• Tidak ada hasil yang ditemukan

Silabus Materi Sar Gunung Hutan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Silabus Materi Sar Gunung Hutan"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

SILABUS MATERI SAR GUNUNG HUTAN

LATIHAN GABUNGAN GUNUNG HUTAN MAHASISWA PECINTA ALAM SE-JABODETABEKA Search And Rescue (SAR)

 Pengertian SAR dan Filosofi SAR  Manajemen SAR

 Penyelenggaraan Operasi SAR Explorer Sar And Rescue (ESAR)

 Pengertian ESAR

 Sistem dan Teknik Pencarian  Membaca Peta dan Navigasi Darat

 Perlengkapan , Pakaian, Packing dan Makanan (PPPM) Komunikasi SAR

 Sistem komunikasi SAR  Sistem Pengoperasian Radio Mountain Sickness

 Pengertian Mountain Sickness

 Gejala-gejala dan Penanggulangannya Mountain Sickness BAB 5

SAR GUNUNG HUTAN 5.1 SEARCH AND RESCUE (SAR)

5.1.1 DEFINISI

Search And Rescue (SAR) diartikan sebagai usaha dan kegiatan kemanusiaan untuk mencari dan memberikan pertolongan kepada manusia dengan kegiatan yang meliputi :

1. Mencari, Menolong dan Menyelamatkan jiwa manusia yang hilang atau dikhawatirkan hilang atau menghadapi bahaya dalam bencana/musibah.

2. Mencari kapal laut atau pesawat terbang yang mengalami kecelakaan.

3. Evakuasi pemindahan korban musibah pelayaran, penerbangan, bencana alam atau bencana lainnya dengan sasaran utama penyelamatan jiwa manusia.

Lahirnya organisasi SAR di Indonesia yang saat ini bernama BASARNAS diawali dengan adanya penyebutan “Black Area” bagi suatu negara yang tidak memiliki organisasi SAR.

Dengan berbekal kemerdekaan, maka tahun 1950 Indonesia masuk menjadi anggota organisasi penerbangan internasional ICAO (International Civil Aviation Organization). Sejak saat itu Indonesia diharapkan mampu menangani musibah penerbangan dan pelayaran yang terjadi di Indonesia. Sebagai konsekwensi logis atas masuknya Indonesia menjadi anggota ICAO tersebut, maka pemerintah

menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 5 tahun 1955 tentang Penetapan Dewan Penerbangan untuk membentuk panitia SAR. Panitia teknis mempunyai tugas pokok untuk membentuk Badan Gabungan SAR, menentukan pusat-pusat regional serta anggaran pembiayaan dan materiil.

Sebagai negara yang merdeka, tahun 1959 Indonesia menjadi anggotaInternational Maritime

Organization (IMO). Dengan masuknya Indonesia sebagai anggota ICAO dan IMO tersebut, tugas dan

tanggung jawab SAR semakin mendapat perhatian. Sebagai negara yang besar dan dengan semangat gotong royong yang tinggi, bangsa Indonesia ingin mewujudkan harapan dunia international yaitu mampu menangani musibah penerbangan dan pelayaran.

Dari pengalaman-pengalaman tersebut diatas, maka timbul pemikiran bahwa perlu diadakan suatu organisasi SAR Nasional yang mengkoordinir segala kegiatan-kegiatan SAR dibawah satu komando. Untuk mengantisipasi tugas-tugas SAR tersebut, maka pada tahun 1968 ditetapkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor T.20/I/2-4 mengenai ditetapkannya Tim SAR Lokal Jakarta yang

pembentukannya diserahkan kepada Direktorat Perhubungan Udara. Tim inilah yang akhirnya menjadi embrio dari organisasi SAR Nasional di Indonesia yang dibentuk kemudian.

5.1.2 FILOSOFI SAR

Berikut ini penjabaran mengenai filosofi-filosofi SAR, diantaranya :

1. Locate, artinya memberikan gambaran yang konkrit posisi/lokasi subyek yang mengalami musibah itu berada. Lokasi biasanya ditunjukkan dengan garis lintang dan garis bujur. 2. Access, artinya sumber-sumber dari mana saja dan dengan cara apa bantuan pertolongan ini

(2)

3. Reach, dalam artian melakukan usaha untuk mencari korban terlebih dahulu, memberikan pertolongan pada korban dan menyelamatkan jiwa manusia yang hilang atau dikhawatirkan hilang atau menghadapi bahaya dalam bencana/musibah.

4. Stabilize, artinya penanganan/perawatan korban dengan berbagai macam kasus di lokasi kejadianitu dilakukan oleh unit-unit penolong (Rescue Unit) sebelum bantuan medis tiba untuk memberikan perawatan lebih lanjut.

5. Transportation/Evacuation, artinya proses pemindahan korban dari lokasi ke tempat yang lebih aman untuk diberikan pertolongan pertama ke tempat fasilitas medik terdekat.

6. Knowledge, artinya diperlukan juga pengetahuan dalam hal ini tidak hanya dipelajari tetapi dibutuhkan beberapa pemahaman dan kemampuan yang diantaranya,

 Pengetahuan tentang data peristiwa, keadaan korban, keadaan medan, dsb

 Keterampilan mendaki gunung, panjat tebing, hidup di alam bebas, mencari jejak, peta kompas, akses tali.

Pengetahuan P3K, dan gawat darurat. 5.2 MANAJEMEN SAR

Dari Batasan pengertian, hakekat dan filosofi SAR diatas, jelas bahwa kegiatan SAR yang utama adalah dalam pelaksanaan operasi SAR tersebut. Namun dalam kegiatannya, pelaksanaan operasi hanya akan bisa berjalan dengan efektif dan efisien apabila didukung oleh pembinaan SAR yang baik. Pembinaan SAR yang dimaksud adalah kegiatan atau tindakan yang berhubungan dengan perencanaan, penyusunan, pembangunan / pengembangan, koordinasi, pengerahan, penggunaan, dan pengendalian terhadap unsur / sarana SAR agar tercapai tingkat kemampuan dan kesiapan operasional yang

dipersyaratkan.

Sifat-sifat dalam operasi SAR, diantaranya : I. Kemanusiaan

II. Netral,

III. Cepat, Cermat dan Cekatan IV. Tepat dan Aman

V. Koordinatif VI. Borderless

Kemampuan dasar SAR, sesuai dengan kata SAR yang berarti Search (pencarian) dan Rescue (pertolongan / penyelamatan), maka dalam kegiatan operasional SAR dibutuhkan ilmu pengetahuan dan keterampilan teknis SAR serta beberapa ilmu disiplin ilmu sebagai penunjang / pendukung. Ilmu pengetahuan dan keterampilan serta disiplin ilmu yang dimaksud adalah :

1. Pengetahuan Dasar SAR yang meliputi organisasi SAR, organisasi Operasi SAR, filosofi SAR dan sebagainya.

2. Unsur Pencarian (Search), dalam hal teknik pencarian di darat, laut dan udara.

3. Unsur Pertolongan / Penyelamatan (Rescue), dalam hal Medical First Response dan evakuasi. 4. Unsur Pendukung / penunjang , dalam hal Navigasi, Mountaineering, Survival, Komunikasi

Lapangan, Helly Rescue dan Manajemen Perjalanan. 5.2.1 SISTEM SAR

Sistem SAR di Indonesia diadopsi dari ketentuan yang berlaku bagi seluruh negara yang menjadi anggota IMO (International Maritime Organization) dan ICAO (International Civil Aeronautical Organization). Diagram di bawah ini menggambarkan Sistem SAR yang menjadi acuan kerja Basarnas. 5.2.2 KOMPONEN SAR

Dalam penyelenggaraan operasi SAR, ada 5 komponen SAR yang merupakan bagian dari sistem SAR yang harus dibangun kemampuannya, agar pelayanan jasa SAR dapat dilakukan dengan baik.

Komponen-komponen tersebut antara lain:

ORGANISASI (SAR Organization), merupakan struktur organisasi SAR, meliputi aspek pengerahan unsur, koordinasi, komando dan pengendalian, kewenangan, lingkup penugasan dan tanggung jawab penanganan musibah.

KOMUNIKASI (Communication), sebagai sarana untuk melakukan fungsi deteksi adanya musibah, fungsi komando dan pengendalian operasi dan koordinasi selama operasi SAR.  FASILITAS (SAR Facilities), adalah komponen unsur, peralatan/perlengkapan serta fasilitas

(3)

PERTOLONGAN DARURAT (Emergency Cares), adalah penyediaan peralatan atau fasilitas perawatan darurat yang bersifat sementara ditempat kejadian, sampai ketempat penampungan atau tersedianya fasilitas yang memadai.

DOKUMENTASI (Documentation), berupa pendataan laporan, analisa serta data kemampuan operasi SAR guna kepentingan misi SAR yang akan datang.

5.2.3 TINGKAT KEADAAN DARURAT I. UNCERTAINTY PHASE (INCERFA)

Adalah suatu keadaan darurat yang ditunjukkan dengan adanya keraguan mengenai keselamatan jiwa seorang karena diketahui kemungkinan mereka dalam menghadapi kesulitan.

II. ALERT PHASE (ALERFA)

Adalah suatu keadaan darurat yang ditunjukkan dengan adanya kekhawatiran mengenai keselamatan jiwa seseorang karena adanya informasi yang jelas bahwa mereka menghadapi kesulitan yang serius yang mengarah pada kesengsaraan (distress).

III. DISTRESS PHASE (DETRESFA)

Adalah suatu keadaan darurat yang ditunjukkan bila bantuan yang cepat sudah dibutuhkan oleh seseorang yang tertimpa musibah karena telah terjadi ancaman serius atau keadaan darurat bahaya. Berarti, dalam suatu operasi SAR informasi musibah bias ditunjukkan tingkat keadaan darurat dan dapat langsung pada tingkat Detresfa yang banyak terjadi.

5.3 TAHAPAN PENYELENGGARAAN OPERASI SAR I. TAHAP MENYADARI ( AWARENESS STAGE )

Adalah kekhawatiran bahwa suatu keadaan darurat diduga akan muncul ( saat disadarinya terjadi keadaan darurat / musibah ).

II. TAHAP TINDAK AWAL ( INITIAL ACTION STAGE )

Adalah tahap seleksi informasi yang diterima, untuk segera dianalisa dan ditetapkan. Berdasarkan informasi tersebut, maka keadaan darurat saat itu disebut juga sebagai Tahap Kesiagaan.

