• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENURUNAN KADAR PHENOL DENGAN MEMANFAATKAN BAGASSE FLY ASH DAN CHITIN SEBAGAI ADSORBEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENURUNAN KADAR PHENOL DENGAN MEMANFAATKAN BAGASSE FLY ASH DAN CHITIN SEBAGAI ADSORBEN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENURUNAN KADAR PHENOL DENGAN MEMANFAATKAN

BAGASSE FLY ASH DAN CHITIN SEBAGAI ADSORBEN

Anggit Restu P. (2307100603), Hendik Wijayanto (2307100604) Ir. Farid Effendi, M.Eng, Ir. Sri Murwanti, MT

Laboratorium Pengolahan Limbah Industri

1. PENDAHULUAN

Seiring dengan perkembangan zaman, maka semakin bertambah pula kebutuhan hidup manusia. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya industri-industri kimia. Industri tersebut tidak hanya menghasilkan produk yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan manusia tetapi juga menghasilkan limbah. Salah satu limbah yang dihasilkan adalah fenol, bila limbah fenol tersebut tidak diolah terlebih dahulu sebelum dibuang, maka akan dapat menimbulkan suatu pencemaran terhadap lingkungan. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya untuk mengolah limbah – limbah tersebut. Salah satu cara yang paling efektif untuk menurunkan kadar fenol adalah dengan proses adsorpsi. Banyak sekali bahan – bahan disekitar kita yang dapat digunakan sebagai adsorben untuk proses adsorpsi seperti baggase Fly Ash dan chitin.

Indonesia merupakan negara yang memproduksi gula dalam jumlah besar, yang mana dalam produksinya menghasilkan limbah padat hasil pembakaran boiler yang sering disebut Bagasse Fly Ash. Bagasse Fly Ash tersedia dalam jumlah banyak dan mudah didapat disetiap pabrik gula, oleh karena itu diperlukan suatu upaya untuk memanfaatkannya agar Bagasse Fly Ash mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Bagasse Fly Ash mempunyai kandungan silika, alumina dan karbon yang cukup tinggi sehingga mempunyai kemampuan yang sangat baik untuk menurunkan kadar fenol dalam air limbah

(Md.Ahmaruzzaman, 2008)

Perairan Indonesia memiliki potensi yang cukup besar dengan berbagai jenis biota lautnya. Salah satu biota tersebut adalah kerang. Di indonesia, kerang diolah sebagai produk makanan dan cangkangnya selama ini banyak dimanfaatkan sebagai kerajinan atau dibuang sebagai limbah. Padahal 20-30% dari cangkang kerang mengandung chitin yang dapat digunakan untuk menurunkan kadar fenol dari air limbah industri. Chitin banyak terdapat pada kulit luar hewan crustaceae seperti udang, kepiting, kerang dengan melalui proses demineralisasi dan deproteinasi.

Fenol merupakan limbah cair industri kimia yang umumnya berasal dari industri petrochemicals, industri penyulingan minyak, industri plastik, industri cat, industri pharmaceutical serta industri baja dan pestisida tetapi fenol dapat juga berupa bahan baku dan atau produk dari industri kimia tersebut. Fenol sangat larut dalam air, beracun, tidak berwarna, higroskopik dan apabila terkena kulit dapat menyebabkan pembakaran kimiawi. fenol sangat sulit didegradasi dengan mikroorganisme pengurai. WHO sebagai badan organisasi kesehatan di PBB telah merekomendasikan kadar phenol yang diperbolehkan dalam air minum sebesar 0.001mg/l.

(Vimal C, dkk 2005)

Penelitian ini bertujuan mengetahui penurunan kadar fenol dengan cara adsorbsi, menentukan besarnya konstanta kesetimbangan adsorbsi dengan persamaan Langmur dan Freundlich.

