• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan Visi, Misi, dan Budaya Perusahaan Visi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan Visi, Misi, dan Budaya Perusahaan Visi"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil Perusahaan

PT Krakatau Steel (Persero) Tbk yang selanjutnya disebut PT KS, didirikan pada tanggal 27 Oktober 1971 berdasarkan Akta No. 34 dari Notaris Tan Thong Kie. Pada prinsipnya, perusahaan didirikan untuk memenuhi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 35 Tahun 1970, mengenai pengambilalihan Proyek Baja Trikora. Akte pendirian tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dalam Surat Keputusan No. J.A.5/224/24 tanggal 31 Desember 1971 dan diumumkan dalam Tambahan No. 44 dari Lembaran Berita Negara No. 11 tanggal 8 Februari 1972.

Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, tujuan Perusahaan adalah melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan dan program pemerintah dalam bidang ekonomi, khususnya dalam industri baja. Ruang lingkup kegiatan perusahaan meliputi antara lain: a. Industri baja terpadu yang memproduksi besi spons, slab baja, baja lembaran panas, baja

lembaran dingin, bilet baja dan batang kawat

b. Perdagangan, meliputi penyelenggaraan kegiatan pemasaran, distribusi dan keagenan baik dalam maupun luar negeri

c. Di bidang pemberian jasa seperti jasa desain dan rancang bangun, pemeliharaan teknis maupun penyediaan prasarana dan segala fasilitas yang menunjang kegiatan usaha Perusahaan.

Sampai dengan tahun 1989, PT KS dikelola oleh Departemen Perindustrian selaku wakil pemerintah (pemegang saham). Kemudian berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 44 tahun 1989, PT KS dimasukkan sebagai 9 industri strategis yang dikelola BPIS/BUMNIS yang pada tahun 1998 berubah menjadi perusahaan holding bernama PT Bahana Pakarya Industri Strategis. Selanjutnya, dengan dibubarkannya PT BPIS pada tahun 2001, PT KS dikelola oleh Kementrian BUMN yang bertindak selaku pemegang saham mewakili pemerintah.

Perusahaan dan pabrik PT KS berdomisili di Cilegon, Banten. Sedangkan kantor pusat Perusahaan berkedudukan di Jl. Industri No. 5 Cilegon.

1.1.2 Visi, Misi, dan Budaya Perusahaan Visi

Perusahaan baja terpadu dengan keunggulan kompetitif untuk tumbuh dan berkembang secara berkesinambungan menjadi perusahaan terkemuka di dunia.

(2)

2 Misi

Menyediakan produk baja bermutu dan jasa terkait bagi kemakmuran bangsa. Dalam mengemban visi dan misi tersebut, PT KS di dukung dengan falsafah: “Partnership for sustainable growth”

Falsafah ini mengandung makna semangat, keinginan, dan janji untuk tumbuh dan berkembang yang berkesinambungan bagi PT KS dan seluruh stakeholders-nya secara bersama – sama. Budaya Perusahaan a. Competence b. Integrity c. Reliable d. Innovative 1.1.3 Logo Perusahaan Gambar 1.1 Logo Perusahaan Sumber : www.krakatausteel.com 1.1.4 Maksud dan Tujuan Perusahaan

Sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar, maksud dan tujuan perusahaan adalah sebagai berikut:

a. Melakukan usaha di bidang industri besi dan baja.

b. Melakukan optimalisasi pemanfaatan sumber daya Perseroan untuk menghasilkan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat.

c. Mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai Perseroan dengan menerapkan prinsip-prinsip perseroan terbatas.

1.1.5 Susunan Direksi dan Dewan Komisaris

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Negara BUMN selaku Pemegang Saham PT KS nomor: SR-243/MBU/2012 tanggal 11 Mei 2012, susunan anggota Dewan Komisaris Perseroan adalah sebagai berikut:

a. Komisaris Utama : Zacky Anwar Makarim b. Komisaris : Ignatius Rusdonobanu c. Komisaris : Tubagus Farich Nahril

(3)

3

d. Komisaris Independen : Mohammad Imron Zubaidy e. Komisaris Independen : Achmad S. Ruky

