• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAK DBD 2017.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAK DBD 2017.docx"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BERDARAH DENGUE ( DBD )

BERDARAH DENGUE ( DBD )

A. PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang

Pada awal tahun 2004 kita dikejutkan kembali dengan merebaknya penyakit Demam Berdarah

Pada awal tahun 2004 kita dikejutkan kembali dengan merebaknya penyakit Demam Berdarah

Dengue (DBD), dengan jumlah kasus yang cukup banyak. Hal ini mengakibatkan sejumlah rumah

Dengue (DBD), dengan jumlah kasus yang cukup banyak. Hal ini mengakibatkan sejumlah rumah

sakit menjadi kewalahan dalam menerima pasien DBD. Untuk mengatasinya pihak rumah sakit

sakit menjadi kewalahan dalam menerima pasien DBD. Untuk mengatasinya pihak rumah sakit

menambah tempat tidur di lorong-lorong rumah sakit serta merekrut tenaga medis dan paramedis.

menambah tempat tidur di lorong-lorong rumah sakit serta merekrut tenaga medis dan paramedis.

Merebaknya kembali kasus DBD ini menimbulkan reaksi dari berbagai kalangan. Sebagian

Merebaknya kembali kasus DBD ini menimbulkan reaksi dari berbagai kalangan. Sebagian

menganggap hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan

menganggap hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan

dan sebagian lagi menganggap karena pemerintah lambat dalam mengantisipasi dan merespon

dan sebagian lagi menganggap karena pemerintah lambat dalam mengantisipasi dan merespon

kasus ini.

kasus ini.

Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit yang

Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit yang

disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk

disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes  Aedes aegyptiaegypti dandan Aedes Aedes

albopictus

albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di

tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut.

tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut.

Penyakit DBD sering salah didiagnosis dengan penyakit lain seperti flu atau tipus. Hal ini

Penyakit DBD sering salah didiagnosis dengan penyakit lain seperti flu atau tipus. Hal ini

disebabkan karena infeksi virus dengue yang menyebabkan DBD bisa bersifat asimtomatik atau

disebabkan karena infeksi virus dengue yang menyebabkan DBD bisa bersifat asimtomatik atau

tidak jelas gejalanya. Pasien DBD sering menunjukkan gejala batuk, pilek, muntah, mual, maupun

tidak jelas gejalanya. Pasien DBD sering menunjukkan gejala batuk, pilek, muntah, mual, maupun

diare. Masalah bisa bertambah karena virus tersebut dapat masuk bersamaan dengan infeksi

diare. Masalah bisa bertambah karena virus tersebut dapat masuk bersamaan dengan infeksi

 penyakit

 penyakit lain lain seperti seperti flu flu atau atau tipus. tipus. Oleh Oleh karena karena itu itu diperlukan diperlukan kejelian kejelian pemahaman pemahaman tentangtentang

 perjalanan

 perjalanan penyakit penyakit infeksi infeksi virus virus dengue, dengue, patofisiologi, dpatofisiologi, dan an ketajaman ketajaman pengamatan pengamatan klinis. klinis. DenganDengan

 pemeriksaan

 pemeriksaan klinis klinis yang yang baik baik dan dan lengkap, lengkap, diagnosis diagnosis DBD DBD serta serta pemeriksaan pemeriksaan penunjangpenunjang

(laboratorium) dapat membantu terutama bila gejala klinis kurang memad

(laboratorium) dapat membantu terutama bila gejala klinis kurang memadai.ai.

Penyakit DBD pertama kali di Indonesia ditemukan di Surabaya pada tahun 1968, akan tetapi

Penyakit DBD pertama kali di Indonesia ditemukan di Surabaya pada tahun 1968, akan tetapi

konfirmasi virologis baru didapat pada tahun 1972. Sejak itu penyakit tersebut menyebar ke

konfirmasi virologis baru didapat pada tahun 1972. Sejak itu penyakit tersebut menyebar ke

 berbagai

 berbagai daerah, daerah, sehingga sehingga sampai sampai tahun tahun 1980 1980 seluruh seluruh propinsi propinsi di di Indonesia Indonesia kecuali kecuali Timor-TimurTimor-Timur

telah terjangkit penyakit. Sejak pertama kali ditemukan, jumlah kasus menunjukkan kecenderungan

telah terjangkit penyakit. Sejak pertama kali ditemukan, jumlah kasus menunjukkan kecenderungan

meningkat baik dalam jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit dan secara sporadis selalu

meningkat baik dalam jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit dan secara sporadis selalu

terjadi KLB setiap tahun.

terjadi KLB setiap tahun.

