• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Ketahanan Pangan Masa New Normal Covid-19

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Strategi Ketahanan Pangan Masa New Normal Covid-19"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-44 UNS Tahun 2020

Strategi Ketahanan Pangan Masa New Normal Covid-19

Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Sapi terhadap Pertumbuhan dan

Kandungan Bahan Kering (BK) Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)

Nadira Putri Sermalia, Bayu Fajar Ariyanto dan Tri Puji Rahayu

Universitas Tidar, Jl. Kapten Suparman No.39, Potrobangsan, Kec. Magelang Utara, Kota Magelang, Jawa Tengah

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pertumbuhan dan kandungan BK rumput gajah (Pennisetum Purpureum) yang ditambahkan dengan pupuk kandang sapi. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Fakultas Pertanian Universitas Tidar pada Bulan Oktober s.d Desember berlokasi di Desa Bandongan, Magelang, Jawa Tengah. Penelitian dilakukan secara eksperimental selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Penelitian ini membandingkan antara rumput gajah yang tidak diberi pupuk kandang (P1) dengan rumput gajah yang diberi pupuk kandang sapi (P2). Tahap pelaksanaan penelitian dimulai dari persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan rumput gajah setelah ditanam selama 45 hari. Parameter yang diukur antara rumput gajah yang diberi pupuk kandang sapi dengan yang tidak diberi pupuk meliputi: pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah anakan, lingkar batang anakan, dan kandungan bakan kering (BK) Rumput Gajah (Pennisetum purpureum). Tinggi tanaman, jumlah anak dan lingkar batang anakan rumput gajah yang diberikan pupuk kandang sapi menghasilkan pertumbuhan yang lebih tinggi. Selain itu, pemberian pupuk kandang sapi terhadap pertumbuhan rumput gajah (Pennisetum purpureum) menghasilkan BK 19,99% sedangkan rumput gajah yang tidak diberi pupuk menghasilkan BK 18,81%. Kandungan BK pada penelitian ini sudah sesuai dengan standar kandungan BK rumput gajah. Kata kunci: pupuk kandang sapi, rumput gajah, pertumbuhan, bahan kering

Pendahuluan

Ternak ruminansia merupakan ternak yang mempunyai lambung jamak dan mengalami proses memamah biak. Pakan utama ternak ruminansia adalah pakan berserat kasar tinggi berupa hijauan seperti halnya rumput. Kebutuhan pakan ternak ruminansia yang berasal dari hijauan konsumsi segar 10-15% bobot badan per hari. Rumput gajah umumnya digunakan sebagai pakan ruminansia baik sapi, kerbau, kambing maupun domba. Peningkatan produktivitas rumput gajah dalam rangka mencukupi kebutuhan hijauan pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain bibit, iklim, cuaca, air dan pupuk. Tanah yang subur sangat diperlukan bagi kelangsungan pertumbuhan dan perkembangan rumput gajah.

(2)

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkan pertumbuhan dan perkembangan rumput gajah yang baik adalah dengan melakukan pemupukan (Lasamadi et al., 2013).

Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun non-organik. Salah satu jenis pupuk organik adalah pupuk kompos yang berasal dari ternak sapi atau sering disebut pupuk kandang. Pupuk kandang merupakan olahan dari limbah kotoran ternak yang diberikan pada lahan pertanian untuk memperbaiki kesuburan dan struktur tanah (Sulaiman et al., 2018). Pupuk kandang dapat membantu pertumbuhan berbagai tanaman, termasuk rumput gajah. Rumput gajah (Pennisetum Purpureum) merupakan rumput berukuran besar dan memiliki nutrien tinggi yang digunakan sebagai pakan ternak ruminansia seperti sapi, kerbau, kambing, dan domba. Rumput gajah termasuk tanaman tahunan, tumbuh tegak menyerupai tebu, mudah berkembang biak, berdaun lebar, tipis dan mempunyai tulang daun. Daya adaptasi rumput gajah sangat luas, mulai dari jenis tekstur ringan, sedang sampai berat dan tanah yang kurang subur (Lasamadi et al., 2013). Untuk memperoleh produksi yang tinggi pada lahan yang tingkat kesuburannya rendah dapat dilakukan dengan penggunaan pupuk organik (Sajimin et al., 2011).