(2)

2

2. METODOLOGI

2.1Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsentrasi larutan fenol = 20mg/L, 50mg/L dan 80 mg/L. Waktu pengadukan = ( 0,5; 1; 1,5; 3; 4 dan 5 ) jam. Massa Adsorben (Bagasse fly ash = 5 gram, 10 gram dan 15 gram), (Chitin = 5 gram, 10 gram dan 15 gram), (Campuran BFA : Chitin = 1:1, 1:2 dan 2:1 dengan massa 10 gram)

Prosedur penelitian

Prosedur penelitian memasukkan kristal fenol sebanyak 1 gram kedalam labu ukur 1000 ml (untuk konsentrasi awal 20 mg/l) dan ditambahkan aquadest sampai volume 1 liter. Dipersiapkan juga untuk konsentrasi 20, 50, 80 mg/l. Menyiapkan adsorben yaitu melakukan pengayakan, aktivasi, serta menimbang fly ash dan chitin dengan timbangan analitik. Selanjutnya mencampur adsorben ke dalam larutan limbah phenol kemudian di aduk dengan alat jar test dengan kecepatan putar tertentu (100 rpm). Mengambil sampel (100 ml) dari larutan setiap 30 menit untuk 1 jam pertama, 1½ jam, 3 jam dan selanjutnya tiap jam, sampai tercapai kondisi setimbang. Melakukan penyaringan dengan menggunakan kertas saring. Menganalisa sampel Mengulangi langkah percobaan sebelumnya dengan menggunakan larutan phenol yang berbeda konsentrasi (50 dan 80 mg/l). Setelah itu melakukan analisa data dengan menggunakan alat spektrofotometer, kemudian menghitung parameter-parameter kinetik dari persamaan adsorpsi yang didapat (persamaan adsorbsi isothermal Langmuir atau Freundlich), mana yang memenuhi persamaan linier.

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

Adsorben yang kita gunakan ada dua jenis yaitu: bagasse fly ash dan kitin, dimana bagasse fly ash yang kita gunakan berasal dari pabrik gula, sedangkan kitin berasal dari cangkang kerang. Cangkang kerang kita hancurkan dahulu agar menjadi serbuk (powder). Untuk memperoleh ukuran yang sama maka dilakukan pengayakan dengan ukuran 80 – 100 mesh. Sedangkan komposisi dari bagasse fly ash dapat dilihat dari tabel 3.1

Tabel 3.1 Komposisi bagasse fly ash Analisa Kimia Kadar (%)

SiO2 13,11 Al2O3 8,62 CuO 18,26 MgO 5,42 FeO 16,56 K2O 3,84 C 33,48 Sumber :BPKI, 2010

Untuk ukuran diameter pori-pori bagasse fly ash adalah 12,8 milimikron. Kandungan kitin dalam kulit kerang adalah sekitar 22,46 %. (Sumber : BPKI, 2010) 3.1 PEMBAHASAN

Hubungan antara waktu pengadukan dengan massa adsorben terhadap % adsorbsi. Adsorben Bagasse Fly Ash

(3)

3

Gambar 4.3 Pengaruh massa adsorben Bagasse Fly Ash dan waktu pengadukan terhadap % adsorbsi pada konsentrasi awal 20 mg/L

4

Gambar 4.4 Pengaruh massa adsorben Bagasse Fly Ash dan waktu pengadukan terhadap % adsorbsi pada konsentrasi awal 50 mg/L

Gambar 4.5 Pengaruh massa adsorben Bagasse Fly Ash dan waktu pengadukan terhadap % adsorbsi pada konsentrasi awal 80 mg/L

Gambar 4.3 sampai dengan gambar 4.5 menunjukkan hubungan antara % adsorbsi dengan waktu berdasarkan massa adsorben dengan Bagasse Fly Ash sebagai adsorbennya. Hasil penelitian menunjukkan menunjukkan bahwa semakin besar massa adsorben, maka % adsorbsi juga akan mengalami kenaikkan. Hal ini disebabkan penambahan massa adsorben akan meningkatkan jumlah total luas permukaan dan jumlah pori yang digunakan untuk mengikat adsorbat dalam proses adsorbsi.

