berdasarkan gejala klinis dan histogenesisnya, terdiri dari kelompok tumor jinak, tumor borderline, dan kelompok tumor ganas.

Pengetahuan dan keterampilan dokter gigi spesialis bedah mulut dalam mendeteksi dan mendiagnosis awal tumor odontogenik sangat diperlukan dalam praktek sehari – hari, sehingga dapat dilakukan terapi yang dini dan adekuat untuk mencegah perluasan penyakit yang memperburuk prognosis.

(29)

DAFTAR PUSTAKA

1. Sapp, Eversole, Wysocki. Contemporary Oral and Maxilofasial pathology. Second Edition. Mosby. 2004.

2. Smith, R.M, Turner J, Robbins LM, Atlas Oral Pathology. C.V Mosby. St. Louis. 1981. 3. Neville, Damm, Allen, Bouquot. Oral and Maxilofacial Pathology. Second Edition. Saunders

Elsevier.2002

4. http//www.oralmaxillofacialpatology.com/pdf. Diakses tanggl 17 maret 2009 5. http//www.ameloblastoma.html./elsivier/ diakses tanggal 17 maret 2009

6. Regezi. J. A, Sciubba. J .J, 1999, Oral pathology clinical phatologic correlation, 3ed, Philadelphia: Saunders.

7. Rosai, Juan MD., 2004, Rosai and Ackerman’s : Surgical Pathology, 9th ed, New York : Mosby.

8. Johnson Jonas T et Rosen Clark A. Bailey’s Head & Neck Surgery Otolaryngology ., fifth edition. Wolters Kluwer.

Gambar

Gambar  1  Tahap awal odontogenesis A. Invaginasi B. Cap Stage C. Early  Bell  Stage D
Gambar  2 Later  Stages of Odontogenesis A. Pembentukan mahkota dan lamina  dental B. Pembentukan Akar  C
Gambar  7  gambaran  panoramik  dari  Keratocystic  Odontogenik  Tumor  laki-laki  usia  18  tahun,  tumor mengenai mandibular  bilateral  dan maksila dengan NBCCS
Gambar  10  gambaran  CT  scan  dari  pasien  yang  sama  terlihat  adanya  perluasan  tulang kortikal  bukal dan lingual  pada mandibula  kanan
+7

Referensi

Dokumen terkait