• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA PASAR DALAM MERESPON PENUNDAAN KENAIKAN

HARGA BBM BERSUBSIDI DI BURSA EFEK INDONESIA

(Event Study Terhadap Peristiwa Penundaan Kenaikan Harga BBM

Bersubsidi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono)

1

Maulidatul Mufarrocha,

1

Sinarwati,

2

Sri Werastuti

Jurusan Akuntansi Program S1

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: {[email protected], [email protected],

[email protected]}@undiksha.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis reaksi pasar terhadap penundaan kenaikan harga BBM bersubsidi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Reaksi pasar diukur menggunakan return tidak normal dan aktivitas volume perdagangan saham. Studi peristiwa digunakan sebagai metode riset dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan 44 perusahaan yang termasuk dalam kategori LQ45 dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai sampel. Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Independent Samples t-test untuk hipotesis pertama dan Wilcoxon Signed Rank untuk hipotesis kedua. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama, diperoleh simpulan bahwa tidak terdapat return tidak normal yang signifikan di sekitar periode peristiwa. Sedangkan hasil pengujian hipotesis kedua diperoleh simpulan bahwa terdapat perbedaan aktivitas volume perdagangan yang signifikan sebelum dan sesudah pengumuman.

Kata Kunci: return tidak normal, aktivitas volume perdagangan, reaksi pasar

Abstract

This study was aimed to analyze market reaction regarding to the postponed of the increasing of oil price by President Susilo Bambang Yudhoyono. Market reaction was measured by using abnormal returns and trading volume activity. Event study was used as a research method in this study. The study used 44 companies that included in LQ45 category of Indonesian Stock Exchange (IDX) as the sample. The data source were obtained from the secondary data. The data were analized by using the Independent Samples t-Test for the first hypothesis and Wilcoxon Signed Rank was used for the second hypothesis. Based on the results of the first hypothesis testing research, was concluded that there was no significant abnormal returns around the event period. While the results of the second hypothesis testing research was concluded that there was a significant difference of trading volume activity before and after the announcement.

(2)

PENDAHULUAN

Pasar modal mempunyai peranan penting dalam kehidupan ekonomi suatu

negara termasuk Indonesia. Peranan

penting pasar modal yaitu sebagai sarana pembentuk modal dan akumulasi dana

yang diarahkan untuk meningkatkan

partisipasi masyarakat dalam pengarahan

dana guna menunjang pembiayaan

pembangunan nasional (Ahmad, 2004:17). Perkembangan aktivitas pasar modal tidak lepas dari peran investor sebagai

pemodal dan keterbukaan informasi

sebagai pertimbangan pengambilan

keputusan investor. Agar investor

mengambil suatu keputusan yang rasional

dalam berinvestasi, maka investor

membutuhkan informasi yang relevan. Dengan kata lain, keputusan investasi yang dilakukan oleh investor merupakan reaksi atas informasi yang mereka terima atau suatu peristiwa yang terjadi yang mampu

mempengaruhi keputusan berinvestasi

mereka (Parmadi, 2014).

Informasi yang diperoleh investor dapat berasal dari internal maupun eksternal perusahaan. Informasi yang berasal dari internal perusahaan, misalnya peristiwa yang berhubungan dengan laba perusahaan, peristiwa pembagian dividen, perubahan kepemilikan, dll. Informasi yang

berasal dari eksternal perusahaan,

misalnya peristiwa kebijakan pemerintah (Hikmah, 2009). Apabila perusahaan tidak

mengungkapkan informasi, maka hal

tersebut dianggap sebagai “bad news” oleh pasar, sehingga dapat merugikan posisi perusahaan di pasar modal maupun di dalam persaingan usaha (Oliveira, et al., 2005).

Bahan Bakar Minyak (BBM)

merupakan komoditas yang memegang peranan sangat vital dalam semua aktivitas ekonomi. Adanya peristiwa penundaan kenaikan harga BBM ini bukan saja meringankan beban masyarakat kecil pada umumnya tetapi juga bagi dunia usaha pada khususnya. Hal ini dikarenakan tidak terjadi kenaikan pada pos-pos biaya produksi sehingga harga pokok produksi dan harga jual produk tetap terjangkau. Dampak dari penundaan kenaikan harga BBM ini antara lain biaya overhead pabrik tetap seperti semula karena biaya bahan

baku dan biaya angkut tetap stabil yang pada akhirnya keuntungan perusahaan meningkat.