0 10 20 30 40 0 1 2 3 4 5 6 % a d so rp si waktu (jam) massa 5 gr massa 10 gr massa 15 gr 0 5 10 15 0 1 2 3 4 5 6 % a d so rp si waktu (jam) massa 5 gr massa 10 gr massa 15 gr 0 2 4 6 8 10 12 0 1 2 3 4 5 6 % a d so rp si waktu (jam) massa 5 gr massa 10 gr massa 15 gr

(4)

4 Adsorben Kitin

Dengan kecepatan putar = 100 rpm, ukuran adsorben = 80 - 100 mesh

Gambar 4.6 Pengaruh massa adsorben kitin dan waktu pengadukan terhadap % adsorbsi pada konsentrasi awal 20mg/L

Gambar 4.7 Pengaruh massa adsorben kitin dan waktu pengadukan terhadap % adsorbsi pada konsentrasi awal 50mg/L

Gambar 4.8 Pengaruh massa adsorben kitin dan waktu pengadukan terhadap % adsorbsi pada konsentrasi awal 80mg/L

Gambar 4.6 sampai dengan gambar 4.8 menunjukkan hubungan antara % adsorbsi dengan waktu berdasarkan massa adsorben dengan Kitin sebagai adsorbennya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar massa adsorben, maka % adsorbsi juga akan mengalami kenaikkan. Hal ini disebabkan penambahan massa adsorben akan meningkatkan jumlah total luas permukaan dan jumlah pori yang digunakan untuk mengikat adsorbat dalam proses adsorbsi. 0 20 40 60 80 100 0 1 2 3 4 5 6 % A d so rb si waktu (jam) massa 5 gr massa 10 gr massa 15 gr 0 10 20 30 40 0.0 2.0 4.0 6.0 % a d so rb si waktu (jam) massa 5 gr massa 10 gr massa 15 gr 0 5 10 15 20 25 0 1 2 3 4 5 6 % A d so rb si waktu (jam) massa 5 gr massa 10 gr massa 15 gr

(5)

5

Hubungan antara konsentrasi awal fenol dengan dengan waktu pengadukan terhadap % adsorbsi.

Adsorben bagasse fly ash

Dengan kecepatan putar = 100 rpm, ukuran adsorben = 80 - 100 mesh

Gambar 4.9 Pengaruh konsentrasi awal fenol dan waktu pengadukan terhadap konsentrasi yang teradsorb pada adsorben Bagasse Fly Ash 5 gram

Gambar 4.10 Pengaruh konsentrasi awal fenol dan waktu pengadukan terhadap konsentrasi yang teradsorb pada adsorben Bagasse Fly Ash 10 gram

Gambar 4.11 Pengaruh konsentrasi awal fenol dan waktu pengadukan terhadap konsentrasi yang teradsorb pada adsorben Bagasse Fly Ash 15 gram

Dari Gambar 4.9 sampai dengan Gambar 4.11 menunjukkan hubungan antara konsentrasi awal fenol dan waktu pengadukan terhadap % adsorbsi dengan adsorben Bagasse Fly Ash. Hasil penelitian menunjukkan bahwa % adsorbsi semakin besar dengan konsentrasi fenol yang semakin kecil. Tetapi akan mengalami kesetimbangan pada waktu sekitar 3 jam. Hal ini disebabkan pada waktu sekitar 3 jam, adsorben sudah mengalami kejenuhan, sehingga

0 5 10 15 0 2 4 6 % a d so rb si waktu (jam) konsentrasi 20 mg/L konsentrasi 50 mg/L konsentrasi 80 mg/L 0 5 10 15 20 25 30 0 1 2 3 4 5 6 % a d so rb si waktu (jam) konsentrasi 20 mg/L konsentrasi 50 mg/L konsentrasi 80 mg/L 0 10 20 30 40 50 0 1 2 3 4 5 6 % a d so rb si waktu (jam) konsentrasi 20 mg/L konsentrasi 50 mg/L konsentrasi 80 mg/L

(6)

6

tidak bisa menyerap adsorbat lagi. Semakin besar konsentrasi fenol menyebabkan kondisi cepat jenuh, sehingga pada konsentrasi 80 mg/L akan lebih cepat jenuh.

