• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

RELATED FACTORS TO THE INSIDENCE OF DIARRHEA IN TODDLERS

Antonius Yafit

Program Studi Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kapuas Raya Sintang

Abstrak

Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan dan penyebab kematian pada balita. Prevalensi kejadian diare pada balita di Desa Nanga Tikan Wilayah Kerja Puskesmas Nanga Mau Kabupaten Sintang tahun 2013 sebanyak 28 kasus dari dari 77 balita atau (36,36%). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di Desa Nanga Tikan Wilayah Kerja Puskesmas Nanga Mau Kabupaten Sintang. Metode penelitian ini menggunakan rancangan survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki balita dengan populasi 77 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan metode sensus untuk seluruh populasi yang ada. Hasil penelitian menunjukan bahwa 59.7% balita yang pernah mengalami diare, 48.1% responden memiliki pengetahuan kurang baik, 53.2% responden memiliki sikap kurang baik, 50.6% responden memiliki praktik kurang baik, 51.9% responden memiliki sumber air minum yang tidak memenuhi syarat, 53.2% responden yang tidak memiliki jamban dan 61% responden yang tidak memiliki tempat sampah. Uji statistik menggunakan Chi Square dengan bantuan software statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan (p=0.012), sikap (p=0.020), praktik (0.004), sumber air minum (p=0.032), kepemilikan jamban (p=0.020) dengan kejadian diare pada balita dan tidak ada hubungan antara kondisi pembuangan sampah (p=1.000) dengan kejadian diare pada balita. Bagi Puskesmas perlu dilakukan upaya seperti penyuluhan tentang penyakit diare, bagi ibu yang memiliki balita tindakan membuang sampah pada tempatnya, membuang kotoran bayi pada jamban, mencuci tangan sebelum dan setelah melakukan kegiatan, tidak menghentikan pemberian ASI pada balita hingga berusia 6 bulan agar sistem kekebalan tubuh balita lebih baik.

Kata kunci : Diare, Balita, Perilaku dan Sanitasi Lingkungan

Abstract

Diarrhea disease remains health concern and cause of death in toddlers. The prevalence of diarrhea in toddlers in Nanga Tikan village, PHC of Nanga Mau work area Sintang regency year 2014 are 28 case 77 toddlers (36.36%). The purpose of this research is to determine the factors associated with the incidence of diarrhea in children under five in the Related Factors To The Insidence Of Diarrhea In Toddlers in Nanga Tikan Village, PHC Of Nanga Mau Work Area Sintang Regency Year 2014. This research method uses an analytic survey design with cross sectional approach. The subjects were all mothers who have children with a population of 77 people. The sampling technique used in this study is using the census for the entire population. The results showed that 59.7% of infants who had experienced diarrhea, 48.1% of respondents had poor knowledge, 53.2% of respondents had a poor attitude, 50.6% of respondents had less good practice, 51.9% of respondents have a drinking water source are not eligible, 53.2% respondents who do not have latrines and 61% of respondents who do not have a trash can. Statistically using Chi Square test with the help of statistical software. The results showed that there is a relationship between knowledge (p = 0.012), attitude (p = 0.020), practice (0.004), the source of drinking water (p = 0.032), latrine pusessron (p = 0.020) and the incidence of diarrhea in infants and no the relationship between waste disposal conditions (p = 1.000) and the incidence

of diarrhea in infants. For health centers need to take, such as counseling on diarrheal diseases, for mothers who have children throwing away trash in its place, removing baby poop on the toilet, wash hands before and after doing the activities, do not stop breastfeeding in infants up to 6 months old so that the immune system toddlers better.

Key Words : Diarrhea, Toddlers, Behavior and Environmental Sanitation

Pendahuluan

Tujuan pembangunan Nasional di bidang kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduk yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil, merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Indonesia. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut dilakukan upaya-upaya kesehatan. Salah satu upaya kesehatan yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan yang optimal adalah Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular. Program Pemberantasan penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi program pemerintah di antaranya adalah program pemberantasan penyakit diare yang bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit diare, menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit diare.

Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan bagi masyarakat Indonesia. Tingginya angka kesakitan karena diare banyak kematian terutama pada bayi dan anak balita. Balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, utamanya penyakit infeksi (Notoatmodjo, 2007). Salah satu penyakit infeksi pada balita adalah diare. Diare lebih dominan menyerang balita karena daya tahan tubuh balita yang masih lemah sehingga balita sangat rentan terhadap penyebaran virus penyebab diare.