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Negara BUMN selaku pemegang Saham PT KS nomor: SR/299/MBU/2012 tanggal 14 Juni 2012, susunan anggota Dewan Direksi Perseroan adalah sebagai berikut:

a. Direktur Utama : Irvan Kamal Hakim

b. Direktur Keuangan : Sukandar

c. Direktur Produksi : Hilman Hasyim

d. Direktur Pemasaran : Yerry

e. Direktur Logistik : Imam Purwanto

f. Direktur SDM dan Umum : Dadang Danusiri

g. Direktur Teknologi dan Pengembangan Usaha : Widodo Setiadharmaji 1.1.6 Unit Kerja Direktorat Produksi di PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk

Pada direktorat produksi terdapat 8 (delapan) unit kerja yang meliputi: a. Pusat Perawatan Pabrik

b. Pabrik Besi Spons c. Pabrik Billet Baja d. Pabrik Slap Baja

e. Perawatan Pabrik Pengolahan Baja f. Pabrik Batang Kawat

g. Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Panas h. Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Dingin

1. Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Dingin

Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Dingin atau Cold Rolling Mill (CRM) merupakan kelanjutan dari HSM (Hot Strip Mill) yang merupakan salah satu proyek dari PT Krakatau Steel. Rata- rata jumlah produksi baja lembaran dingin yang diproduksi sebanyak 477 ribu ton/ tahun (Annual Report, 2013) dengan total pekerja bagian produksi dan perawatan sebanyak 614 orang. Proses produksi yang utama dari CRM ini adalah:

a. Pickling ( pengangkatan kotoran) b. Cold Rolling (pengerolan dingin) c. Cleaning (pembersihan permukaan) d. Annealing (penghalusan butir)

e. Tempering (pengembalian sifat mekanis) f. Recoiling (penggulungan kembali) g. Shearing (pemotongan)

(4)

4 h. Packaging (pengepakan)

Divisi CRM mempunyai unit – unit produksi yang masing – masing memiliki fungsi tersendiri. Proses produksi yang ada diantaranya adalah:

a. Continuous Picking Line (CPL) b. Continous Tandem Cold Mill (CTCM) c. Batch Annealing Furnace (BAF) d. Electrolytic Cleaning Line 1 e. Electrolytic Cleaning Line 2 f. Continous Annealing Line (CAL) g. Temper Pass Mill (TPM)

h. Preparation Line (Finishing) i. Recoiling Line (Finishing) j. Shearing Line (Finishing) k. Slitting Line (Finishing)

2. Divisi Health, Safety & Environment (HSE)

Divisi HSE berada di dalam unit direktorat produksi yang bertugas mengelola Keselamatan, Kesehatan kerja dan Lingkungan Hidup (HSE). Perseroan secara konsisten dan sungguh – sungguh juga melaksanakan peraturan dan ketentuan, termasuk yang diatur dalam Sistem Manajemen Lingkungan (ISO 14000) maupun sistem manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja (SMK3). Pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja di PT KS selain bertujuan untuk melindungi para pekerja dan orang lain di tempat kerja, juga akan menjamin setiap sumber produksi dapat dipakai secara aman dan efisiensi guna menjamin proses produksi dapat berjalan dengan lancar.

Dalam pengelolaan K3, Perseroan menerapkan Sistem Manajamen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) sesuai dengan Peraturan Pemerintah. Program pelayanan yang dilakukan cakupannya cukup luas tidak hanya soal pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, berkala dan khusus. Perseroan juga melaksanakan pembinan dan pengawasan penyesuaian pekerjaan terhadap karyawan termasuk terhadap karyawan dengan kelainan tertentu. Perseroan juga aktif dalam penilaian Green Industry yang dilaksanakan oleh Kementrian Perindustrian. Program pantau lingkungan memonitor secara rutin emisi udara cerobong pabrik, kualitas udara ambient, tingkat kebisingan lingkungan, konsentrasi debu area pabrik, iklim kerja, kualitas air buangan, air badan air (stream) dan air laut. Pemantauan sesuai baku mutu lingkungan dilakukan secara berkala oleh internal maupun badan independen.

