i
IMPLEMENTASI KONSEP KEADILAN OLEH KYAI PELAKU POLIGAMI
(Studi Kasus Kyai Jombang)
SKRIPSI
Oleh:
Faikotus Sakdiyah
NIM 10210035
JURUSAN AL-AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Demi Allah,
Dengan kesadaran dan rasa tanggung jawab terhadap pengembangan keilmuan, penulis menyatakan bahwa skripsi dengan judul:
IMPLEMENTASI KONSEP KEADILAN OLEH KYAI PELAKU POLIGAMI (Studi Kasus Kyai Jombang)
Benar-benar merupakan karya ilmiah yang disusun sendiri, bukan duplikat atau memindah data milik orang lain, kecuali yang disebutkan referensinya secara benar. Jika dikemudian hari terbukti disusun orang lain, ada penjiplakan, duplikasi, atau memindah data orang lain, baik secara keseluruhan atau sebagian, maka skripsi dan gelar sarjana yang saya peroleh karenanya, batal demi hukum.
Malang, 26 Maret 2014 Penulis,
Faikotus Sakdiyah NIM 10210035
v MOTTO
ِ إَو
ِءاَسِّنلاَِنِّمِمُكَلَِباَطِاَمِْاوُح كناَفِىَماَتَيْلاِي فِْاوُط سْقُ تَِّلاَأِْمُتْف خِْن
ِ ْتَكَلَمِ اَمِ ْوَأِ ًةَد حاَوَ فِ ْاوُل دْعَ تَِّلاَأِ ْمُتْف خِ ْن إَفِ َعاَبُرَوِ َثَلاُثَوِ ىَنْ ثَم
ِْاوُلوُعَ تَِّلاَأِىَنْدَأَِك لَذِْمُكُناَمْيَأ
“Dan jika kamu takut tidak akan berlaku adil terhadap hak-hak
perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat. Kemudian, jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki, Yang demikian itu lebih dekat untuk tidak berbuat aniaya.
vi PRAKATA ميحرلا نمحرلا الله مسب
Segala puji syukur hanyalah untuk Allah swt, Dzat yang telah memberikan serta melimpahkan berbagai nikmat dan karunia khususnya kepada penulis, sehingga bisa terselesaikan dengan baik,
Sholawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW beserta para sahabat yang selalu menuntun kepada jalan yang benar yakni agama Islam.
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Perkenankan peneliti mengucapkan terima kasih, khususnya kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. H. MudjiaRahardjo, M.Si., selaku Rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
2. Dr. H. Roibin, M.H.I., selaku Dekan Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
3. Dr. Sudirman, M.A., selaku ketua Jurusan Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah Fakultas Syariah Universitas Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. 4. Ahmad Izzuddin, M.H.I., selaku Dosen wali sekaligus Dosen pembimbing.
Terima kasih penulis haturkan kepada beliau yang telah memberikan kritik dan saran selama perkuliahan dan terima kasih atas bimbingan skripsinya sehingga skripsi ini terselesaikan.
vii
5. Semua Dosen Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Yang tidak pernah lelah selalu memberikan ilmunya kepada penulis. Semoga Allah selalu memberi pahala yang berlimpah untuk beliau semua.
6. Para Kyai dan Bu Nyai yang telah meluangkan waktunya dan memberikan informasi tentang pengalaman beliau semoga pengalaman yang telah beliau sampaikan bermanfaat.
7. Orang tua peneliti sendiri, Mustain dan Musayyidah, yang tidak pernah lelah mendoakan peneliti, dan selalu memberi semangat selama kuliah hingga skripsi ini terselesaikan.
8. Saudara-saudara penulis, Bima Al- Karim dan Ilmi Munjidah yang selalu memberi semangat kepada peneliti hingga skripsi ini selesai.
9. Sahabat-sahabat AS angkatan 2010 yang selalu memberi semangat dan dukungan selama kuliah hingga skripsi selesai.
Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi semua pembaca. Oleh karena itu, peneliti sangat mengharap kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.