Diare adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume keenceran, serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari pada anak dan pada bayi lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir darah Depkes (2010).

Diare tetap menjadi salah satu penyebab utama kematian pada anak balita secara global. Perkirakan 6,9 juta kematian anak 11 persen kematian atau lebih dari 750.000 kematian anak disebabkan oleh diare. Ini membunuh anak-anak lebih dari AIDS dan malaria dan campak digabungkan (Unicef, 2013)

Menurut Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2012 angka kesakitan akibat diare mencapai 9.739.163 kasus dan yang ditangani adalah 2.301.424 kasus atau 35,5%. Sementara untuk Kalimantan Barat sendiri menurut Profil Kesehatan pada tahun 2011 perkiraan terjadinya Penyakit diare mencapai 199.113 kasus, pada tahun 2012 penyakit diare mencapai 98.075 kasus dan yang ditangani mencapai 93.566 kasus atau 95.4%. Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Sintang tahun 2012 diare masih menjadi masalah kesehatan dengan angka kesakitan mencapai 11.259 kasus atau 138.9% dan 2013 tercatat 11.228 kasus.

Puskesmas Nanga Mau merupakan salah satu puskesmas dengan angka kejadian diare paling tinggi pada tahun 2012

(2)

mencapai 2.063 kasus, terjadi peningkatan menjadi 2.572 kasus ditahun 2013. Kategori usia 1-4 terdapat 739 kasus pada tahun 2012 dan meningkat menjadi 877 kasus ditahun 2013 (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang, 2013). Desa Nanga Tikan adalah salah satu desa yang berada di wilayah kerja Puskesmas Nanga Mau, Kecamatan Kayan Hilir, Kabupaten Sintang merupakan daerah dengan kasus kejadian diare tertinggi kategori umur 1-4 yaitu 28 kasus dari dari 77 balita atau 36,36% pada tahun 2013 (Laporan Pengamatan Penyakit Khusus Puskesmas Nanga Mau, Kecamatan Kayan Hilir, Kabupaten Sintang, 2013). Metode

Metode penelitian ini menggunakan rancangan survei analitik dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk melihat hubungan antara beberapa variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen dimana variabel diamati secara bersamaan dan waktu yang sama. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki yang bertempat tinggal di Desa Nanga Tikan Wilayah kerja Puskesmas Nanga Mau, Kecamatan Kayan Hilir, Kabupaten Sintang Tahun 2014 yaitu sebanyak 77 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan metode sensus dengan mengambil semua populasi yang ada, sampel berjumlah 77 orang. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah : kuesioner, lembar Check list, alat tulis dan kamera digital.

Hasil

Analisis Univariat

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pengetahuan, Sikap, Praktik, Sumber Air Minum, Kepemilikan Jamban dan Kondisi Pembuangan Sampah dengan Kejadian Diare Pada Balita di Desa Nanga Tikan Wilayah Kerja Puskesmas Nanga Mau Kabupaten Sintang Tahun 2014.

Berdasarkan tabel 1 memberikan gambaran bahwa balita yang pernah mengalami diare dalam enam bulan terakhir yaitu sebesar (59.7%) sebanyak 46 balita dan yang tidak pernah mengalami diare dalam enam bulan yaitu sebesar (40.3%) sebanyak 31 balita, responden yang berpengetahuan baik sebesar (51.9%) sebanyak 40 responden dan responden yang berpengetahuan kurang baik sebesar (48.1%) sebanyak 37 responden, yang bersikap kurang baik yaitu sebesar (53.2%) sebanyak 41 responden dan yang bersikap baik sebesar (46.8%)

sebanyak 36 responden, yang memiliki praktik kurang baik sebesar (50.6%) sebanyak 39 responden dan yang memiliki praktik baik sebesar (49.4%) sebanyak 38 responden, yang memiliki sumber air minum yang tidak memenuhi syarat sebesar (51.9%) sebanyak 40 responden dan yang memiliki sumber air minum yang memenuhi syarat yaitu sebesar (48.1%) sebanyak 37 responden, yang tidak memiliki jamban yaitu sebesar (53.2%) sebanyak 41 responden dan yang memiliki jamban sebesar (46.8%) sebanyak 36 responden serta responden yang tidak memiliki tempat sampah sebesar (60%) sebanyak 47 responden dan memiliki tempat sampah yaitu sebesar (39%) sebanyak 30 responden.

