• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sukun (Artocarpus altilis)

Sukun (Artocarpus altilis) merupakan suatu spesies tanaman yang tersebar di Polinesia, Pasifik dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.Buah sukun biasanya dipanen dua kali setahun, yaitu pada bulan Januari-Februari dan bulan Agustus-September.Buah sukun masak tidak bisa disimpan terlalu lama karena cepat membusuk (Adebowale, 2005).

Taksonomi tanaman sukun (Artocarpus altilis) adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Bangsa : Urticales Famili : Moraceae Genus : Artocarpus Spesies : Artocarpus altilis

(Widowati, 2003)

Tanaman sukun memiliki pohon yang tingginya dapat mencapai 30 meter, namun rata-rata tingginya hanya 12-15 meter.Batangnya memiliki kayu yang lunak, tajuknyarimbun dengan percabangan melebar ke arah samping, kulit batang berwarna hijau kecokelatan, berserat kasar dan pada semua bagian tanaman memiliki getah encer.Akar tanaman sukun mempunyai akar tunggang yang dalam dan akar samping yang dangkal. Apabila akar tersebut terluka atau terpotong akan memacu tumbuhnya tunas alam atau root shoots tunas yang sering digunakan untuk bibit (Pitojo,1992).Tanaman Sukun dapat dilihat pada Gambar 2.1.

(2)

Gambar 2.1. Tanaman Sukun

Berdasarkan hasil pengamatan morfologi buah sukun di Indonesia umumnya ukuran buah sukun dapat dikelompokkan menjadi 3 macam yaitu kecil, sedang dan besar. Bentuk buah bulat, agak lonjong sampai lonjong.Buah sukun yang digunakan dalam penelitian ini dilihat pada Gambar 2.2

Gambar 2.2 Buah Sukun

Tanaman ini sudah lama dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Buah sukun telah dimanfaatkan sebagai makanan pokok

(3)

tradisional, akan tetapi bagi masyarakat Indonesia, konsumsi buah sukun umumnya masih terbatas sebagai makanan ringan dan sayur (Pitojo, 1992). Pemanfaatan buah sukun akan semakin penting di masa depan untuk mendukung program deversifikasi pangan dalam rangka menunjang program ketahanan pangan nasional. Sebagai salah satu sumber bahan pangan alternatif, buah sukun terbukti memiliki kandungan gizi cukup tinggi (Widowati, 2003). Komposisi kimia buah sukun yang muda dan tua atau masak dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Komposisi kimia Buah Sukun

Unsur – unsur Sukun muda Sukun tua Air (g) Kalori (kal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Besi (mg) Vitamin B1 (mg) Vitamin B2 (mg) Vitamin C (mg) Abu (g) Serat (g) 87,1 46 2,0 0,7 9,2 59 46 - 0,12 0,06 21 1,0 2,2 69,1 108 1,3 0,3 28,2 21 59 0,4 0,12 0,06 17 0,9 - 2.2 Pati

Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan α-glikosidik, yang banyak terdapat pada tumbuhan terutama pada biji-bijian, umbi-umbian. Berbagai macam pati tidak sama sifatnya, tergantung dari panjang rantai atom karbonnya, serta lurus atau bercabang. Dalam bentuk aslinya secara

(4)

alami pati merupakan butiran-butiran kecil yang sering disebut granula. Bentuk dan ukuran granula merupakan karakteristik setiap jenis pati, karena itu digunakan untuk identifikasi (Hill dan Kelley, 1942). Selain ukuran granula karakteristik lain adalah bentuk, keseragaman granula, lokasi hilum, serta permukaan granulanya (Hodge dan Osman, 1976).