Adsorben Kitin

Dengan kecepatan putar = 100 rpm, ukuran adsorben = 80 - 100 mesh

Gambar 4.12 Pengaruh konsentrasi awal fenol dan waktu pengadukan terhadap konsentrasi yang teradsorb pada adsorben kitin 5 gram

Gambar 4.13 Pengaruh konsentrasi awal fenol dan waktu pengadukan terhadap konsentrasi yang teradsorb pada adsorben kitin 10 gram

5

Gambar 4.14 Pengaruh konsentrasi awal fenol dan waktu pengadukan terhadap konsentrasi yang teradsorb pada adsorben kitin 15 gram

Dari Gambar 4.12 sampai dengan Gambar 4.14 menunjukkan hubungan antara konsentrasi awal fenol dan waktu pengadukan terhadap % adsorbsi, dengan adsorben kitin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa % adsorbsi semakin besar dengan konsentrasi fenol yang semakin kecil. Tetapi akan mengalami kesetimbangan pada waktu sekitar 4 jam. Hal ini disebabkan pada waktu sekitar 4 jam, adsorben sudah mengalami kejenuhan, sehingga tidak bisa menyerap adsorbat lagi. Semakin besar konsentrasi fenol menyebabkan kondisi cepat jenuh, maka pada konsentrasi 80 mg/L akan lebih cepat jenuh.

0 10 20 30 40 0.0 2.0 4.0 6.0 % A d so rb si waktu (jam) konsentrasi 20 mg/L konsentrasi 50 mg/L konsentrasi 80 mg/L 0 20 40 60 80 0.0 2.0 4.0 6.0 % A d so rb si waktu (jam) konsentrasi 20 mg/L konsentrasi 50 mg/L konsentrasi 80 mg/L 0 20 40 60 80 100 0.0 2.0 4.0 6.0 % A d so rb si waktu (jam) konsentrasi 20 mg/L konsentrasi 50 mg/L konsentrasi 80 mg/L

(7)

7 Adsorben BFA : Kitin (1 : 1)

Dengan kecepatan putar = 100 rpm dan ukuran adsorben = 80 - 100 mesh

Gambar 4.15 Pengaruh konsentrasi awal fenol dan waktu pengadukan terhadap konsentrasi yang teradsorb pada adsorben BFA:kitin (1:1) massa 10 gram

Dari Gambar 4.15 menunjukkan hubungan antara konsentrasi awal fenol dengan waktu pengadukan terhadap % adsorbsi, dengan adsorben gabungan dari Bagasse Fly Ash dan Kitin (1:1). Hasil penelitian menunjukkan bahwa % adsorbsi semakin besar dengan konsentrasi fenol yang semakin kecil. Hal ini disebabkan karena pada massa adsorben yang sama dengan konsentrasi semakin besar akan mengakibatkan penurunan kemampuan adsorbsi pada adsorben, sehingga semakin naik konsentrasi fenol maka % adsorbsi semakin turun. Tetapi akan mengalami kesetimbangan pada waktu sekitar 3 jam. Hal ini disebabkan pada waktu sekitar 3 jam, adsorben sudah mengalami kejenuhan, sehingga tidak bisa menyerap adsorbat lagi.