Penggunaan pupuk kandang sapi diharapkan dapat meningkatkan produktivitas rumput gajah dalam membantu penyedia kebutuhan hijauan pakan ternak. Serta meningkatkan kualitas tanah. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk kandang sapi terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah anakan, lingkar batang anakan dan kandungan BK Rumput Gajah (Pennisetum purpureum).

Metodologi

Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Fakultas Pertanian Universitas Tidar pada bulan Oktober s.d Desember 2019 yang berlokasi di Desa Bandongan, Kab. Magelang, Jawa Tengah. Alat yang digunakan antara lain cangkul, sabit, meteran, ember 10 liter, timbangan digital, karung 50 kg, plastik 10 kg, kamera dan alat tulis. Bahan yang digunakan meliputi tanah, air, bibit rumput gajah (Pennisetum purpureum), pupuk kandang sapi, perlengkapan seperti kayu dan paku.

Tahap pelaksanaan penelitian antara lain :

a) Persiapan lahan, melalui pembersihan lahan dari rumput, gulma, semak-semak dan alang-alang (AAK, 2003).

(3)

b) Pengolahan lahan secara manual, dengan menggunakan cangkul dan penggaruk tanah yang bertujuan untuk menggemburkan tanah.

c) Pembuatan bedengan, kegiatan ini bertujuan untuk mempermudah penanaman dan menyediakan tempat bagi akar tanaman rumput gajah dengan ukuran 2 x 5 meter.

d) Penanaman rumput gajah, dilakukan secara vegetatif atau stek batang.

e) Pemupukan, menggunakan pupuk organik yang berasal dari pupuk kandang sapi, pemberian pupuk sebanyak 7 kg pada bedengan yang telah dibuat. Pemupukan dilakukan setelah penanaman rumput gajah.

f) Pemeliharaan selama 45 hari.

g) Pemanenan, pada penelitian ini dilakukan pada saat tanaman berumur 45 hari. Tinggi pemotongan 15 cm dari permukaan tanah.

Penelitian ini dilakukan secara eksperimental dengan 2 perlakuan dan 5 ulangan, selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Analisis deskriptif merupakan analisis yang berusaha mendeskripsikan dan mengiterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecenderungan yang tengah berlangsung (Linarwati et al., 2016). Penelitian ini membandingkan antara pertumbuhan dan BK rumput gajah yang tidak diberi pupuk kandang (P1) dengan pertumbuhan dan BK rumput gajah yang diberi pupuk kandang (P2). Parameter penelitian yang diukur yaitu a) Pertumbuhan rumput gajah meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan dan lingkar batang anakan (primer) dengan pengukuran setiap minggu sekali, b) Bahan kering (BK) rumput gajah.

Pengukuran tinggi tanaman diukur pada batang tanaman tertinggi dimulai dari pangkal batang (permukaan tanah) sampai titik tumbuh tanaman (ujung daun yang lurus ke atas sejajar batang). Jumlah anakan/tunas dengan menghitung jumlah anakan yang tumbuh dalam setiap rumputnya dan dilakukan pengamatan satu minggu sekali. Lingkar batang anakan diukur menggunakan meteran yang dilingkarkan pada batang anakan tersebut (Gea et al., 2019), serta menentukan BK rumput gajah (Pennisetum purpureum) dengan memasukkan dalam perhitungan rumus BK. Menurut Purwanto (2018) cara mendapatkan kadar BK dengan menggunakan rumus:

BK = 100% - KA Dengan

(4)

Keterangan:

KA = Kadar air (%)

A = Bobot cawan porselen (gram)

B = bobot cawan porselen ditambah sampel sebelum dipanaskan (gram) C = bobot cawan porselen ditambah sampel setelah dipanaskan (gram)