III. TAHAP PERENCANAAN ( PLANNING STAGE )

Yaitu saat dilakukan suatu tindakan sebagai tanggapan (respon) terhadap keadaan sebelumnya, antara lain:

 Search Planning Event (tahap perencanaan pencarian)  Search Planning Sequence (urutan perencanaan pencarian)

 Degree of Searching Planning (tingkatan perencanaan pencarian).  Search Planning Computating (perhitungan perencanaan pencarian) IV. TAHAP OPERASI ( OPERATION STAGE )

Operasi SAR adalah suatu tindakan pada kejadian khusus yang diperlukan adanya suatu kerjasama, koordinasi dan penjabarannya menjadi suatu bentuk kegiatan operasi yang serasi, efektif, dan berdaya guna. Sehingga dalam suatu kejadian SAR diperlukan personil yang mempunyai kriteria-kriteria tertentu yang mengutamakan kemanusiaan diatas segala-galanya, walaupun tidak mengabaiakan faktor keselamatan personil bersangkutan. Keberhasilan suatu operasi khususnya operasi SAR tergantung antara lain pada penerapan prosedur-prosedur yang berlaku dan dukungan oleh organisasi yang baik dan efektif.

Dari rencana operasi ini kemudian akan disusun formulir briefing. Detection Mode / Tracking Mode and Evacuation Mode, yaitu seperti dilakukan operasi pencarian dan pertolongan serta penyelamatan korban secara fisik. Tahap operasi meliputi:

 Fasilitas SAR bergerak ke lokasi kejadian.

 Melakukan pencarian dan mendeteksi tanda-tanda yang ditemui yang diperkirakan ditinggalkan survivor ( Detection Mode ).

 Mengikuti jejak atau tanda-tanda yang ditinggalkan survivor ( Tracking Mode ).

 Menolong/ menyelamatkan dan mengevakuasi korban (Evacuation Mode), dalam hal ini memberi perawatan gawat darurat pada korban yang membutuhkannya dan membaw korban yang cedera kepada perawatan yang memuaskan (evakuasi).

 Mengadakan briefing kepada SRU.

 Mengirim/ memberangkatkan fasilitas SAR.  Melaksanakan operasi SAR di lokasi kejadian.

 Melakukan penggantian/ penjadwalan SRU di lokasi kejadian.

V. TAHAP PENGAKHIRAN MISI ( MISSION CONCLUSION STAGE )

Merupakan tahap akhir operasi SAR, meliputi penarikan kembali SRU dari lapangan ke posko, penyiagaan kembali tim SAR untuk menghadapi musibah selanjutnya yang sewaktu-waktu dapat terjadi, evaluasi hasil kegiatan, mengadaan pemberitaan (Press Release) dan menyerahkan jenazah korban / survivor kepada yang berhak serta mengembalikan SRU pada instansi induk masing-masing

(4)

dan pada kelompok masyarakat. Sar pada hakekatnya adalah kegiatan kemanusiaan yang dijiwai falsafah pancasila dan merupakan kewajiban bagi setiap Warga Negara Indonesia. Kegiatan tersebut meliputi segala upaya dan usaha pencarian, pemberian pertolongan, dan penyelamatan jiwa manusia dan harta benda yang bernilai dari segala musibah baik dalam penerbangan, pelayaran, bencana atau musibah.

5.3.1 KOMUNIKASI

Ø Koordinasi dilapangan / pada area pencarian terdiri dari :

1. I. Penentuan OSC (bila diperlukan)

2. II. Pengawasan penggantian operasi selama SRU dalam perjalanan ke area

pencarian (CHOP / Changes of Operational Control)Ø Koordinasi dalam kegiatan pencarian meliputi:

I. Koordinasi di lokasi dilakukan oleh SMC, bila SMC tidak mampu mengendalikan dari posko, maka ditunjuk OSC dari unit SAR yang mempunyai kemampuan sebagaimana yang ditentukan dan bukan senioritas.

II. Bila diperlukan penggantian pengendalian dan penggantian unsur operasi (CHOP) pada perjalanan menuju lokasi musibah maupun pada perjalanan pulang, harus dilakukan dengan satuan induknya. Hal ini harus tercantum dalam rencana pencarian oleh seorang SMC.

III. Bila cuaca yang diperkirakan tidak sama dengan yang diharapkan, maka rencana yang dibuat mungkin tidak efektif untuk dilaksanakan. Dalam hal ini SMC harus membekali OSC dengan

pengarahan kapan rencana pencarian harus dilakukan dan kapan dapat dilaksanakan perubahan. 5.3.2 ORGANISASI OPERASI SAR

Untuk melaksanakan tugas operasi SAR, diperlukan adanya prosedur operasi yang benar dan

koordinasi yang mantap, sehingga akan dihasilkan suatu operasi yang efektif dan berhasil baik. Dalam menangani suatu musibah, dikenal adanya organisasi dan komponen yang baku dalam organisasi tersebut, sedangkan besar kecilnya organisasi operasi disesuaikan dengan jenis musibah dan wilayah yang ditanganinya. Seperti telah diuraikan diatas bahwa bentuk bagan organisasi operasi dapat dibuat sesuai kebutuhan yang ada sehingga operasi tersebut dapat seselektif mungkin dan mencapai hasil yang maksimal.

A. SAR COMMANDER (SC).

Adalah pejabat yang mampu memberikan dukungan kepada KKR dalam menggerakkan unsur-unsur operasi SAR karena jabatan dan kewenangan yang di milikinya. Kemudian unsur-unsur ini diserahkan kepada SMC untuk di gunakan dalam operasi SAR.

B. SEARCH AND RESCUE MISSION COORDINATOR (SMC)

Tugas seorang SMC adalah melaksanakan evaluasi kejasian musibah, perencanaan operasi,

mengendalikan operasi secara keseluruhan. SMC ditunjuk atau diangkat sejak adanya kejadian SAR sampai dengan operasi dinyatakan selesai. SMC bertanggungjawab kepada SKR atau KKR yang menunjuknya. Untuk lebih rincinya, tugas seorang SMC adalah:

 Mempelajari semua informasi yang dapat dikumpulkan, yang berkaitan dengan misi operasi.  Menggolongkan misi SAR bertahap-tahap darurat yang tepat, apabila hal ini belum dilakukan.  Menyiagakan fasilitas SAR yang tepat, dan organisasi SAR yang akan sangat diperlukan dalam

dan selama opersai SAR bertanggungjawab.

 Memberangkatkan unit SAR (SRU), bilamana keadaan menghendaki demikian.  Melaksanakan perencanaan untuk operasi SAR.

 Memberikan briefing pada anggota unit SAR (SRU), Menunjuk OSC, debriefing bagi unit SAR, dan dukungan sampai operasi selesai.

 Menentukan jaring kendali komunikasi, kanal-kanal (saluran) yang dipakai, monitoring semua kanal yang dipergunakan.

 Melaksanakan pencatatan semua usaha operasi beserta perkembangannya, tindakan yang diambil dan lain-lain.

 Bilamana diperlukan meminta tambahan SRU

 Melaksanakan pengendalian operasi SAR terhadap semua unsur.

 Memberikan laporan situasi (Lapsit) ke SC, SKR/KKR paling tidak satu kali dalam satu hari, dan pada saat-saat perkembangan yang penting terjadi. Laporan Situasi dilaporkan bernomor urut.

 memberikan debriefing akhir kepada unit-unit SAR dan mengembalikan fasilitas dan organisasi SAR yang terlibat, dan memberitahukan bahwa misi SAR telah selesai.

 Berkonsultasi dengan SKR/KKR sebelum menyatakan untuk menghentikan usaha yang tidak berhasil.

(5)

Pada kasus musibah penerbangan dan pelayaran, seorang SMC harus memiliki kwalifikasi sebagai seorang SMC yang dikeluarkan oleh BADAN SAR NASIONAL. Sedangkan untuk operasi SAR yang sifatnya rekreatif (musibah pendakian, musibah sungai, pantai, dll) tidak diperlukan kwalifikasi seketat musibah penerbangan dan pelayaran.

Didalam melaksanakan tugasnya, SMC dibantu oleh beberapa staff yang memiliki tugas yang spesifik dan khusus sehingga jalannya operasi lancar dan sukses. Adapun Staff SMC tersebut adalah:

a) Perwira Komunikasi (Operator Radio). Tugasnya adalah mengoperasikan radio komunikasi yang digunakan baik untuk jaring komando dan pengandali maupun untuk jaring koordinasi. Operator radio bertanggung jawab tentang kelancaran lalu lints berita yang sangat berperan dalam suatu operasi SAR. Operator Radio bertanggung jawab terhadap SMC.

b) Perwira Navigasi (Navigator). Tugasnya adalah melakukan pengeplotan peta dimana musibah terjadi dan operasi SAR dilakukan sesuai dengan perkembangan operasi yang terjadi dan rencana-rencana operasi yang akan dilakukan sesuai denga perhitungan dan perencana-rencanaan SMC. Seorang nafigator bertanggung jawab terhadap SMC.

c) Perwira Briefing. Tugasnya adalah mewakili SMC untuk melakukan briefing kepada OSC

maupun SRU yang akan diberangkatkan maupun menerima debriefing dari SRU yang telah kembali ke Pos Komando dari misi pencarian.

d) SAR Mission Information Officer (SMIO) atau Humas Operasi SAR. Tugasnya adalah sebagai penghubung antara masyarakat dengan organisasi operasi, yang dimaksud disini adalah setiap berita yang keluar, baik untuk pers (media massa) maupun keluarga korban dan juga untuk instansi-instansi diluar organisasi operasi adalah menjadi tanggung jawab seorang SMIO. Atau dengan kata lain seorang SMIO bertanggungjawab tentang pemberitaan perkembangan operasi yang sedang berlangsung.

C. ON – SCENE COMMANDER (OSC).

OSC ditunjuk oleh SMC untuk koordinasi dan pengaturan suatu operasi SAR tertentu ditempat kejadian, bila area pencariannya cukup luas dan mengerahkan cukup banyak SRU/dari berbagai unit SAR. OSC berwenang menambah, mengurangi merubah formasi SRU yang akan dibawah

komandonya dan berwenang mengubah pola pencarian yang telah ditetapkan sebelumya sesuai dengan perkembangan yang ada dilapangan. OSC bertanggung jawab kepada SMC.

Secara umum OSC bertugas :

 Melaksanakan rencana operasi SAR yang dibuat oleh SMC.

 Mengadakan perubahan pada rencana operasi apabilla dipandang perlu untuk menyesuaikan dengan keadaan ditempat kejadian yang mungkin sudah berubah.

 Memegang kendali operasi dari semua unit SAR yang ditunujuk diarea pencariannya, mengkoordinir semua unit SAR.

 Mengirim laporan situasi secara berkala ke SMC. Laporan situasi pertama segera dilaporkan setelah tiba dilokasi/setelah memegang tugas sebagai OSC. Disertai laporan cuaca setempat.  Menyelanggarakan hubungan komunikasi dengan seluruh SRU dan menerima laporan dari SRU

secara berkala.