Dalam keadaan murni granula pati berwarna putih, mengkilat, tidak berbau dan tidak berasa.Secara mikroskopik terlihat bahwa granula pati dibentuk oleh molekul-molekul yang membentuk lapisan tipis yang tersusun terpusat. Granula pati bervariasi dalam bentuk dan ukuran, ada yang berbentuk bulat, oval, atau bentuk tak beraturan demikian juga ukurannya, mulai kurang dari 1 mikron sampai 150 mikron ini tergantung sumber patinya. Karakteristik granula dari beberapa pati terdapat pada Tabel 2.2

Tabel 2.2 Karakteristik Granula Pati

Sumber

Diameter

Kisaran (um) Rata – rata (um)

Jagung 21 – 26 15 Kentang 15 – 100 33 Ubi jalar 15 – 55 25 – 50 Tapioka 6 – 36 20 Gandum 2 – 38 20 – 22 Beras 3 – 9 5 Sumber : (Fennema, 1985)

Pati tersusun paling sedikit oleh dua komponen utama yaitu amilosa dan amilopektin.Umumnya pati mengandung 15 – 30% amilosa dan 70 – 85% amilopektin(Bank dan Greenwood, 1975).

(5)

2.2.1 Amilosa

Amilosa merupakan bagian polimer dengan ikatan α-(1,4) dari unit glukosa dan pada setiap rantai terdapat 500-2000 unit D-glukosa, membentuk rantai lurus yang umumnya dikatakan sebagai linier dari pati (Hee-Joung An, 2005). Karakteristik dari amilosa dalam suatu larutan adalah kecenderungan membentuk koil yang sangat panjang dan fleksibel yang selalu bergerak melingkar.Struktur ini mendasari terjadinya interaksi iodamilosa membentuk warna biru.Dalam masakan, amilosa memberikan efek keras bagi pati (Hee-Joung An, 2005).Struktur rantai amilosa cenderung membentuk rantai yang linear seperti terlihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3. Struktur Dari Amilosa (Whistler, et al., 1984)

2.2.2 Amilopektin

Amilopektin adalah polimer berantai cabang dengan ikatan α-(1,4)-glikosidik dan ikatan α-(1,6)-glikosdik di tempat percabangannya. Setiap cabang terdiri atas 25 - 30 unit D-glukosa .Selain perbedaan struktur, panjang rantai polimer, dan jenis ikatannya, amilosa dan amilopektin mempunyai perbedaan dalam hal penerimaan terhadap iodin. Amilosa akan membentuk kompleks berwarna biru sedangkan amilopektin membentuk kompleks berwarna ungu-coklat bila ditambah dengan iodine (Hee-Joung An, 2005). Amilopektin seperti amilosa juga mempunyai ikatan α-(1,4) pada rantai lurusnya, serta ikatan β-(1,6) pada titik percabangannya. Struktur rantai amilopektin cenderung membentuk rantai yang bercabang seperti pada Gambar 2.4.

(6)

Gambar 2.4. Struktur Dari Amilopektin (Whistler, et al., 1984)

Dalam produk makanan, amilopektin bersifat merangsang terjadinya proses mekar (puffing) dimana produk makan yang berasal dari pati yang kandungan amilopektinnya tinggi akan bersifat ringan, porus, garing dan renyah. Kebalikannya pati dengan kandungan amilosa tinggi, cenderung menghasilkan produk yang keras, pejal, karena proses mekarnya terjadi secara terbatas (Hee- Joung An, 2005)

Pada struktur granula pati, amilosa dan amilopektin ini tersusun dalam suatu cincin-cincin.Jumlah cincin dalam suatu granula kurang lebih berjumlah 16, ada yang merupakan cincin lapisan amorf dan cincin yang merupakan lapisan semikristal (Hustiany, 2006).Amilosa merupakan fraksi gerak, yang artinya dalam granula pati letaknya tidak pada satu tempat, tergantung dari jenis pati. Secara umum amilosa terletak diantara molekul-molekul amilopektin dan secara acak berada selang-seling diantara daerah amorf dan kristal (Oates, 1997)

2.3 Modifikasi Pati

Pati termodifikasi adalah pati yang gugus hidroksilnya telah diubah lewat suatu reaksi kimia (esterifikasi, eterifikasi atau oksidasi) atau dengan menggangu struktur asalnya (Fleche, 1985).Sedangkan menurut Glicksman (1969), pati diberi perlakuan tertentu dengan tujuan untuk menghasilkan sifat yang lebih baik untuk memperbaiki sifat sebelumnya atau untuk merubah beberapa sifat sebelumnya atau untuk merubah

(7)

beberapa sifat lainnya. Perlakuan ini dapat mencakup penggunaan panas, asam, alkali, zat pengoksidasi atau bahan kimia lainnya yang akan menghasilkan gugus kimia baru dan atau perubahan bentuk, ukuran serta struktur molekul pati.