Hasil dan Pembahasan Tinggi Tanaman

Pertambahan tinggi tanaman merupakan bentuk peningkatan pembelahan sel-sel akibat adanya asimilat yang meningkat (Harjanti et al., 2014). Rataan tinggi rumput gajah (Pennisetum purpureum) dengan perlakuan tanpa pupuk (P1) dan perlakuan pupuk kandang sapi (P2) disajikan pada Tabel 1. Rataan tinggi tanaman pada perlakuan pupuk kandang sapi memberikan pengaruh pertumbuhan lebih maksimal dibandingkan yang tidak diberi pupuk. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa rataan tinggi tanaman yang tertinggi ditunjukkan pada P2 minggu ke-6 mencapai 115,5 cm, sedangkan pada perlakuan P1 yang tidak diberi pupuk dapat dilihat bahwa tinggi tanaman pada minggu ke-6 hanya 75,94 cm. Rataan tinggi rumput gajah yang diberi pupuk kandang sapi lebih tinggi dibandingkan penelitian Sulaiman et al. (2018) dengan rataan 67,32 cm pada umur pemotongan 56 hari di daerah tinggi Kepahiang-Bengkulu. Penggunaan pupuk fases sapi dengan tiga kali pemupukan menghasilkan tinggi rumput Odot (Pennisetum purpureum cv. Mott) mencapai 74,02 cm pada umur pemotongan 60 hari (Budiono, 2018).

Tabel 1. Tinggi tanaman rumput gajah

Minggu ke- Perlakuan

P1 (cm) P2 (cm) 1 6,28 25,5 2 13,3 47,8 3 22,9 54,5 4 42,6 75,6 5 56,09 90,3 6 75,94 115,5

Nurhidayati et al. (2013) menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman merupakan perpaduan antara susunan genetis dengan lingkungannya, apabila respon terhadap lingkungan rendah maka dapat menurunkan pertumbuhan, akibatnya tanaman tersebut tumbuh rendah. Begitu pula sebaliknya jika respon terhadap lingkungan tinggi maka pertumbuhan tanaman

(5)

akan tinggi. Pemberian pupuk kandang sapi (P2) menghasilkan 39,56 cm lebih tinggi daripada rumput gajah yang tidak diberi pupuk kandang sapi (P1).

Pupuk organik kandang sapi mengandung unsur hara untuk memenuhi kebutuhan tanaman secara cepat sehingga tinggi rumput gajah tumbuh maksimal. Pemberian pupuk berkaitan erat dengan ketersediaan unsur hara essensial yang dibutuhkan oleh tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Sadjadi et al. (2017) yang menyatakan bahwa pemberian bokashi dalam kegiatan budidaya dimaksudkan untuk meningkatkan ketersediaan hara dalam tanah bagi tanaman sehingga pertumbuhan tinggi tanaman dapat tumbuh dengan baik.

Jumlah Anakan/Tunas

Anakan rumput gajah (Pennisetum purpureum) merupakan salah satu faktor yang paling penting untuk menentukan hasil pada saat panen. Semakin banyak anakan rumput gajah yang tumbuh, maka hasil pada saat panen semakin meningkat. Pembentukan anakan atau tunas rumput gajah terjadi di sekeliling batang utama. Berdasarkan hasil dari pengamatan jumlah anakan/ tunas menunjukkan bahwa perlakuan menggunakan pupuk kandang sapi (P2) menghasilkan jumlah anakan yang lebih banyak daripada rumput gajah yang tidak diberi pupuk disajikan pada Tabel 2. Hasil penelitian pemberian pupuk kandang sapi terhadap pertumbuhan jumlah anakan rumput gajah menunjukkan hasil yang lebih tinggi yaitu 11,6 anakan jika dibandingkan dengan hasil penelitian Seseray et al., (2012) yaitu jumlah anakan rumput gajah yang dipanen pada umur 60 hari sebanyak 4,25 anakan dengan menggunakan pupuk N (urea).