 Menerima laporan dugaan waktu tiba dilokasi bagi unit SAR, yang meliputi dugaan waktu tiba dilokasi pencarian, kemampuan komunikasi, lama pencarian.

 Menyelenggarakan briefing awal bagi unit SAR yang datang.

 Menerima dan mengevaluasi laporan dari semua unit SAR,mengkoordinasikan dan memerintahkan semua unit SAR.

 Bila dilakukan penggantian OSC, maka harus membriefing OSC yang baru. D. SEARCH AND RESCUE UNIT (SRU).

SRU adalah satu komponen dalam operasi SAR yang secara nyata melaksanakan operasi SAR di lapangan. Wewenang SRU adalah terbatas pada pelaksanaan tugas pencarian di lapangan dan dibawah koordinasi OSC / SMC. Tetapi dalam hal ini tidak menutup kemungkinan memberikan masukan ataupun usulan kepada OSC / SMC tentang kemungkinan sistem atau pola pencarian yang lebih selektif. Selain melaksanakan tugas pencarian, SRU juga diwajibkan melapor kepada OSC / SMC secara berkala dan juga melaporkan perkembangan pencarian dilapangan. Penarikan atau penggantian SRU dilakukan oleh OSC / SMC, atau atas usulan dari SRU yang bersangkutan, apabila SRU tersebut tidak dapat melanjutkan operasi karena hal-hal tertentu. SRU yang diganti diwajibkan melakukan briefing kepada SRU penngganti tentang perkembangan operasi terakhir didaerah operasinya. Untuk lebih rincinya tentang tugas SRU adalah sebagai berikut:

1. Melaksanakan rencana operasi sesuai yang telah direncanakan.

2. Memberitahukan kepada OSC/SMC saat tiba didaerah operasi, perkiraan lama mengadakan operasi.

(6)

3. Melaporkan secara berkala dan melaporkan perkembangan operasi di lapangan termasuk cuaca dan medan yang di daerah pencarian.

4. Lapor segera setelah ada kontak dengan obyek yang dicari sesuai dengan prosedur yang berlaku.

5. Menyiapkan peralatan untuk menandai posisi semua perjumpaan.

Selain komponen-komponen dalam suatu misi SAR, yaitu SMC beserta staffnya, OSC dan SRU, yang tidak kalah pentingnya adalah base camp atau Basis Operasi SAR atau Pos Komando Operasi. Didalam Pos Komando Operasi selain terdapat komponen-komponen di atas, juga ada unsur-unsur yang sifatnya mendukung kelancaran operasi tersebut. Sedangkan komponen pendukung tersebut adalah:

a) Komandan Pos Komando Operasi

Bertugas memimpin Pos Komando tersebut dan menyediakan segala fasilitas yang diperlukan untuk mendukung kelancaran jalannya operasi. Sedangkan dalam tugasnya Komandan Pos Komando Operasi dibantu oleh Koordinator dapur umum, Kooordinator umum, kesehatanmdan back up emergency team. b) Koordinator Dapur Umum

Bertugas menyediakan fasilitas konsumsi dan perbekalan dalam suatu operasi. c) Koordinator Umum

Bertugas mengkoordinir pengadaan sarana dan prasarana yang mungkin dibutuhkan dalam suatu operasi.

d) Kesehatan

Selain bertugas sebagai back up emergency, juga bertugas mengawasi dan menangani kesehatan terhadap semua pelaku operasi.

e) Back Up Emergency Team

Yang terdiri dari satu team atau lebih yang bertugas mengadakan pertolongan apabila sewaktu-waktu terjadi sesuatu terhadap semua pelaku operasi.

5.4 EXPLORER SEARCH AND RESCUE (ESAR) 5.4.1 PENDAHULUAN

Pada awal tahun 1980-an beberapa kelompok pendaki gunung mulai mencoba mengembangkan Explorer Search And Rescue (ESAR). Sistem ini berasal dari Amerika Serikat yang diperuntukan bagi para penjelajah daerah-daerah berhutan, padang kering dan sungai. Pada tahun-tahun sebelumnya system SAR laut dan udara masih menjadi rujukan untuk melakukan pencarian orang hilang di gunung. Yang membedakan ESAR dengan induknya SAR secara keseluruhan terletak pada rinci

operasionalnya. Dalam ESAR dikenal lima tahap pencarian atau operasi. 5.4.2 MAKSUD DAN TUJUAN

Menolong sesama hidup merupakan salah satu bukti dari pengamalan rasa cinta alam. Sehingga sebagai mahluk hidup yang mengaku dekat dengan alam, Explorer Search And Rescue amatlah dibutuhkan, khususnya untuk menolong sesama hidup. Pada ESAR Lebih dipersempit lagi ruang lingkup

operasionalnya dalam menolong korban di gunung dan hutan.

Materi ini bertujuan memberikan pengetahuan tentang teknik operasional dalam ESAR sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Sebab ESAR memerlukan dan menuntut personil yang siap, cepat dan tanggap. Personil ESAR diharapkan mampu menjalankan kewajibannya dengan baik, yang bukan berasal dari kata tugas, melainkan dari panggilan moral, hati nurani dan sebuah arti kesetiakawanan terhadap sesama.

5.4.3 TEKNIK – TEKNIK PENCARIAN

Teknik pencarian disini merupakan teknik pencarian yang dilakukan di darat. Walaupun tidak secara khusus untuk di darat, teknik ini juga yang membedakan antara SAR dan ESAR. Teknik pencarian ini bertumpu pada lima tahap, diantaranya :

1. TAHAP AWAL ( PRELIMINARY MODE ) .

Yaitu mengumpulkan informasi-informasi awal, saat dari mulai tim-tim pencari diminta bantuannya sampai kedatangannya di lokasi.

Melakukan perencanaan pencarian awal, perhitungan – perhitungan, mengkoordinasikan regu pencari, membentuk pos pengendali perencanaan, mencari identitas subjek, perencanaan operasi dan evakuasi. 2. TAHAP PEMAGARAN ( CONFINEMENT MODE ) .

Yaitu memantapkan garis batas untuk mengurung orang yang dinyatakan atau dikhawatirkan hilang agar berada di dalam areal pencarian (search area).

Untuk lebih jelasnya akan dibahas dalam bagian tersendiri. Dasar pemikirannya adalah

menjebak survivor dalam area yang jelas dan kita dapat mengetahui batasan-batasannya, sehingga :  Area tersebut dapat dilakukan pencarian atau disapu.

(7)

Kerja awal dari tahap ini adalah memagari kemungkinan gerak dari pencarian yang padat yang mungkin diperlukan bila areal pencarian menjadi terlalu luas, maka digunakan Metode Confinement mode :

2.1 Trail Blocking ( razia pada jalan setapak )

Yaitu menempatkan tim kecil pada jalan masuk ke areal pencarian untuk menjaga kemungkinan korban melalui daerah tersebut. Mencatat nama-nama yang keluar masuk areal pencarian tersebut.

2.2 Road Blocks ( razia pada jalan keluar )

Pada dasarnya sama dengan trail blocks, hanya saja disini masyarakat, pamong desa dapat diminta bantuan untuk melakukan pengawasan kemungkinan korban keluar melalui desa mereka atau dengan meminta bantuan petugas keamanan atau tenaga yang lainnya.

2.3 Look Outs

Dilakukan dengan mengadakan “pengintaian” dengan menempatkan regu-regu kecil di ketinggian untuk dapat mendeteksi dan mengawasi daerah-daerah sekitar yang lebih rendah untuk mendeteksi dan mengawasi bila ada yang bergerak, membuat asap, tanda-tanda darisurvivor jika berada di sekitar daerah itu. Juga menggunakan tanda-tanda yang menyolok untuk menarik perhatian survivor, misalnya bunyi-bunyian, lampu, sinar, api, asap dll.

2.4 Camp In

Yaitu mendirikan pos – pos di lokasi yang strategis, misalnya saja persimpangan jalan atau pertemuan aliran sungai. Dari Camp In ini tim pencari dapat bergerak melakukan pencarian di daerah sekitar. 2.5 Track Traps (jalur jebakan)

Yaitu jalur setapak atau tempat-tempat tertentu yang kemungkinan besar akan dilalui oleh korban karena tempat tersebut secara alamiah dan naluri, besar kemungkinannya akan dipilih atau dilewati korban, misal jalur air, mata air, gua, tempat datar dsb. Tim pencari dapat membuat jebakan buatan, misal dengan menggemburkan tanah disekitar jalur. Periksalah secara berulang area itu secara berkala untuk melihat jejak korban.

2.6 String Lines

Yaitu pembatas jalur buatan berupa benang atau tali yang ditarik mengikuti jalur tertentu yang

diharapkan akan membatasi ruang gerak korban. Bila string line tersebut diketemukan oleh korban, ia akan dituntun menuju tempat tertentu misal jalan setapak, camp in dsb. Secara khusus akan efektif bila dilakukan pada daerah-daerah terbuka dimana cara pandangnya baik.

Bila daerahnya berpohon dan bersemak lebat, dapat lebih sempurna dengan menggunakan Tagged

String Lines (bentangan tali yang bertanda). Tags (tanda-tanda) pada string lines akan menarik

perhatiansurvivor untuk bergerak mengikuti tali itu dan keluar menuju tempat yang ditunjukkan oleh tanda-tanda itu.

Tujuan menggunakan string line adalah menjadikan ruang-ruang atau kotak-kotak search area menjadi sektor yang terkuasai untuk pencarian tim pencari.

Setelah Initial Confinement (pemagaran awal), tambahan string linedapat digunakan untuk membagi-bagi area itu. String line dapat digunakan untuk pemagaran dan untuk menandai sektor pencarian. Pemisahan lebih lanjut ini bertujuan untuk mempersempit areal pencarian yang dilakukan oleh tim pencari.

3. TAHAP PENGENALAN (DETECTION MODE)

Detection adalah usaha untuk mencari korban atau benda yang tercecer/terjatuh atau sengaja

ditinggalkan survivor. Pada keadaan inilah pasukan atau tenaga dari tim ESAR terutama diperlukan atau digunakan. Yaitu pemeriksaan-pemeriksaan terhadap tempat-tempat yang dicurigai. Apabila dirasa perlu, dilakukan pencarian dengan cara menyapu (sweep searches). Bisa juga dilakukan pemeriksaan terhadap tempat-tempat yang diketemukan tanda-tanda atau barang-barang yang ditinggalkan

oleh survivor. Untuk lebih jelasnya akan dibahas dalan bagian tersendiri.