Meningkatnya jumlah kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit, disebabkan karena

Meningkatnya jumlah kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit, disebabkan karena

semakin baiknya sarana transportasi penduduk, adanya pemukiman baru, kurangnya perilaku

semakin baiknya sarana transportasi penduduk, adanya pemukiman baru, kurangnya perilaku

masyarakat terhadap pembersihan sarang nyamuk, terdapatnya vektor nyamuk hampir di seluruh

(2)

 pelosok

 pelosok tanah tanah air air serta serta adanya adanya empat empat sel sel tipe tipe virus virus yang yang bersirkulasi bersirkulasi sepanjang sepanjang tahun. tahun. SedangkanSedangkan

nyamuk Aedes aegypti masih tersebar luas di pelosok tanah air kecuali di ketinggian > 1000 meter

nyamuk Aedes aegypti masih tersebar luas di pelosok tanah air kecuali di ketinggian > 1000 meter

dari permukaan laut, masih banyak di ketemuinya jentik di rumah, sekolah, tempat-tempat umum,

dari permukaan laut, masih banyak di ketemuinya jentik di rumah, sekolah, tempat-tempat umum,

sedangkan pengetahuan sikap perilaku terhadap DBD.

sedangkan pengetahuan sikap perilaku terhadap DBD.

C. TUJUAN C. TUJUAN

A.

A. Tujuan UmumTujuan Umum

meningkatkan kesadaran, kemauan hidup sehat bagi setiap masyarakat agar terhindar dari

meningkatkan kesadaran, kemauan hidup sehat bagi setiap masyarakat agar terhindar dari

 penyakit DBD melalui

 penyakit DBD melalui terciptanya masyarakat yang terciptanya masyarakat yang hidup dengan hidup dengan perilaku dan perilaku dan lingkungan yanglingkungan yang

sehat terbatas dari penyakit DBD, serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan

sehat terbatas dari penyakit DBD, serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan

kesehatan yang bermutu dan merata.

kesehatan yang bermutu dan merata.

B.

B. Tujuan khususTujuan khusus

Kewaspadaan dini terhadap penyakit DBD dengan melaksanakan surveilans vektor guna

Kewaspadaan dini terhadap penyakit DBD dengan melaksanakan surveilans vektor guna

mencegah dan membatasi agar tidak terjadi KLB/wabah serta memutus matarantai penularan

mencegah dan membatasi agar tidak terjadi KLB/wabah serta memutus matarantai penularan

demam berdarah

demam berdarah

D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

A.

A. Tahap persiapan ( kewaspadaan dini )Tahap persiapan ( kewaspadaan dini )

1.

1. Pelacakan kasusPelacakan kasus

2.

2. Survei jentikSurvei jentik

3.

3. PenyuluhanPenyuluhan

B.

B. Tahap pelaksanaan ( Penanggulangan KLB )Tahap pelaksanaan ( Penanggulangan KLB )

1.

1. FoggingFogging

2.

2. AbatenisasiAbatenisasi

3.

3. Monitoring dan EvaluasiMonitoring dan Evaluasi

E. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN E. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN

Karena titik berat program pemberantasan penyakit DBD adalah penggerakan masyarakat

Karena titik berat program pemberantasan penyakit DBD adalah penggerakan masyarakat

melalui Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD meliputi:

melalui Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD meliputi:

A.

A. Menyelanggarakan penyuluhan kepada masyarakat agar mampu secara mandiri mencegahMenyelanggarakan penyuluhan kepada masyarakat agar mampu secara mandiri mencegah

 penyakit DBD.

 penyakit DBD.

B.

B. Melakukan tindakan kewaspadaan dini kasus/KLB-DBD.Melakukan tindakan kewaspadaan dini kasus/KLB-DBD.

C.

C. Melaksanakan pengobatan/pertolongan penderita DBD di Puskesmas.Melaksanakan pengobatan/pertolongan penderita DBD di Puskesmas.

D.

(3)

Sasaran adalah seluruh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Bluto kecamatan Bluto yang mempunyai faktor resiko tinggi terhadap penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue.

G. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

Keterangan: Bulan yang terlewati Kegiatan yang didanai BOK Kegiatan atas swadaya  petugas Bulan tanpa kegiatan

1. Pemantauan Dan Pengendalian Jentik Berkala

Pelaksanaan pemantauan dan pengendalian jentik berkala dilaksanakan setiap bulan mulai  bulan April sampai Desember dengan sasaran yakni KK.