Salah satu peristiwa penting yang mempengaruhi ekonomi Indonesia saat ini yaitu pertemuan Presiden terpilih Joko Widodo dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Nusa Dua-Bali pada hari Rabu, 27 Agustus 2014 malam. Pertemuan

tersebut membahas sejumlah agenda

terkait transisi pemerintahan, termasuk bahan bakar minyak (BBM).1

Presiden terpilih Joko Widodo

mengakui bahwa telah meminta Presiden

Susilo Bambang Yudhoyono untuk

menaikkan BBM. ”Memang secara khusus, saya meminta kepada Presiden SBY untuk menekan defisit APBN dengan menaikkan harga BBM,” kata Jokowi di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (28/8). Tetapi permintaan itu ditolak secara halus oleh Presiden SBY karena dinilai saat ini bukan waktu yang

tepat untuk menaikkan harga BBM.2

Ketidakpastian terhadap kenaikkan harga

BBM bersubsidi berpotensi membuat

kondisi makro ekonomi Indonesia kian berat.3

Tercatat APBN-P 2014 untuk

pendapatan Negara ditargetkan sebesar Rp. 1.635,4 triliun atau turun Rp. 31,8 triliun, untuk belanja Negara direncanakan sebesar Rp. 1.876,9 triliun atau meningkat Rp. 34,4 triliun. Dengan demikian, terjadi defisit anggaran sebesar Rp. 241,5 triliun meningkat dari defisit APBN 2014 sebesar Rp. 175,4 triliun.4

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada bulan Agustus 2008 sampai 2013 mengalami peningkatan. Tercatat inflasi pada bulan Agustus 2008 sebesar 0,51%, Agustus 2009 sebesar 0,56%, Agustus 2010 0,76%, Agustus 2011 0,93%, Agustus 2012 0,95%, dan Agustus 2013

1Suryanegara, “Dulu Jokowi Bela Rakyat Sekarang Sengsarakan Rakyat?”, dalam http://politik.kompasiana.com

2Dil, “Resmi Jadi Presiden, Jokowi Siap Naikkan Harga BBM”, dalam Radar Pekalongan, 29, Agustus, 2014, hlm.14

3Gen, “Pasar Menunggu Kebijakan BBM”, dalam Radar Pekalongan, 29, Agustus, 2014, hlm.14 4Fia, “Tersandera Beban Subsidi Premium”, dalam Koran Jakarta, 25, Juni, 2014, hlm.12

(3)

1,12%. Inflasi pada bulan Agustus 2014 mengalami penurunan menjadi 0,47%. Penurunan itu terjadi karena adanya beberapa peristiwa di tahun 2014. Salah satunya adalah penundaan kenaikan harga BBM.

Pertemuan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden terpilih Joko

Widodo tidak memberikan banyak

penjelasan soal kebijakan ke depan. Dari data Bursa Efek Indonesia tercatat pada tanggal 8 Agustus 2014 tercatat volume transaksi perdagangan IHSG terendah

selama bulan Agustus sebesar

2.949.595.200 dan Indeks Harga Saham Gabungan tertinggi pada tanggal 21 Agustus sebesar 5.206 dengan perubahan sebesar 152. Kenaikan atau penurunan harga saham di pasar modal menandai kemarakan para pelaku di pasar modal. Perubahan harga saham merupakan salah satu reaksi investor terhadap informasi, baik informasi yang berkaitan dengan perusahaan maupun informasi ekonomi

pada umumnya. Akibatnya adalah

kemungkinan pergeseran ke harga

ekuilibrium yang baru dan akan tetap bertahan sampai informasi baru lainnya mengubah kembali ke harga ekuilibrium yang baru lagi (Susana, 2008).

Untuk mengukur reaksi investor terhadap suatu informasi ditunjukkan dengan adanya perubahan harga saham yang diukur dengan melihat return tidak normal (abnormal return). Apabila suatu peristiwa tidak menimbulkan suatu return tidak normal, berarti para investor tidak bereaksi atau tidak ada reaksi pasar, karena reaksi oleh para investor terhadap informasi yang baru ditunjukkan oleh return tidak normal (Hartono, 2010:555). Selain perubahan harga saham untuk melihat adanya reaksi investor atas suatu peristiwa, dimungkinkan terjadi perubahan pada volume perdagangan saham. Hal ini

dikarenakan harga saham di pasar

sekunder juga akan ditentukan oleh kekuatan tawar-menawar antar investor di pasar modal (Mulyono, 2000).

Dalam mengambil keputusan, investor selalu memasukan faktor-faktor yang tersedia dalam keputusan mereka, jika

pelaku pasar (investor) menganggap

informasi tersebut sebagai informasi yang

baik (good-news) maka akan ada reaksi

investor yang tercermin melalui

peningkatan harga saham maupun volume perdagangan saham. Semakin banyak permintaan terhadap suatu saham emiten, maka dapat menaikkan harga saham tersebut. Jika harga saham yang tinggi dapat dipertahankan, maka kepercayaan investor atau calon investor terhadap emiten juga semakin tinggi dan hal ini akan menaikkan nilai emiten.

Beberapa penelitian terdahulu untuk menguji reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event study) dilakukan oleh Kencana (2006) menganalisis dampak kebijakan kenaikan harga bahan bakar

minyak (BBM) terhadap perdagangan

saham di Bursa Efek Jakarta. Hasil

penelitiannya menunjukkan adanya

perbedaan rata-rata return saham di BEJ sebelum dan sesudah peristiwa kenaikan harga BBM, tetapi tidak adanya perubahan

pada aktivitas volume perdagangan

sahamnya. Penelitian serupa dilakukan oleh Suarjana (2011) yang menemukan adanya return tidak normal yang signifikan pada periode peristiwa, yaitu t-3, t-2, t-1 dan t+2 yang berarti peristiwa penurunan harga BBM memiliki kandungan informasi.