Malang, 17 Maret 2014 Penulis,
Faikotus Sakdiyah NIM 10210035
viii
TRANSLITERASI
A. Umum
Transliterasi adalah pemindahalihan tulisan Arab ke dalam tulisan Indonesia (Latin), bukan terjemahan bahsa Arab ke dalam bahasa Indonesia. B. Konsonan
ا = tidak dilambangkan ض = dl ب = b ط = th ت = t ظ = dh
ث = tsa ع = ‘ (koma menghadap keatas) ج = j غ = gh ح = h ف = f خ = kh ق = q د = d ك = k ذ = dz ل = l ر = r م = m ز = z ن = n س = s و = w ش = sy ه = h ص = sh ي = y
Hamzah (ء) yang sering dilambangkan dengan alif, apabila terletak di awal kata maka dalam transliterasinya mengikuti vokalnya, tidak dilambangkan, namun apabila terletak di tengah atau akhir kata, maka dilambangkan dengan tanda koma di atas (’), berbalik dengan koma (‘) untuk pengganti lambang “ع”.
ix C. Vokal, panjang dan diftong
Setiap penulisan Bahasa Arab dalam bentuk tulisan latin vokal fathah ditulis dengan “a”, kasrah dengan “i”, dlommah dengan “u”, sedangkan bacaan panjang masing-masing ditulis dengan cara berikut :
Vokal (a) panjang = â misalnya لاق menjadi qâla Vokal (i) panjang = î misalnya ليق menjadi qîla Vokal (u) panjang = û misalnya نود menjadi dûna
Khusus untuk bacaan ya’ nisbat, maka tidak boleh digantikan dengan “î”, melainkan tetap ditulis dengan “iy” agar dapat menggambarkan ya’ nisbat diakhirnya. Begitu juga untuk suara diftong, wawu dan ya’ setelah fathah ditulis dengan “aw” dan “ay”. Perhatikan contoh berikut :
Diftong (aw) = و misalnya لوق menjadi qawlun Diftong (ay) = ي misalnya ريخ menjadi khayrun
D. Ta’marbûthah (ة)
Ta’marbûthah (ة) ditransliterasikan dengan “t” jika berada di tengah
kalimat, tetapi apabila ta’marbûthah tersebut berada di akhir kalimat, maka ditransliterasikan dengan menggunakan “h” misalnya ةسردملل ةلاسرلا menjadi
al-risalat li al-mudarrisah, atau apabila berada di tengah-tengah kalimat yang terdiri
dari susunan mudlaf dan mudlaf ilayh, maka ditransliterasikan dengan menggunakan t yang disambungkan dengan kalimat berikutnya, misalnya ةمحر ىف الله menjadi fi rahmatillâh.
x E. Kata Sandang dan Lafadh al-Jalâlah
Kata sandang berupa “al” (لا) ditulis dengan huruf kecil, kecuali terletak di awal kalimat, sedangkan “al” dalam lafadh jalalâh yang berada di tengah-tengah kalimat yang disandarkan (idhafah) maka dihalangkan. Perhatikan contohberikut ini :Al-Imam al Bukhariy
F. Nama dan Kata Arab Terindonesiakan
Pada prinsipnya setiap kata yang berasal dari bahasa Arab harus ditulis dengan menggunakan sistem transliterasi. Apabila kata tersebut merupakan nama Arab dari orang Indonesia atau bahasa Aran yang sudah terindonesiakan, tidak perlu ditulis dengan menggunakan sistem transliterasi. Perhatikan contoh berikut : Abdurrahman Wahid, Salat, Nikah.
xi DAFTAR ISI
COVER ...
HALAMAN JUDUL ... …………i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... ……iv
MOTTO... v KATA PENGANTAR ... vi TRANSLITERASI...viii DAFTAR ISI ... xi ABSTRAK ...xiii BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian……….. ... 7
D. Manfaat Penelitian... 8
E. Definisi Operasional ... 8
F. Sistematika Pembahasan... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11
A. Penelitian Terdahulu... 11 B. Kajian Teori ... 13 1. Pengertian Poligami ... 13 2. Syarat-syarat poligami ... 18 3. Prosedur Poligami ... 19 4. Masalah Keadilan ... 20
a. Adil terhadap istri ... 27
b. Faktor Nafkah ... 30
c. Faktor Giliran ... 31
5. Kyai dan Poligami dalam berbagai sudut pandang ... 35
BAB III METODE PENELITIAN ... 37
A. Jenis Penelitian ... 37
B. Pendekatan Penelitian ... 38
C. Lokasi Penelitian ... 38
xii
E. Metode Pengumpulan Data ... 39
F. Metode Pengolahan Data ... 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42
A. Paparan Data ... 42
1. Deskripsi Lokasi ... 42
a. Sejarah singkat Kota Jombang ... 42
b. Kondisi Geografis ... 44
c. Kondisi Demografis ... 44
d. Data Informan ... 47
B. Analisis Data ... 48
1. Pandangan Kyai Pelaku Poligami tentang Konsep Keadilan dalam poligami ... 48
2. Penerapan Kyai Pelaku Poligami terhada istri – istrinya…….57
BAB V PENUTUP ... 65
A. Kesimpulan ... 65
B. Saran ... 66
xiii ABSTRAK
Faikotus Sakdiyah, NIM 10210035, 2014. Implementasi Konsep Keadilan oleh
Kyai Pelaku Poligami. (Studi Kasus Kyai Jombang). Skripsi. Jurusan
al-Ahwal al-Syakhshiyyah, Fakultas Syariah, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Pembimbing: Ahmad Izzuddin, M.H.I. Kata Kunci: Keadilan, Kyai, poligami.