Adsorben BFA : Kitin (1 : 2)

Dengan kecepatan putar = 100 rpm, ukuran adsorben = 80 - 100 mesh

Gambar 4.16 Pengaruh konsentrasi awal fenol dan waktu pengadukan terhadap konsentrasi yang teradsorb pada adsorben BFA:kitin (1:2) massa 10 gram

Dari Gambar 4.16 menunjukkan hubungan antara konsentrasi awal fenol dengan waktu pengadukan terhadap % adsorbsi, dengan adsorben gabungan dari Bagasse Fly Ash dan Kitin (1:2). Hasil penelitian menunjukkan bahwa % adsorbsi semakin besar dengan konsentrasi fenol yang semakin kecil. Hal ini disebabkan karena pada massa adsorben yang sama dengan konsentrasi semakin besar akan mengakibatkan penurunan kemampuan adsorbsi pada adsorben, sehingga semakin naik konsentrasi fenol maka % adsorbsi semakin turun. Tetapi akan mengalami kesetimbangan pada waktu sekitar 3 jam. Hal ini disebabkan pada waktu sekitar 3 jam, adsorben sudah mengalami kejenuhan, sehingga tidak bisa menyerap adsorbat lagi. 0 10 20 30 40 50 0 1 2 3 4 5 6 % a d so rb si waktu (jam) konsentrasi 80 mg/L konsentrasi 50 mg/L konsentrasi 20 mg/L -5 5 15 25 35 45 55 0 1 2 3 4 5 6 % A d so rb si waktu (jam) konsentrasi phenol 80 mg/L konsentrasi henol 50 mg/L konsentrasi phenol 20 mg/L

(8)

8 Adsorben BFA : Kitin (2 : 1)

Dengan kecepatan putar = 100 rpm, ukuran adsorben = 80 - 100 mesh

Gambar 4.17 Pengaruh konsentrasi awal fenol dan waktu pengadukan terhadap % adsorbsi pada adsorben BFA:kitin (2:1) massa 10 gram

Dari Gambar 4.17 menunjukkan hubungan antara konsentrasi awal fenol dengan waktu pengadukan terhadap % adsorbsi, dengan adsorben gabungan dari Bagasse Fly Ash dan Kitin (2:1). Hasil penelitian menunjukkan bahwa % adsorbsi semakin besar dengan konsentrasi fenol yang semakin kecil. Hal ini disebabkan karena pada massa adsorben yang sama dengan konsentrasi semakin besar akan mengakibatkan penurunan kemampuan adsorbsi pada adsorben, sehingga semakin naik konsentrasi fenol maka % adsorbsi semakin turun. Tetapi akan mengalami kesetimbangan pada waktu sekitar 3 jam. Hal ini disebabkan pada waktu sekitar 3 jam, adsorben sudah mengalami kejenuhan, sehingga tidak bisa menyerap adsorbat lagi.

ISOTHERM ADSORBSI

Tujuan menggunakan Isothermis Freundlich dan Langmuir adalah untuk mendapatkan persamaan kesetimbangan yang dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar massa adsorbat yang dapat diadsorb oleh adsorben. Isothermis Freundlich digunakan dengan asumsi bahwa lapisan multilayer, yang ikatan antara adsorben dengan adsorbatnya terjadi karena gaya Van Der Walls sehingga ikatannya tidak terlalu kuat. Sedangkan Isothermis Langmuir digunakan dengan asumsi bahwa lapisan yang terbentuk adalah lapisan monolayer, yang ikatan adsorben dengan adsorbatnya cukup kuat karena terbentuknya suatu ikatan kimia.

Untuk mengetahui persamaan isotherm yang akan digunakan dalam penentuan kapasitas adsorbsi adsorben terhadap fenol, maka akan dilakukan perhitungan dan pengeplotan data dengan menggunakan masing-masing persamaan isotherm. Kemudian akan dipilih persamaan yang menghasilkan garis regresi yang paling linier dengan konstanta regresi linier (R2) yang terbesar. Untuk mengetahui secara kuatitatif besarnya kesesuaian adsorbsi dengan persamaan Freundlich dan Langmuir, maka diplot C/(x/m) vs C untuk mengikuti persamaan Langmuir, dan plot log (x/m) vs log C untuk mengikuti persamaan Freundlich.