Hasil penelitian yang berbeda

dilakukan oleh Priyono (2008) dimana tidak terdapat perbedaan harga saham dan

aktivitas volume perdagangan yang

signifikan baik sebelum maupun sesudah peristiwa kenaikan harga minyak mentah dunia pada 21 November 2007. Penelitian tersebut didukung dengan penelitian Hikmah (2009) yang menemukan tidak adanya perbedaan rata-rata return tidak normal dan aktivitas volume perdagangan sebelum dan sesudah peristiwa kenaikan BBM pada perusahaan yang masuk dalam Jakarta Islamic Indeks (JII). Akis (2012) yang meneliti pengaruh peristiwa Indonesia Sustainability Reporting Award (ISRA) terhadap return tidak normal dan volume perdagangan saham menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang siginfikan baik sebelum dan sesudah peristiwa ISRA 2009 dan 2010.

Penelitian sejenis yang terbaru dilakukan oleh Akhyani (2013) mengenai

reaksi investor terhadap penundaan

(4)

study terhadap peristiwa penetapan pasal 7 ayat 6a UU APBN-P 2012 dalam rapat paripurna DPR RI). Hasil penelitian menunjukkan return tidak normal signifikan di sektitar periode peristiwa dan aktivitas

volume perdagangan mengalami

perbedaan signifikan tetapi tidak ada perbedaan signifikan pada return tidak normal sebelum dan setelah peristiwa. Penelitian tersebut didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Parmadi (2014) yang berjudul “analisis reaksi investor terhadap kenaikan harga bahan bakar minyak di Bursa Efek Indonesia (event study terhadap kenaikan harga BBM pada 21 Juni 2013 di Indonesia)” dengan

hasil penelitian menunjukkan bahwa

peristiwa kenaikan harga BBM tidak

mempengaruhi reaksi investor baik

sebelum dan sesudah peristiwa.

Penelitian ini merupakan event study dari peristiwa penundaan kenaikan harga BBM bersubsidi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terhadap reaksi pasar. Untuk mendeteksi adanya reaksi pasar, peneliti menggunakan return tidak

normal karena return menunjukkan

keuntungan riil dari sebuah investasi saham. Selain return tidak normal peneliti

juga menggunakan Trading Volume

Activity/TVA (aktivitas volume perdagangan saham), sebagai indikator dalam menilai reaksi pasar di pasar modal. Aktivitas volume perdagangan saham merupakan aktivitas perilaku riil yang dilakukan investor sebagai respon adanya suatu peristiwa. Aktivitas volume perdagangan digunakan sebagai salah satu indikator untuk melihat likuid atau tidak likuidnya suatu saham di pasar modal yang merupakan cerminan

dari keadaan perusahaan (Jones,

2000:311). Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan LQ45 periode April-September 2014 di BEI.

Alasan peneliti memilih perusahaan LQ45 sebagai objek penelitian dikarenakan perusahaan LQ45 merupakan kelompok 45

saham perusahaan yang aktif

diperdagangkan di BEI dan merupakan saham-saham unggulan yang dipilih dari tiap-tiap sektor industri sehingga dapat lebih akurat dalam analisisnya secara runtut waktu (time series), maka akan terlihat perubahannya baik perubahan dalam harga

saham dan volume transaksi perdagangan sahamnya ketika terjadi suatu peristiwa.

Periode perusahaan LQ45 pada April-September 2014 dipilih karena penundaan rencana Presiden terpilih Joko Widodo

yang ingin menaikkan harga BBM

bersubsidi tersebut terjadi pada tanggal 27 Agustus 2014. Jika dihitung lamanya periode estimasi yaitu 100 hari sebelum

peristiwa tersebut, maka peneliti

menggunakan data harga saham dan volume perdagangan mulai tanggal 4 April. Sedangkan H+3 setelah peristiwa jatuh pada tanggal 1 September.

Berdasarkan latar belakang dan penelitian terdahulu yang dikemukakan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai “Analisa

Pasar dalam Merespon Penundaan

Kenaikan Harga BBM Bersubsidi di Bursa Efek Indonesia (Event Study terhadap Peristiwa Penundaan Kenaikan Harga BBM Bersubsidi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono)”.

METODE

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya reaksi ` pasar dalam merespon peristiwa penundaan kenaikan harga BBM bersubsidi oleh Presiden Susilo

Bambang Yudhoyono. Terdapat dua

variabel yang diukur dalam penelitian ini yaitu return tidak normal dan aktivitas volume perdagangan saham.

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah peruahaan LQ45 periode April-September 2014. Sampel dipilih dengan menggunakan

metode purposive sampling. Setelah

sampel ditetapkan, dilanjutkan dengan mengumpulkan data melalui dokumentasi

data-data yang berhubungan dengan

variabel penelitian dengan mengakses situs-situs internet yang relevan seperti www.finance.yahoo.com,dan www.idx.co.id.