Poligami merupakan masalah yang kontroversial dalam Islam yang jadi perbincangan tidak pernah ada habisnya. Keadilan menjadi syarat yang paling utama dalam poligami. Kyai merupakan seseorang yang dipandang lebih faham pengetahuannya oleh masyarakat mengenai syariat Islam. Di sini peneliti berbicara mengenai kyai jombang karena Jombang terkenal dengan julukan kota santri jadi ini menarik diteliti bagaimana kyai tersebut bisa adil terhadap istri-istrinya.
Kajian ini difokuskan pada pembahasan poligami yang dilakukan oleh kyai pelaku poligami di Jombang. Penekanannya adalah terkait masalah keadilan terhadap istri-istrinya, mengenai nafkah, giliran waktu, dan bepergian.
Tujuan utama kajian ini adalah untuk memahami secara komprehensif tentang konsep keadilan dalam poligami, dan untuk mengetahui bagaimana penerapannya terhadap istri-istrinya dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun jenis penelitian ini adalah jenis penelitian empiris, dengan perolehan data yang bersifat deskriptif kualitatif, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosiologis. Sebagian besar data diperoleh dari data primer, yang dikumpulkan langsung dari informan. Kemudian, didukung dengan sumber data sekunder dalam menganalisis hasil penelitiannya.
Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa para kyai yang melakukan poligami, berpendapat keadilan adalah relatif. Adapun penerapan terhadap istri-istrinya dalam urusan nafkah itu tidak harus sama, karena yang dimaksud adil adalah sesuai dengan kebutuhan si istri. Dalam masalah giliran ada juga yang berpendapat itu wajib sama, ada juga yang fleksibel. Masalah bepergian juga ada yang diundi. Dan ada juga yang fleksibel.
xiv ABSTRACT
Faikotus Sakdiyah, Student ID Number 10210035, 2014. The Implementation of the Justice Concept by Polygamous Kyai (Case Study of Jombang Kyai). Thesis. Al-Ahwal Al-Shakhshiyyah Deparment, Sharia Faculty, the State Islamic University of Maulana Malik Ibrahim of Malang. Supervisor: Ahmad Izzuddin, M.H.I.
Key Words: Justice, Kyai, Polygamy
Polygamy is a controversial issue of Islam that is never-ending discussed. Justice is the most important requirement in polygamy. Kyai is someone who is viewed by the public has more knowledge about Islamic law. In this study discussed the Jombang Kyai from the aspect of how they can do justice to his wives.
This study focused on the discussion of polygamy conducted by polygamist
kyai in Jombang. The emphasis is related to the issue of justice to his wives,
concerning to the necessities of life, time sharing, and traveling.
The main objective of this study is to comprehensively understand the concept of justice in the polygamy, and to determine how the application of it’s to wives in daily life.
The method used in this study is an empirical study, the acquisition of data that is descriptive qualitative, whereas the approach used is a sociological approach. Most of the data obtained from the primary data, collected directly from the informant. Then, in analyzing the results of the study is supported by secondary data sources.
It can be concluded that polygamist Kyai argue that justice is relative. The implementation of this to their wives in the context of the necessities of life is not must be same because the meaning of equitable is accordance with the wife needs. Then, some Ulama’ argue that in the time sharing must be same but some other Ulama’ is only conditionally. In the context of travelling, in practically they are doing based on lottery and there is also a flexible.
xv