Metode detection, dikelompokkan ke dalam tiga kategori. Penamaan dari ketiga kategori di bawah ini telah digunakan dalam ESAR untuk beberapa tahun ini, diambil karena hal ini secara umum bertalian terhadap tahapan dari pengembangan operasi pencarian. Tipe I umumnya mendahului tipe II, tipe II muncul sebelum tipe III.

3.1 TIPE I SEARCH ( HASTIC SEARCHING )

Yaitu pemeriksaan tidak resmi yang segera dilakukukan terhadap areal yang dianggap paling

memungkinkan. Penamaan lain untuk tipe ini adalah Reconnaisance atau Hastic Searching / pencarian terburu-buru.

Metode ini digunakan pada :  Tahap pencarian awal

 Memeriksa ulang daerah dimana diduga survivor berada Sasaran metode ini :

(8)

 Pemeriksaan yang sesegera atas area yang spesifik dimana survivor diduga berada  Memperoleh informasi mengenai areal pencarian

Teknik yang digunakan :

Sebuah tim kecil yang terdiri dari 3-6 orang yang mampu bergerak cepat untuk memeriksa daerah pencarian. Bila menemukan barang yang tercecer dan bila SMC (SAR Mission Coordinator)

menghendaki barang tersebut dibawa, maka sebuah marker akan dipasang dan ditempatkan di lokasi penemuan.

3.2 TIPE II SEARCH ( OPEN GRID )

Kriterianya adalah efisiensi, pemeriksaan yang cepat dan sistematis atas area yang luas, dengan metode penyapuan yang akan menghasilkan hasil akhir yang tinggi dari setiap pencari per jam kerjanya. Nama lain dari tipe ini adalah open grids (pencarian grid renggang / penyapuan renggang). Metode ini digunakan pada :

 Tahap awal operasi pencarian, terutama bila jangka waktu orang yang bertahan hidup diperkirakan sangat pendek

 Bila areal pencarian luas dan tidak ada areal tertentu yang dapat dicurigai dan tidak tersedia cukup tenaga pencari yang dapat mengcover keseluruhan area.

Sasaran metode ini adalah :

pencarian yang tepat dan cepat pada areal yang luas. Teknik yang digunakan

Sebuah tim kecil yang terdiri dari 3-6 orang, yang sejajar dengan jarak yang cukup lebar antara 10 meter sampai 20 meter dengan arah yang telah ditentukan.

Ada baiknya ada seorang pemimpin tim yang bergerak mengawasi penyapuan, tugasnya :  Memperhatikan apakah penegang kompas dapat menjaga sudut kompas yang sejajar.  Mengatasi hal-hal yang muncul mendadak.

 Memeriksa penemuan – penemuan yang ditemukan oleh tim.

Ada cara umum untuk mencegah regu pencari saling tumpang tindih satu sama lain atau tidak bisa menjaga jarak yang telah ditentukan diantara mereka yaitu dengan memakai pita atau ribbon dan menggunakan kompas.

Pada metode I dan II pada selang waktu tertentu regu berhenti untuk memperhatikan sekilas sekitarnya serta memanggil survivor sambil menanti kemungkinan jawaban.

Contoh pencarian dan penyapuan pada metode tipe II.

i. Tim terdiri dari 6 orang memeriksa kedua tepi sungai kecil.

ii. A & B, personil ujung kiri dan kanan memasang marker (catatan petunjuk lapangan), dan string

line / ribbon.

iii. C adalah petugas kompas / kompas–man yang selalu memeriksa bahwa pencarian sesuai arah kompas.

iv. X adalah pimpinan SRU yang mondar-mandir sekitar barisan sambil memeriksa dan memastikan jarak personil terjaga dan juga melihat situasi sekitar medan, apakah perlu ada perubahan arah atau sistem pencarian.

v. Z adalah navigator, yang bertugas membantu kompas man untuk memastikan agar sudut pencarian tidak melenceng.

Bila alat komunikasi cukup, maka idealnya X, A, dan B masing-masing membawa HT. 3.3 TIPE III SEARCH ( CLOSE GRID )

Kriterianya adalah kecermatan, pencarian dengan sistematika yang ketat atas area yang lebih kecil menggunakan metode penyapuan yang cermat. Dinamakan juga close grids (pencarian grid rapat/ penyapuan rapat).

Metode ini digunakan pada :

 Besarnya kemungkinan objek yang ditemukan dalam areal pencarian pada metode tipe II, lebih rendah dari apa yang diharapkan

 Bila areal pencarian terbatas dan tenaga yang tersedia mencukupi Sasaran metode ini adalah pencarian yang cermat atas areal yang spesifik Teknik yang digunakan :

Penyapuan dengan jarak yang sempit. Jumlah anggota tim 3 – 9 orang dengan jarak kira-kira antar personil 3 meter sampai 5 meter. Pita-pita atau string line banyak digunakan untuk mengontrol dalam memberi tanda yang jelas antara areal yang sudah dicari dan yang belum.

4. TAHAP PELACAKAN ( TRACKING MODE )

Yaitu mengikuti dan melacak jejak yang ditinggalkan oleh survivor atau pelacakan terhadap barang-barang yang tercecer dari survivor.

(9)

Tracking bisa benar-benar dilakukan oleh orang – orang yang terlatih dan berpengalaman serta

mempunyai kemampuan melacak yang tinggi antara lain membaca jejak, medan peta kompas, mengerti maksud dan tujuan korban, makna dari benda-benda yang terjatuh dan sengaja ditinggal korban atau dengan menggunakan anjing pelacak.

Dari beberapa pengalaman, pelacakan dengan anjing pelacak masih belum bisa dilakukan secara baik untuk kondisi alam Indonesia. Hal ini dikarenakan faktor alam yang sulit dan ekstrim serta cepat berubah.

5. TAHAP EVAKUASI ( EVACUATION MODE )

Yaitu memberikan pertolongan pertama dan membawa survivor ke titik penyerahan untuk perawatan lebih lanjut.

Tiga hal pokok yang harus dilakukan pencari apabila berhasil menemukan Survivor dalam keadaan hidup:

A. Memberikan pertolongan pertama bila diperlukan. Dalam hal ini personil harus benar-benar memiliki kemampuan pertolongan pertama, karena kalau salah menangani akan mengakibatkan korban bertambah parah bahkan bisa meninggal.

B. Meyakinkan pada survivor bahwa Ia akan selamat

C. Mengabarkan ke pangkalan pengendali tentang kondisi dan lokasi ditemukannya survivor. Bila survivor dalam keadaan meninggal :

A. Tidak boleh merubah posisi survivor sebelum ada perintah dari SMC. B. Menjaga survivor dari segala gangguan yang mungkin terjadi

C. Melaporkan ke pangkalan untuk dievakuasi Teknik yang digunakan dalam evakuasi : A. Memapah

B. Memandu

C. Bantuan helicopter

D. Modifikasi dari teknik yang ada

Sikap Mental Selama Pencarian 1. Cepat Tanggap. Pentingnya cepat tanggap untuk mencegah : a. Sangat cepatnya meluasnya areal pencarian yang potensial.

b. Meningkatnya kesulitan pencarian berkaitan dengan mobilitas dan reaksi.

2. Dalam melakukan pencarian jangan terlalu terburu-buru, hendaknya dilakukan dengan kecermatan dan keteletian. Hal ini untuk mengindari kemungkinan survivor tidak terdeteksi saat dilakukan penyapuan.

3. Pencarian adalah hal yang menarik. Bila pencarian kita anggap sebagai hal menarik, maka hasilnya akan lebih efektif. Kesungguhan, perhatian penuh dan sikap agresif dalam mengawasi merupakan komponen yang berharga bagi kerja pencarian.

4. Pentingnya mencari jejak atau barang yang tercecer. Penemuan jumlah jejak dan barang yang tercecer di dalam area, diperkirakan akan lebih banyak dari survivor. Penemuan juga dapat merupakan pemasukan yang penting bagi penyempitan areal pencarian.

About these ads

Search And Rescue (SAR)

Posted by MAPALAST on 9:33 AM 3

Pengertian SAR

Search and Rescue (SAR) diartikan sebagai usaha dan kegiatan kemanusiaan untuk mencari dan memberikan pertlongan kepada manusia dengan kegiatan yang meliputi :

Mencari, menolong, dan menyelamatkan jiwa manusia yang hilang atau dikhawatirkan hilang atau menghadapi bahaya dalam bencana atau musibah.

Mencari kapal dan atau pesawat terbang yang mengalami kecelakaan

Evakuasi pemindahan korban musibah pelayara, penerbangan, bencana alam atau bencana lainya dengan sasaran utama penyelamatan jiwa manusia.

Lahir Dan Berkembangnya SAR di Indonesia

Negara Indonesia yang merupakan Negara kepulauan, yang menggunakn sarana perhubungan dengn sarana darat, laut, dan udara. Hal ini memungkinkan adanya

(10)

musibah atau bencana seiring dengan pertumbuhan penduduknya.Sejak tahun 1950, Indonesia sudah terdaftar sebagai anggota ICAO ( International Civil Aviation Organization) dan IMCO ( Inttternasional Maritime Consutative Organization ) yag wajib memberikan pelayanan SAR jika terjadi musibah atau kecelakaan pada penerbangan ataupun pelayaran serta bertanggung jawab atas wilayahnya dengan melakukan koordinasi SAR.

Karena sifat dari musibah, jarak,teknik,dan unsur SAR dari unit-unit terkait semakin banyak maka pada tanggal 28 Februari 1972

di bentuklah Badan SAR Indonesia (BASARI) berdasarkan Kepres no.11 tahun 1972, yang kemudian berganti menjadi Dadan SAR Nasional (BASARNAS) berdasarkan Kepres no. 47 tahun 1979 yang merupakan lembaga pelaksana kegiatan SAR tingkat pusat.

Pada tahun 1993 secara elembagaan organisasi SAR tumbuh dan berkembang makin pesat, baik di kalangan instansi pemerintah atau masyarakat yang semuanya mnjalankan fungsi SAR yaitu kegiatan evakuasi, seperti Mawil Hansip sebagai coordinator pelaksana penanggulangan bencana alam

(SalKorLak PBA) ataupun kelompppok-kelompok pencinta alam yang membentuk tim ksusus dengan tugas melaksanakan kegiatan SAR. Dalam perkembangannya kegiatan SAR dibedakan menjadi 3, yaitu : SAR darat, SAR air, dan SAR Udara

a.Badan SAR Indonesia (BASARI)

BASARI merupakan Badan SAR yang pertama di Indonesia, yang merupakan badan yang

menyelenggarakn tugas-tugas pencarian dan pertolongan serta berkedudukan dan bertanggungjawab kepada presiden.