2. Sosialisasi Dan Penyuluhan Penyakit DBD

Pelaksanaan sosialisasi dan penyuluhan penyakit DBDmulai bulan maret sampai April

3. Pembinaan Petugas Ponkesdes ( koodinator jumantik ) di Puskesmas.

Pelaksanaan pembinaan petugas ponkesdes ( koodinator jumantik ) di puskesmas bulan April

4. Pembentukan dan Pelatihan Kader Jumantik

Pelaksanaan pembentukan dan pelatihan kader jumantik bulan April.

H. EVALUASI

Kegiatan dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah di tetapkan

I. CATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI

Evaluasi dilakukan secara bertahap. Evaluasi hasil kegiatan berupa:

A.  jumlah penderita DBD yang diberikan pengobatan dan penyuluhan di desa -desa resiko tinggi. B. Jumlah desa yang difogging.

C. Masalah pendistribusian bubuk abate. D. Masalah-masalah lain.

 No Uraian Kegiatan Sasaran Total Sasaran

Tar 

get Jan Feb Mrt Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

Angga ran

1 PemantauanDanPengendalian Jentik Berkala

Desa 20

2 Sosialisasi DanPenyuluhan Penyakit DBD Masyarakat 46827 3 Pembinaan Petugas Ponkesdes ( koodinator jumantik ) di Puskesmas Perawat desa 14

4 Pembentukan danPelatihan Kader Jumantik

Kader

Jumantik 80

5. Angka bebas jentik

( ABJ ) Rumah 12282 95 % 6. Penderita DBD ditangani Pasien Pasien DBD 100 % 7. Cakupan PE kasus DBD Pasien Pasien DBD 100 %

(4)
(5)

TEMPAT

 – 

 TEMPAT UMUM

(TTU)

A. PENDAHULUAN

Tempat-tempat umum adalah suatu tempat dimana bersifat umum (semua orang) dapat masuk ke tempat tersebut untuk berkumpul melakukan kegiatan baik secara insidentil maupun terus menerus. Jadi tempat

 – 

 tempat umum adalah suatu usaha untuk mengawasi dan mencegah kerugian akibat dari tempat

 – 

  tempat umum terutama yang erat hubungannya dengan timbulnya atau menularnya suatu  penyakit. Tempat

 – 

  tempat umum merupakan tempat kegiatan bagi umum yang mempunyai tempat sarana dan kegiatan tetap yang diselenggarakan oleh badan pemerintah, swasta dan atau perorangan yang dipergunakan langsung oleh masyarakat.

Setiap aktivitas yang dilakukan oleh manusia sangat erat interaksinya dengan tempat

 – 

 tempat umum, baik untuk bekerja, melakukan interaksi social, belajar maupun melakukan aktivitas lainnya. Tempat

 – 

  tempat umum memiliki potensi sebagai tempat terjadinya penularan penyakit, penularan lingkungan ataupun gangguan kesehatan lainnya. Kondisi lingkungan tempat

 – 

  tempat umum yang tidak terpelihara akan menambah besarnya resiko penyebaran penyakit serta penularan lingkungan sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan dengan menerapkan sanitasi lingkungan yang baik dan tempat

 – 

 tempat umum perlu dijaga sanitasinya.

B. LATAR BELAKANG

Sanitasi tempat

 – 

  tempat umum sangatlah penting dijaga sanitasinya agar tidak menimbulkan  berbagai masalah kesehatan, misalnya menimbulkan penyakit berbasis lingkungan.

C. TUJUAN

Tujuan Umum :

- Untuk meningkatkan agar masyarakat mengerti dan memelihara akan keberadaan tempat

 – 

tempat umum di wilayah kerja puskesmas

Tujuan Khusus :

- Untuk mengetahui sanitasi SAB di TTU

- Untuk mengetahui sanitasi pembuangan kotoran di TTU

- Untuk mengetahui sanitasi pengelolaan limbah cair di TTU

(6)

- Untuk mengetahui sanitasi kualitas bangunan yang terpelihara dengan baik yang memenuhi syarat kesehatan TTU

D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

Pembinaan dan pengawasan terhadap sarana tempat

 – 

 tempat umum (TTU)

E. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN

Kegiatan yang bersifat monitoring atau inspeksi terhadap sarana tempat

 – 

 tempat umum (TTU) yang ada di wilayah kerja puskesmas

F. SASARAN

- Tempat ibadah (masjid)

- Sekolah

- Pasar

- Pemangkas rambut

- Salon

- Ponpes

G. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

Pelaksanaan inspeksi sanitasi TTU dilaksanakan setiap bulan mulai bulan maret sampai desember kecuali bulan juni karena memasuki bulan puasa untuk pembinaan dan pengawasan

H. EVALUASI PELAKSANAAN DAN PELAPORAN

Evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan dilaksanakan setiap tiga bulan sekali.

I. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN

Pencatatan dan pelaporan dilaksanakan oleh penanggungjawab program dan dilaporkan kepada kepala puskesmas.

(7)

TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN

(TPM)

A. PENDAHULUAN

Rumah makan, depot dan warung adalah setiap tempat usaha komersil yang lengkap kegiatannya menyediakan makanan dan minuman untuk umum di tempat usahanya. Hygiene sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikan faktor makanan, orang, tempat dan perlengkapan yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan.

Pengawasan sanitasi makanan pada rumah makan, depot, warung, adalah pemantauan secara terus menerus terhadap rumah makan, depot, warung atas perkembangan tindakan atau kegiatan atau  persyaratan sanitasi makanan dan keadaan yang terdapat setelah usaha tindak lanjut dari pemeriksaan.

Pemeriksaan merupakan usaha melihat dan menyaksikan secara langsung serta menilai tentang keadaan, tindakan atau kegiatan yang dilakukan serta memberikan petunjuk / saran perbaikan.

Kegiatan pengawasan sanitasi makanan meliputi pendataan tempat pengelolaan makanan,  pemeriksaan berkala, member saran perbaikan, melakukan kunjungan kembali, memberi peringatan

dan rekomendasi kepada pihak terkait serta laporan hasil pengawasan.

B. LATAR BELAKANG

Berdasarkan pengamatan awal beberapa rumah makan, depot dan warung yang letaknya cukup strategis dan sering dilalui banyak kendaraan bermotor, ada beberapa penjamah makanan yang menunjukkan perilakuyang tidak sehatdalam menjamah makanan, missal menggunakan lap kotor untuk membersihkan meja dan mengolah makanan ketika sedang sakit.

Demikian juga dengan sarana disekitarnya, dimana sering ditemukan adanya rumah makan , depot, warung yang melakukan pencucian peralatan makanan tanpa menggunakan sabun, peralatan hanya dicelupkan ke sumber air pencucian yang sudah kotor, serta bahan makanan belum jadi disimpan dalam ruangan yang tidak dilengkapi dengan pelindung dari hama.

C. TUJUAN Tujuan umum :

- Untuk mengetahui persyaratan sanitasi tempat pengelolaan makanan (TPM) dan mampu menerapkan persyaratan dan teknik pembersihan atau pemeliharaan di ruangan tempat  pengelolaan makanan (TPM) agar terhindar dari resiko pencemaran.

(8)

Tujuan khusus:

- Untuk mengetahui lokasi / letak bangunan

- Untuk mengetahui ruangan pengolahan

- Untuk mengetahui tempat pencucian alat dan bahan makanan

- Untuk mengetahui tempat sampah

- Untuk mengetahui cara pembersihan dan tempat pemeliharaan

- Untuk mengetahui tempat cuci tangan

- Untuk mengetahui sarana air bersih (SAB)

- Untuk mengetahui jamban

D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

Pembinaan dan pengawasan terhadap sarana tempat pengelolahan makanan (TPM).

E. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN

Kegiatan yang bersifat monitoring atau inspeksi terhadap sarana tempat pengelolaan makanan (TPM) yang ada di wilayah kerja puskesmas.

F. SASARAN

- Rumah makan

- Jasa boga / catering

- Industri makanan

- Kantin

- Warung

- Makanan jajanan

G. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

Pelaksanaan inspeksi sanitasi TPM dilaksanakan setiap bulan mulai bulan maret sampai desember untuk pembinaan dan pengawasan.

H. EVALUASI PELAKSANAAN DAN PELAPORAN

Evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan dilaksanakan setiap tiga bulan sekali.

I. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN

Pencatatan dan pelaporan dilaksanakan oleh penanggung jawab program dan dilaporkan kepada kepala puskesmas.

(9)

SARANA AIR BERSIH

(SAB)

A. PENDAHULUAN

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, keamanan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal (UU Kesehatan  No. 23 Tahun 1992). Untuk mencapai tujuan tersebut berbagai program atau kegiatan telah dan akan dilaksanakan atau dikembangkan baik oleh pemerintah, swasta maupun masyarakat, salah satu diantaranya adalah program penyediaan air bersih.

Sesuai dengan penjelasan dalan undang

 – 

 undang kesehatan No. 23 Tahun 1992 yang dimaksud dengan penyehatan air meliputi pengemanan dan penetapan kualitas air untuk berbagai kebutuhan dan kehidupan manusia.