Hipotesis pertama akan dianalisis dengan pengujian-t (t-test). Pengujian ini dilakukan dengan cara standarisasi dari nilai return tidak normal (RTN) 3 hari sebelum sampai dengan 3 hari setelah tanggal pengumuman penundaan kenaikan harga BBM. Hipotesis kedua akan dianalisis

(5)

dengan menggunakan uji beda t-test. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan respon pasar sebelum dan setelah peristiwa penundaan kenaikan harga BBM yang ditunjukkan dengan

adanya perbedaan aktivitas volume

perdagangan saham yang signifikan.

Adapun kriteria-kriteria yang

ditetapkan dalam menentukan sampel penelitian sebagai berikut: pada saat

periode kejadian (event period)

perusahaan-perusahaan yang sahamnya masuk dalam kategori LQ45 tersebut tidak

melakukan stock split, pengumuman

deviden, merger, dan right issues. Jadi sampel yang terpilih ini benar-benar menunjukan bahwa nantinya return saham

tersebut benar-benar bersih dari

confounding effect yang ditimbulkan oleh perusahaan. Dan saham tersebut aktif diperdagangkan di BEI pada periode pengamatan.

Kriteria-kriteria ini diambil supaya penelitian ini bisa lebih terfokus kepada kemungkinan pengaruh yang timbul akibat adanya penundaan kenaikan harga BBM. Alasan peneliti memilih perusahaan LQ45 sebagai objek penelitian dikarenakan perusahaan LQ45 merupakan kelompok 45

saham perusahaan yang aktif

diperdagangkan tersebut, maka akan

terlihat perubahannya baik perubahan dalam harga saham dan volume transaksi perdagangannya ketika terjadi suatu pengumuman.

Teknik Analisis Data Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan salah satu pengujian untuk menguji apakah data-data yang digunakan telah terdistribusi secara

normal. Pengujian normalitas data

menggunakan uji kolmogorov-smirnov test. Uji statistik kolmogorov-smirnov test dipilih

karena lebih peka untuk mendeteksi

normalitas data dibandingkan dengan pengujian menggunakan grafik. Pengujian terhadap normalitas ini akan menentukan uji analisis selanjutnya yang harus digunakan terhadap data yang terdistribusi normal dan data yang tidak terdistribusi normal. Apabila data terdistribusi tidak normal, maka uji statistik yang digunakan adalah uji statistik nonparametrik.

Sampel berdistribusi normal apabila tingkat signifikansinya lebih besar dari tingkat keyakinan yang digunakan dalam

pengujian, tingkat keyakinan yang

digunakan dalam penerlitian ini adalah 95% atau α=5%. Pengujian normalitas data

dilakukan dengan membuat dua buah

hipotesis, yaitu: Ho: data terdistribusi secara normal dan Hi: data tidak terdistribusi secara normal.

Pengujian Hipotesis

Pengujian terhadap hipotesis yang

pertama menggunakan t-test yang

dilakukan dengan cara standarisasi dari nilai rata-rata return tidak normal 3 hari sebelum sampai dengan 3 hari setelah tanggal pengumuman penundaan kenaikan harga BBM bersubsidi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Pengujian secara statistik terhadap t-hitung untuk hipotesis pertama dinyatakan dalam hipotesis nol dan hipotesis alternatif sebagai berikut: H01: RRTN = 0 dan Ha1: RRTN > 0

Keterangan:

RRTN = 0 = pasar saham tidak

breaksi terhadap pengumuman

penundaan kenaikan harga BBM

bersubsidi

RRTN > 0 = pasar saham bereaksi positif terhadap pengumuman penundaan kenaikan harga BBM.

Jika nilai tabel lebih kecil dari nilai t-hitung satu sisi, maka H01 ditolak secara statistik. Menerima H01 menunjukkan bukti empiris mendukung hipotesis bahwa pasar saham tidak bereaksi terhadap peristiwa penundaan kenaikan harga BBM bersubsidi yang dilakukan oleh Presiden SBY.

Pengujian terhadap hipotesis yang kedua adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan respon pasar sebelum dan setelah peristiwa penundaan kenaikan harga BBM, yang ditunjukkan dengan

adanya perbedaan aktivitas volume

perdagangan saham yang signifikan. Uji statistik yang digunakan adalah Paired Sample T Test dengan menggunakan program SPSS for windows versi 19.0 apabila data yang digunakan terdistribusi

(6)

normal. Akan tetapi, jika data yang digunakan tidak berdistribusi normal, maka model uji analisis yang digunakan adalah Wilcoxon Signed Rank untuk sampel berpasangan. Untuk tingkat signifikan atau nilai alfa (α) yang digunakan adalah 0,05 dan df = n-1 dengan kriteria pengujian:

Jika probabilitas < α maka H0 ditolak

Jika probabilitas > α maka H0 diterima

HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel Penelitian

Tabel di bawah ini merupakan hasil seleksi sampel dengan menggunakan purposive sampling diperoleh sampel akhir penelitian sebanyak 44 perusahaan.

Tabel 1 Seleksi Sampel

Kriteria Sampel Jumlah

1. Saham tersebut aktif diperdagangkan di BEI pada periode pengamatan. 45

2. Pada saat periode kejadian (event period) perusahaan-perusahaan yang sahamnya masuk dalam kategori LQ45 tersebut tidak melakukan stock split, pengumuman deviden, merger, dan right issues. Jadi sampel yang terpilih ini benar menunjukan bahwa nantinya return saham tersebut benar-benar bersih dari confounding effect yang ditimbulkan oleh perusahaan.