Modifikasi dengan konversi dimaksudkan untuk mengurangi viskositas dari pati mentah hingga dapat dimasak dan digunakan pada konsentrasi yang lebih tinggi, pati akan lebih mudah larut dalam air dingin dan memperbaiki sifat kecenderungan pati untuk membentuk gel atau pasta (Furia, 1968). Adapun beberapa teknik untuk modifikasi pati, yaitu :

2.3.1 Modifikasi Fisika

Modifikasi fisika dari pati pada dasarnya mengubah struktur granula dan mengubah pati biasa menjadi pati yang larut dalam air dingin. Sebagian besar metode fisik yang digunakan saat ini adalah : Heat-moisture Treatment, Annealing (penguaatan terhadap air), Retrogadasi , Pembekuan , Ultra High Pressure Treatment, Glow Discharge Plasma Treatment, Osmotic- Pressure Treatment , Thermal Inhibiton (inhibisi termal) , Gelatinization (pergelatinisasi) (Neelam, et al. 2012).

2.3.2 Modifikasi Enzimatis

Modifikasi ini melibatkan tentang suspensi pati menjadi enzim utama termasuk hidrolisis enzim yang cenderung untuk menghasilkan turunan enzim yang lebih tinggi. Beberapa enzim yang sudah diteliti dan digunakan untuk memodifikasi pati , antara lain : Amilomaltase (α-1,4-α-1,4 glukosil tranferase), siklomaltodekstrinase, transglukosidase , dan β-amilase (Neelam,et al. 2012).

(8)

2.3.3 Modifikasi Kimia

Metode kimia dari pati melibatkan gugus fungsi awal pada molekul pati, yang dapat mengakibatkan perubahan secara nyata sifat fisika dan kimianya.Contoh dari teknik ini adalah eterifikasi, esterifikasi, ikat silang, penambahan asam, dan oksidasi(Neelam,etal.2012). Beberapa modifikasi pati secara kimia yaitu :

2.3.3.1 Eterifikasi Pati

Pati terhidroksi propilasi umumnya dibuat dengan eterifikasi pati dengan propilena oksida dengan adanya katalis basa. Kelompok hidroksipropil yang dimasukkan ke dalam rantai pati mampu mengganggu ikatan hidrogen intra-molekul interand, sehingga melemahkan struktur butiran pati dan menyebabkan rantai pati bebas bergerak di daerah amorf. Pergantian kelompok hidroksipropil pada rantai pati mengganggu struktur ikatan internal sehingga mengurangi jumlah energi yang diperlukan untuk melarutkan pati dalam air.

Pati eterifikasi atau pati hidroksipropil banyak digunakan pada produk makanan dimana mereka memberikan stabilitas viskositas dan stabilitas beku. Pati ini biasanya dikombinasikan dengan cross-linking untuk memberikan viskositas, tekstur, dan stabilitas yang diinginkan untuk pengolahan dan penyimpanan. Pati hidroksipropil digunakan sebagai pengental dalam pemakanan pai buah, puding, saus, saus, dan saus salad.

2.3.3.2 Esterifikasi Pati

Pati ester adalah sejenis pati yang dimodifikasi dimana beberapa gugus hidroksil telah digantikan oleh gugus ester. Proses esterifikasi pati asli dengan anhidrida asetat biasanya dengan adanya katalis basa. Dalam kondisi basa, pati secara tidak langsung direaksikan dengan anhidrida karboksilat. Suatu komplek alkali pati terbentuk terlebih dahulu, yang

(9)

kemudian berinteraksi dengan anhidrida karboksilat untuk membentuk ester pati dengan penghilangan ion karboksilat dan satu molekul air. Pati ester disintesis dengan berbagai reaktan, seperti anhidrida asam, asam amino Octenyl Succinic Anhydride (OSA), asam lemak dodecenil suksinat anhidrida (DDSA) dan asam lemak klorida.