Dalam kaitan dengan hal

 – 

 hal tersebut maka seharusnya air bersih yang digunakan slain harus mencukupi dalam arti kuantitas untuk kebutuhan sehari

 – 

  hari dan juga harus memenuhi persyaratan kualitas yang telah ditetapkan baik kualitas fisik, bakteriologis maupun kimia. Pendekatan penyehatan air diawali dengan kegiatan pengawasan kualitas air yang ditindak lanjuti oleh kegiatan perbaikan kualitas air dan pembinaan pemakai air untuk pengamanan kualitas air dengan melibatkan peran serta masyarakat.

B. LATAR BELAKANG

Program penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan tujuannya adalah menyediakan air  bersih dan sarana sanitasi yang memadai serta memenuhi syarat kesehatn.

Program ini diharapkan dapat memperbaiki status kesehatan msyarakat melalui penurunan angka kesakitan yang disebabkan oleh penyakit yang ditularkan melalui air.

C. TUJUAN

Tujuan Umum :

- Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam mengamankan kualitas air untuk berbagai kebutuhan dan kehidupan manusia.

Tujuan Khusus :

- Terpantaunya kualitas air melalui upaya pengawasan

(10)

2. Meningkatnya kualitas air melaui upaya perbaikan

3. Meningkatnya pengertian, kesadaran, kemauan melakukan pengawasan kualitas air

D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

Kegiatan pokok penyehatan air dalam pelaksanaan program penyediaan dan pengelolaan air  bersih yaitu pengawsan kualitas air, perbaikan kualitas air, pembinaan pemakai air.

Penyehatan air diawali dengan pengawasan kualitas air yang ditindak lanjuti oleh kegiatan  perbaikan kualitas air dan pembinaan pemakai air untuk pengamanan kualitas air dengan melibatkan  peranserta masyarakat.

E. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN

Kegiatan bersifat monitoring (inspeksi sanitasi) terhadap sarana air bersih (SAB) yang adal di wilayah kerja puskesmas bluto.

F. SASARAN

- Masyarakat atau KK yang menggunakan sarana air bersih (SAB)

G. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

Pelaksanaan Inspeksi Sanitasi SAB dilaksanakan setiap bu lan mulai bulan Maret sampai Desember.

H. EVALUASI PELAKSANAAN DAN PELAPORAN

Evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan dilaksanakan setiap 3 bulan sekali

I. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN

Pencatatan dan pelaporan dilaksanakan oleh penanggung jawab program dan dilaporkan kepada kepala puskesmas.

(11)

KLINIK SANITASI

A. PENDAHULUAN

Klinik sanitasi merupakan suatu upaya atau kegiatan yang mengintegrasikan pelayanan kesehatan promotif, prefentif, dan kuratif yang difokuskan pada penduduk yang beresiko tinggi untuk mengatasi masalah penyakit yang berbasis lingkungan dan masalah kesehatan lingkungan pemukiman.

Anamnesa adalah wawancara terhadap pasien atau kelurganya mengenai :

- Keluhan utama

- Keluhan tambahan

- Riwayat penyakit terdahulu

- Riwayat penyakit keluarga

- Lamanya sakit

- Kondisi lingkungan

- Sarana sanitasi yang digunakan

Konseling adalah komunikasi antara dua orang atau lebih antara petugas konseling dan pasien atau klien yang memutuskan untuk bekerja sama sehingga pasien dan klien dapat mengenali dan memecahkan masalah kesehatan lingkungan secara mandiri maupun dengan bantuan pihak lain.

B. LATAR BELAKANG

1. Penyakit

 – 

  penyakit yang berhubungan dengan air meliputi : penyakit diare, demam  berdarah, malaria dan kulit.

2. Penyakit

 – 

  penyakit yang penularannya berkaitan dengan kondisi perumahan dan lingkungan yang jelek antara lain ISPA dan TB Paru

3. Penyakit

 – 

 penyakit yang penyebabnya atau cara penularannya melalui makanan antara lain : diare, kecacingam dan keracunan makanan

4. Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan penggunaan bahan kimia dan pestisida di rumah tangga.

C. TUJUAN

Tujuan Umum :

- Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya prefentif, kuratif dan promotif yang dilakukan secara terpadu, terarah dan terus menerus.

(12)

Tujuan Khusus :

- Terciptanya keterpaduan kegiatan lintas program dan lintas sector dalam program  pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan dengan memberdayakan

masyarakat.

- Meningkatnya pengetahuan, kesadaran, kemampua dari perilaku masyarakat (pasien, klien, dan masyarakat) untuk mewujudkan lingkungan dan perilaku hidup bersihd an sehat.