(1)

Jumlah Sampel Penelitian 44

Sumber: data penelitian diolah, 2014

Analisis Statistik Deskriptif

Analisis deskriptif bertujuan megubah kumpulan data menjadi lebih mudah dipahami dalam bentuk informasi yang lebih ringkas (Firdaus, 2012:50). Secara khusus, statistik digunakan untuk menunjukkan nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata,

dan nilai standar deviasi dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Deviasi standar menunjukkan perbedaan nilai data yang diteliti dengan nilai rata-ratanya yang menunjukkan data itu heterogen atau homogen.

Tabel 2

Hasil Analisis Statistik Deskriptif

Variabel Minimum Maksimum Rata-rata Standar Deviasi

RRTN -0,01295 0,01551 -0,0020346 0,01212365

TVA sebelum 0,00017 0,00494 0,0015086 0,00136559

TVA sesudah 0,00016 0,00774 0,0017681 0,00179222

Sumber: data penelitian diolah, 2014

Analisis Data Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah data-data yang digunakan telah terdistribusi secara normal. Penelitian ini menggunakan uji Shapiro Wilk karena jumlah responden 45 < 50 dengan tingkat signifikansi 5%. Data dikatakan normal apabila nilai signifikansi untuk setiap variabel yang dianalisis lebih besar dari 5% (sig > 5%). Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa nilai Shapiro-Wilk dari variabel

RRTN memiliki nilai signifikansi lebih dari 5% yang berarti data berdistribusi normal. Sedangkan variabel berpasangan TVA memiliki nilai signifikansi kurang dari 5% yang berarti data tidak berdistribusi normal. Karena variabel RRTN berdistribusi normal, maka pengujian analisis selanjutnya menggunakan metode analisis parametrik.

Sedangkan untuk variabel TVA

menggunakan metode analisis

(7)

Tabel 3 Hasil Uji Normalitas

Variabel Shapiro-Wilk Df Sig RRTN 44 0,093 TVA sebelum 44 0,000 TVA sesudah 44 0,000

Sumber: data penelitian diolah, 2014

Uji Hipotesis

Pasar bereaksi positif terhadap peristiwa penundaan kenaikan harga BBM bersubsidi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

Untuk menguji apakah pengumuman penundaan kenaikan harga BBM bersubsidi berpengaruh signifikan terhadap return tidak normal saham perusahaan, dilakukan pengujian secara statistik terhadap rata-rata return tidak normal. Pengujian dilakukan dengan cara pengujian t-hitung tiap-tiap

hari selama periode peristiwa. T-hitung diperoleh dengan cara membagi jumlah total return tidak normal dengan kesalahan standar estimasi untuk tiap-tiap hari selama periode peristiwa. Hasil perhitungan t-hitung pada t-3 sampai t+3 adalah lebih besar dari nilai -1,68107 (sig 5%). Ini berarti pengumuman penundaan kenaikan harga

BBM bersubsidi tidak berpengaruh

signifikan terhadap return tidak normal saham perusahaan LQ45 pada periode peristiwa.

Tabel 4

Tingkat Signifikansi RRTN Masing-Masing Periode

Hari ke-t RRTNt t-hitung t-tabel

5% -1,68107 -3 -0,005826 -0,0393 -2 -0,012836 -0,0881 -1 0,013551 0,0998 0 -0,000740 -0,0037 1 -0,012954 -0,1137 2 0,015506 0,1381 3 -0,010943 -0,0808

Sumber: data penelitian diolah, 2014

Pada tabel 4 disajikan t-hitung dan signifikansi return tidak normal pada periode peristiwa. Dari hasil pengujian, rata-rata retun tidak normal pada periode peristiwa secara statistik tidak signifikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama yang menyatakan bahwa pasar bereaksi positif terhadap peristiwa penundaan kenaikan harga BBM bersubsidi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ditolak. Dengan kata lain tidak terdapat reaksi pasar yang signifikan pada saat periode peristiwa penundaan kenaikan harga BBM.

Terdapat perbedaan aktivitas volume perdagangan saham sebelum dan sesudah peristiwa penundaan kenaikan harga BBM bersubsidi oleh Presiden SBY

Aktivitas Volume Perdagangan

Saham merupakan perbandingan antara

jumlah saham yang diperdagangkan

dengan jumlah saham beredar pada saat periode peristiwa. Hasil perhitungan Aktivitas Volume Perdagangan Saham dan rata-rata Aktivitas Volume Perdagangan Saham disajikan pada tabel 5 di bawah ini.

(8)

Tabel 5 Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

Sdh - blm Negative Ranks 13a 22.77 296.00

Positive Ranks 31b 22.39 694.00

Ties 0c

Total 44

Sumber: data penelitian diolah, 2014

Dari tabel Ranks di atas, diketahui bahwa banyaknya TVA sesudah yang lebih besar dari TVA sebelum adalah 31

perusahaan dan 13 perusahaan yang memiliki TVA sebelum lebih besar dari pada TVA sesudah.