BASARI mempunyai fungsi sbb:

Mengkoordinasikan semua kegiatan atau usaha-usaha pencarian dan pertolongan sesuai dengan peraturan SAR nasinal dan internasional.

Merencanakan, membina, dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan SAR di wilayah dan di daerah. Menyelenggarakan kerjasama dengan negara tetangga dan organisasi internasional di bidang SAR. b.Badan SAR Nasional (BASARNAS)

BASARNAS yang dulunya adalah PUSARNAS mempunyai tugas pokok membina dan

mengkoordinasi semua usaha kegiatan pencarian, pemberian pertolongan dan penyelematan sesuai dengan peraturan SAR nasional dan international terhadap orang dan materiil yang hilang atau menghadapi bahaya dalam penerbangnan, pelayaran dan bencana alam.

Struktur Intern BASARNAS terdiri dari :

1)Sekretariat Badan : Bertugas memberikn pelayanan teknis dan administrative bagi seluruh satuan organisasi lingkungan BASARNAS dalam rangka pelaksanaan tugasnya.

2)Pusat Pembinaan : Bertugas membina, memberikan pengarahan serta mengkoordinasi potensi-potensi SAr baik tenaga maupun peralatan dan persiapan menghadapi setiap kemungkinan terjadinya musibah penerbangan, pelayaran dan bencana alam.

3)Pusat Operasi SAR : Bertugas membina dan melaksanakan pengendalian operasi komunikasi dan elektronika, maka Pusat Operasi SAR terdiri dari bidang pengendalian dan bidang komunikasi elektronika.

c.Kantor Koordinator Rescue (KKR)

Kantor Koordinator Rescue (KKR) bertugas memyelenggarakan suatu koordinasi Rescue guna mengkoordinir semua unsure SAR dan fasilitas SAR untuk kegiatan di wilayah tanggungjawabnya. Organisasi Intern KKr adalah sbb :

1)Seksi Perencaan : Bertugas membantu kepala KKR di bidang perencaan dan program serta mempersiapkan perjanjian dengan instansi lainya.

2)Seksi Operasi : Bertugas melaksanakan system dari SAR dalam wilayah tanggung jawabnya. 3)Seksi Umum : Bertugas menyelenggarakan pelayanan teknis dan administrative.

Jumlah KKR di Indonesia ada 4 yaitu :

1)KKR I: Jakarta dengan wilayah tanggung jawab melipui seluruh Sumatera, wilayah egara kita di LAut Cina Selatan, Kalimantan Barat, Jawa Barat dan sebagian Jawa Tengah ( sesuai FIR Jakarta ditambah seluruh kepulauan Riau dan ebagian Laut Cia Selatan).

2)KKR II: Surabaya dengan wilayah tangung jawab meiputi Kalimanatan Tengah, Kalimantan Selatan, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timr ( sesuai FIR Denpasar )

(11)

3)KKR III: Ujung Pandang dengan wilayah tanggung jawab meliputi seluruh Sulawesi dan Maluku ( sesuai FIR Ujung Pandang).

4)KKR IV: Biak dengan Wilayah tangug jawab meliputi seluruh Irian Jaya (sesuai FIR Biak). d.Sub Koordinasi Rescue (SKR)

Sub Koordinasi Resceu (SKR) mempunyai tugas sebagai berikut :

1)Sebagai perangkat pelaksana SAR, mengkoordinaasikan danmengarahkan pengguaan fasiitas sarana personil di wilayah tanggung jawabnya. SKR mempunyai fungsi melaksanakan peningkatan kesiagaan dan kemampuan teknis perasional.

2)Mengusahakan kerja sama semua unsur SAR yang berada dalam wilayahnya.

3)Menghubungi instansi pemerintah dan swasta di wilayah tanggungjawabnya sebagai koordinasi SAR. 4)Merencanakan dan mengadakan pelaksanaan-pelaksanaan SAR dalam wilayahnya.

5)Mengumpulkan data-data keterangan fasilitas, saran personil dan materiil dalam ilayahnya yang dilakukan untuk tugas SAR.

6)MEnyusun laporan hasil pelaksanaan SAR. Tingkat Keadaan Darurat

Dalam SAR dikenal 3 tingkat keadaan darurat yaitu :

1.INCERFA ( Ucertainityphase / fase tidak menentu / fase meragukan )

Adalah suatu keadaan emergency yang ditujukan dengan adanya kekhawatiran, kecemasan mengenai kehidupan/keselamatan orang-orana/penumpang pesaawat karena adanyainformasi yang jelas bahwa mereka menghadapi kesulitan atau karena pesawat/kapal itu tidak memberikan tentang informasi posko sebenarnya (loss contack).

2.ALERFA ( Alertphase / fase mengkhawatirkan / fase siaga )

Adalah suatu keadaan emergency yang ditujukan dengan adanya kekhawatiran, kecemasan mengenai kehidupan/keselamatan/penumpang pesawat kaaarena adanya informasi yang jelas bahwa karena pesawat/kapal tidak memberikan informasi lanjutan perkembangan posisi atau keadaanya.

3.DETRESFA ( Distress Phase / Fase darurat bahaya )

Adalah suatu keadaan emergency ang ditujukan bila bantuan yang cepat telah dibutuhkan oleh pesawat/kapal yang tertimpa musibah karena telah terjadi informasi perkembangan posisi/keadaan setelah prosedur Alert Phase dilalui.

Tahapan Operasi SAR

Untuk mempermudah operasi SAR maka operasional dibagi dalam kelompk tahapan-tahapan, yaitu sbb :

1)Awareness Stage ( Tahap Kekhawatiran )

Kekhawatiran bahwa suatu keadaan darurat mungkin akan muncul. Termasuk didalamnya penerimaan informasi keadaan darurat dari seseorang.

2)Initial Action Stage ( TAhap Kesiagaan )

Aksi persiapan ini diambil untuk menyiagakan fasilitas SAR dapat mendapatkan informasi yang lebih jelas, termasuk didalamnya :

Mengevaluasi dan mengklasifikasikan informasi yang didapat Menyiapakan fasilllitas SAR

Pencarian awal dengan komunikasi ( Plllemininary Communication Check ) Perluasan pencarian degan komunikassi ( Extender Communication Check Excom)

Pada kasus yang gawat dilaksanakan aksi secepatnya setelah tahapan tersebut bila keadaan mengharuskan.

3)Planing Stage ( Tahap Perencanaan )

Yaitu suatu pengembangan perencanaan yang efektif termask didalamnya : Pertunjukan SMC ( SAR Mission Coordinator)

Perencanaan pencarian dan dimana sepatutnya dilaksanakan.

Menentukan posisi paling mungin ( Most Propible Position / MPP ), dari korban yang keadaan darurat itu.

Luas dari Search Area. Tipe pola pencarian

Perencanaan pencarian yang didapt dipakai

(12)

4)Operation Stage ( Tahap Operasi )

Yaitu thap operasi termasuk didalamnya yaitu : Fasilitas SAR bergerak ke lokasi

Melakukan pencarian

Menolng/menyelamatakan orang

Memberikan perawatan gawat darurat pada orban yang membutuhkan pertolongan Melakukan penggantian/penjadwalan pasukan pelaksanan di lokasi kejadian 5)Mission Conclusion Stage ( Tahap Akhir Misi )

Tahap konklusi ini adalah gerakan dari seluruh fasilitas SAR yang digunakan dari suatu titik pembebasan yang aman ke lokasi semula darinya (Reguler Location) termasuk didalamnya : Mengembalikan pasukan ke pangkalan (base camp) pencarian.

Penyiagaan kembali tim SAR untuk menghadapi musibah selanjutnya yang sewaktu-waktu bisa terjadi. Membuat dokumentasi misi SAR itu

Mengembalikan SAR Unit ke instansi masing-masing. Komponen SAR

1.Organisasi

A.SC(SAR Coordinator)

Adalah pejabat yang mampu memberikan dukungan kepada KKR / SKR dalam menggerakkan unsure-unsur operasi SAR karena jabatan dan wewenang yang dimillikinya. Kemudian unsure-unsure ini diserahkan kepada SMC untuk digunakan dalam opersi SAR.

B.SMC(SAR Mission Coordinator)

Adalah pejabat yang ditunjuk kepala BASARNAS / KKR / SKR karena memiliki kualifikasi yang ditunjuk atau telah melelui pendidikan sebagai seorang SMC yang diakui. SMC ini yang akan

mengkoordinasi dan mengendalikanoperasi SAR dari awal sampai selesai. SMC ini mempunyai tugas dan tanggung jawab mengenai :

Mendapatkan informasi musibah.

Informasi mengenai keadaan cuaca dan laut.

Menentukan daerah pencarian, cara dan fasilitas yang akan digunakan. Membagi-bagi daerah pencarian.

Mengandalkan briefing terhadap unsure SAR yang dilibatkan. Mengevaluasi setiap perkembangan.

Melaporkan kegiatan operasi secara teratur ke BASARNAS / KKR /SKR. Mengatur droppingperbekalan.

Mengadakan koordinasi dengan KKR / SKR tetangga apabila pencarian tidak terbatas pada satu wilayah SAR saja.

Menyarankan penghentian usaha pencarian bila dipandang perlu.

Membebaskan unsur SAR dan menghentikan kegiatan hanya karena bantuan mereka tidak diperlukan. Membuat laporan terakhir perihal kaadaan hasil operasi SAR yang telah dilaksanakan.

C.OSC (On Scene Commender)

Adalah seorang pejabat yang ditunjuk oleh SMC untuk mengkoordinasi dan mengendalikan unsur-unsur SAR di lapangan. Berarti OSC ini melaksanakan sebagian tugas-tugasnya. Dan persyaratan sebagai OSC sama dengan persyaratan yang diperlukan SMC. DI Indonesia saat ini adanya seorang OSC dalam operasi SAR dirasakan perlu karena belum lancarnya komunikasi yang ada dan luasnya area pencarian.

D.SRU (Search and Rescue Unit)

Adalah unsure SAR yang dioperasikan pada kegiatan SAR dan mengikuti pertahapan organisasi / instasi yang diperlukan dan diperbantukan / ditugaskan oleh instansi induknya atau merupakan bagian dari kelompok masyarakat yang ingin berpartisipasi dalam operasi SAR.

2.Fasilitas

Yang dimaksud fasilitas SAR adalah pendukung dari seluruh penyelenggaraan operasi SAR, dapat berupa fasilitas milik pemerintah,swasta,perusahaan,kelompok masyarakat maupun perorangan yang digunakan dalam operasi SAR. Jenisnya dapat berupa personil,pesawat,kapal laut,fasilitas

komunikasi,tanaga-tenaga khusus terlatih,peralatan emergency dan lain-lain. 3.Komunikasi

Komunikasi ini akan berperan : penyampaian keadaan emergency

(13)

untuk menaggapi/memberi respond an melanjutkan informasi pada berbagai pihak yang terkait dalam operasi SAR.