2.3.3.3 Cross-Linking

Cross-linking atau ikat silang umumnya dilakukan dengan perlakuan pati granular dengan reagen yang mampu membentuk hubungan antar molekul antara eter atau ester antara gugus hidroksil pada molekul pati.Sodium trimetaphosphate (STMP), monosodium fosfat (SOP), natrium tripolifosfat (STPP), epiklorohidrin (EPI), fosforil klorida (POCL3), campuran asam adipat dan anhidrida asetat, dan vinil klorida adalah agen utama yang digunakan untuk cross-link. Faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat ikatan silang adalah distribusi ukuran populasi butiran pati.

2.3.3.4Oksidasi Pati

Oksidasi pati telah dilakukan sejak awal 1800-an, dan berbagai zat pengoksidasi telah diperkenalkan, misalnya hipoklorit, hidrogen peroksida, periodat, permanganat, dikromat, persulfat, dan klorit. Reaksi utama oksidasi hipoklorit pati termasuk pembelahan rantai polimer dan oksidasi gugus hidroksil menjadi gugus karbonil dan karboksil. Laju reaksi pati dengan hipoklorit sangat dipengaruhi oleh pH. Laju menjadi cepat sekitar pH 7 dan sangat lambat pada pH 10.

(10)

Gambar 2.5. Beberapa metode modifikasi pati secara kimiawi (Neelam,et al. 2012)

2.4 Oksidasi

Oksidasi didefenisikan sebagai perubahan gugus fungsi dalam suatu molekul (March, 1992). Menurut Sheldon dan Kochi, oksidasi dalam kimia organik merujuk pada :

1. Eliminasi hidrogen atau dehidrogenasi

2. Pemindahan ikatan atom hidrogen pada karbon oleh senyawa lain yang lebih elektronegatif, seperti oksigen dalam reaksi berikut :

Menurut Smith, oksidasi didefenisikan sebagai hilangnya elektron dan defenisi ini dapat digunakan dalam molekul organik dan anorganik. Hilangnya elektron dihubungkan dengan perubahan keadaan oksidasi atom, dan hilangnya elektron ini dapat ditentukan dengan bilangan oksidasi. Alkohol adalah molekul organik dengan gugus fungsional

(11)

C-OH.Alkohol dioksidasi menjadi turunan karbonil melalui berbagai oksidator, tetapi produk utama yang terbentuk bergantung pada struktur alkohol dalam reagen. Alkohol primer lebih dahulu dioksidasi menjadi aldehida dan oksidasi selanjutnya membentuk asam. Tiap oksidasi ini merupakan proses dua elektron. Alkohol sekunder dapat dioksidasi menjadi keton melalui proses dua elektron (Smith, 1994).

2.5 Oksidasi Pati

Proses Oksidasi adalah suatu reaksi acak yang melibatkan gugus hidroksil menjadi aldehida, keton, dan gugus karboksil dan juga pemotongan ikatan molekul (Wurzburq, 1968). Pati dapat dioksidasi dengan adanya aktivitas dari beberapa zat pengoksidasi dalam suasana asam, netral atau basa. Menurut FDA ( Food and Drugs Adminitration ) zat pengoksidasi diklasifikasikan sebagai pemutih dan oksidan untuk pemutih yang diizinkan adalah oksigen aktif dari peroksida atau klorin dari natrium hipoklorit, kalium permanganat, ammonium persulfat ( Koswara, 2006).