Tabel 2. Jumlah anakan/tunas

Minggu ke- Perlakuan

P1 P2 1 0,5 2,67 2 1,1 3,3 3 1,5 4 4 4,4 8,5 5 5,2 11,6 6 6,9 11,6

Rataan jumlah anakan rumput gajah (Pennisetum purpureum) yang menggunakan pupuk kandang sapi pada minggu ke-6 mencapai 11,6 tunas, sedangkan rataan jumlah anakan rumput gajah yang tidak diberi pupuk berjumlah 6,9 pada minggu ke-6. Pemberian pupuk kandang sapi (P2) menunjukkan 4,7 anakan lebih banyak daripada rumput gajah yang tidak

(6)

diberi pupuk kandang sapi (P1). Unsur hara nitrogen yang terkandung dalam pupuk kandang sapi sangat besar kegunaannya bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, antara lain; membuat daun tanaman lebih hijau segar dan banyak mengandung butir hijau daun (cholorophyl) yang mempunyai peranan sangat penting dalam proses fotosintesis, mempercepat pertumbuhan tanaman (tinggi, jumlah anakan, cabang dan lain-lain) serta menambah kandungan protein tanaman. Lasamadi et al. (2013) menyatakan bahwa pemberian pupuk organik pada kondisi lahan kritis unsur hara sangat baik karena dengan penambahan pupuk organik dalam tanah akan memperbaiki struktur pada tanah tersebut lebih remah dan meningkatkan jumlah pori-pori tanah sehingga memudahkan tunas-tunas baru tumbuh menembus permukaan tanah.

Lingkar batang tunas primer

Lingkar batang merupakan produk yang dapat dilihat dari pertumbuhan tanaman, pertumbuhan lingkar batang disebabkan oleh kemampuan tanaman tumbuh. Rahayu (2019) menyatakan bahwa pertumbuhan lingkar batang disebabkan oleh kondisi curah hujan, Apabila curah hujan rendah maka kebutuhan air bagi rumput gajah kurang terpenuhi sehingga pertumbuhannya tidak maksimal. Hasil penelitian pemberian pupuk kandang sapi terhadap pertumbuhan lingkar batang tunas primer rumput gajah (Pennisetum purpureum) menunjukkan hasil yang lebih rendah yaitu 4,8 cm jika dibandingkan dengan hasil penelitian Rahayu (2019) yaitu 5,47 pada umur 50 HSP (hari setelah pemotongan) dengan menggunakan pemberian POC 7 ml/lt. Hasil rataan lingkar batang tunas primer dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Lingkar Batang Tunas Primer

Minggu ke- Perlakuan

P1 (cm) P2 (cm) 1 0,28 0,4 2 1,27 2,95 3 1,45 3,5 4 2,72 3,75 5 3,85 4,5 6 4,73 4,8

Rataan lingkar batang tunas primer rumput gajah (Pennisetum purpureum) pada P1 dari minggu ke-1 sampai minggu ke-6 yaitu bertambah 4,45 cm. Rataan lingkar batang tunas primer pada P2 dari minggu ke-1 sampai minggu ke-6 bertambah 4,4 cm. Rataan lingkar

(7)

batang tunas primer pada minggu ke-1 yaitu 0,4 cm, sedangkan pada minggu ke-6 mencapai 4,8 cm. Pemberian pupuk kandang sapi (P2) menunjukkan 0,07 cm lebih tinggi daripada rumput gajah yang tidak diberi pupuk kandang sapi (P1).

Pertumbuhan lingkar batang dapat disebabkan oleh daya tumbuh tanaman rumput gajah, misalnya disebabkan oleh pengaruh pupuk, lingkungan, ataupun kekeringan. Perbedaan lingkar batang minggu ke-6 pada P1 dan P2 jaraknya tidak terlalu jauh, perbedaan ini disebabkan karena pada perlakuan P2 terjadi kekeringan. Hal ini sesuai dengan pendapat Hidayati et al., (2017) yang menyatakan bahwa kekeringan pada perlakuan tanaman pada hari ke-40 menunjukkan bahwa cekaman kekeringan menyebabkan terhambatnya diameter batang tanaman nyamplung. Kekeringan dapat menyebabkan laju fotosintesis tanaman menurun secara signifikan pada semua tahap pertumbuhan (Akram et al., 2013).