Untuk mengendalikan suatu operasi

Di dalam komunikasi SAR ini termasuk juga singnal-singnal darurat, komunikasi operasi SAR, penyampaian informasi SAR, fasilitas komunikasi yang dapat digunakan dan jaringan komunikasi. Tanpa adanya komunikasi maka pelaksanaan operasi tidak dapat berjalan dengan efektif dan efesien dengan hasil yang diharapkan.

4.Pelayanan Darurat Medik

Memberikan perawatan gawat darurat semampu mungkin pada korban yang cedera agar korban bertahan hidup dalam usaha pertolongan. Termasuk didalamnya penerapan keahlian-keahlian

pertolongan pertama darurat sakit korban di lokasi kejadian serta evakuai dan transportasi korban ke rumah sakit atau pihak yang menangani lebih lanjut.

5.Dokumentasi

Memberikan semua data dan analisa dari informasi yang berhubungan dengan misi SAR termasuk semua data yang diterima pada tahap kekhawatiran sampai tahap terakhir komunikasi misi. Khususnya dimasukkan cerita / catatan baik secara tertulis atau visual (gambar / foto). Dan ini merupakan bahan untuk evaluasi kegiatan dan merupakan pedoman bagi kegiatan selanjutnya.

EXPLORER SAR(Teknik-teknik Pencarian)

Walaupun perencanaan-perencanaan pencarian yang spesifik akan bervariasi tergantung kepada situasinya strategi yang umum telah dikembangkan, yang mana akan dapat diterapkan untuk hampir seluruh situasi didalam bebas. Kesemuanya ini berputar berkisar 5 mode sebagai berikut :

1.Preliminary Mode

Mengumpulkan informasi-informasi awal, saat dari tim-tim pencari diminta bantuan tenaganya sampai kedatangan dilokasi, formasi dari perencanaan pencarian awal, perhitungan-perhitungan,dsb.

2.Confinement Mode

Memantapkan garis batas untuk mengurung orang yang hilang berada didalam area pencarian (search area).

3.Detection Mode

Pemeriksaan-pemeriksaan tempat-tempat yang dicurigai bila dirasa perlu dan pencarian dengan cara menyapu (sweep searches) diperhitungkan untuk menemukan orang yang hilang.

4.Tracking Mode

Mengikuti jejak-jejak atau barang-barang yang tercecer yang ditinggalkan orang hilang. 5.Evacuation Mode

Memberikan perawatan kepada korban dan membawanya dengan tandu apabila dibutuhkan. Dari kelima mode itu, anggota ESAR (Explorer Search And Rescue) tim umumnya akan banyak terlibat pada Confinement, Detection, dan Evacuation. Pada Preliminary Mode, Operation Leader (OL) dari ESAR akan menjabat pekerjaan sebagai perhubungan dengan badan yang bertanggung jawab (Polisi, Badan SAR Nasional, dll)

Pencarian dan penyelamatan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Helikopter EH1010 Kanada untuk usaha mencari dan menyelamatkan. BALSA PESCANTE.JPG

Pelatihan SAR

Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BNPP), sebelumnya bernama Pencarian dan penyelamatan (bahasa Inggris: search and rescue; SAR), adalah kegiatan dan usaha mencari, menolong, dan

menyelamatkan jiwa manusia yang hilang atau dikhawatirkan hilang atau menghadapi bahaya dalam musibah-musibah seperti pelayaran, penerbangan, dan bencana. Istilah SAR telah digunakan secara internasional tak heran jika sudah sangat mendunia sehingga menjadi tidak asing bagi orang di belahan dunia manapun tidak terkecuali di Indonesia.

Operasi SAR dilaksanakan tidak hanya pada daerah dengan medan berat seperti di laut, hutan, gurun pasir, tapi juga dilaksanakan di daerah perkotaan. Operasi SAR seharusnya dilakuan oleh personal yang memiliki ketrampilan dan teknik untuk tidak membahayakan tim penolongnya sendiri maupun

korbannya. Operasi SAR dilaksanakan terhadap musibah penerbangan seperti pesawat jatuh, mendarat darurat dan lain-lain, sementara pada musibah pelayaran bila terjadi kapal tenggelam, terbakar,

(14)

tabrakan, kandas dan lain-lain. Demikian juga terhadal adanya musibah lainnya seperti kebakaran, gedung runtuh, kecelakaan kereta api dan lain-lain.

Terhadap musibah bencana alam, operasi SAR merupakan salah satu rangkaian dari siklus penanganan kedaruratan penanggulan bencana alam. Siklus tersebut terdiri dari pencegahan (mitigasi) , kesiagaan (preparedness), tanggap darurat (response) dan pemulihan (recovery), dimana operasi SAR merupakan bagian dari tindakan dalam tanggap darurat.

Di bidang pelayaran dan penerbangan, segala aspek yang melingkupinya termasuk masalah keselamatan dan keadaan bahaya, telah diatur oleh badan internasional IMO dan ICAO melalui

konvensi internasional. Sebagai pedoman pelaksanaan operasi SAR, diterbitkan IAMSAR Manual yang merupakan pedoman bagi negara anggotanya dalam pelaksaan operasi SAR untuk pelayaran dan penerbangan. Untuk menyeragamkan tindakan agar dicapai suatu hasil yang maksimal maka digunakan suatu Sistem SAR (SAR Sistem) yang perlu dipahami bagi semua pihak terlibat. Dalam pelaksanaan operasi SAR melibatkan banyak pihak baik dari militer, kepolisian, aparat pemerintah, organisasi masyrakat dan lain-lainnya. Demikian juga sesuai dengan ketentuan IMO dan ICAO setiap negara wajib melaksanakan operasi SAR. Instansi yang bertanggung jawab di bidang SAR berbeda-beda untuk setiap negara sesuai dengan ketentuan berlaku di masing-masing negara, di Indonesia tugas tersebut diemban oleh Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BNPP).

Daftar isi [sembunyikan] 1 Organisasi SAR 1.1 Pengertian 1.2 Hakikat

1.3 Perkembangan Organisasi

2 Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BNPP) 3 Tingkat Keadaan Darurat

4 Komponen

4.1 Keorganisasian 4.2 Fasilitas

4.3 Komunikasi

4.4 Pelayanan Darurat Medik 4.5 Dokumentasi

5 Arti Penting Eksistensi SAR 6 Sifat Operasi

7 Kemampuan Dasar

8 Kompetensi Dasar Tenaga SAR 9 Pelaksanaan Operasi SAR

10 Pergantian Nama SAR menjadi Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BNPP) 11 Pranala luar

Organisasi SAR[sunting | sunting sumber] Sekoci penyelamat lifeboat

Sebuah sekoci penyelamat

Pengertian[sunting | sunting sumber]

SAR merupakan singkatan dari Search And Rescue yang mempunyai arti usaha untuk melakukan percarian, pertolongan dan penyelamatan terhadap keadaan darurat yang dialami baik manusia maupun harta benda yang berharga lainnya.

Hakikat[sunting | sunting sumber]

SAR merupakan kegiatan kemanusiaan yang dilakukan secara suka rela dan tanpa pamrih dan

merupakan kewajiban moril bagi setiap individu yang terlatih untuk melakukan pertolongan terhadap korban musibah secara cepat, tepat dan efisien dengan memanfaatkan sumber daya/potensi yang ada, baik sarana dan prasarana maupun manusia yang ada.

(15)

Semenjak terbentuknya pada Tgl. 28 februari 1972 dan dalam perkembangannya, organisasi SAR telah mengalami beberapa kali perubahan yang di lakukan oleh pemerintah untuk lebih mengoptimalkan organisasi SAR. Adapun perubahan – perubahan yang pernah dilakukan adalah;

Keppres No. 11 Thn. 1972. di sebutkan bahwa BASARI ( Badan SAR Indonesia) mempunyai susunan organisasi yang terdiri dari Pimpinan, Pusat Kordinasi SAR Nasional (PUSARNAS), Pusat Kordinasi Rescue, Sub–Sub Pusat Kordinasi Rescue serta Unsur – Unsur SAR.

Keppres No. 44 Thn. 1974. Di jelaskan antara lain bahwa PUSARNAS (Pusat SAR Nasional) berada di bawah Departemen Perhubungan.

Keppres No. 28 Thn. 1979 . di jelaskan bahwa BASARI termasuk anggota BAKORNAS PBA (Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana Alam).

Keppres No. 47 Thn 1979. PUSARNAS diganti menjadi BASARNAS (Badan SAR Nasional). Perubahan PUSARNAS menjadi BASARNAS di sertai pula dengan perubahan eselon dari eselon II menjadi eselon I atau setingkat Direktorat Jenderal. Dan untuk kelancaran tugas – tugas di lapangan, Menteri perhubungan telah mengeluarkan instruksi bahwa Kepala BASARNAS ditunjuk sebagai kuasa ketua BASARI untuk tugas – tugas di lapangan.

Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 83 Tahun 2016 tentang Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BNPP) pada tanggal 6 September 2016. BNPP adalah nama baru yang sebelumnya Badan Search and Rescue Nasional (Basarnas)

Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BNPP)[sunting | sunting sumber]

Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BNPP) mempunyai tugas pokok untuk membina dan mengkoordinasikan semua usaha dan kegiatan pencarian, pemberian pertolongan dan penyelamatan sesuai dengan peraturan SAR nasional dan Internasional terhadap manusia ataupun benda berharga lainnya.

Kantor Koordinasi rescue (KKR)

Mempunyai tugas pokok untuk menyelenggarakan suatu koordinasi Rescue guna mengkoordinir semua unsur dan fasilitas SAR untuk kegiatan di wilayah tanggung jawabnya.

Tingkat Keadaan Darurat[sunting | sunting sumber] Dalam SAR dikenal adanya 3 tingkat keadaan darurat: Inserfa

Destresfa Alertfa

Komponen[sunting | sunting sumber] Badan SAR Nasional di Jakarta, Indonesia.

Sebelum di aktifkannya suatu kegiatan operasi SAR, tentunya harus di dahului dengan adanya berita suatu musibah atau sesuatu yang menghawatirkan atau di khawatirkan akan terjadi musibah.