Analisis Bivariat

Tabel 2. Hubungan Pengetahuan, Sikap, Praktik, Sumber Air Minum, Kepemilikan Jamban dan Kondisi Pembuangan Sampah dengan Kejadian Diare Pada Balita di Desa Nanga Tikan Wilayah Kerja Puskesmas Nanga Mau Kabupaten Sintang Tahun 2014.

Berdasarkan tabel 2 menunjukan bahwa hasil uji statistik untuk variabel pengetahuan diperoleh nilai p-value = 0,012 artinya “ada hubungan antara pengetahuan responden dengan kejadian diare pada balita di Desa Nanga Tikan Wilayah Kerja Puskesmas Nanga Mau Kabupaten Sintang tahun 2014”. Kondisi ini didukung oleh nilai Odds Ratio (OR) dengan confidence

interval (CI) = 3.802 artinya responden yang pengetahuan kurang

baik berisiko 3.802 kali terkena diare pada balita dibandingkan

Kejadian Diare Pada Balita (n) (%)

Pernah 46 59.7 Tidak pernah 31 40.3 Pengetahuan (n) (%) Baik 40 51.9 Kurang Baik 37 48.1 Sikap (n) (%) Baik 36 46.8 Kurang Baik 41 53.2 Praktik (n) (%) Baik 38 49.4 Kurang Baik 39 50.6

Sumber Air Minum (n) (%)

Memenuhi Syarat 37 48.1

Tidak Memenuhi Syarat 40 51.9

Kepemilikan Jamban (n) (%)

Memiliki Jamban 36 46.8

Tidak Memiliki Jamban 41 53.2

Kondisi Pembuangan Sampah (n) (%)

Memiliki Tempat Sampah 30 39

Tidak Memiliki Tempat Sampah 47 61

Variabel

Kejadian Diare

Pada Balita Total OR

95% (CI) P Value Tidak Pernah Pernah F % F % F % 3.802 (1.433-10.088) 0.012 Pengetahuan Baik 22 55 18 45 40 100 Kurang Baik 9 24.3 28 75.7 37 100 Sikap Baik 20 55.6 16 44.4 36 100 3.409 (1.314-8.847) 0.020 Kurang Baik 11 26.8 30 73.2 41 100 Praktik Baik 22 57.9 16 42.1 38 100 4.583 (1.712-12.269) 0.004 Kurang Baik 9 23.1 30 76.9 39 100 Sumber Air Minum Memenuhi Syarat 20 54.1 17 45.9 37 100 3.102 (1.201-8.008) 0.032 Tidak Memenuhi Syarat 11 27.5 29 72.5 40 100 Kepemilikan Jamban Memiliki Jamban 20 55.6 16 44.4 36 100 3.409 (1.314-8.847) 0.020 Tidak Memiliki Jamban 11 26.8 30 73.2 41 100 Kondisi Pembuangan Sampah Memiliki tempat sampah 12 40 18 60 30 100 0.982 (0.386-2.501) 1.000 Tidak memiliki tempat sampah 19 40.4 28 59.6 47 100

(3)

dengan responden yang pengetahuan baik. Hasil uji statistik pada variabel sikap diperoleh nilai p-value = 0.020 artinya “ada hubungan yang bermakna antara sikap responden dengan kejadian diare pada balita di Desa Nanga Tikan Wilayah Kerja Puskesmas Nanga Mau Kabupaten Sintang tahun 2014”. Fakta ini diperkuat oleh nilai Odds Ratio (OR) dengan confidence