Pati teroksidasi dapat diperoleh melalui reaksi antara pati dengan suatu oksidan yang disertai dengan pengaturan suhu dan pH.Karena gugus karboksil lebih besar dari gugus hidroksil , kehadiran gugus ini pada fraksi amilosa mengurangi kecenderungannya untuk bergabung. Gugus ini juga memberikan muatan yang mengakibatkan terjadinya tolak-menolak antara molekul. Akibatnya pati termodifikasi menunjukkan stabilitas konsistensi yang lebih besar atau tahan untuk tidak membentuk gel sehingga produk dengan pati termodifikasi lebih stabil. Gugus karboksil juga mempunyai efektifitas pelarutan yang ditunjukkan dengan meningkatnya kejernihan pasta dan menurunnya kekuatan gel. (Wurzburg, 1968). Oksidasi pati dengan zat yang mengandung klorin seperti senyawa hipoklorit, dimana produk yang dihasilkan disebut dengan pati terklorinasi atau lebih tepatnya pati teroksidasi. Pada reaksi oksidasi pati, gugus – gugus hidroksil pada posisi C-2, C-3, dan C-6, diubah menjadi gugus karbonil dan/atau gugus karboksil ( Karukake dkk, 2009).

(12)

Menurut Wurzburq Halogen seperti klorin, bromin dan hipoklorit mengoksidasi pati secara acak dengan empat kemungkinan, yaitu :

1. Oksidasi pada aldehida tereduksi dari amilosa dan amilopektin membentuk grup karboksil, umumnya aldehida akan dioksidasi lebih cepat dari hidroksil

2. Oksidasi pada alkohol primer, C- 6 membentuk karboksil, asam glukoronat pati

3. Oksidasi hidroksil sekunder, C-2, C-3, C-4 membentuk grup keton 4. Oksidasi hidroksil pada C-2 dan C-3 sebagai grup glikol

menyebabkan pemutusan antara C-2 dan C-3 membentuk aldehida, dan oksidasi selanjutnya membentuk karboksil.

Reaksi utama yang terjadi selama oksidasi dapat dilihat pada Gambar 2.6

Gambar 2.6. Dari atas ke bawah : gugus karboksil, atau C-1 dengan pembukaan cincin ; gugus karboksil pada C-6 ; diketon pada C-2 dan C-3 dan dikarboksil pada C-2 dan C-3 (Beynum, 1985).

(13)

Beberapa reaksi oksidasi pati dengan berbagi oksidator dapat dilihat pada gambar berikut :

1. Oksidasi pati dengan Natrium Hipoklorit

Gambar 2.7 Reaksi Oksidasi Pati dengan Natrium Hipoklorit

Sumber : Vanier, 2016

2. Oksidasi Pati dengan Hidrogen Peroksida

Gambar 2.8 Reaksi oksidasi Pati dengan Hidrogen Peroksida

Sumber : Vanier, 2016 3. Oksidasi Pati dengan Periodat

Gambar 2.9 Reaksi Oksidasi Pati dengan Periodat

(14)

2.6. Kegunaan Pati Teroksidasi

Pati teroksidasi dapat digunakan untuk industri makanan dan juga bukan makanan. ( Lawal, 2004). Penggunaan pati teroksidasi pada industri makanan semakin meningkat, hal ini dikarenakan stabilitas tinggi, viskositas rendah dan sifatnya yang mudah mengikat. Pati teroksidasi yang digunakan dalam industri makanan adalah hasil reaksi oksidasi pati dengan menggunakan Natrium Hipoklorit.

(Sherry dan Steve, 2005 ).

Penggunaan terbesar dari pati teroksidasi adalah indutri kertas diikuti industri tekstil dan pangan. Pati teroksidasi djumpai dalam berbagai industri pangan dimana rasa netral, viskositas yang rendah dari pengisi dibutuhkan seperti pada pembuatan krim salad dan mayonaise. Pati teroksidasi telah digunakan sebagai pengganti gum arab dan permen karena menghasilkan pembentukan gel yang baik (Radley, 1976).

