PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SEKITAR
HUTAN SAGU
PERUM PERHUTANI (Perusahaan Umum Kehutanan Negara)
Pemanfaatan Hutan Sagu Papua
• Percepatan pembangunan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat khususnya bidang kedaulatan pangan
berupa sagu.
• Hutan sagu di Papua seluas 4.769.548 ha (diperkirakan yang telah dimanfaatkan secara tradisional kurang lebih 14.000 ha (bisnisukm.com).
• Penyebaran sagu terutama wilaya Kab. Sorong (Kec. Inawatan, Seget, Salawati), Kab. Manokwari (Kec. Bintuni), Kab. Jayapura (Kec. Sentani, Sarmi), Kab. Merauke (Kec. Kimaam, Asmat, Atsy, Bapan, Pantai kasuari), Kab. Yapen Waropen (Kec. Waropen) dan sebagian besar tegakan sagu tumbuh pada daerah gambut pantai.
• Perum Perhutani memperoleh penugasan untuk
melaksanakan Pengembangan Industri Sagu di Papua Barat berdasarkan pertimbangan kelayakan usaha dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku sebagaimana surat Menteri Negara BUMN Rl nomor : S-90/MBU/2012, tanggal 29 Februari 2012.
• Perum Perhutani berencana untuk melakukan pemanfaatan Kawasan Hutan Produksi melalui IUPHHBK-Sagu yang terletak di Distrik Kais - Kabupaten Sorong Selatan - Provinsi Papua Barat dengan luas areal ± 16.055 ha.
PROSES PEMBANGUNAN PABRIK SAGU
2012 Tugas dari Kementrian BUMN 2013 Penyiapan Perijinan dan Social Building 2014 Pembangunan pabrik 2015 Peresmian pabrik oleh presiden RI 2016 Pabrik Sagu direncanakan mulai BeroperasiPabrik Sagu Perhutani
• Kapasitas 30.000 ton
/tahun
• Jenis produk berupa
tepung sagu (starch)
• Kebutuhan tenaga
kerja 40 orang di
pabrik dan 400
orang di lahan hutan
sagu
No Uraian Keterangan
BT LS
1. Letak Geografis 132o05I23II-132 o 24 I12II BT 01o46I53II-01o58I05II LS
2. Adminitrasi Kampung Kais & Kampung Tapuri, Distrik Kais, Kabupaten Sorong Selatan, Provinsi Papua Barat Pemerintahan
3. DAS DAS Sepa, Amano dan Metamani
4. Status Areal & Luas Kawasan Hutan Negara /Hutan Sagu Alam, Fungsi Kawasan HP, Luas : 16.000 Ha
5. Batas Wilayah
Utara : (potensi hutan sagu alam /HL)
Selatan : Areal IUPHHBK-HA (Sagu) PT ANJ Agri Papua Barat : Potensi Hutan Non Sagu (HPT),
Timur : Potensi Hutan Alam Non Sagu (HPK)
• Panjang Batas Seluruh 160 Km • Batas Alam 94 km (66,02 %) • Buatan 66 km (33,98 %)
1. LUAS DAN LETAK IUPHHBK
HPH SAGU PERHUTANI TEMINABUAN SORONG DAS AMANO DAS SEPAK DAS METAMANI
Kab.
SORSEL
Pemekaran
Lokasi PERHUTANIPotensi hutan sagu di Kais, Sorong Selatan
1%
83%
16%
Hutan Sagu Mola
Hutan Sagu Mugeri
Lainnya (hutan
alam, sungai, rawa)
Pohon Sagu Mola
Jumlah Penduduk
Tingkat Pendidikan
Fasilitas Kesehatan
Sarana Jalan
SOCIAL BUILDING
3
Activity Planning • 14 Oktober 2013 pembentukan LMDH Bosiro • 18-23 Oktober 2013 Studi banding LMDH Bosiro ke LMDH Rahayu Tani Pangalengan Jawa BaratGelar Tikar Adat pada bulan Agustus 2013, menghasilkan keputusan final masyarakat adat untuk menerima pembangunan pabrik sagu di Kais dan
keikutsertaan masyarakat dalam menyuplai bahan baku sagu dari wilayah ulayatnya masing masing PRA (Partisipatory Rural Appraisal) dilaksanakan pada April 2012 menghasilkan rumusan tentang kebutuhan yang mendesak dari masyarakat Kais Pada Maret 2012 dilakukan konsultasi public dengan menghasilkan kesepakatan bahwa masyarakat Kais –Sorong Selatan membutuhkan perubahan hidup dengan potensi hutan ulayat yang isinya adalah sagu
Bupati melantik Pengurus LMDH bersama dengan pelantikan kepala Dinas di lingkup Kabupaten Sorong Selatan pada tanggal 6 Pebruari 2015
Pelantikan LMDH Pembentukan LMDH
Gelar Tikar Adat Partisipatory Rural
Appraisal Konsultasi Publik
• Pelatihan anggota LMDH menjadi tenaga teknis Pabrik selama 3 bulan
• LMDH Bosiro aktif dalam menyiapkan tenaga kerja dalam Industri Sagu di Kais • Edukasi ke masyarakat pengelolaan kebun sagu • Pendidikan anak-anak kampung • Pembentukan Koperasi usaha produktif
Konsultasi Publik Partisipatory Rural Appraisal (PRA) Gelar Tikar Adat
Study Banding Ke Divre Jabar&Banten
POLA KEMITRAAN
• Perum Perhutani memperoleh Ijin IUPHHBK dari Bupati Sorong Selatan dan membangun Pabrik Sagu untuk mengolah batang sagu menjadi Tepung (Starch)
• LMDH akan mempersiapkan Masyrakat khususnya ulayat yang tercakup dalam areal ijin IUPHHBK untuk mempersiapkan diri dan ikut memproduksi batang sagu.