interval (CI) = 3.409 artinya responden yang sikapnya kurang baik

berisiko 3.409 kali terkena diare pada balita dibandingkan dengan responden yang sikapnya baik. Hasil uji statistik pada variabel praktik diperoleh nilai p-value = 0,004 artinya “ada hubungan antara praktik responden dengan kejadian pada balita di Desa Nanga Tikan Wilayah Kerja Puskesmas Nanga Mau Kabupaten Sintang Tahun 2014”. Fakta ini diperkuat oleh nilai Odds Ratio (OR) dengan confidence interval (CI) = 4.583 artinya responden yang praktiknya kurang baik, berisiko 4.583 kali mengalami kejadian diare pada balita dibandingkan responden yang praktiknya baik. Hasil uji statistik pada variabel sumber air minum diperoleh nilai p-value = 0,032 artinya “ada hubungan antara sumber air minum yang dikonsumsi dengan kejadian diare pada balita di Desa Nanga Tikan Wilayah Kerja Puskesmas Nanga Mau Kabupaten Sintang Tahun 2014”. Fakta ini diperkuat oleh nilai Odds Ratio (OR) dengan confidence interval (CI) = 3.102 artinya dapat disimpulkan bahwa responden yang mengkonsumsi air minum yang tidak memenuhi syarat berisiko 3.102 kali mengalami kejadian diare pada balita dibandingkan responden yang mengkonsumsi air minum yang memenuhi syarat. Hasil uji statistik pada variabel kepemilikan jamban diperoleh nilai p-value = 0,020 artinya “ada hubungan antara kepemilikan jamban dengan kejadian pada balita di Desa Nanga Tikan Wilayah Kerja Puskesmas Nanga Mau Kabupaten Sintang Tahun 2014”. Fakta ini diperkuat oleh nilai Odds Ratio (OR) dengan confidence

interval (CI) = 3.409 artinya responden yang tidak memiliki

jamban berisiko 3.409 kali mengalami kejadian diare pada balita dibandingkan responden yang memiliki jamban. Hasil uji statistik pada variabel kondisi pembuangan sampah diperoleh nilai

p-value = 1.000 artinya “tidak ada hubungan antara kondisi pembuangan sampah dengan kejadian pada balita di Desa Nanga Tikan Wilayah Kerja Puskesmas Nanga Mau Kabupaten Sintang Tahun 2014”. Fakta ini diperkuat oleh nilai Odds Ratio (OR) dengan confidence interval (CI) = 0.982 artinya responden yang tidak memiliki tempat berisiko 0.982 kali mengalami kejadian diare pada balita dibandingkan responden yang memiliki tempat sampah.

Pembahasan

Hubungan antara pengetahuan dengan Kejadian Diare pada Balita di Desa Nanga Tikan Wilayah Kerja Puskesmas Nanga Mau Kabupaten Sintang Tahun 2014

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden dengan pengetahuan baik dan tidak pernah mengalami kejadian diare pada balita sebesar (55%) sebanyak 22 responden, yang berpengetahuan baik dan pernah mengalami kejadian diare pada balita sebesar (45%) sebanyak 18 responden sedangkan responden dengan pengetahuan kurang baik dan tidak pernah mengalami kejadian diare pada balita sebesar (24.3%) sebanyak 9 responden, yang berpengetahuan kurang baik dan tidak pernah mengalami kejadian diare pada balita sebesar (75.7%) sebanyak 28 responden. Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,012 artinya ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita di Desa Nanga Tikan Wilayah Kerja Puskesmas Nanga Mau Kabupaten Sintang tahun 2014.

Pengetahuan yang kurang bisa diakibatkan oleh berbagai faktor yang kompleks dan saling mempengaruhi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, diantaranya pendidikan dapat mempengaruhi seseorang, makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga lebih banyak pula pengetahuan yang ia dapatkan dan usia dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, semakin tua

usia seseorang tingkat kemampuan dan kematangan seseorang akan lebih tinggi baik dari cara berfikir maupun dalam segi penerimaan informasi (Notoatmodjo, 2007).

Hasil penelitian ini diperkuat dengan penelitian Andela, (2013) yang menyimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita di Desa Mensiku, Kecamatan Binjai Hulu Kabupaten Sintang dan pengetahuan ibu merupakan faktor risiko kejadian diare dengan nilai p-value =0.025. Hasil penelitian lainnya yang pernah dilakukan oleh Ginting, (2011) menyatakan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Siantan Hulu, Pontianak Kalimantan Barat dan penelitian yang dilakukan Purbasari, 2009 menyatakan adanya hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Kecamatan Ciputat, Tangerang Selatan, Banten.