Beberapa aplikasi pati dalam proses pembuatan kertas menurut Maurer, 2001 yaitu:

a. Pati digunakan sebagai agen flokulasi dan memperbaiki kekuatan lembaran internal kertas

b. Surface sizing, pati digunakan sebagai perekat dan untuk meningkatkan kekuatan dan kekakuan kertas.

c. Coating, Pati digunakan sebagai pengikat pigmen

d. Effluent treatment, pati digunakan sebagai polimer kationik dalam pengolahan limbah dan mengendalikan pelepasan serat selulosa, pigmen dan komponen lainnya dari pembuatan kertas.

e. Konversi kertas karton menjadi kemasan, pati digunakan sebagai perekat dalam pembuatan papan multi-lapis dan untuk proses laminating

Paper coating atau pelapisan kertas adalah proses di mana warna pelapis dimasukkanke permukaan kertas untuk mengubah sifat permukaan produk kertasnya. Jika kertas dilapisi, maka lubang pada permukaan kertas

(15)

berkurang dan permukaan kertas akhir menjadihalus dengan porositas yang terkontrol (Jonhed, 2006)

2.7. Natrium Hipoklorit

Natrium hipoklorit adalah senyawa kimia dengan rumus NaClO. Senyawa initerdiri dari kation natrium (Na+) dan anion hipoklorit (ClO-) dan dapat dilihat sebagai garam natrium dari asam hipoklorit. Ketika Natrium hipoklorit dilarutkan dalam air umumnya dikenal sebagai pemutih atau cairan pemutih. Sodium hipoklorit sering digunakan sebagai desinfektan atau agen pemutih. Natrium hipoklorit merupakan agen pengoksidasi yang kuat dan lebih stabil dalam bentuk larutan encer. Natrium hipoklorit dengan konsentrasi 12 % banyak digunakan untuk klorinasi air dan 15 % lebih umum digunakan dalam desinfeksi air limbah.

Natrium hipoklorit dapat bereaksi dengan asam klorida untuk melepaskan gas klorin dan dapat pula bereaksi dengan asam lainya seperti asam asetat, untuk melepaskan asam hipoklorit.

NaClO + 2 HCl → Cl2 + H2O + NaCl

NaClO + CH3COOH → HClO + CH3COONa

Natrium hipoklorit terurai bila dipanaskan yang membentuk natrium klorat dan natrium klorida:

3 NaClO → NaClO3 + 2 NaCl

Dalam reaksi dengan hidrogen peroksida ia melepaskan molekul oksigen:

NaClO + H2O2→ H2O + NaCl + O2↑

Bila dilarutkan dalam larutan air, natrium hipoklorit akan terurai secara perlahan, yang melepaskan klor, oksigen, dan natrium hidroksida.

(16)

4 NaClO + 2 H2O → 4 NaOH + 2 Cl2 + O2

(Wikipedia)

2.8 Karakterisasi Pati

2.8.1Fourier Transform Infra Red ( FT-IR)

Spektrofotometri infra merah sangat penting dalam kimia modern, terutama dalam bidang kimia organik. Merupakan alat rutin dalam penenmuan gugus fungsional, pengenalan senyawa, dan analisa campuran. (Day, et al, 1990) . Spektrofotometer inframerah pada umumnya digunakan untuk menentukan gugus fungsi dari suatu senyawa organik dan mengetahui informasi struktur suatu senyawa organik dengan membandingkan daerah sidik jarinya. Frekuensi inframerah biasanya dinyatakan dalam satuan bilangan gelombang yang didefenisikan sebagai banyaknya gelombang per sentimeter. Spektroskopi inframerah bermanfaat untuk menetapkan jenis ikatan atom – atom yang ada dalam molekul (Hart, 2003).

Serapan radiasi infra merah oleh suatu molekul terjadi karena interaksi vibrasi ikatan kimia yang menyebabkan perubahan polarisabilitas dengan medan listrik gelombang elektromagnetik ( Wirjosentono, 1987). Terdapat dua macam getaran molekul, yaitu getaran ulur dan gertaran tekuk. Getaran ulur adalah merupakan gerakan berirama di sepanjang sumbu ikatan sehingga jarak antar atom bertambah atau berkurang. Getaran tekuk dapat terjadi karena perubahan sudut ikatan antara ikatan – ikatan pada sebuah atom, atau karena gerakan sebuah gugusan (Hartomo, 1986). Berikut adalah spektrum FT - IR pati termodifikasi.