Tabel 6 Test Statistic

Sdh – blm Z

Asymp. Sig (2-tailed)

-2.322a .020

Sumber: data penelitian diolah, 2014

Dari tabel statistik di atas,

menunjukkan bahwa aktivitas volume

perdagangan saham memiliki tingkat

signifikansi statistik sebesar 0,020 lebih kecil dari 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua yang berbunyi terdapat perbedaan aktivitas volume perdagangan saham sebelum dan sesudah peristiwa penundaan kenaikan harga BBM bersubsidi oleh Presiden SBY diterima. Dengan kata lain, terdapat perbedaan aktivitas volume perdagangan saham yang signifikan baik sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM bersubsidi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Pembahasan Hasil Penelitian

Hubungan Return Tidak Normal dengan Penundaan Kenaikan Harga BBM

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama (H1) yang menyatakan bahwa pasar bereaksi positif terhadap peristiwa penundaan kenaikan harga BBM bersubsidi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono adalah tidak didukung. Dengan kata lain, perubahan harga saham yang diukur menggunakan return tidak normal tidak terdapat reaksi investor yang signifikan terhadap peristiwa penundaan kenaikan harga BBM bersubsidi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Hasil penelitian ini

tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan Kencana (2006) dimana hasil

penelitiannya menunjukkan adanya

perbedaan rata-rata return saham di BEJ sebelum dan sesudah peristiwa kenaikan

harga BBM. Selain penelitian yang

dilakukan oleh Kencana (2006), penelitian ini juga tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Suarjana (2011) yang

menemukan bahwa pengumuman

Kebijakan Pemerintah dalam menurunkan harga BBM tanggal 12 januari tahun 2009 menimbulkan reaksi pasar yang sebagian besar negatif.

Tidak adanya reaksi investor yang diukur menggunakan return tidak normal pada peristiwa penundaan kenaikan harga BBM bersubsidi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono belum menjadi faktor

utama yang menyebabkan terjadinya

perubahan harga saham. Perubahan harga saham dapat disebabkan beberapa faktor, seperti tingkat keuntungan dividen untuk

masa yang akan datang, tingkat

pendapatan perusahaan yang tercermin dari Earning per Share (EPS), dan kondisi perekonomian (Husnan, 2001:38). Fluktuasi harga saham juga dapat terjadi akibat faktor yang bersifat makro maupun mikro (Arifin, 2001 dalam Suarjana, 2011).

(9)

Wacana adanya kenaikan harga BBM di Indonesia pada tahun 2014 semenjak terpilihnya Joko Widodo sebagai Presiden Republik Indonesia juga sempat beredar, akan tetapi sebelum beliau dilantik terjadi pertemuan tanggal 27 Agustus 2014 antara Presiden terpilih Joko Widodo dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang membahas masalah kenaikan harga BBM. Pada akhirnya pertemuan tersebut tidak menghasilkan persetujuan dari Presiden

Susilo Bambang Yudhoyono untuk

membuat kebijakan menaikkan harga BBM bersubsidi. Jadi, bukanlah informasi yang baru baik bagi masyarakat maupun investor terhadap informasi tersebut. Sebelum peristiwa tersebut, beberapa pelaku usaha bahkan sudah menaikkan harga produk-produk mereka untuk menyesuaikan biaya produksi bila sewaktu-waktu terjadi kenaikan BBM. Dari sisi investor, informasi penundaan kenaikan harga BBM bukanlah informasi yang mereka jadikan acuan

dalam membuat keputusan investasi.

Kondisi perusahaan yang stabil dan kinerja keuangan perusahaan yang baik dirasa

mampu menutupi keraguan investor

terhadap kondisi pasar modal pasca penundaan kenaikan harga BBM.

Selain itu, pengumuman penundaan kenaikan harga BBM dirasa tidak memiliki

kandungan informasi yang dapat

mempengaruhi keputusan investor di pasar modal. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Marston (1996) dalam Suryawijaya dan Setiawan (1998), menemukan dua sebab utama buruknya informasi, yaitu pertama karena kualitas informasi yang kurang berharga. Kualitas informasi terkait erat dengan muatan yang terkandung dalam informasi tersebut. Dari muatan informasi tersebut dapat dilihat relevan atau tidaknya suatu informasi terhadap aktivitas pasar modal. Dari alasan tersebut, informasi penundaan kenaikan harga BBM bersubsidi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tanggal 27 Agustus 2014 pada pasar modal di Indonesia dapat dikatakan

belum relevan terhadap kebutuhan

informasi para investor dalam membuat keputusan investasinya. Alasan kedua, yaitu distribusi informasi kepada investor yang kurang lancar.