Hubungan antara sikap dengan Kejadian Diare pada Balita di Desa Nanga Tikan Wilayah Kerja Puskesmas Nanga Mau Kabupaten Sintang Tahun 2014

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden dengan sikap kurang baik dan tidak pernah mengalami kejadian diare pada balita sebesar (26.8%) sebanyak 11 responden, yang bersikap kurang baik dan pernah mengalami kejadian diare pada balita sebesar (73.2%) sebanyak 30 responden sedangkan responden dengan sikap baik dan tidak pernah mengalami kejadian diare pada balita sebesar (55.6%) sebanyak 20 responden, yang bersikap baik dan pernah mengalami kejadian diare pada balita sebesar (44.4%) sebanyak 16 responden. Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0.020 artinya ada hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan kejadian diare pada balita di Desa Nanga Tikan Wilayah Kerja Puskesmas Nanga Mau Kabupaten Sintang tahun 2014.

Menurut Notoatmodjo, (2007:146) menyatakan bahwa Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu, dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Azwar (2007) menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu.

Hasil ini diperkuat oleh penelitian lain juga yang dilakukan oleh Andela, (2013) menunjukan ada hubungan antara sikap ibu dengan kejadian diare pada balita di Desa Mensiku, Kecamatan Binjai Hulu Kabupaten Sintang dengan p=0.005. Hasil penelitian lainnya yang pernah dilakukan oleh Ginting, (2011) menyatakan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Siantan Hulu, Pontianak Kalimantan Barat dan penelitian yang dilakukan Purbasari, 2009 menyatakan adanya hubungan antara sikap ibu dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Kecamatan Ciputat, Tangerang Selatan, Banten.

Hubungan antara Praktik dengan Kejadian Diare pada Balita di Desa Nanga Tikan Wilayah Kerja Puskesmas Nanga Mau Kabupaten Sintang Tahun 2014.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa responden dengan praktik kurang baik dan tidak pernah mengalami kejadian diare pada balita sebesar (23.1%) sebanyak 9 responden, yang memiliki praktik kurang baik dan pernah mengalami kejadian diare pada balita sebesar (76.9%) sebanyak 30 responden sedangkan responden dengan praktik baik dan tidak pernah mengalami kejadian diare pada balita sebesar (57.9%) sebanyak 22 responden, yang memiliki praktinya baik dan pernah mengalami kejadian diare pada balita sebesar (42.1%) sebanyak 16 responden. Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,004

(4)

artinya ada hubungan antara praktik ibu dengan kejadian pada balita di Desa Nanga Tikan Wilayah Kerja Puskesmas Nanga Mau Kabupaten Sintang Tahun 2014.

Hasil penelitian ini juga diperkuat oleh hasil penelitian Andela, (2013) menyimpulkan bahwa ada hubungan antara praktik ibu dengan kejadian diare pada balita di Desa Mensiku, Kecamatan Binjai Hulu Kabupaten Sintang dengan p=0.005, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fajrin, 2013 menyatakan ada hubungan bermakna antara praktik ibu dengan kejadian diare pada balita Di kelurahan siantan tengah Pontianak dengan p=0,000 serta penelitian yang dilakukan oleh Marsanti, 2013 menyatakan ada hubungan antara praktek pola asuh ibu dengan Kejadian Diare pada anak usia < 1 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang dengan p-value = 0,032.

Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, karena untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain, yaitu antara lain adanya fasilitas atau sarana atau prasarana (Notoatmodjo, 2010:55) Praktik adalah setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadapa apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktikan apa yang diketahui atau dinilai baik inilah yang disebut praktik kesehatan (overt behavior) Notoatmodjo (2007).

Hubungan antara Sumber Air Minum dengan Kejadian Diare pada Balita di Desa Nanga Tikan Wilayah Kerja Puskesmas Nanga Mau Kabupaten Sintang Tahun 2014.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden yang memiliki sumber air minum yang tidak memenuhi syarat dan tidak pernah mengalami kejadian diare pada balita sebesar (27.5%) sebanyak 11 responden, yang memiliki sumber air minum tidak memenuhi syarat dan pernah mengalami kejadian diare pada balita sebesar (72.5%) sebanyak 29 responden sedangkan responden dengan sumber air minum yang memenuhi syarat dan tidak pernah mengalami kejadian diare pada balita sebesar (54.1%) sebanyak 20 responden, yang memiliki sumber air minum memenuhi syarat dan pernah mengalami kejadian diare pada balita sebesar (45.9%) sebanyak 17 responden. Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,032 artinya ada hubungan antara sumber air minum yang dikonsumsi dengan kejadian diare pada balita di Desa Nanga Tikan Wilayah Kerja Puskesmas Nanga Mau Kabupaten Sintang Tahun 2014.