(17)

(Liu,et.al. 2014)

Gambar 2.10 Spektrum FT – IR Pati termodifikasi

2.8.2 Swelling Power

Swelling power terjadi karena adanya ikatan non-kovalen antara molekul-molekul pati. Bila pati dimasukkan ke dalam air dingin, granula pati akan menyerap air dan membengkak. Namun demikian, jumlah air yang terserap dan pembengkakannya terbatas hanya mencapai 30% (Winarno, 2002).

Peningkatan daya pengembangan pati disebabkan peningkatan gugus hidrofilik selama proses oksidasi. Sedangkan penurunan daya pengembangan pati pada konsentrasi oksidator tinggi diduga karena terjadi oksidasi berlebih mengakibatkan terjadinya photo-croslinking. Photo-croslinking mengakibatkan peningkatan ikatanintramolekul pati dan menghambat daya pengembangan pati (Wang, 2003)

Swelling power dipengaruhi oleh kemampuan molekul pati untuk mengikat air melalui pembentukan ikatan hidrogen. Setelah proses gelatinisasi ikatan hidrogen antara molekul pati terputus dan digantikan oleh ikatan hidrogen dengan air. Sehingga pati yang mengalami

(18)

gelatinisasi dan granulanya mengembang dengan maksimal (Herawati, 2010).

2.8.3 Scanning Electron Microscopy (SEM)

SEM adalah merupakan sebuah alat yang dapat membentuk bayangan permukaan spesimen secara mikroskopik. Berkas elektron dengan diameter5 – 10 nm diarahkan pada spesimen inetraksi berkas elektron dengan spesimen menghasilkan beberapa fenomena yaitu hamburan balik berkas elektron, sinar x, elektron sekunder dan absorbsi elekton (Wirjosentono, 1996). Berikut adalah Hasil SEM pati termodifikasi

(19)

(Budiyati , et al .2016)

Gambar 2.11 Hasil analisa SEM Pati sukun sebelum (a) dan sesudah (b) oksidasi dengan larutan hidrogen peroksida

Gambar

Gambar 2.1. Tanaman Sukun
Gambar 2.10 Spektrum FT – IR Pati termodifikasi
Gambar 2.11 Hasil analisa SEM Pati sukun sebelum (a) dan sesudah (b)   oksidasi dengan larutan hidrogen peroksida

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya, perlu diingat bahwa setiap tugas yang mereka tuangkan dalam tulisan datang dari sistem persekolahan.Meminjam istilah Sirimorok (2010) dan Topatimasang,

Item ke lima yaitu perusahaan menentukan standar efektifitas dalam pemberian insentif sehingga karyawan dapat mencapainya, disini dapat kita lihat bahwa terdapat

Pasal 10 : Perjalanan Dinas Pasal 10 : Perjalanan Dinas Ayat (4) dalam Kode Etik Lama tidak lagi ada dalam Kode Etik Baru terkait Perjalanan Dinas yang dibiayai oleh pengundang

Sedangkan nilai F hitung untuk model 2 (Cash ETR) sebesar 2,472 lebih besar dengan signifikansisebesar 0,044 lebih kecil dari nilai signifikan `0,05 sehingga

Sri Setyani, M.Hum Tulus Yuniasih, S.IP., M.Soc.Sc Dra.. Sri Setyani,

Dari hasil kajian dapat disimpulkasn sebagai berikut : (1) Di lihat dari gambaran pembangunan di Kabupaten Pandeglang, dilihat dari tingkat kemiskinan, tingkat pendidikan

Sesuai dengan peran tersebut TBM harus berisi berbagai jenis media seperti buku, audio, audio visual gerak, booklet, atau bahan bacaan praktis lainnya yang dapat memberi