Hubungan Aktivitas Volume

Perdagangan dengan Penundaan Kenaikan Harga BBM

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis kedua (H2) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan aktivitas volume perdagangan saham sebelum dan sesudah peristiwa penundaan kenaikan harga BBM bersubsidi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono adalah didukung. Dengan kata lain, terdapat perbedaan yang signifikan

atas perubahan aktivitas volume

perdagangan saham baik sebelum maupun

sesudah pengumuman penundaan

kenaikan harga BBM. Hal ini berarti pengumuman penundaan kenaikan harga

BBM bersubsidi mampu mengubah

keputusan investor untuk menjual ataupun membeli saham. Investor menganggap pengumuman yang dipublikasikan tersebut merupakan informasi positif terbukti dengan adanya peningkatan aktivitas perdagangan saham. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Akhyani (2013)

mengenai reaksi investor terhadap

penundaan kenaikan harga BBM bersubsidi (event study terhadap peristiwa penetapan pasal 7 ayat 6a UU APBN-P 2012 dalam rapat paripurna DPR RI). Hasil penelitian menunjukkan aktivitas volume perdagangan mengalami perbedaan signifikan. Adanya perbedaan aktivitas volume perdagangan saham sebelum maupun sesudah peristiwa penundaan kenaikan harga BBM bersubsidi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menunjukkan adanya perbedaan jumlah tindakan atau perdagangan investor secara individual di pasar modal di sekitar tanggal pengumuman (Beaver, 1968; Bamber, 1987; Kim dan Verrecchia, 1991; Bamber dan Cheon, 1995; Bandi dan Hartono, 2000 dalam Parmadi, 2014). Selain itu, perbedaan yang signifikan ini menunjukkan

bahwa informasi tersebut membuat

keputusan perdagangan di atas harga

normal. Perbedaan penting antara

pengujian harga dan volume perdagangan saham adalah bahwa harga merefleksikan

perubahan dalam pengharapan pasar

sebagai suatu keseluruhan, sedangkan volume perdagangan saham merefleksikan perubahan dalam pengharapan investor secara individual (Beaver, 1968; Baron,

(10)

1995; Bandi dan Hartono, 2000 dalam Parmadi, 2014).

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama dan kedua diperoleh kesimpulan bahwa:

1. Tidak terdapat return tidak normal yang signifikan di periode peristiwa pada

peristiwa pengumuman penundaan

kenaikan harga BBM bersubsidi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

pengumuman penundaan kenaikan

harga BBM belum menjadi faktor utama

yang menyebabkan terjadinya

perubahan harga saham.

2. Terdapat perbedaan aktivitas volume perdagangan yang signifikan sebelum dan sesudah peristiwa pengumuman penundaan kenaikan harga BBM oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Ini berarti peristiwa penundaan

kenaikan harga BBM memiliki

kandungan informasi yang dapat

mempengaruhi keputusan investor di pasar modal.

Saran yang dapat diberikan bagi peneliti selanjutnya, yaitu:

1. Peneliti selanjutnya diharapkan

memperluas sampel yang digunakan agar hasil penelitiannya lebih akurat. 2. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat

meneliti perusahaan yang memiliki

karakteristik berbeda dengan

perusahaan LQ45, misalnya

perusahaan manufaktur.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Kamaruddin. 2004. Dasar-Dasar Manajemen Investasi dan Portofolio. Jakarta: Rineka Cipta.

Akhyani, Hamdani Nur. 2013. Reaksi

Investor terhadap Penundaan

Kenaikan Harga BBM Bersubsidi

(Event Study terhadap Peristiwa

Penetapan Pasal 7 Ayat 6a UU APBN-P 2012 dalam Rapat Paripurna DPR RI). Skripsi. Universitas Gadjah Mada.

Akis, Aldair Rorin. 2012. Pengaruh Pengumuman Indonesia Sustainability Reporting Award (ISRA) terhadap

Abnormal Return dan Volume

Perdagangan Saham. Skripsi tidak diterbitkan. Universitas Diponegoro. Badan Pusat Statistik (BPS). 2014. Inflasi

Agustus 2008 sebesar 0,51 Persen. [Online] Tersedia di www.bps.go.id, [Diakses 18 Oktober 2014].

________________________. 2014. Inflasi Agustus 2009 sebesar 0,56 Persen. [Online] Tersedia di www.bps.go.id, [Diakses 18 Oktober 2014].

________________________. 2014. Inflasi Agustus 2010 sebesar 0,76 Persen. [Online] Tersedia di www.bps.go.id, [Diakses 18 Oktober 2014].

________________________. 2014. Inflasi Agustus 2011 sebesar 0,93 Persen. [Online] Tersedia di www.bps.go.id, [Diakses 18 Oktober 2014].

________________________. 2014. Inflasi Agustus 2012 sebesar 0,95 Persen. [Online] Tersedia di www.bps.go.id, [Diakses 18 Oktober 2014].

________________________. 2014. Inflasi Agustus 2013 sebesar 1,12 Persen. [Online] Tersedia di www.bps.go.id, [Diakses 18 Oktober 2014].

________________________. 2014. Inflasi Agustus 2014 sebesar 0,47 Persen. [Online] Tersedia di www.bps.go.id, [Diakses 18 Oktober 2014].

Radar Pekalongan. 29 Agustus 2014.

Resmi Jadi Presiden, Jokowi Siap Naikkan Harga BBM, hlm. 14

Koran Jakarta. 25 Juni 2014. Tersandera Beban Subsidi Premium, hlm. 12 Firdaus, M. Aziz. 2012. Metode Penelitian.