• Karena ke Khas an budaya setempat Perhutani tidak mengelola bahan baku sendiri karena walaupun sudah mendapat konsesi IUPHHBK, kawasan tersebut masih mengandung HAK ULAYAT yang jika dilanggar akan menimbulkan masalah sosial yang berkepanjangan.
• Masyarakat diberi keleluasaan mengelola areal ulayatnya sendiri dan tual sagu akan dibeli dan diterima di pabrik. Dengan demikian masyarakat tidak akan jadi buruh tebang dan angkut tetapi akan menjadi pengusaha di kebun nya sendiri. Berapapun yang diproduksi akan diterima Perhutani. Untuk itu melalui LMDH, masyarakat secara berkesinambungan dan terus menerus di edukasi dalam hal mengelola kebunnya sendiri dan merencanakan produksi sesuai dengan kebutuhan.
• Perhutani bersama LMDH (representasi dari masyarakat) merencanakan dan mengelola Sumber daya alam dan SDM lokal untuk mensukseskan target produksi yang sudah terpasang.
• Semua permasalahan yang timbul akan diselesaikan dengan kekeluargaan bersama LMDH dan jika tidak mencapai kesepakatan akan diselesaikan secara hukum.
HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT
• Masyarakat berhak memasok bahan baku sagu yang sesuai standar ke pabrik melalui
mekanisme perencanaan produksi yang disepakati antara Perhutani dan LMDH. Harga
tual disepakati dan ditetapkan dalam pertemuan lanjutan Gelar Tikar Adat Agustus 2013
sebesar Rp.9.000,- dan nilai ulayat 900 /tual.
• Nilai ulayat akan diserahkan ke Masyarakat melalui LMDH yg dialokasikan untuk Gereja,
Kampung dan Pendidikan anak anak kampung.
• Masyarakat berhak menjadi
tenaga kasar bahkan sampai tenaga teknis
dan kemungkinan
jika sdh siap bisa menjadi manager
selama semua ketentuan teknis terpenuhi.
• Masyarakat berhak atas kegiatan usaha produktif yang mengikuti seperti
peternakan yang
memanfaatkan limbah sagu, perikanan di sepanjang kanal, usaha madu di hutan sampai
koperasi LMDH yang bisa memasok kebutuhan pokok
bagi pekerja pabrik.
• Masyarakat berkewajiban
menjaga keamanan dan ketertiban
agar proses industri sagu
dapat berjalan sesuai rencana
PENDAPATAN MASYARAKAT
TRADISIONAL
DENGAN ADANYA PABRIK
• Tokok (Tebang dan ektraksi sagu) sagu dikerjakan selama 1-2 Minggu
• Hasilnya sekitar 2-5 tumang (20-25 Kg/Tumang)
• Harga sagu Rp 100-125 Ribu/Tumang
• Perlu waktu 2 minggu untuk menjual habis sagu di temi, perlu biaya angkut ke
Teminabuan atau bbm jika punya perahu • Rata rata uang yang bisa di bawa kembali
dikurangi ongkos hidup selama di
Teminabuan tinggal di Perahu jika anak anak ikut maka tidak bisa sekolah, hanya Rp 200 ribu/bulan untuk masa pembuatan di hutan sampai dengan kembali ke
kampung untuk pembuatan 2 pohon sagu.
• Masyarakat hanya menebang dan memotong batang sagu di hutan dan merakit dan menarik ke pabrik. Dalam sehari bisa menebang sampai 10 batang pohon rata rata 10 tual/pohon (Hasil uji coba dalam masa percobaan Pabrik)
• Untuk 2 batang pohon sagu (setara dengan cara tradisional) diperoleh upah pungut sebesar Rp. 200 ribu/hari.
• Anak anak tidak perlu meninggalkan sekolah karena ikut orang tua ke Teminabuan
• Pendapatan setiap pemilik ulayat akan berkisar antara Rp 200 ribu – 1 Juta / hari.