(5)

5 1.1.7 Struktur Organisasi

Struktur Organisasi PT KS level korporat dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 1.2

Struktur Organisasi PT. Krakatau Steel

Sumber: Annual Report Krakatau Steel 2012

1.2 Latar Belakang Penelitian

Kekayaan yang paling berharga bagi setiap bangsa adalah sumber daya manusia. Nuansa pembangunan di masa mendatang terletak pada pembangunan sumber daya manusia, dimana filosofi pembangunan masa mendatang sudah lama menempatkan manusia sebagai subyek pembangunan, bukan lagi sebagai objek pembangunan. Manajemen sumber daya manusia merupakan suatu pengakuan terhadap pentingnya unsur manusia dalam memberikan kontribusi yang maksimal bagi perusahaan itu sendiri (Noordiansah, 2013:1).

Mengacu pada peran sumber daya manusia yang sangat vital bagi perkembangan perusahaan, sangatlah penting bagi perusahaan menjaga dan meningkatan peran aktif karyawan dalam pengoperasian perusahaan, karena tenaga kerja merupakan sumber daya yang memegang peran dalam menentukan keberhasilan dan kegagalan untuk mencapai tujuan perusahaan (Noordiansah, 2013:2).

PT. KS sebagai perusahaan baja terbesar di Indonesia dituntut untuk melakukan pemeliharaan terhadap sumber daya manusia perusahaan mengingat wilayah kerjanya lebih banyak terdapat di

(6)

6

pabrik. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Bapak Darsyaf selaku Manager maintanence service ISM & Aux bahwa karyawan yang berada di lingkungan kerja pabrik seringkali menunjukkan sikap atau perilaku yang mengindikasikan bahwa karyawan mengalami stres kerja. Hal ini menurut Bapak Darsyaf dapat dilihat dari beberapa faktor yang ada seperti keletihan, rasa bosan, kurang nyamannya lingkungan kerja, serta ketidakpuasan kerja yang dialami oleh karyawan.

Dalam dunia kerja, sering timbul berbagai masalah sehubungan dengan stres dan kondisi-kondisi yang dapat memicu terjadinya stres. Baik disadari maupun tidak, pekerjaan seseorang menimbulkan stres pada dirinya. Hal ini pasti akan tampak dalam kurun waktu yang panjang, karena memang manusia setiap harinya berkecimpung di tempat kerjanya lebih dari sepertiga kali dari total waktu yang tersedia. Stres merupakan suatu kondisi keadaan seseorang mengalami ketegangan karena adanya kondisi yang mempengaruhinya (Ratnasari, 2013:2).

Berdasarkan hasil penelitian Hurrel dalam Inayati (2012:1) suara yang bising, lingkungan kerja yang kotor dan tidak sehat oleh para pekerja pabrik dianggap sebagai stresor. Lingkungan fisik dapat memicu munculnya stres kerja.

Kemudian dari penelitian yang telah dilakukan oleh Arisona di bagian tebang angkut di pabrik gula rejo agung baru Madiun, dengan subyek penelitian berjumlah 45 orang karyawan dalam Inayati (2012:1), dengan teknik analisis product moment dari Pearson di dapat hasil bahwa nilai koefisien korelasi (r) sebesar rxy = -0,568 dengan p = 0,000< 0,01 hal ini berarti ada hubungan signifikan dengan arah negatif antara lingkungan kerja fisik dengan stres kerja pada karyawan bagian tebang angkut. Berarti semakin tinggi skor kondisi lingkungan kerja fisik maka skor stres kerja pada karyawan bagian tebang angkut akan rendah dan sebaliknya jika skor lingkungan kerja fisik rendah maka skor stres kerja pada karyawan bagian tebang angkut akan tinggi. Sedangkan penelitian Prihartini yang dilakukan di Polres Pasuruan dengan subyek penelitian adalah anggota reskrim polres Pasuruan sebanyak 40 orang, dianalisis dengan menggunakan analisis Kendall Tau_b, rxy = -4,57 dengan p = 0,078 > 0,05. Yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara lingkungan kerja fisik dengan stres kerja.