-5 5 15 25 35 0 1 2 3 4 5 6 % A d so rb si waktu (jam) konsentrasi phenol 80 mg/L konsentrasi phenol 50 mg/L

(9)

9 GRAFIK FREUNDLICH DAN LANGMUIR Adsorben Bagasse Fly Ash

Dengan kecepatan putar = 100 rpm, ukuran adsorben = 80 - 100 mesh

Gambar 4.18 Grafik Freundlich untuk adsorben Bagasse Fly Ash 10 gram dengan konsentrasi fenol (20, 50, dan 80) mg/L

Hasil linierisasi dapat ditunjukkan dalam gambar 4.18 Nilai k menunjukkan kemampuan proses adsorbsi dan 1/n menunjukkan konsentrasi adsorbsi, semakin naik nilai ini maka akan semakin besar proses adsorbsi. Hasil persamaan ini menunjukkan bahwa persamaan Freundlich memberikan nilai koefisien korelasi (R2) sebesar 0,922. Nilai R2 tinggi menunjukkan bahwa ada hubungan baik data percobaan dengan persamaan model matematika. Dengan menggunakan persamaan Freundlich: x m⁄ k C

Dari gambar 4.18. maka didapatkan nilai : Slope (1/n) = 0,042

Dan Intercept (log k) = - 0,376 k = 0,4207

Sehingga didapatkan Persamaan Freundlich adalah :

x m⁄ 0,4207 C,

Gambar 4.19 Grafik Langmuir untuk adsorben Bagasse Fly Ash 10 gram dengan konsentrasi fenol (20, 50, dan 80) mg/L

Hasil linierisasi dapat ditunjukkan dalam gambar 4.19 Nilai k menunjukkan keterbatasan kapasitas adsorbsi bila permukaan tertutup penuh dengan adsorbat, dan (x/m)maks menunjukkan kemampuan adsorben untuk mengikat adsorbat, semakin besar nilai (x/m)maks maka semakin besar pula adsorben dalam mengikat adsorbat. Hasil persamaan ini menunjukkan bahwa persamaan Freundlich memberikan nilai koefisien korelasi (R2) sebesar 0,999. Nilai R2 tinggi menunjukkan bahwa ada hubungan baik data percobaan dengan persamaan model matematika.

y = 0.042x - 0.376 R² = 0.922 -0.40 -0.30 -0.20 -0.10 0.00 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 lo g ( x /m ) log C y = 1.967x + 2.105 R² = 0.999 0 50 100 150 200 0 20 40 60 80 C / ( x /m ) C (mg/L)

(10)

10 Dengan menggunakan persamaan Langmuir :

x m⁄

x m⁄

k C 1 k C

Dari gambar 4.19. maka didapatkan nilai : Slope (1 / (x/m)maks) = 1,967

(x/m)maks = 0,5084 (mg/g)

Intercept 1/ (x/m)maks k = 2,105

k = 0,9344

Sehingga didapatkan Persamaan Langmuir adalah

x m⁄ x m⁄ k C 1 k C x m⁄ 0,5084 0,9344 C 1 0,9344 C Adsorben Kitin

Dengan kecepatan putar = 100 rpm, ukuran adsorben = 80 - 100 mesh

Gambar 4.20 Grafik Freundlich untuk adsorben kitin 10 gram dengan konsentrasi fenol (20, 50, dan 80) mg/L

Hasil linierisasi dapat ditunjukkan dalam gambar 4.20 Nilai k menunjukkan kemampuan proses adsorbsi dan 1/n menunjukkan dependensi konsentrasi adsorbsi, semakin naik nilai ini maka akan semakin besar proses adsorbsi. Hasil persamaan ini menunjukkan bahwa persamaan Freundlich memberikan nilai koefisien korelasi (R2) sebesar 0,929. Nilai R2 tinggi menunjukkan bahwa ada hubungan baik data percobaan dengan persamaan model matematika. Dengan menggunakan persamaan Freundlich:

x m⁄ k C

Dari gambar 4.20. maka didapatkan nilai : Slope (1/n) = 0,047

Dan Intercept (log k) = - 0,005 k = 0,9886

Sehingga didapatkan Persamaan Freundlich adalah : x m⁄ 0,9886 C,

y = 0.047x - 0.005 R² = 0.929 0.00 0.02 0.04 0.06 0.08 0.10 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 lo g ( x /m ) log C