- Meningkatnya pengetahuan, kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk mencegah dan menanggulangi penyakit berbasis lingkungan serta masalah kesehatan lingkungan dengan sumber daya yang ada

- Menurunnya angka penyakit berbasis lingkungan dan meningkatnya kondisi kesehatan lingkungan

D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

Penderita atau pasien yang menderita penyakit berbasis lingkungan yang datang ke puskesmas

E. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN

1. Di dalam gedung yaitu di puskesmas

2. Di luar gedung yaitu di posyandu dan pada waktu kunjungan rumah atau kunjungan lapangan

F. SASARAN

1. Penderita penyakit / pasien/ keluarga yang berhubungan dengan masalah kesehatan lingkungan dan penyakit berbasis lingkungan yang datang ke puskesmas

2. Masyarakat umum atau klien yang mempunyai masalah kesehatan lingkungan dan penyakit  berbasis lingkungan yang datang ke puskesmas

3. Penderita penyakit / pasien / keluarga yang berhubungan dengan masalah kesehatan lingkungan, dan penyakit yang berbasis lingkungan yang dikunjungi rumahnya

4. Masyarakat umum / klien yang mempunyai masalah kesehatan lingkungan dan penyakit yang  berbasis lingkungan yang daerahnya dikunjungi.

G. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

- Di dalam gedung : Pelaksanaan Konseling Kesling dilaksanakan setiap hari mulai bulan maret sampai desember

- Di luar gedung: pelaksanaan dilakukan sesuai dengan perjanjian kunjungan rumah dengan  pasien/ klien jika diperlukan.

(13)

H. EVALUASI PELAKSANAAN DAN PELAPORAN

Evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan dilaksanakan setiap 3 bulan sekali

I. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN

Pencatatan dan pelaporan dilaksanakan oleh penanggung jawab program dan dilaporkan kepada kepala puskesmas.

(14)

KERANGKA ACUAN PEMICUAN STBM A. Pendahuluan

Salah satu cara untuk meningkatkan akses masyarat terhadap layanan sanitasi serta upaya mengendalikan penyakit berbasis lingkungan adalah kegiatan terpadu melalui pendekatan sanitasi total  berbasis masyarakat (STBM) dan Pemicuan.

Pemicuan adalah cara untuk mendorong perubahan perilaku hygiene dan sanitasi individu atau masyarakat atas kesadaran sendiri dengan menyentuh perasaan, pola piker, perilaku, dan kebiasaan individu atau masyarakat. berbagai upaya peningkatan cakupan jamban melalui berbagai proyek Pemerintah yang selama ini dilakukan tidak memberikan hasil yang memuaskan.

Kondisi Kesehatan Lingkungan Riset Kesehatan Dasar 2007 :

-

Rumah Tangga BABS 34,5 %

-

Rumah Tangga tidak memiliki SPAL 32,5 %

-

Anak anak berprilaku CTPS > 10 Tahun 22 %

B. Latar Belakang

Kondisi sanitasi yang buruk yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan berkontribusi terhadap  berbagai kasus penyakit berbasis lingkungan seperti diare,kecacingan.

Puskesmas Bluto Kecamatan Bluto terdiri dari 20 desa, yaitu dengan 8 desa yang letak desanyaberbatansan dengan tepi pantai. Pada umumnya masyarakat yang berdomisili di pinggiran  pantai sanitasinya masih rendah (buruk) Karena:

-

Rendahnya kesadaran mengenai pentingnya prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

-

Rendahnya kesadaran dan komitmen pemerintah daerah mengenai pentingnya sanitasi

-

Belum tersedianya pendekatan pembangunan sanitasi pedesaan yang sistematis

-

Terbatasnya pendanaan pemerintah.

C. Tujuan

-

Tujuan Umum

Tidak berperilaku membuang air besar sembarang ,serta perilaku lain sesuai dengan kaidah kesehatan lingkungan.

-

Tujuan Khusus

(15)

mandiri.

D. Manfaat Pelaksanaan Pemicuan

Dengan melakukan pemicuan masyarakat akan mengerti dan sadar akan pentingnya prilaku hidup bersih dan sehat dengan menerapkan 5 pilar STBM

Masalah

-

Masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat

-

Masyaraka yang berdomisili di pinggiran sungai masih sulit merubah prilaku hidup sehat

-

Masyarakat masih mengharapkan bantuan subsidi dari pemerintah untuk sanitasi

E. Kegiatan Pokok

1. Bina suasana

Fasilitator memperkenalkan diri untuk membuka pintu masuk untuk komunikasi dengan masyarakat, sehingga mereka akan terhipnotis untuk slalu berperan aktif dalam setiap tahap  proses pemicuan.

