Informasi Dokumen
- Penulis:
- Risa Meisandi A.P
- Sekolah: RSUD Banyumas
- Mata Pelajaran: Asuhan Gizi
- Topik: Asuhan Gizi Pada Pasien Hematemesis Melena, Sirosis Hepar Dan Asites
- Tipe: laporan praktik kerja lapangan
- Tahun: 2017
- Kota: Banyumas
Ringkasan Dokumen
I. KASUS
Tn. T adalah pasien berusia 56 tahun yang masuk ke rumah sakit pada tanggal 25 September 2017 dengan keluhan utama muntah darah dan BAB berwarna hitam. Pasien menunjukkan gejala lemas, pucat, nyeri dada, dan sesak napas. Riwayat kesehatan pasien menunjukkan bahwa ia telah didiagnosis dengan sirosis hati dan varises esophagus selama 2.5 tahun. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya anemia dan kelainan pada parameter biokimia yang terkait dengan kondisi hati.
II. BAB I
Skrining gizi dilakukan menggunakan formulir SNST untuk menilai risiko malnutrisi pasien. Skor skrining menunjukkan bahwa pasien berada dalam kategori berisiko malnutrisi. Penurunan berat badan, penurunan asupan makanan, dan kondisi kesehatan yang buruk menjadi indikator utama. Skrining ini penting untuk menentukan intervensi gizi yang tepat untuk pasien.
2.1. Formulir Skrining
Formulir skrining mencakup pertanyaan tentang kondisi fisik pasien, penurunan berat badan, dan riwayat penyakit. Pasien yang terlihat kurus dan mengalami penurunan berat badan tanpa disengaja dalam 3-6 bulan terakhir mendapatkan skor yang lebih tinggi, menunjukkan risiko malnutrisi yang lebih besar.
III. BAB II
Proses asuhan gizi dimulai dengan assessment menyeluruh terhadap kondisi pasien, termasuk riwayat medis, antropometri, dan data biokimia. Penilaian ini penting untuk menentukan diagnosis gizi dan merencanakan intervensi gizi yang sesuai. Penanganan pasien dengan sirosis hati memerlukan perhatian khusus terhadap asupan gizi dan pemantauan secara berkelanjutan.
3.1. ASSESSMENT
Assessment dimulai dengan mengumpulkan riwayat personal pasien, termasuk umur, jenis kelamin, dan keluhan utama. Data antropometri seperti tinggi badan dan berat badan juga dicatat untuk menentukan status gizi. Data biokimia membantu dalam memahami fungsi hati dan kondisi kesehatan secara keseluruhan.
3.2. ASUPAN GIZI
Hasil recall 24 jam menunjukkan bahwa asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat pasien berada di bawah kebutuhan. Intervensi gizi yang direncanakan bertujuan untuk meningkatkan asupan makanan secara bertahap, dengan fokus pada diet yang sesuai untuk pasien sirosis hati.
3.3. TERAPI MEDIS
Terapi medis yang diberikan termasuk obat-obatan untuk mengatasi infeksi, mengurangi asam lambung, dan meningkatkan fungsi pencernaan. Interaksi antara obat dan zat gizi harus diperhatikan untuk mencegah efek samping yang dapat memperburuk kondisi pasien.
IV. DIAGNOSIS GIZI
Diagnosis gizi pasien mencakup masalah asupan oral yang inadekuat dan peningkatan kebutuhan energi dan protein. Asupan makanan yang rendah berhubungan dengan gangguan gastrointestinal, sedangkan kebutuhan energi dan protein meningkat akibat kondisi sirosis hati. Penyusunan diagnosis gizi yang tepat sangat penting untuk merancang intervensi yang efektif.
4.1. RENCANA INTERVENSI DIET
Intervensi diet dirancang untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien secara bertahap. Tujuan diet meliputi mencegah penurunan berat badan, meningkatkan regenerasi jaringan hati, dan mengurangi asites. Diet hati yang diberikan harus memperhatikan jumlah kalori, protein, lemak, dan karbohidrat yang sesuai.
V. MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk menilai efektivitas intervensi gizi yang diberikan. Data asupan makanan, kondisi fisik, dan hasil laboratorium pasien dievaluasi secara berkala. Hasil monitoring menunjukkan peningkatan asupan gizi dari hari ke hari, serta perbaikan dalam kondisi fisik pasien.
5.1. HASIL MONITORING
Hasil monitoring menunjukkan bahwa asupan energi, protein, dan lemak pasien meningkat setelah intervensi. Evaluasi dilakukan setiap hari untuk memastikan pasien mendapatkan asupan yang cukup dan untuk menyesuaikan rencana diet jika diperlukan.
VI. KESIMPULAN
Pasien Tn. T menunjukkan perbaikan dalam status gizi dan kondisi kesehatan setelah intervensi gizi yang terencana. Edukasi gizi kepada pasien dan keluarganya juga penting untuk memastikan keberlanjutan diet yang dianjurkan. Monitoring yang ketat dan penyesuaian intervensi diperlukan untuk mencapai hasil yang optimal.