Informasi Dokumen
- Sekolah: Badan Standardisasi Nasional
- Mata Pelajaran: Jaring Kontrol Vertikal
- Topik: Jaring Kontrol Vertikal Dengan Metode Sipatdatar
- Tipe: standar
- Tahun: 2004
- Kota: Cibinong
Ringkasan Dokumen
I. Ruang lingkup
Standar ini mengatur tentang jaring kontrol vertikal dengan metode sipatdatar, mencakup istilah, definisi, klasifikasi, konvensi, spesifikasi teknis, dan pedoman pelaksanaan. Tujuannya adalah untuk memberikan acuan yang jelas dalam pembangunan dan pengembangan jaring kontrol vertikal di Indonesia, sehingga dapat meningkatkan ketelitian dan konsistensi dalam pengukuran tinggi.
II. Istilah dan definisi
Bagian ini memberikan penjelasan tentang istilah-istilah penting yang digunakan dalam standar ini, seperti tinggi ortometrik, tanda tinggi geodesi (TTG), datum vertikal, dan klasifikasi jaring kontrol vertikal. Memahami istilah-istilah ini sangat penting untuk memastikan bahwa para profesional dalam survei dan pemetaan dapat berkomunikasi dengan efektif dan akurat.
III. Klasifikasi
Klasifikasi jaring kontrol vertikal berdasarkan ketelitian pengukuran sangat penting untuk menentukan metode dan alat yang digunakan. Klasifikasi ini juga membantu dalam pengelompokan jaring berdasarkan tingkat akurasi yang dihasilkan. Setiap kelas dan orde memiliki standar kesalahan maksimum yang harus dipatuhi, yang diatur dalam tabel yang jelas.
IV. Konvensi
Konvensi dalam penetapan datum vertikal merupakan langkah awal dalam pengembangan jaring kontrol vertikal. Penetapan tinggi ortometrik TTG harus dilakukan dengan akurat agar datum vertikal yang dihasilkan dapat diandalkan. Bagian ini juga menjelaskan tentang ketelitian jaringan dan konfigurasi jaring yang harus diikuti.
4.1 Penetapan datum vertikal
Proses penetapan datum vertikal melibatkan pengukuran tinggi ortometrik TTG yang terikat pada stasiun pasut. Penting untuk melakukan pengamatan selama periode yang cukup lama untuk memastikan akurasi pengukuran. Hal ini menjadi dasar bagi seluruh jaringan kontrol vertikal yang akan dibangun.
4.2 Ketelitian jaringan
Ketelitian jaringan diukur berdasarkan kesalahan penutup pengukuran dan deviasi standar hasil perataan. Standar kesalahan maksimum ditentukan untuk setiap kelas pengukuran, yang menjadi acuan dalam menentukan apakah hasil pengukuran memenuhi syarat ketelitian yang diinginkan.
4.3 Konfigurasi jaring
Konfigurasi jaring harus mengikuti hirarki kelas dan orde, di mana jaring orde lebih rendah harus terikat pada jaring orde lebih tinggi. Hal ini memastikan bahwa setiap pengukuran terintegrasi dengan baik dalam sistem jaring kontrol vertikal yang lebih luas.
V. Spesifikasi teknik
Spesifikasi teknik mencakup karakteristik alat yang digunakan, pengujian alat, dan prosedur pengukuran untuk setiap kelas. Mematuhi spesifikasi ini sangat penting untuk memastikan bahwa alat yang digunakan memenuhi standar yang ditetapkan dan dapat menghasilkan data yang akurat.
5.1 Karakteristik alat
Karakteristik alat mencakup tipe alat yang digunakan, interval rambu, dan kriteria lainnya yang relevan. Setiap kelas memiliki spesifikasi alat yang berbeda, yang harus dipatuhi untuk menjaga konsistensi dan akurasi dalam pengukuran.
5.2 Pengujian alat
Pengujian alat dilakukan untuk memastikan bahwa alat ukur dalam kondisi baik dan dapat memberikan hasil yang akurat. Proses ini mencakup pemeriksaan kolimasi dan kalibrasi alat secara berkala.
5.3 Prosedur pengukuran
Prosedur pengukuran harus diikuti dengan ketat untuk memastikan bahwa setiap langkah dalam proses pengukuran dilakukan dengan benar. Hal ini mencakup pengaturan alat, pencatatan data, dan pelaporan hasil pengukuran.
Referensi Dokumen
- Bebarapa Pertimbangan dalam Penyusunan Stadardisasi dan Spesifikasi Teknik Survey Geodesi (Horizontal dan Vertikal) ( Abidin H. Z. )
- Surveying Theory and Practice ( Anderson J. M. and E.M. Mikhail, Raymond E. Davis )
- Jaring Kontrol Geodesi Nasional Petunjuk Pengukuran Kontrol Vertikal Geodesi ( BAKOSURTANAL )
- Petunjuk Pemasangan Tanda Tinggi Geodesi ( BAKOSURTANAL )
- Surveying ( Bannister. A. dan Raymond )