2. Pemetaan Prilaku PHBS

Pemicuan melaui analisis partisipasi dimulai dengan menggambarkan peta wilayah RT/RW didukung masyarakat sendiri.kemudian peserta di minta menggambar sungai,mesjid, sekolah,dll Selanjutnya peseta diminta menggambarkan peta lokasi rumah masing-masing, sekaligus tanyakan kepada mereka kemana saat ini mereka buang air besar beri kode simbol atau gambar rumah dengan warna merah yang BAB sembarang dan warna hijau untuk rumah yang BAB di jamban.

F. Cara Pelaksanaan kegiatan

Petugas puskesmas dan dari dinas kesehatan kabupaten beserta fasilitator kab merangin turun kelapanngan atau ke desa untuk melakukan kegiatan Pemicuan sesuai jadwal yang telah di sepakati.

G. Sasaran

Dari 20 desa diwilayah kerja puskesmas bluto, Pemicuan dilakukan di 19 desa yang sanitasinya masih rendah dan masyarakat yang belum memiliki jamban dan belum memiliki sarana jamban yang sehat.

 No Kegiatan  pokok

Sasaran umum Rincian Kegiatan Target Capaian Cara Melakuka

kegiatan

(16)

STBM kader kesling, warga yang belum memiliki jamban dan belum memenuhi syarat kesehatan tempat pemicuan STBM 4. Mengumpulkan masyarakat yang di undang 5. Bina suasana 6. Pemetaan prilaku PHBS masyarakat di wilker  puskesmas bluto agar stop BABS

turun ke desa untuk

melakukan  pemicuan

H. Jadwal Kegiatan Pemicuan STBM

Pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat dilaksanakan pada bulan april sampai September. Sedangkan Pemberdayaan Masyarakat terhadap desa yang mendapat pansimas dilaksanakan pada  bulan april sampai oktober dengan rincian sebagai berikut :

 No Kegiatan Desa Bulan

Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt

1 Pemicuan STBM

-

Pendataan awal Bluto

Sera Timur Gingging Lobuk

-

Pelaksanaan pemicuan Bluto

Sera Timur Gingging Lobuk

-

Monev pasca pemicuan Bluto

Sera Timur Gingging Lobuk

2 Pemicuan STBM

-

Pendataan awal Bungbungan

Kr. Cempaka Palongan Aengdake

-

Pelaksanaan pemicuan Bungbungan

Kr. Cempaka Palongan Aengdake

-

Monev pasca pemicuan Bungbungan

Kr. Cempaka Palongan Aengdake

3 Pemicuan STBM

-

Pendataan awal Ab. Kenek

Sera barat Gilang Pkd. Sangra

(17)

-Sera barat Gilang Pkd. Sangra Pkd. Tengah

-

Monev pasca pemicuan Ab. Kenek

Sera barat Gilang Pkd. Sangra Pkd. Tengah

4 Pemicuan STBM

-

Pendataan awal Ab. Raja

Errabu Pkd. Barat Kapedi Gl. Manjung

-

Pelaksanaan pemicuan Ab. Raja

Errabu Pkd. Barat Kapedi Gl. Manjung

-

Monev pasca pemicuan Ab. Raja

Errabu Pkd. Barat Kapedi Gl. Manjung

5 Desa pansimas Sera Tengah

-

Pendataan Awal Dsn. Batu

Ampar

Dsn. Sumber Langon

-

Pelaksanaan Pemicuan Dsn. Batu

Ampar

Dsn. Sumber Langon

-

Monev Pasca Pemicuan Dsn. Batu

Ampar

Dsn. Sumber Langon

-

Verifikasi Data Dsn. Batu

Ampar

Dsn. Sumber Langon

-

Deklarasi ODF Dsn. Batu

Ampar

Dsn. Sumber Langon

-

Pemantauan Kualitas

Air Minum dan Air Bersih

(18)

-

Banner

I. Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporan

Evaluasi dilaksanakan sesuai jadwal yang di tetapkan yaitu setiap bulan apabila ada perubahan dan pelaporan.

J. Pencatatan dan pelaporan serta evaluasi kegiatan

Pelaporan dan evaluasi dilakukan dengan menulis laporan kegiatan dalam bentuk dokumentasi laporan secara komprenhensif setelah selesai kegiatan dilakukan,laporan diserahkan ke penanggung  jawab dokumen

(19)

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

DEPOT AIR MINUM

(DAM)

A. PENDAHULUAN

Air sangat diperlukan oleh tubuh manusia seperti halnya udara dan makanan. Tanpa air manusia tidak akan bertahan hidup lama. Selain berguna untuk manusia, air juga diperlukan oleh makhluk hidup lain misalnya hewan dan tumbuh-tumbuhan. Bagi manusia air diperlukan untuk menunjang kehidupan antara lain dalam kondisi yang layak untuk diminum tanpa mengganggu kesehatan atau air yang harus dimasak terlebih dahulu sebelum dapat diminum.