Kandungan BK Rumput Gajah

Bahan kering merupakan total zat-zat pakan selain air dalam suatu bahan pakan. Kebutuhan bahan kering dapat dipenuhi dari hijauan dan kosentrat (Afandhie dan Yuwono, 2002). Bahan kering dihitung sebagai selisih antara 100% dengan presentase kadar air suatu bahan pakan yang dipanaskan hingga ukurannya tetap. Kandungan nutrien rumput gajah meliputi: BK 19,9%; PK 10,2%; LK 1,6%; SK 34,2%; Abu 11,7% dan BETN 42,3% (Rukmana, 2005).

Kandungan BK rumput gajah pada P2 sebesar 18,81%, sedangkan pada P2 sebesar 19,99%. Hasil ini lebih rendah daripada penelitian Fathul et al., (2013) rumput gajah memiliki kandungan nutrien BK 20,29%. Kandungan BK pada penelitian ini sudah sesuai dengan kandungan BK rumput gajah. Pada prinsipnya semakin tinggi bahan kering suatu bahan maka kandungan air akan turun atau sebaliknya. Menurut NRC (1985), kebutuhan nutrisi domba pada bobot badan 10-20 kg yaitu 500-1000 gram BK. Domba dengan bobot badan 20-30 kg membutuhkan nutrien sebesar 1000-1300 gram BK, sedangkan kebutuhan konsumsi BK pakan sapi laktasi sebesar 12,4 kg menghasilkan susu 10 kg (NRC, 2001). Pemberian unsur hara yang lengkap pada tanaman memberikan pengaruh terhadap produktivitas dan pertumbuhan suatu tanaman. Kesuburan tanah dapat menentukan produksi tanaman, karena kesuburan tanah mempunyai peran penting dalam menentukan produktivitas tanaman termasuk mampu meningkatkan BK rumput gajah (Sulaiman et al., 2018).

(8)

Kesimpulan dan Saran

Rumput gajah yang diberi pupuk kandang sapi (P2) menghasilkan tinggi tanaman, jumlah anakan, lingkar batang dan BK lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa pupuk kandang sapi (P1). Pemberian pupuk kandang sapi pada rumput gajah sebaiknya disesuaikan berdasarkan luas lokasi lahan/bedengan dan dilakukan perawatan secara teratur.

Daftar pustaka

Aak (2003). Hijauan pakan ternak potong, kerja dan perah. Kanisius. Afandhie, R. dan Yuwono, N.W. (2002). Ilmu kesuburan tanah. Kanisius.

Budiono (2018). Produktivitas rumput odot (Pennisetum purpureum Cv Mott) dengan pemberian jenis pupuk yang berbeda. Universitas Bengkulu, Bengkulu.

Fathul, Liman, F., Purwaningsih, N. dan Tantalo. (2013). Pengetahuan pakan dan formulasi ransum. Jurusan Peternakan. Lampung: Fakultas Pertanian.

Gea, B., Karti, P. D. M., Prihantoro, I., dan Husni, A. (2019). Aklimatisasi dan evaluasi produksi mutan rumput gajah kultivar taiwan. Jurnal Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, 17(2), 47-53.

Harjanti, R., Tohari, A., dan Sri, N.H.U. (2014). Pengaruh takaran pupuk nitrogen dan silika terhadap pertumbuhan awal (Sccharum officinarum L.) pada inceptisol. Vegeralika, 3(2), 35-44.

Hidayati, N., Hendrati, R. L., Triani, A., dan Sudjino, S. (2017). Pegaruh kekeringan terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman nyamplung (Callophyum inophyllum L.) dan Johar (Cassia florida Vahl.) dari provenan yang berbeda. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan, 11(2), 1-14.

Rahayu, K.S. (2019). Pengaruh aplikasi POC terhadap pertumbuhan dan produksi rumput gajah pada pemotongan kedua. Jurnal Agroristek, 2(1).

Lasamadi, R. D. Malalantang, S.S., Rustandi, dan Aris, S.D. (2013). Pertumbuhan dan perkembangan rumput gajah dwarf (Pennisetum purpureum cv. Mott) yang diberi pupuk organik hasil fermentasi EM4. Jurnal Zootek, 32(5), 158-171.