Menurut Hariandja dalam Ratnasari (2013:4) stres adalah ketegangan atau tekanan emosional yang dialami seseorang yang sedang menghadapi tuntutan yang sangat besar, hambatan-hambatan, dan adanyanya kesempatan yang sangat penting yang dapat mempengaruhi emosi, pikiran, dan kondisi fisik seseorang. Sedangkan Smith dalam Wijono (2012:143) mengungkapkan bahwa konsep stres kerja dapat ditinjau dari beberapa sudut, yaitu: Pertama, stres kerja merupakan hasil dari keadaan tempat kerja. Contoh: keadaan tempat bising dan ventilasi udara yang kurang baik akan mengurangi motivasi karyawan. Kedua, stres kerja merupakan hasil dari dua faktor organisasi, yaitu keterlibatan dalam tugas dan dukungan organisasi, yaitu keterlibatan dalam tugas dan dukungan organisasi. Ketiga, stres terjadi karena faktor “workload” juga faktor kemampuan melakukan tugas. Keempat, akibat dari waktu kerja

(7)

7

yang berlebihan. Kelima, faktor tanggung jawab kerja.Terakhir, tantangan yang muncul dari tugas.

Gejala stres dapat dilihat dari berbagai faktor yang menunjukkan adanya perubahan, baik secara fisiologis, psikologis, maupun sikap. Perubahan fisiologis ditandai oleh adanya gejala– gejala seperti merasa letih/lelah, kehabisan tenaga, pusing, gangguan pencernaan, sedangkan perubahan psikologis ditandai oleh adanya kecemasan berlarut – larut, sulit tidur, napas tersengal – sengal, dan berikutnya perubahan sikap seperti keras kepala, mudah marah, dan tidak puas terhadap apa yang dicapai. Adapun faktor lain yang dapat menyebabkan stres kerja, misalnya rutinitas karyawan yang selalu berada di dalam pabrik yang intensitas berinteraksi dengan mesin yang cukup tinggi (Wijono, 2012:143).

Lingkungan kerja fisik dalam suatu perusahaan merupakan suatu kondisi pekerjaan untuk memberikan suasana dan situasi kerja karyawan yang nyaman dalam pencapaian tujuan yang diinginkan oleh suatu perusahaan. Kondisi kerja yang buruk berpotensi menjadi penyebab karyawan mudah jatuh sakit, mudah stres, sulit berkonsentrasi dan menurunnya produktivitas kerja. Jika ruangan kerja tidak nyaman, panas, sirkulasi udara kurang memadai, ruangan kerja terlalu padat, lingkungan kerja kurang bersih, berisik, akan berdampal pada kenyamanan kerja karyawan (Mahardiani, 2013:99).

Menurut Nitisemito dalam Susilo (2006:3) Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas – tugas yang dibebankan, misalnya kebersihan, musik dan sebagainya. Lingkungan kerja di pabrik berpotensi menimbulkan masalah – masalah yang dapat mengganggu kenyamanan kerja bagi karyawan. Gangguan timbul sebagai akibat dari proses produksi menggunakan mesin yang secara terus menerus. Gangguan–gangguan tersebut dapat menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya stres kerja pada karyawan.

Menurut Nitisemito dalam Susilo (2006:3) beberapa faktor–faktor yang dapat mempengaruhi kenyamanan karyawan dalam bekerja yang perlu diketahui dan menjadi perhatian perusahaan diantaranya pewarnaan, kebersihan, pertukaran udara, penerangan/pencahayaan, musik, keamanan, dan kebisingan.

Sebagaimana yang telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/Menkes/SK/XI/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri sudah ditetapkan batasan nilai untuk masing – masing faktor lingkungan kerja yang telah disebutkan, yaitu:

(8)

8

Tabel 1.1

Batas Nilai Faktor Lingkungan Kerja

Kebisingan Tekanan Panas/ Suhu Debu Pencahayaan

85 dBA 18-28°C 0,15 mg/m3 100 lux

Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/Menkes/SK/XI/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri

Cold rolling mill merupakan suatu divisi yang bergerak dalam pemrosesan pengerolan baja lembaran dingin yang di dalamnya tentu terdapat banyak alat–alat dan mesin yang dapat mengganggu kenyamanan karyawan dalam bekerja. Berdasarkan wawancara penulis dengan Bapak Nurkadi pada tanggal 13 Agustus 2014 pada pukul 10.30 WIB, PT. KS terdiri dari beberapa unit produksi dari hulu sampai dengan hilir, aktivitas produksi paling tinggi berada di CRM, CRM memiliki jumlah populasi yang banyak, kemudian terdapat masalah-masalah seperti panas dan bising yang lebih terlihat, sehingga dengan penulis memilih CRM sebagai lokasi penelitian sudah cukup mewakili untuk dilakukan penelitian mengenai lingkungan kerja fisik. Hal-hal yang sering dialami oleh karyawan adalah kebisingan, tekanan panas/ suhu, debu dan pencahayaan. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut diperlukan upaya pengendalian kondisi lingkungan guna pemeliharaan sumber daya manusia, maka dari itu PT KS melakukan penilaian setiap dua kali dalam satu tahun. Adapun data hasil penilaian yang didapatkan oleh penulis seperti yang dapat dilihat pada tabel 1.2 bahwa angka yang melebihi nilai ambang batas yang dapat dilihat pada tabel 1.1 menunjukkan lokasi tersebut masih membutuhkan perhatian dari pihak perusahaan untuk dilakukannya perbaikan agar karyawan tetap nyaman dalam bekerja.

Tabel 1.2

Pengukuran Faktor Lingkungan Kerja Pabrik CRM

NO LOKASI BISING TEKANAN DEBU PENCAHAYAAN

PANAS

1 Mekanik CPL 83 28,3 1,54 163

2 WELDER CPL 93 28,5 1,33 145

3 CR Welder CPL 80,5 24,1 0,67 97

4 Exit CPL 84,5 29,6 0,83 301

5 Roll Shop Area 77,5 30,6 0,91 80

6 Exit CTCM 96 29,7 1,43 151 7 CR CTCM 78,5 24,8 0,71 108 8 Entry TPM 96,3 29,2 0,83 107 9 Exit TPM 94,8 29,1 0,77 113 10 Recoiling Line 88 29 2,14 159 11 CR Recoiling Line 70 22 0,71 154 12 Shearing Line 76,5 28,8 2,83 173 13 CR Shearing Line 65,5 19,6 0,71 95 14 WTP 86 29,4 0,71 99 15 CR WTP 70,5 24,4 0,71 265

(9)

9 Sambungan 16 Compresor area 94,7 30 0,71 204 17 CR Compresor 71,5 21,2 0,77 125 18 Kantin 65,7 23,2 0,67 85 19 Gedung CRM 62,2 20,6 0,83 280 20 ECL Area 87,1 28,7 0,91 92 21 CR ECL 71,4 24,7 0,71 118 22 Exit ECL 85,3 29,9 0,71 102

23 Exit Preparation Line 83,5 29,4 0,83 165

24 CR Preparation Line 76,5 19,2 0,71 152

25 Exit Sliting Line 88 28,9 1,25 89

26 CR Sliting Line 70 19,1 0,77 102

27 CR TPM 67,2 23,4 0,17 94

28 Coil Yard 80,6 28,9 1,67 760

29 Rool Coolant Area 84 29,7 0,71 110

30 ARP AREA 82 29,1 2,5 421

31 BAF Area 88,6 30,5 1,67 74

32 CAL Area 92,3 28,8 2,14 81,6

33 Exit CAL 82 30 1,43 60

34 CR CAL 72 24,4 0,77 124

35 Cabin Crane Coil Yard 76,9 29,9 1,54 113

36 Cabin Crane N2 Yard 83,3 29 0,59 22

37

Cabin Crane Finishing (Recoiling

Line) 79,6 29,3 0,4 87

Melebihi Batas Nilai yang Ditentukan

Sumber: Diolah dari data pengukuran faktor lingkungan kerja pabrik CRM s.d Mei 2014 divisi Health, Safety and Environment (HSE)

Terdapat 12 lokasi yang tingkat bisingnya melebihi nilai ambang batas yang seharusnya, tekanan panas/ suhu 25 lokasi, debu 36 lokasi dan pencahayaan 23 lokasi. Misalnya saja pada lokasi entry tpm tingkat bisingnya memiliki nilai 96,3 yang melebihi dari nilai ambang batas yang seharusnya tidak melebihi 85dBA, kemudian pada lokasi roll shop area tekanan panas atau suhunya memiliki nilai 30,6°C yang seharusnya berada di antara 18-28°C, pada lokasi shearing line tingkat debunya berada pada nilai 2,83 mg/m3 yang seharusnya tidak melebihi 0,15mg/m3, selanjutnya dari segi pencahayaan lokasi cabin crane N2 yard memiliki nilai 22 lux yang bahkan nilai ini jauh melebihi dari nilai minimal yaitu 100 lux.