Air minum untuk tubuh manusia berguna untuk menjaga keseimbangan metabolism dan fisiologi tubuh setiap waktu. Konsumsi air diperlukan karenasetiap saat tubuh bekerja dan berproses. Disamping itu air juga digunakan untuk melarutkan dan mengolah makanan agar dapat dicerna tubuh manusia dan kehidupan dari berjuta sel. Komponen terbanyak dari sel adalah air. Apabila kekurangan cairan sel tubuh akan menciut dan tidak dapat berfungsi dengan baik. Begitu pula air merupakan bagian EKSKRETA CAIR (keringat, air seni, air mata), uap pernapasan, dan cairan tubuh (darah, lymphe).

B. LATAR BELAKANG

Kebutuhan penduduk terhadap air minum dapat dipenuhi melalui air yang dialirkan melalui saluran perpipaan (PAM), air minum dalam kemasan (AMDK), maupun depot air minum (DAM). Selain itu air tanah dangkal dari sumur

 – 

 sumur gali (SG) atau pompa serta air hujan yang diolah oleh  penduduk menjadi air minum setelah di masak terlebih dahulu.

Kecenderungan penduduk untuk mengkonsumsi air minum siap pakai sangat besar, sehingga usaha depot pengisian air minum tumbuh subur. Perlu dilakukan pengawasan, pembinaan dan  pengawasan kualitas air dari DAM agar selalu aman dan sehat untuk dikonsumsi masyarakat.

C. TUJUAN

(20)

- Terlindunginya masyarakat dari potensi penyakit akibat konsumsi air minum yang berasal dari depot air minum (DAM). Dengan demikian masyarakat akan terhindar dari kemungkianan resiko terkenan penyakit bawaan air.

Tujuan Khusus :

- Terisolasinya hygiene sanitasi depot air minum (DAM) di seluruh masyarakat

- Terlaksananya pembinaan dan pengawasan oleh petugas kesehatan kabupaten / kota sehingga dapat menjamin mutu air minum yang dijual

- Terlaksananya praktek penyelenggaraan depot air minum (DAM) yang melaksanakan kaidah hygiene sanitasi serta perlakuan hidup bersih dan s ehat (PHBS) dalam melayani masyarakat

- Teridentifikasinya masalah depot air minum (DAM) yang harus dibina oleh pemerintah daerah  baik di kabupaten / kota.

D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

Pembinaan dan pengawasan Depot Air Minum (DAM).

E. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN

Cara umum dalam melaksanakan kegiatan ini adalah di dalam gedung berupa konseling dan di luar gedung berupa pembinaan.

Kegiatan bersifat monitoring (inspeksi sanitasi) terhadap depot air minum (DAM) dan  pemeriksaan sampel air depot air minum (DAM) yang ada di wilayah kerja puskesmas kebomas.

F. SASARAN

Seluruh Depot Air Minum (DAM) yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kebomas.

G. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

- Setiap bulan untuk pembinaan dan pengawasan

H. EVALUASI PELAKSANAAN DAN PELAPORAN

Evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan dilaksanakan setiap tiga bulan sekali.

I. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN

Pencatatan dan pelaporan dilaksanakan oleh penanggung jawab program dan dilaporkan kepada kepala puskesmas.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan kemampuan reproduksi domba prolifik tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pertimbangan untuk meningkatkan pndapatan peternak melalui keberhasilan

Salah satunya adalah mahasiswa program studi D-3 Teknik Perpustakaan (PSTP), Fakultas Vokasi, Universitas Airlangga yang akan menyelenggarakan pameran sebagai syarat

Persepsi terhadap bangunan cagar budaya Kalau kita membaca berita dan informasi mengenai bangunan cagar budaya di Indonesia, kebanyakan berisi cerita tentang

(b) Mendapat sekurang-kurangnya lulus Gred E dan mempunyai Sijil Bahasa Arab dari institusi pendidikan yang diiktiraf; (untuk permohonan melalui Pusat Kembangan Pendidikan UKM

Untuk dapat membandingkan kinerja profitabilitas bank syariah dengan indeks maqasid syariahnya, maka proses yang akan dilakukan adalah dengan menghitung nilai

 Untuk mempelajari kata kerja (sekitar 100 kata untuk level pemula hingga dasar) dan kata sifat untuk minggu depan yang telah ada di daftar .ppt ini, tidak perlu khawatir,

Selanjutnya pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan tema akan diperoleh beberapa manfaat yakni (1) dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta

Hasil Penelitian dan hipotesis menunjukkan bahwa secara parsial maupun simultan pelatihan, keterlibatan kerja dan kompetensi berpengaruh secara signifikan