Linarwati, M., Azis, F., dan Maria, M.M. (2016). Studi deskriptif pelatihan dan pengembangan sumberdaya manusia serta penggunaan metode behavioral event interview dalam memperkuat karyawan baru di Bank Mega cabang Kudus. Journal of Managemen, 2(2).

National Research Council. (1985). Nutrient requirement of sheep. 6th. Revised Edition. National Academy Press, Washington.

National Research Council. (2001). Nutrient requirement OD dairy cattle. 7th. Revised Edition. National Academy Press, Washington. Dc (US). Natl. Acad. Sci.

Nurhidayati, A., Basit, dan Sunawan. (2013). Hasil tebu pertama dan keprasan serta efisiensi penggunaan hara N dan S akibat substitusi amonium sulfat. Jurnal Agronomi Indonesia, 41 (1), 54-61.

Purwanto, Y. (2018). Kandungan bahan kering dan bahan organik berbagai jenis rumput yang ditanam di bawah naungan kelapa sawit. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Purwasih, W. (2017). Uji kandungan proksimat ikan glodok Boleophtalmus boddarti pada

kawasan mangrove di Pantai Ketapang Kota Probolinggo sebagai sumber belajar biologi. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.

(9)

Ram, H., Ali, M. A., Sattar, H.S,U., Rehman, dan Bibis, A. (2013). impact of water deficit stess on variusphysiological and agronomic traits of three basmitirice Loryza sativa L.) cultivar. The Journal Animal and Sciences, 23(5), 1415-1423.

Rukmana, R. (2005). Rumput unggul hijauan makanan ternak. Kanisius.

Sadjaji, B., Herlina, dan Supendi, W. (2017). Level penambahan bokasi kotoran sapi terhadap pertumbuhan dan produksi pada panen pertama rumput raja (Pennisetum purpureophoides). Jurnal Sain Peternakan Indonesia, 2(4).

Sajimin, N. D., Purwantari, dan Mujiastuti (2011). Pengaruh jenis dan taraf pemberian pupuk organik pada produktivitas tanaman alfalfa (Medicago sativa L.) di Bogor Jawa Barat. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Balai Penelitian Ternak. Bogor.

Seseray, D.Y., Evi, W.S., dan Yeldrik K. (2012). Pertumbuhan dan produksi rumput gajah (Pennisetum purpureum) pada interval defoliasi yang berbeda. Jurnal Ilmu Peternakan, 7(1), 31-36.

Sulaiman, W.A., Dwatmadji, D., dan Suteky T. (2018). Pengaruh pemberian pupuk fases sapi dengan dosis yang berbeda terhadap pertumbuhan dan produksi rumput odot (Pennisetum purpureum Cv Mott) di Kabupaten Kepahiang. Jurnal Sain Peternakan Indonesia, 13(4).

Referensi

Dokumen terkait

Achmad Saransi, M.Si, BPAD Kearsipan. Hamrani

Sedangkan secara terminologis, menurut jumhur ushuliyyin, hukum yaitu: “Khitab (Kalam) Allah yang berhubungan dengan perbuatan seseorang mukallaf, baik berupa iqtidha’

Sebab bagaimanapun mereka memiliki hak yang tetap dilindungi dan meskipun warga binaan lansia tidak secara maksimal dapat mengikuti program pembinaan tetapi sistem pemasyarakatan

Karena tingkat probabilitas t-hitung dari variabel pendidikan lebih besar dari tingkat signifikansi (α=5%) maka H0 diterima, berarti secara parsial variabel umur, masa

Berdasarkan hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan dua hal dari rumusan masalah sebagai berikut. Dalam bahasa Minang masyarakat Tionghoa di Kecamatan

Rockin Spades sendiri sebuah komunitas yang berada di Yogyakarta dan berkembang di Yogyakarta (wawancara dengan Athonk Sapto Raharjo pada Minggu, 13 Desember

Ada yang sedikit berbeda di Rapat Dewan Paroki Pleno Paroki Ibu Teresa Cikarang yang dilaksanakan pada tanggal 15 September 2013 yang lalu. Rapat Dewan Paroki Pleno umumnya

Kompos TKKS mengandung unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman dalam proses fotosintesis, yang pada akhirnya akan menghasilkan asimilat yang digunakan