Penyelenggaraan operasi SAR akan berlangsung dengan baik bila di dukung oleh komponen – komponen SAR yang meliputi ; organisasi, fasilitas, komunikasi, medik dan dokumentasi. Keorganisasian[sunting | sunting sumber]

Organisasi dalam misi SAR akan dibentuk dalam jangka waktu tertentu demi kelancaran koordinasi dan pengendalian unsur-unsur SAR yang ada hingga kegiatan menjadi efektif dengan hasil yang optimal. Organisasi ini akan bubar dengan sendirinya apabila operasi SAR telah dinyatakan selesai. Untuk itu perlu diketahui tugas dan tanggung jawab serta hubungan dari setiap unsur SAR.

SC (SAR Cordinator)

Adalah pejabat yang mampu memberikan dukungan kepada KKR dalam menggerakkan unsur-unsur operasi SAR karena jabatan dan kewenangan yang di milikinya. Kemudian unsur-unsur ini diserahkan kepada SMC untuk di gunakan dalam operasi SAR.

SMC (SAR Mission Coordinator)

Adalah pejabat yang di tunjuk oleh kepala BASARNAS/KKR karena memiliki kualifikasi yang di tentukan atau telah mengikuti pendidikan sebagai seorang SMC yang di akui. SMC akan

mengkoordinasikan dan mengendalikan operasi SAR dari awal sampai akhir. Tugas dan tanggung jawab SMC:

(16)

Mendapatkan informasi tentang musibah. Mendapatkan informasi tentang cuaca.

Menentukan/membagi areal pencarian dan cara serta fasilitas yang akan di gunakan. Mengadakan debriefing terhadap unsur-unsur SAR yang akan dilibatkan.

Mengevaluasi setiap perkembangan (berdasarkan data-data yang di terima).

Melaporkan kegiatan secara teratur ke Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BNPP)/KKR. Mengatur dropping perbekalan.

Mengadakan koordinasi dengan KKR tetangga bila areal pencarian tidak terbatas pada satu wilayah SAR saja.

Menyarankan penghentian pencarian bila di pandang perlu.

Membebaskan unsur SAR atau menghentikan kegiatan bila bantuan mereka tidak di butuhkan. Membuat laporan akhir perihal hasil operasi SAR yang telah dilaksanakan.

Pada umumnya pengendalian SAR di lakukan di KKR namun bila tidak memungkinkan, SMC dapat berpindah sementara ke daerah yang lebih dekat dengan lokasi operasi dan mengendalikan dari daerah tersebut.

OSC (On Scene Commander)

OSC adalah pejabat yang di tunjuk oleh SMC untuk melaksanakan sebagian tugas SMC di lapangan. Persyaratan pejabat OSC sama dengan persyaratan seorang pejabat SMC. OSC melaksanakan tugas sebatas yang di delegasikan kepadanya. Hal ini biasanya di lakukan bila lokasi pencarian sulit untuk di kendalikan secara langsung oleh SMC atau SMC merasa perlu adanya OSC untuk membantu

kelancaran tugas-tugasnya. SRU (Search And Rescue Unit)

SRU adalah unsur SAR yang di operesikan dalam kegiatan SAR dan mengikuti pentahapan

penyelenggfaraan operasi. SRU dapat berasal dari berbagai organisasi/instansi yang ingin berpartisipasi dalam kegiatan operasi SAR. STRUKTUR ORGANISASI MISI SAR SC >>> SMC >>> SRU atau SC >>> SMC >>> OSC >>> SRU

Fasilitas[sunting | sunting sumber]

Yang termasuk dalam fasilitas SAR adalah semua pendukung penyelenggaraan dalam kegiatan operasi SAR, dapat berupa fasilitas milik pemerintah, swasta, perusahaan, kelompok/organisasi masyarakat maupun perorangan. Jenisnya dapat berupa personil terlatih, kendaraan, alat komunikasi dll.

Komunikasi[sunting | sunting sumber]

Komukasi akan berperan dalam penyampaian informasi dari satu unit ke unit lainnya secara cepat dan akan lebih memudahkan dalam pengendalian operasi terlebih dalam keadaan emergency.

Pelayanan Darurat Medik[sunting | sunting sumber]

Dalam pelaksanaan operasi SAR sangat diperlukan adanya pelayanan darurat medik untuk memberikan pertolongan pertama bila ada korban yang membutuhkan sebelum di tangani oleh pihak yang lebih berkompeten. Pelayanan ini juga di butuhkan pada saat melakukan evakuasi dan mobilisasi korban. Dokumentasi[sunting | sunting sumber]

Dokumentasi berguna untuk memberikan data dan keterangan serta analisa dari informasi misi SAR yang diterima termasuk mulai dari tahap kekhawatiran sampoai tahap konklusi misi, khususnya catatan baik secara tulisan atau visual. Ini merupakan bahan untuk evaluasi dan pedoman untuk kegiatan selanjutnya SAR pada hakikatnya adalah kegiatan kemanusiaan yang dijiwai falsafah Pancasila dan merupakan kewajiban bagi setiap Warga Negara Indonesia. Kegiatan tersebut meliputi segala upaya dan usaha pencarian, pemberian pertolongan, dan penyelamatan jiwa manusia dan harta benda yang bernilai dari segala musibah baik dalam penerbangan, pelayaran, bencana maupun musibah lainnya. Dari batasan pengertian dan hakikat SAR diatas, jelas bahwa kegiatan SAR yang utama adalah

pelaksanaan operasi. Namun dalam kegiatannya, pelaksanaan operasi hanya akan bisa berjalan dengan efektif dan efisien apabila didukung oleh pembinaan SAR yang mantap. Pembinaan SAR yang

dimaksud adalah kegiatan atau tindakan yang berhubungan dengan perencanaan, penyusunan, pembangunan/pengembangan, koordinasi, pengerahan, penggunaan, dan pengendalian terhadap unsur/sarana SAR agar tercapai tingkat kemampuan dan kesiapan operasional yang dipersyaratkan.

(17)

Arti Penting Eksistensi SAR[sunting | sunting sumber]

Pada dasarnya kegiatan SAR ini dilaksanakan oleh Negara-negara diseluruh dunia, oleh sebab itu pengaturan mengenai SAR telah disepakati juga dalam konvensi Internasional yang tentunya akan mengikat bagi Negara-negara yang telah meratifikasinya. Konvensi Internasional dimaksud adalah : Adanya ketentuan dari ICAO (Internasional Civil Aviation Organization) yaitu Organisasi Penerbangan Sipil Internasional dalam Konvensi Chicago, 1944 pada Pasal VI tentang Internasional Standard and Recommended Practices Annex 12 “Search and Rescue”, antara lain berisi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan SAR yang meliputi organisasi, tugas, dan kerja sama dengan Negara-negara tetangga.

Adanya ketentuan dari IMO (International Maritime Organization) atau Organisasi Pelayaran Inernasional, sesuai dengan Konvensi SOLA (Safety of Live at Sea) 1974 yang menentukan bahwa Negara memiliki kewajiban untuk membentuk sistem pengawasan/penjagaan pantai dan melakukan penyelamatan apabila terjadi kecelakaan di wilayah perairannya.

Dengan adanya ketentuan internasional yang bersifat mengikat tersebut, Negara wajib memiliki organisasi SAR yang mampu untuk menangani musibah penerbangan dan pelayaran di wilayah tanggung jawabnya sesuai dengan petunjuk teknis yang tertuang dalam IAMSAR Manual.

Apabila Negara tidak bisa memberikan pelayanan di bidang SAR, maka Negara yang bersangkutan dikenai status “Black Area” yang berpengaruh negatif terhadap aspek perekonomian, sosial politik, HANKAM, dan aspek-aspek lainnya, bahkan bisa dicabut dari keanggotaan ICAO & IMO.

Sifat Operasi[sunting | sunting sumber] Kemanusiaan.

Netral.

Cepat, Cermat, Cekatan. Tepat dan Aman.

Koordinatif. Borderless.

Kemampuan Dasar[sunting | sunting sumber]

Sesuai dengan arti kata SAR yang berarti Search (Pencarian) dan Rescue

(Pertolongan/Penyelamatan),maka dalam kegiatan operasional SAR dibutuhkan ilmu pengetahuan dan keterampilan teknis SAR serta beberapa disiplin ilmu sebagai penunjang/pendukung. Ilmu pengetahuan dan keterampilan serta disiplin ilmu pendukung yang dimaksud adalah :

Pengetahuan Dasar SAR yang meliputi organisasi SAR, organisasi Operasi SAR, filosofi SAR, dan lain-lain.

Unsur Pencarian (Search). Teknik Pencarian di Darat. Teknik Pencarian di Laut. Teknik Pencarian dari Udara.

Unsur Pertolongan/ Penyelamatan (Rescue) : Evakuasi.

Medical First Response. Unsur Pendukung/Penunjang : Navigasi.

Mountaineering. Survival.

Komunikasi Lapangan.

Persiapan Perbekalan, Pakaian dan Makanan. Helly Rescue.

Kompetensi Dasar Tenaga SAR[sunting | sunting sumber] Fisik yang prima dan sikap mental yang tangguh.

Memiliki pengetahuan yang cukup.

Memiliki keterampilan yang dipersyaratkan. Mampu menjalin koordinasi dengan baik.

Pelaksanaan Operasi SAR[sunting | sunting sumber]

Operasi SAR diaktifkan segera setelah diketahui dengan pasti adanya musibah atau terjadi keadaan darurat.

(18)

Operasi SAR dihentikan bila korban musibah telah berhasil diselamatkan atau bila telah dijakinkan keadaan darurat tidak terjadi lagi (Fase Alert) atau sudah dapat diatasi, atau bila hasil analisa / evaluasi berdasarkan Time Frame For Survival (TFFS) survivor/korban bahwa harapan untuk selamat setelah hari ke 7 (ketujuh) operasi SAR dilaksanakan sudah tidak ada lagi.

Opersai SAR merupakan gabungan kegiatan dari Operasi Search dan Operasi Rescue yang pada pelaksanaannya dapat berupa :

Operasi Pencarian tanpa Operasi Pertolongan.

Operasi Pertolongan/Penyelamatan tanpa operasi pencarian. Operasi Pencarian yang dilanjutkan Operasi Pertolongan.

Pergantian Nama SAR menjadi Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BNPP)[sunting | sunting sumber]

Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menandatangani Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 83 Tahun 2016 tentang Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BNPP) pada tanggal 6 September 2016. BNPP adalah nama baru yang sebelumnya Badan Search and Rescue Nasional (Basarnas).

Pranala luar[sunting | sunting sumber] (Indonesia) Badan SAR Nasional (Inggris) Asosiasi Nasional SAR (Indonesia) pergantian nama Basarnas Kategori: PenyelamatanPencarian

HAKIKAT SEARCH AND RESCUE (SAR) koleksi , SAR

SAR pada hakekatnya adalah kegiatan kemanusiaan yang dijiwai falsafah Pancasila dan merupakan kewajiban bagi setiap Warga Negara Indonesia. Kegiatan tersebut meliputi segala upaya dan usaha pencarian, pemberian pertolongan, dan penyelamatan jiwa manusia dan harta benda yang bernilai dari segala musibah baik dalam penerbangan, pelayaran, bencana maupun musibah lainnya.