(11)

11

Gambar 4.21 Grafik Langmuir untuk adsorben kitin 10 gram dengan konsentrasi fenol (20, 50, dan 80) mg/L

Hasil linierisasi dapat ditunjukkan dalam gambar 4.21 Nilai k menunjukkan keterbatasan kapasitas adsorbsi bila permukaan tertutup penuh dngan adsorbat, dan (x/m)maks menunjukkan kemampuan adsorben untuk mengikat adsorbat, semakin besar nilai (x/m)maks maka semakin besar pula adsorben dalam mengikat adsorbat.. Hasil persamaan ini menunjukkan bahwa persamaan Freundlich memberikan nilai koefisien korelasi (R2) sebesar 0,998. Nilai R2 tinggi menunjukkan bahwa ada hubungan baik data percobaan dengan persamaan model matematika. Dengan menggunakan persamaan Langmuir :

x m⁄

x m⁄

k C 1 k C

Dari gambar 4.21. maka didapatkan nilai : Slope (1 / (x/m)maks) = 0,808

(x/m)maks = 1,238 (mg/g)

Intercept 1/ (x/m)maks k = 1,294

k = 0,6242

Sehingga didapatkan persamaan Langmuir adalah

x m⁄ x m⁄ k C 1 k C x m⁄ 1,238 0,6242 C 1 0,6242 C KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dan hasil analisa yang dilakukan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Adsorbsi fenol dengan menggunakan adsorben bagasse fly ash, dapat mengikuti persamaan Freundlich diperoleh k = 0,4207 dan persamaan Langmuir diperoleh k = 0,9344. Kemampuan adsorbsi = 0,4731 mg/g.

2. Adsorbsi fenol dengan menggunakan adsorben kitin, dapat mengikuti persamaan Freundlich diperoleh k = 0,9886 dan persamaan Langmuir diperoleh k = 0,6242. Kemampuan adsorbsi = 1,0341 mg/g.

3. Adsorbsi fenol dengan menggunakan adsorben bagasse fly ash dan kitin (1:1), dapat mengikuti persamaan Freundlich diperoleh k = 0,7096 dan persamaan Langmuir diperoleh k = 0,9026 . Kemampuan adsorbsi = 0,7794 mg/g.

4. Adsorbsi fenol dengan menggunakan adsorben bagasse fly ash dan kitin (1:2), dapat mengikuti persamaan Freundlich diperoleh k = 0,8453 dan persamaan Langmuir diperoleh k = 0,4511 . Kemampuan adsorbsi = 0,9488 mg/g.

5. Adsorbsi fenol dengan menggunakan adsorben bagasse fly ash dan kitin (2:1), dapat mengikuti persamaan Freundlich diperoleh k = 0,514 dan persamaan Langmuir diperoleh k = 0,6093 . Kemampuan adsorbsi = 0,5741 mg/g. y = 0.808x + 1.294 R² = 0.998 0 15 30 45 60 0 20 40 60 80 C / ( x /m ) C (mg/L)

(12)

12

6. Dalam penelitian ini berdasarkan nilai k = 0,9886 pada persamaan Freundlich, maka adsorben yang paling baik adalah kitin.

7. Dalam penelitian ini berdasarkan nilai k = 0,9344 pada persamaan Langmuir, maka adsorben yang paling baik adalah bagasse fly ash.

8. Dalam proses adsorbsi fenol berdasarkan nilai R2 = 0,999, maka mengikuti model Langmuir Isotherm.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmaruzzaman, Md, (2008), “Adsorbsi of phenolic compounds on low cost adsorben”, Advance in Colloid and Interface Science vol 143

Inmaculada Aranaz, Marian Mengibar, Ruth Hariris, Ines Panos, Beatriz Miralles, Niuris Acosta, Gemma Galed and Angeles Heras, (2009), “Functional Characterization of Chitin and Chitosan”, Current Chemical Biology vol 3 p.203 – 230.