Penulis sendiri telah mengamati lokasi lingkungan kerja di Pabrik CRM PT. KS, dan dirasakan oleh penulis bahwa lingkungan kerja di pabrik CRM ini terkesan bising dan berdebu. Perusahaan sendiri telah melakukan berbagai upaya untuk mengurangi ketidaknyamanan tersebut dengan memfasilitasi karyawan dengan earplug, helm dan masker. Tetapi masih terdapat karyawan yang mengesampingkan penggunaan fasilitas tersebut. Kondisi lingkungan kerja yang seperti ini dapat membuat karyawan itu sendiri merasa tidak nyaman dalam bekerja yang pada akhirnya memicu terjadinya stres kerja pada karyawan.

(10)

10

Gambar 1.3

Kondisi lingkungan kerja di Pabrik CRM PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk

Sumber: Penulis

Sedangkan berdasarkan data Lost Time yang diperoleh dari divisi CRM PT. KS selama tiga tahun terakhir, yang menunjukkan karyawan pada perusahaan telah kehilangan waktu akibat datang kerja terlambat, pulang kerja telalu cepat, cuti maupun sakit. Berdasarkan hasil wawancara penulis hal tersebut dikarenakan stres kerja yang dialami oleh karyawan yang penyebabnya antara lain karyawan yang merasa lelah, bosan, dan kurang nyaman berada dalam lingkungan kerja tersebut dalam jangka waktu yang cukup lama. Schuller dalam Noordiansah (2013:2) mengidentifikasi beberapa perilaku negatif karyawan yang berpengaruh terhadap organisasi, menurutnya stres yang dihadapi oleh karyawan berkorelasi dengan penurunan prestasi kerja, peningkatan ketidakhadiran kerja serta tendensi mengalami kecelakaan. Data lost time pada tahun 2011-2013 dapat dilihat pada Tabel 1.3.

Data lost time karyawan selama tiga tahun terakhir di PT KS dapat dilihat bahwa pada tahun 2011 perusahaan mengalami lost time sebesar 1089,18 menit dengan rata-rata lost time sebesar 90,77 menit. Namun, pada tahun 2012 perusahaan mengalami penurunan lost time menjadisebesar 999,23 menit dengan rata-rata lost time 83,27 menit. Dan pada tahun 2013 perusahaan mengalami kenaikan lost time menjadi sebesar 1036,07 menit dengan rata-rata lost time 86,34 menit. Hal tersebut menunjukkan tingkat lost time pada PT KS cukup tinggi. Kondisi ini menunjukkan bahwa banyaknya karyawan yang mengalami kekurangan waktu dalam bekerja yang seharusnya dapat digunakan untuk menyelesaikan tugas dengan lebih cepat.

(11)

11 Tabel 1.3

Daftar Lost Time CRM PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. (Periode 2011-2013)

NO BULAN LOST TIME

2011 2012 2013 1 Januari 106,06 86,63 132,40 2 Februari 84,10 98,27 90,81 3 Maret 124,92 88,62 87,96 4 April 98,84 60,29 100,53 5 Mei 105,95 57,14 82,60 6 Juni 68,59 58,40 87,73 7 Juli 84,09 111,44 71,97 8 Agustus 65,43 58,54 71,01 9 September 64,72 85,72 80,01 10 Oktober 133,81 75,09 66,04 11 November 68,00 86,38 82,08 12 Desember 84,69 132,72 82,93 Jumlah 1089,18 999,23 1036,07 Rata-rata 90,77 83,27 86,34

Sumber: Diolah dari data lost time Human Capital Integrated Administration PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.

Gambar 1.4

Grafik Lost Time CRM PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.

78,00 80,00 82,00 84,00 86,00 88,00 90,00 92,00 2011 2012 2013

Rata-rata lost time setahun

Rata-rata lost time…

Sumber: Diolah dari data lost time Human Capital Integrated Administration PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.

Berdasarkan uraian diatas muncul permasalahan bahwa lingkungan kerja fisik di divisi CRM PT. KS masih kurang baik dan menimbulkan ketidaknyamanan dalam bekerja yang mengakibatkan stres kerja pada karyawan. Fenomena ini mendorong penulis untuk meneliti lebih jauh mengenai lingkungan kerja fisik dan stres kerja karyawan PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk

(12)

12

divisi CRM. Sehingga judul yang diangkat dalam penelitian ini adalah “Pengaruh Lingkungan Kerja Fisik Terhadap Stres Kerja Karyawan di PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk Divisi CRM”.