Dari batasan pengertian dan hakekat SAR diatas, jelas bahwa kegiatan SAR yang utama adalah pelaksanaan operasi. Namun dalam kegiatannya, pelaksanaan operasi hanya akan bisa berjalan dengan efektif dan efisien apabila didukung oleh pembinaan SAR yang mantap. Pembinaan SAR yang

dimaksud adalah kegiatan atau tindakan yang berhubungan dengan perencanaan, penyusunan, pembangunan/pengembangan, koordinasi, pengerahan, penggunaan, dan pengendalian terhadap unsur/sarana SAR agar tercapai tingkat kemampuan dan kesiapan operasional yang dipersyaratkan. ARTI PENTING EKSISTENSI SAR

Pada dasarnya kegiatan SAR ini dilaksanakan oleh Negara-negara diseluruh dunia, oleh sebab itu pengaturan mengenai SAR telah disepakati juga dalam konvensi Internasional yang tentunya akan mengikat bagi Negara-negara yang telah meratifikasinya. Konvensi Internasional dimaksud adalah : Adanya ketentuan dari ICAO (Internasional Civil Aviation Organization) yaitu Organisasi Penerbangan Sipil Internasional dalam Konvensi Chicago, 1944 pada Pasal VI tentang Internasional Standard and Recommended Practices Annex 12 “Search and Rescue”, antara lain berisi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan SAR yang meliputi organisasi, tugas, dan kerja sama dengan Negara-negara tetangga.

Adanya ketentuan dari IMO (International Maritime Organization) atau Organisasi Pelayaran Inernasional, sesuai dengan Konvensi SOLA (Safety of Live at Sea) 1974 yang menentukan bahwa Negara memiliki kewajiban untuk membentuk sistim pengawasan/penjagaan pantai dan melakukan penyelamatan apabila terjadi kecelakaan di wilayah perairannya.

Dengan adanya ketentuan internasional yang bersifat mengikat tersebut, Negara wajib memiliki organisasi SAR yang mampu untuk menangani musibah penerbangan dan pelayaran di wilayah tanggung jawabnya sesuai dengan petunjuk teknis yang tertuang dalam IAMSAR Manual.

Apabila Negara tidak bisa memberikan pelayanan di bidang SAR, maka Negara yang bersangkutan dikenai status “Black Area” yang berpengaruh negatif terhadap aspek perekonomian, sosial politik, HANKAM, dan aspek-aspek lainnya, bahkan bisa dicabut dari keanggotaan ICAO & IMO.

FILOSOFI SAR 1.Locate.

Artinya memberikan gambaran yang kongkrit posisi/lokasi subyek yang mengalami musibah itu berada. Lokasi biasanya ditunjukkan dengan garis lintang dan bujur pada peta.

(19)

Artinya sumber-sumber dari mana saja dan dengan cara apa bantuan pertolongan ini bisa sampai menuju lokasi tempat terjadinya musibah.

3.Stabilize.

Artinya penanganan/perawatan korban dengan berbagai macam kasus di lokasi kejadian itu dilakukan oleh unit-unit penolong (Rescue Unit) sebelum bantuan medis tiba untuk memberikan perawatan lebih lanjut.

4.Transport/Evakuasi.

Artinya proses pemindahan korban dari lokasi ke tempat yang lebih aman untuk diberikan pertolongan pertama (evakuasi) dan transportasi dari tempat mendapat pertolongan pertama ke tempat fasilitas medis terdekat.

SIFAT – SIFAT OPERASI SAR. 1.Kemanusiaan.

2.Netral.

3.Cepat, Cermat, Cekatan. 4.Tepat dan Aman.

5.Koordinatif. 6.Borderless.

KEMAMPUAN DASAR SAR

Sesuai dengan arti kata SAR yang berarti Search (Pencarian) dan Rescue

(Pertolongan/Penyelamatan),maka dalam kegiatan operasional SAR dibutuhkan ilmu pengetahuan dan keterampilan teknis SAR serta beberapa disiplin ilmu sebagai penunjang/pendukung. Ilmu pengetahuan dan keterampilan serta disiplin ilmu pendukung yang dimaksud adalah :

1.Pengetahuan Dasar SAR yang meliputi organisasi SAR, organisasi Operasi SAR, filosofi SAR, dan lain-lain.

2.Unsur Pencarian (Search). a.Teknik Pencarian di Darat. b.Teknik Pencarian di Laut. c.Teknik Pencarian dari Udara.

3.Unsur Pertolongan/ Penyelamatan (Rescue) : a.Evakuasi.

b.Medical First Response. 4.Unsur Pendukung/Penunjang : a.Navigasi.

b.Mountaineering. c.Survival.

d.Komunikasi Lapangan.

e.Persiapan Perbekalan, Pakaian dan Makanan. f.Helly Rescue.

KOMPETENSI DASAR TENAGA SAR.

1.Fisik yang prima dan sikap mental yang tangguh. 2.Memiliki pengetahuan yang cukup.

3.Memiliki keterampilan yang dipersyaratkan. 4.Mampu menjalin koordinasi dengan baik. PENYELENGGARAAN OPERASI SAR

Dalam penyelenggaraan operasi SAR, akan dihadapkan dengan system SAR yakni adanya 3 (tiga) Fase keadaan darurat (Emergency Phase), 5 (lima) Tahap Operasi SAR (SAR Stage) dan 5 (lima) Komponen yang menunjang operasi SAR (SAR Component}.

1.Phase keadan darurat.

•Tingkat meragukan (Uncertainty phase – INCERFA), bila pesawat atau kapal terlambat melapor tiba di tempat tujuan melebihi batas waktunya.

(20)

•Tingkat mengkhawatirkan (Alert phase – ALERFA), merupakan kelanjutan dari phase INCERFA atau diketahui pesawat atau kapal dalam keadaan mengkhawatirkan atau adanya ancaman terhadap

keselamatannya.

•Tingkat memerlukan bantuan (Distress phase – DISTRESFA) diketahui penumpang pesawat atau kapal dalam keadaan bahaya dan memerlukan pertolongan.

2.Tahap Operasi SAR.

•Tahap menyadari (Awareness Stage), yaitu saat diketahui/disadari terjadinya keadaan darurat. •Tahap tindak awal (Initial Action Stage), saat dilakukan tindakan awal sebagai respon adanya musibah.

•Tahap perencanaan operasi (Planning stage), saat dilakukan rencana operasi yang efektif untuk melaksanakan operasi SAR.

•Tahap operasi (Operation stage), saat dilakukannya operasi pencarian dan pertolongan.

•Tahap pengakhiran operasi (Mission conclusion stage), saat dinyatakan operasi SAR selesai dan seluruh unsur dikembalikan ke satuan masing-masing.

3.Komponen Penunjang SAR (SAR Component).

Pelaksanaan kegiatan SAR sesuai dengan pentahapan tersebut akan berhasil apabila didukung oleh adanya 5 komponen penunjang yang terdiri atas :

1.Organisasi.

Dalam lingkup operasi SAR dikenal organisasi operasi yang berlaku secara internasional. Organisasi ini merupakan organisasi tugas operasi yang terdiri dari :

•SAR Coordinator (SC).

SC adalah pejabat yang mempunyai tanggung jawab untuk menjamin dapat berlangsungnya suatu operasi SAR yang efisien dengan menggunakan seluruh potensi SAR yang ada. SC dapat dijabat oleh Kepala Basarnas, Gubernur Kepala Daerah Tingkat I, Bupati Kepala Daerah Tingkat II.

•SAR Mission Coordinator (SMC).

SMC adalah seseorang atau pejabat yang ditunjuk oleh SC untuk melaksanakan koordinasi dan pengendalian operasi SAR. Seorang SMC harus memiliki kualifikasi / kemampuan komando dan pengendalian serta memahami proses perencanaan operasi SAR, teknik Search and Rescue. SMC biasanya menggunakan Sumber Daya Manusia di daerah kejadian.

•On Scene Coordinator (OSC).

OSC yang ditunjuk bisa lebih dari 1 orang, tergantung dari jumlah dan jenis unsur yang dikerahkan, terutama pada operasi SAR gabungan yang melibatkan darat, laut dan udara serta apabila lokasi operasi teletak di wilayah perbatasan 2 (dua) Negara. OSC ditunjuk oleh SMC dan biasanya diambil dari komandan unsur yang paling senior diantara SRU.

•SAR Unit (SRU).

SRU adalah unit-unit SAR yang bertugas melaksanakan kegiatan operasi SAR dilapangan. SRU dapat berupa kapal laut dan crewnya, pesawat dengan crewnya atau tim darat. Pemilihan SRU harus

berdasarkan pada pertimbangan kemampuan unsure dan kualifikasi awaknya. Keberadaan potensi SAR yang ada di masyarakat yang memiliki kualifikasi untuk menunjang operasi SAR biasanya ditempatkan pada SRU ini.

2.Fasilitas.

Fasilitas SAR dapat merupakan fasilitas milik pemerintah, swasta maupun perorangan. Pemilihan fasilitas berdasarkan atas kemampuan operasional dan latihan serta pengalaman awaknya. Hingga saat ini Basarnas instansi yang menangani SAR di Indonesia masih banyak menggunakan fasilitas yang dimiliki TNI AU, TNI AL untuk mendukung kegiatan operasi SAR.

3.Komunikasi.

Komunikasi merupakan tulang punggung dari seluruh sistim SAR. Fungsi komunikasi meliputi pengindraan / diteksi dini, koordinasi, komando dan pengandalian administrasi / logistic. Dalam pelaksanaan fungsi peringatan dini ini Basarnas, instansi yang menangani SAR di Indonesia

menggunakan satelit Cospas / Sarsat, khusus untuk menangani pesawat terbang yang membawa ELT (Emergency Locater Terminal) dan kapal-kapal laut yang membawa EPIRB (Emergency Positioning Indicator Radio Beacon). Lokasi stasiun Cospas / Sarsat disebut LUT (Lokal User Terminal) yang berada di Jakarta dan Ambon, menggunakan saluran teristrial dan radio yang berhubungan dengan ATC dan SROP. Untuk fungsi koordinasi terutama informasi data Basarnas menggunakan SAROIMS (SAR Operation Information Managemet System) dengan memanfaatkan teknologi V-Sat, yang dipasang di kantor-kantor SAR dan dihubungkan dengan kantor pusat. Fungsi kodal sebagian besar menggunakan

Referensi

Dokumen terkait