Kirk Othmer, (1960), ”Encyclopedia of Chemical Technology”, second edition, volume 17, Interscience Publisher John Willey and Sons., Inc, New York.

Kurniawan, Irvan dan Taufany, Fadlilatul, (2004), “Reduksi logam berat Cu (II) dan Ni (II) dengan memanfaatkan Fly ash sebagai adsorben”, skripsi jurusan teknik kimia- ITS, Surabaya.

Somnath Mukherjee, Sunil Kuma, Amal K.Misra, Maohong Fan, (2006), ”Removal of Phenol from water environment by actived carbon, bagasse fly ash and wood charcoal”. Chemical Engineering Journal vol.129 p.133-142

Vimal C. Srivastava, Mahadeva M. Swamy, Indra D. Mall, Bashaswar Prasad, and Indra M. Mishra, (2005). ”Adsorptive removal of phenol by baggase fly ash and activated carbon : Equilibrium, kinetics and thermodynamics” Colloids and Surface area A : Physicochem. Eng Aspect vol 272 p.89-104

Yustinah, (2009). ”Pengaruh massa adsorben chitin pada penurunan kadar asam lemak bebas (FFA), Bilangan poroksida dan warna gelap minyak goreng bekas” Jurusan teknik kimia Fakultas teknik Universitas Muhammadyah Jakarta.

Yunita, Avissa dan Prasetyo agus, (2009), ”Aktivasi Bagasse Fly Ash (BFA) untuk Adsorbsi Cu (II) secara Batch dan Kontinyu : Exsperimen dan pemodelan”, Seminar Nasional Teknik kimia Indonesia

http://www.wikipedia.com/adsorben http://www.google.com/adsorpsi

SK SNI M – 38- 1990 – 03 SNI 06-6989.21-2004

Gambar

Tabel 3.1 Komposisi bagasse fly ash
Gambar 4.5 Pengaruh massa adsorben Bagasse Fly Ash dan waktu pengadukan terhadap %  adsorbsi pada konsentrasi awal 80 mg/L
Gambar 4.8 Pengaruh massa adsorben kitin dan waktu pengadukan terhadap % adsorbsi pada  konsentrasi awal 80mg/L
Gambar 4.11 Pengaruh konsentrasi awal fenol dan waktu pengadukan terhadap konsentrasi  yang teradsorb pada adsorben Bagasse Fly Ash 15 gram
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan koding pada adegan di 7 film komedi terlaris yang dibintangi oleh stand up comedian, yakni film yang berjudul “Comic

Gerakan demokrasi dari organisasi ekstra kampus ini memberikan sumbangsi atas pembangunan demokrasi di ranah kampus. Melalui identifikasi gerakan demokrasi yang berwujud tindakan

Berdasarkan uji statistik yang dilakukan baik pada kontrol negatif dan kontrol positif kloramfenikol 0,36 g/KgBB terdapat perbedaan jumlah trombosit hari ke-0

Vuonna 1997 tutki- musjakso oli ainoastaan viisi päivää, mutta vuosina 1998 ja 2000 pyynti aloitettiin vä- littömästi jäiden lähdön jälkeen ja lopetettiin vasta, kun

Berdasarkan interpretasi peta jenis SPBU Kota Bandar Lampung, bahwa Wilayah Utara terdapat 1 unit SPBU jenis COCO dan 5 unit SPBU DODO dari 6 unit SPBU yang

Adapun norma-norma tersebut, meliputi yaitu; Pertama, norma moral, berkaitan dengan tingkah laku manusia, dapat diukur dari sudut baik maupun buruk, sopan atau tidak sopan,

Guru memberikan wawasan kepada semua siswa sebelum pembelajaran dimulai bahwa tujuan dari belajar PAI pada bab Akhlaq dengan tema toleransi dan kerukunan