Edisi 1. Tangerang: Jelajah Nusa. Radar Pekalongan. 29 Agustus 2014. Pasar

(11)

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi 3. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponogoro.

Hartono, Jogianto. 2010. Studi Peristiwa: Menguji Reaksi Pasar Modal Akibat Suatu Peristiwa. Yogyakarta: BPFE. ______, Jogianto. 2010. Teori Portofolio

dan Analisis Investasi. Edisi 7. Yogyakarta: BPFE.

Hikmah, Utami Nur. 2009. Pengaruh Pengumuman Kenaikan Harga BBM

terhadap Abnormal Return dan

Volume Perdagangan Saham (Studi Empiris Pada Perusahan-Perusahaan yang Masuk Jakarta Islamic Index). Skripsi. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Husnan, Suad. 2001. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Jones, C. P. 2000. Investment Analysis And Management. Edisi 7. New York USA: John Willey & Sons Inc.

Kencana, Anggind Freshdika Tanjung. 2006. Dampak Kebijakan Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) terhadap Perdagangan Saham di

Bursa Efek Jakarta. Skripsi.

Universitas Brawijaya.

Mulyono, S. 2000. Pengaruh Earning Per Share (EPS) dan Tingkat Bunga terhadap Harga Saham. Jurnal Ekonomi dan Manajemen. Volume 1, Nomor 2, 99-116.

Oliveira, L., L. L. Rodrigues, dan R. Craig. 2005. Applying Voluntary Disclosure Theories to Intangibles Reporting: Evidence From The Portuguese Stock

Market. [Online] Tersedia di:

www.ssrn.com, [Diakses 10 Januari 2011].

Parmadi, Ni Ketut Alit Rusmadewi. 2014. Analisis Reaksi Investor terhadap Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak di Bursa Efek Indonesia (Event Study

terhadap Kenaikan Harga BBM Pada 21 Juni 2013 di Indonesia). Skripsi tidak diterbitkan. Jurusan Akuntansi

Program S1, FEB Universitas

Pendidikan Ganesha.

Priyono, Dwi. 2008. Analisis Perbedaan Harga dan Volume Perdagangan Saham Akibat Perubahan Harga Minyak Mentah Dunia (Studi Peristiwa Kenaikan Harga Minyak Dunia 21 November 2007). Skripsi. Universitas Brawijaya.

Suarjana, I Wayan. 2011. Pengaruh

kebijakan Pemerintah Dalam

Menurunkan Harga Bahan Bakar Minyak terhadap Reaksi Pasar Saham di Bursa Efek Indonesia. Tesis. Universitas Udayana.

Suryanegara, Herawati. 2014. Dulu Jokowi Bela Rakyat Sekarang Sengsarakan

Rakyat? [Online] Tersedia di:

www.politik.kompasiana.com, [Diakses 28 Maret 2015].

Suryawijaya, M. Asri dan. Arif, S. Faizal. 1998. Reaksi Pasar Modal Indonesia terhadap Peristiwa Politik dalam Negeri, Event Study pada Peristiwa 27 Juli 1996. Kelola. Volume 7, Nomor 18,137-153.

Susana. 2008. Analisis Reaksi Pasar terhadap Lumpur Lapindo (Studi Kasus Harga Saham dan Volume Perdagangan pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).

Skripsi. UIN Sunan Kalijaga

Gambar

Tabel 3  Hasil Uji Normalitas
Tabel 5  Ranks

Referensi

Dokumen terkait

Pada proses pembelajaran pada siklus II diperoleh ketuntasan hasil belajar yaitu 74,40 karena siswa sudah terbiasa dengan model pembelajaran inkuiri ,siswa sudah aktif

Berdasarkan evaluasi yang dilakukan pada siklus pertama, maka akan dilakukan tindakan pada pelaksanaan siklus II, langkah pelaksanaan masih sama seperti siklus I

demikian, pada kenyataannya banyak siswa yang tidak memiliki keterampilan berpidato dengan baik. Minat secara umum dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan yang

oleh orang tua saat melakukan komunikasi dengan cara bertatapan muka langsung dengan anak ketika melakukan komunikasi dan memberikan pesan kepada anak (Pusungulaa,et al.

Tingginya rasio FDR ini, di satu sisi menunjukkan pendapatan bank yang semakin besar, tetapi menyebabkan suatu bank menjadi tidak likuid dan memberikan

Uraian sejarah dakwah Muhammadiyah di atas pada dasarnya tidak bisa lepas dari semangat purifikasi, pembaharuan Islam dan telaah normatif Ahmad Dahlan, sebagai pendirinya..

Penentuan cemaran timbal dan timah dalam makanan dilakukan dengan cara menimbang 5 gram sampel buah cabe jawa dan masukkan ke dalam cawan porselen.. Ditambahkan 10 mL

Pada tahap ini, peneliti membuat perencanaan perbaikan pembelajaran berdasarkan hasil analisis pada siklus II, yaitu sebagai berikut. 1) Pada siklus ketiga peneliti tetap