Hasil penelitian ini diperkuat dengan penelitian Umiati (2009) menyimpulkan bahwa sumber air minum yang dikonsumsi ada hubungan dengan kejadian diare pada balita dimana nilai p=0,001, hasil penelitian serupa juga dilakukan Marsanti (2013) Hubungan antara Resiko Pencemaran Sumber Air Bersih dengan kejadian diare pada anak usia < 1 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang dengan p-value = 0,029 serta penelitian yang dilakukan oleh Purba, 2012 menyatakan bahwa ada hubungan antara penyediaan air bersih dengan kejadian kejadian diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan dengan (p = 0,016).

Sumber air minum utama merupakan salah satu sarana sanitasi yang tidak kalah pentingnya berkaitan dengan kejadian diare, sebagian kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fekal oral. Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan ke dalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya air minum, jari-jari tangan, dan makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar (Depkes RI, 2005). Air merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Kebutuhan manusia akan air sangat komplek antara lain untuk minum, masak, mencuci, mandi dan sebagainya, diantara kegunaan-kegunaan air tersebut, yang sangat penting adalah kebutuhan untuk minum. oleh karena itu, untuk

keperluan minum (termasuk untuk memasak) air harus mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi manusia termasuk diare, persyaratan air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau (Notoatmodjo, 2007).

Hubungan antara Kepemilikan Jamban dengan Kejadian Diare pada Balita di Desa Nanga Tikan Wilayah Kerja Puskesmas Nanga Mau Kabupaten Sintang Tahun 2014.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden yang tidak memiliki jamban dan tidak pernah mengalami kejadian diare pada balita sebesar (26.8%) sebanyak 11 responden, yang tidak memiliki jamban dan pernah mengalami kejadian diare pada balita sebesar (73.2%) sebanyak 30 responden sedangkan responden yang memiliki jamban dan tidak pernah mengalami kejadian diare pada balita sebesar (55.6%) sebanyak 20 responden, yang memiliki jamban dan pernah mengalami kejadian diare pada balita sebesar (44.4%) sebanyak 16 responden. Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,020 artinya ada hubungan antara kepemilikan jamban dengan kejadian pada balita di Desa Nanga Tikan Wilayah Kerja Puskesmas Nanga Mau Kabupaten Sintang Tahun 2014.

Hasil penelitian ini diperkuat dengan penelitian Umiati (2009) menyimpulkan adanya hubungan antara kepemilikan jamban keluarga dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Nogosari Kabupaten Boyolali tahun 2009 dimana nilai p=0,018. Sumber air minum tempat pembuangan tinja juga merupakan sarana sanitasi yang penting dalam mempengaruhi kejadian diare. Membuang tinja yang tidak memenuhi syarat sanitasi dapat mencemari lingkungan pemukiman, tanah dan sumber air, dari lingkungan yang tercemar tinja berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat, tidak mencuci tangan dengan sempurna setelah bekerja atau bermain ditanah (anak-anak), melalui makanan dan minuman maka dapat menimbulkan kejadian diare, serta penelitian yang dilakukan oleh Wohangara, 2012 menyatakan bahwa ada hubungan antara kepemilikan jamban sehat dengan kejadian diare balita (12-48 Bulan) di wilayah kerja Puskesmas Tana Rara Kecamatan Loli Kabupaten Sumba Barat Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan

p-value: 0, 010.

Menurut Notoatmodjo (2007), syarat pembuangan kotoran yang memenuhi aturan kesehatan adalah tidak mengotori permukaan tanah di sekitarnya, tidak mengotori air permukaan di sekitarnya, tidak mengotori air dalam tanah di sekitarnya, kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipakai sebagai tempat vektor bertelur dan berkembangbiak. Jamban merupakan sarana yang digunakan masyarakat sebagai tempat buang air besar, sehingga sebagai tempat pembuangan tinja, jamban sangat potensial untuk menyebabkan timbulnya berbagai gangguan bagi masyarakat yang ada disekitarnya gangguan tersebut dapat berupa gangguan estetika, kenyamanan dan kesehatan.