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana lingkungan kerja fisik yang ada di PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk divisi CRM? 2. Bagaimana tingkat stres kerja pada karyawan di PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk divisi

CRM?

3. Seberapa besar lingkungan kerja fisik berpengaruh pada stres kerja karyawan di PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk divisi CRM?

1.4 Tujuan Penelitian

Secara umum maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lingkungan kerja terhadap stres kerja karyawan di PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk divisi CRM. Penulis melakukan penelitian dengan tujuan untuk:

1. Mengetahui keadaan lingkungan kerja fisik di PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk divisi CRM. 2. Mengetahui tingkat stres kerja karyawan di PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk divisi CRM. 3. Mengetahui seberapa besar pengaruh lingkungan kerja fisik terhadap stres kerja karyawan di

PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk divisi CRM. 1.5 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan manfaat bagi pihak – pihak terkait. 1.5.1 Kegunaan Teoritis

Diharapkan dapat memberikan masukan dalam pengembangan ilmu Manajemen Sumber Daya Manusia serta memperluas wawasan yang berkaitan dengan pengaruh lingkungan kerja terhadap stres kerja karyawan divisi CRM di PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk divisi CRM. 1.5.2 Kegunaan Praktis

Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat kepada berbagai pihak, yaitu:

a. Bagi Perusahaan, dapat dijadikan masukan mengenai lingkungan kerja dengan stres kerja karyawan sebagai pedoman dalam mengelola sumber daya manusia dalam perusahaan. b. Bagi Penulis, sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman, sehingga dapat

mengoptimalisasi teori yang dimiliki untuk mencoba menganalisis fakta, data, gejala dan peristiwa yang terjadi untuk dapat ditarik kesimpulan secara objektif dan ilmiah.

(13)

13 1.6 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembaca dalam memahami materi yang terdapat dalam skripsi, maka penulisan skripsi disusun sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini akan membahas tentang tinjauan objek studi, latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang penelitian terdahulu, tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran. BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menegaskan pendekatan, metode, dan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang dapat menjawab atau menjelaskan masalah penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan mengenai cara pengumpulan dan pengolahan data serta analisis data yang telah melalui proses pengolahan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menyajikan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan dan menyajikan atau rekomendasi berdasarkan hasil dari penelitian.

Gambar

Grafik Lost Time CRM PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji coba tahap awal memperoleh hasil rerata skor 4,3 dengan kriteria sangat baik dan dapat dikatakan bahwa E-Learning dengan menerapkan

Menghilangkan semua sumber penyulut. Pisahkan dari bahan-bahan yang mengoksidasi. Jaga agar wadah tertutup rapat dan tersegel sampai siap untuk digunakan. Wadah yang sudah

Berdasarkan model matematis tersebut, didapatkan hasil peramalan permintaan yang menunjukkan bahwa adanya peningkatan kebutuhan masyarakat provinsi Sumatera Utara

SHASHVAT JEWELS PRIVATE LIMITED SURAT SHASHWAT CREATION (LLP) MUMBAI SHEETAL JEWELLERY HOUSE LLP MUMBAI SHIV NARAYAN JEWELLERS PVT LTD HYDERABAD SHREE HARI KRUPA JEWEL SURAT SHREE

Berdasarkan persamaan regresi yang diperoleh dimana koefisien regresi bertanda positif maka dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh positif antara kepemimpinan

Situasi saat ini Sistem Kesehatan • Menggunakan UU Kesehatan, UURS, UU mengenai pemerintahan daerah • Propinsi • Kabupaten/Kota • Kecamatan Data dari pelayanan kesehatan

Dalam kegiatan belajar siswa SMA Katolik Budi Murni 1 Medan, masalah yang dihadapi siswa yaitu masih sulit untuk mengenal tulisan aksara Cina sehingga sulit juga untuk

1. Faktor lingkungan eksternal yang mempengaruhi perusahaan yang merupakan peluang yaitu antara lain adanya peraturan pemerintah tentang usaha perikanan, adanya isu flu