Hubungan antara Kondisi Pembuangan Sampah dengan Kejadian Diare pada Balita di Desa Nanga Tikan Wilayah Kerja Puskesmas Nanga Mau Kabupaten Sintang Tahun 2014.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden yang tidak memiliki tempat sampah dan tidak pernah mengalami kejadian diare pada balita sebesar (40.4%) sebanyak 19 responden, yang tidak memiliki tempat sampah dan pernah mengalami kejadian diare pada balita sebesar (59.6%) sebanyak 28 responden sedangkan responden yang memiliki tempat sampah dan tidak pernah mengalami kejadian diare pada balita sebesar (40%) sebanyak 12 responden, yang memiliki tempat sampah dan pernah mengalami kejadian diare pada balita sebesar (60%) sebanyak 18 responden.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 1.000 artinya tidak ada hubungan antara kondisi pembuangan sampah dengan kejadian

(5)

pada balita di Desa Nanga Tikan Wilayah Kerja Puskesmas Nanga Mau Kabupaten Sintang Tahun 2014.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Marsanti (2013) menyimpulkan tidak ada hubungan antara kondisi jamban dengan pada anak usia < 1 tahun di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang dengan p-value = 1,000. Sampah Adalah suatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang.

Menurut definisi World Health Organization (WHO) sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006:111). Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat, karna dari sampah tersebut akan hidup berbagai mikro organisme penyebab penyakit (Bacteri pathogen) dan juga binatang serangga sebagai pemindah/penyebar penyakit (vector), oleh sebab itu sampah harus dikelola dengan baik sampai sekecil mungkin tidak mengganggu atau mengancam kesehatan masyarakat. (Notoatmodjo, 2007:191).

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada ibu yang memiliki balita di Desa Nanga Tikan Kecamatan Kayan Hilir Kabupaten Sintang Tahun 2014, dapat diambil keseimpulan sebagai berikut :

1. Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita di Desa Nanga Tikan Wilayah Kerja Puskesmas Nanga Mau Kabupaten Sintang tahun 2014 dengan hasil analisis statistik menunjukkan nilai p-value = 0.012

2. Ada hubungan antara sikap ibu dengan kejadian diare pada balita di Desa Nanga Tikan Wilayah Kerja Puskesmas Nanga Mau Kabupaten Sintang tahun 2014 dengan hasil analisis statistik menunjukkan nilai p-value = 0.020

3. Ada hubungan antara praktik ibu dengan kejadian pada balita di Desa Nanga Tikan Wilayah Kerja Puskesmas Nanga Mau Kabupaten Sintang Tahun 2014 dengan hasil analisis statistik menunjukkan nilai p-value = 0,004

4. Ada hubungan antara sumber air minum yang dikonsumsi dengan kejadian diare pada balita di Desa Nanga Tikan Wilayah Kerja Puskesmas Nanga Mau Kabupaten Sintang Tahun 2014 dengan hasil analisis statistik menunjukkan nilai

p-value = 0.032

5. Ada hubungan antara kepemilikan jamban dengan kejadian diare pada balita di Desa Nanga Tikan Wilayah Kerja Puskesmas Nanga Mau Kabupaten Sintang Tahun 2014 dengan hasil uji statatistik menunjukkan nilai p-value = 0,020 6. Tidak ada hubungan antara kondisi pembungan sampah

dengan kejadian diare pada balita di Desa Nanga Tikan Wilayah Kerja Puskesmas Nanga Mau Kabupaten Sintang Tahun 2014 dengan hasil uji statatistik menunjukkan nilai

p-value = 1.000

Daftar Pustaka

1. Arianti Miranti Lestari Fajrin, 2013. Hubungan antara

pengetahuan, sikap dan Perilaku ibu mengenai program sanitasi total Berbasis masyarakat terhadap kejadian diare Pada balita Di Kelurahan Siantan Tengah Pontianak.

2. Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktik. PT Asdi Mahasetya : Jakarta

3. Avicena Sakufa Marsanti, 2013. Faktor - faktor yang

berhubungan dengan kejadian diare pada Anak usia < 1 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota

Semarang

4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Buku

Pedoman Pelaksanaan Program P2 Diare. Jakarta .

5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Buku

Saku Lintas Diare. Jakarta

6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Profil

Kesehatan Indonesia. Jakarta.

7. Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat. 2012. Profil

Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat.

8. Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang. 2012. Profil Dinas

Kesehatan Kabupaten Sintang

9. Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang. 2013. Profil Dinas

Kesehatan Kabupaten Sintang

10. Edy Marjuang Purba, 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita Di

Wilayah Kerja Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2012

11. Endah Purbasari 2009 Tingkat Pengetahuan, Sikap, Dan

Perilaku Ibu Dalam Penanganan Awal Diare Pada Balita Di

Puskesmas Kecamatan Ciputat, Tangerang Selatan, Banten : Program Studi Pendidikan Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah : Jakarta

12. Ita Alman Andela, 2013. Hubungan Antara Perilaku Ibu

dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Mensiku Hulu,

Kecamatan Binjai Hulu : Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKes Kapuas Raya Sintang.

13. Ihsan, 2005. Dasar- Dasar kependidikan. PT Asdi Mahasatya : Jakarta

14. Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta : Jakarta

15. . 2010. Promosi Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta

16. .2010. Metodologi Penelitian Kesehatan.

Rineka Cipta : Jakarta

17. Puskesmas Nanga Mau. 2013. Profil Puskesmas Nanga

Mau. Kayan Hilir.

18. Umiati 2009. Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan Dengan

Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas

Nogosari Kabupaten Boyolali Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah : Surakarta

19. Undang-Undang No 36 tentang Kesehatan tahun 2009 diakses 15 Februari 2013 dari Http//www. Fakta.or..id 20. Olviani Melda Wohangara, 2012. Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita (12-48

Bulan) Di Wilayah Kerja Puskesmas Tana Rara Kecamatan Loli Kabupaten Sumba Barat Provinsi Nusa Tenggara Timur 21. Priyatiningsih, 2010. Faktor Lingkungan Dan Perilaku Yang

Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah

Kerja Puskesmas 1 Sokaraja Kabupaten Banyumas

22. Riyanto, 2009. Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan.

Nuha Madika : Yogjakarta

23. Supartini, 2004 dalam Suprayanto. Konsep Balita(Online) (http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/05/konsep-ibu.html) (Diakses tanggal 24 April 2014)

24. Srimurni Br Gintin, 2011. Hubungan Antara Kejadian Diare

Pada Balita Dengan Sikap Dan Pengetahuan Ibu Tentang PHBS Di Puskesmas Siantan Hulu Pontianak Kalimantan

Barat

25. Wawan, A. 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan,

Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika

26. Choirunisa, 2009. dalam Suprayanto. Konsep Ibu (Online) (http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/05/konsep-ibu.html) (Diakses tanggal 24 April 2014)

27. UNICEF, 2013 http://www.childinfo.org/diarrhoea.html (Diakses tanggal 04 Juni 2014)

28. Effendy dalam Suprayanto. Konsep Ibu (Online) (http://dr.suparyanto.blogspot.com/2011/05/konsep-ibu.html) (Diakses tanggal 24 April 2014)

Gambar

Tabel  1.  Distribusi  Frekuensi  Pengetahuan,  Sikap,  Praktik,  Sumber  Air  Minum,  Kepemilikan  Jamban  dan  Kondisi  Pembuangan Sampah dengan Kejadian Diare Pada Balita di  Desa  Nanga  Tikan  Wilayah  Kerja  Puskesmas  Nanga  Mau  Kabupaten Sintang T

Referensi

Dokumen terkait

Kuesioner Penelitian Hubungan Faktor Lingkungan yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Balita di Desa Sumber Bening Kecamatan Bringin Kabupaten Ngawi.

Pengaruh sumber air minum yang bau terhadap kejadian diare adalah 1,19 (OR=1,19), di mana balita yang menggunakan sumber air bau mempunyai risiko menderita diare 1,2 kali lebih

Pengaruh sumber air minum yang bau terhadap kejadian diare adalah 1,19 (OR=1,19), di mana balita yang menggunakan sumber air bau mempunyai risiko menderita diare 1,2 kali lebih

Penelitian yang mendukung oleh Agung Wibowo (2008) tentang hubungan antara kejadian diare pada anak balita dengan pengetahuan orang tua pada masyarakat di Sleman

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di wilayah UPT Puskesmas Ciawi, Kecamatan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sumber air minum, kualitas fisik air bersih, kepemilikan jamban, dan jenis lantai rumah dengan kejadian diare pada balita di Wilayah

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Marleni, 2009 tentang hubungan faktor kesehatan lingkungan terhadap kejadian diare pada Balita di desa Puskesmas Balai Agung Kabupaten MUBA yang

Korelasi Pearson Kejadian Diare dengan Faktor Risiko Diare Pada Balita di Sumatera Utara Faktor Risiko Korelasi r P-value Persentase balita dengan gizi kurang % 0,07 0,69